Anda di halaman 1dari 18

PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Hanifah Kholid Basalamah : B1J011156 : IV :2 : Kukuh Riyan M.

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih dekat kekerabatannya mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti anatomi dan morfologi udang, kepiting dan lobster hampir mirip. Hal yang sama juga akan kita dapati pada berbagai jenis ikan serta pada berbagai jenis hewan lainya (Hutabarat, 1986). Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (Pisces, Reptil, Amfibia, Aves dan Mammalia). Contoh invertebrata adalah serangga, ubur-ubur, hydra, cumi-cumi, dan cacing. Invertebrata mencakup sekitar 97 persen dari seluruh anggota kingdom Animalia. Dalam kingdom Animalia, telah diketahui bahwa hewan avertebrata digolongkan dalam dua golongan, yaitu hewan bersel tunggal yang tubuhnya terdiri atas satu sel saja. Contoh hewan avertebrata bersel tunggal adalah hewan-hewan dari golongan filum Protozoa, antara lain Amoeba, Paramaecium, Euglena, dan Plasmodium. Golongan yang kedua pada hewan avertebrata adalah hewan avertebrata bersel banyak/multiseluler (Jasin, 1989). Ada 40 phyla hewan avertebrata yang dikelompokan atas dasar: banyaknya sel penyusun tubuh, kontruksi tubuh, jumlah lapisan tubuh, kesimetrian tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal perkembangan embrionalnya, kondisi rongga tubuh, serta ada tiadaknya lofofora dan segmentasi tubuh. Berdasarkan kedelapan kelompok tersebut, dapat dipelajari kesimetrian tubuh, yang bisa diketahui melalui pengamatan ciri morfologinya. Dalam kingdom Animalia, telah diketahui bahwa hewan avertebrata digolongkan dalam dua golongan, yaitu hewan bersel tunggal yang tubuhya terdiri atas satu sel saja. Contoh hewan avertebrata bersel tunggal adalah hewan-hewan dari golongan filum Protozoa, antara lain Amoeba, Paramaecium, Euglena, dan Plasmodium.

Golongan yang kedua pada hewan avertebrata adalah hewan avertebrata bersel banyak/multiseluler (Jasin, 1989). Hewan avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberapa segmen menyusun kepala, thoraks, dan abdomen. Proses penyatuan beberapa atau banyak segmen dalam beragam kelompok fungsi hewan bermetamer ini, disebut mengalami tagmatisasi. Masing-masing kelompok metamer atau tagma ini secara struktural dan fungsional berbeda dengan tagma lainnya (Siwi, 1991). Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis pisces (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut", atau hagfish), Amphibia, Reptil, Aves, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai (Jasin, 1989). Lamarck membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti Mollusca dan Arthropoda (Siwi, 1991).

B. Tujuan Tujuan praktikum acara pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan karakter morfologi adalah untuk mengenali ciri-ciri yang tampak pada hewan avertebrata dan vertebrata dan mengelompokkan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan: rangka internal, tengkorak, mata, kuping, simetri radial, simetri bilateral, metamerisme, dan tagmatisasi.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi Materi yang diamati adalah hewan avertebrata yang merupakan anggota dari Cnidaria, Ctenophora, Echinodermata, Annelida, Insecta dan Crustacea. Hewan vertebrata merupakan anggota dari Pisces Amhipia, Reptilia, Aves dan Mamalia. Alat yang digunakan yaitu bak preparat, pinset, masker, sarung tangan, buku gambar, dan alat tulis.

B. Metode 1. Pemisahan antara hewan avertebrata dan vertebarata. 2. Pengenalan dan menggambar hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi yang dimiliki (rangka internal, tengkorak, mata, kuping, simetri radial, simetri bilateral, metamerisme, tagmatisasi). 3. Pemisahan hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati berdasarkan kepemilikan tulang belakang, kesimetrian tubuh, tagmatisasi dan metamer. 4. Preparat yang telah diamati selanjutnya digambar dan diklasifikasikan.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengelompokkan Hewan Avretebrata dan Vertebrata No Dasar pengelompokkan 1. sp. 2. Pycnonotus aurigaster 1. Rangka internal 3. hasselti 4. Boiga dendrophila 1. Brachylagus sp. 2. Tengkorak 2. Pycnonotus aurigaster 3. Boiga dendrophyla 4. Osteochilus hasselti 1. Boiga dendrophila 2. Pycnonotus aurigaster 3. Osteochillus hasselti 3. Mata 4. Valanga sp. 5. Macrobrachium rosenbergi 6. Brachylagus sp. 4. 5. Kuping Kesimetrian tubuh 1. Brachylagus sp. a. Bilateral simetri 1. Valanga sp. 2. Macrobrachium rosenbergii 3. Boiga dendrophila 4. Brachylagus sp. 5. Osteochilus hasselti 6. Pycnonotus aurigaster 7. Pheretima sp Avertebrata Vertebrata Avertebrata Avertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Osteochilus Nama species Brachylagus Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Keterangan (Avertebrata/ vertebrata)

Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Avertebrata Avertebrata

b. Radial simetri 6. 7. Metamerisme Tagmatisasi 1. Diadema sp. 1. Pheretima sp. 1. Valanga sp. 2. Macrobrachium rosenbergi Avertebrata Avertebrata Vertebrata

Berikut ini adalah foto preparat yang digunakan beserta klasifikasinya:

No.

Gambar

Klasifikasi Bulu babi (Diadema sp.) menurut Nontji (2005) : Phylum Classis Ordo Genus Spesies : Echinodermata : Echinoidea : Diadematoida : Diadema : Diadema sp. Sub-Phylum: Eleutherozoa

1.

Bulu Babi (Diadema sp.)

Belalang (Valanga sp.) menurut Junaedi (2008) : Phylum Classis 2. Ordo Family Genus Belalang (Valanga sp.) Species : Arthropoda : Insecta : Orthoptera : Acrididae : Valanga : Valanga sp.

Udang galah menurut Pratt (1935): Kerajaan Filum Kelas 3. Ordo Family Genus Udang Galah (Macrobranchium rosenbergi) Spesies rosenbergii Klasifikasi ikan nilem (Osteochillus hasselti) menurut Nontji (2005) adalah sebagai berikut : Phylum Subphylum Classis 4 Ikan Nilem Subclassis Ordo Sub Ordo : Chordata : Vertebrata : Pisces : Teleostei : Ostariophysi : Cyprinoidae : Animalia : Arthopoda : Crustaceae : Decapoda : Malacostraca : Macrobanchium : Macrobrachium

B. Pembahasan Hasil yang diperoleh dari pengamatan hewan avertebrata dan vertebrata dapat dikelompokkan hewan yang mempunyai rangka internal adalah dari kelompok vertebrata yaitu Brachylagus sp., Boiga dendrophila, dendrophila, Pycnonotus aurigaster, Osteochilus hasselti , yang mempunyai tengkorak yaitu Boiga Pycnonotus aurigaster, Osteochilus hasselti , Brachylagus sp., Pycnonotus aurigaster, yang mempunyai mata yaitu Boiga dendrophila,

Osteochilus hasselti, Valanga sp., Macrobrachium rosenbergii, Bracylagus sp., yang mempunyai kuping adalah Brachylagus sp., yang mempunyai simetri tubuh radial yaitu Diadema sp., yang mempunyai simetri bilateral yaitu Boiga dendrophila, Osteochillus hasselti, Pycnonotus aurigaster, Brachylagus sp., yang metamerisme adalah Pheretima sp., yang tagmatisasi adalah Valanga sp. dan Macrobrachium rosenbergii.

Simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu simetri radial dan simetri bilateral. Simetri radial adalah suatu tipe simetri pada tubuh yang secara radil mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Tubuh hewan tidak jelas kanan dan kirinya, karena masing-masing busur sisi tubuh, identik terhadap busur lainnya. Apabila suatu irisan diarahkan ke setiap dua radius yang berlawanan, maka iriasan tersebut akan memabagi tubuh hewan avertebrata simetri radial menjadi dua tengahan yang serupa. Contohnya adalah hewan-hewan dari phyla Cnidaria dan Ctenaphora. Hewan avertebrata bilateral pada umumnya memiliki tubuh yang bila dibagi dua bagian menurut arah depan (anterior) ke belakang (posterior) akan menghasilkan paruhan yang sama seperti suatu benda dengan bayangan di cermin. Tubuh hewan simetri bilateral menunjukkan pembagian yang jelas antara kepala, thoraks dan abdomen. Contohnya adalah classis Insecta dari phylum Arthropoda (Hutabarat, 1986). Metamerisme adalah tubuh hewan avertebrata tersusun oleh suatu rangkaian segmen atau metamer yang segaris sepanjang sumbu anteroposterior. Adapula avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberap segmen menyusun kepala, thoraks, dan abdomen. Proses penyautuan beberapa atau banyak segemen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi pada hewan bermetamer disebut tagmatisasi (Siwi, 1991). Tagmatisasi adalah suatu pola tubuh hewan avertebrata matamerik dimana beberapa atau banyak segmennya berfungsi menyusun beragam fungsi. Setiap tagma secara struktural dan fisiologis berbeda. Tagma kepala berfungsi dalam makan, tagma thorax berfungsi sebagai lokomosi dan tagma abdomen berfungsi dalam reproduksi (Jasin, 1989). Karakter taksonomi merupakan suatu sifat dari anggota suatu takson yang membedakan dari suatu anggota takson lainnya. Perbedaan hewan vertebrata dan avertebrata adalah adanya rangka internal yang tersusun atas tulang rawan dan tulang sejati. Vertebrata memiliki cranium (wadah otak) yang membungkus dan melindungi otak, serabut-serabut saraf halus bagian dorsal yang membesar di ujung anteriornya. Hewan avertebrata sebagian besar sistem sirkulasinya terbuka, sedangkan pada vertebrata sirkulasinya tertutup (Siwi, 1991). Hewan vertebrata merupakan hewan bertulang belakang dengan struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan avertebrata. Hewan vertebrata memiliki

tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf, dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Sistem kerja yang sempurna, sistem peredaran darah yang terpusat pada organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya merupakan kemampuan hewan vertebrata dalam pemenuhan kebutuhan (Jasin, 1989). Ular cincin emas adalah nama sejenis ular berbisa anggota family Colubridae. Klasifikasi ular tali wangsa (Boiga dendrophila) menurut Pratt (1935), adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Subfilum Clasis Ordo Familia Genus Species : Animalia : Chordata : Vertebrata : Reptilia : Squamata : Elapidae : Boiga : Boiga dendrophila

Ular cincin mas (Boiga dendrophila) berwarna hitam berbelang kuning, akan tetapi warna kuningnya jauh lebih sempit dan perutnya berwarna hitam seluruhnya (Jasin, 1989). Kedua ular ini memang mirip bentuk dan warnanya. Nama welang dan weling (dari bahasa Jawa) menunjuk kepada pola belang hitamputih (atau hitam-kuning) yang berlainan. Pada ular welang, belang hitamnya utuh berupa cincin dari punggung hingga ke perut; sedangkan pada ular weling belang hitamnya hanya sekedar selang-seling warna di bagian punggung (dorsal), sementara perutnya (ventral) seluruhnya berwarna putih (Supriatna, 1991). Klasifikasi ikan Nilem (Osteochilus hasselti) menurut Nontji (2005), adalah sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Ordo Familia : Chordata : Vertebrata : Pisces : Ostariophysi : Cyprinidae

Genus Spesies

: Osteochilus : Osteochilus hasselti

Ikan Nilem merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Tubuh ikan Nilem terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).caput mulai dari moncong sampai batas tutup insang, badan mulai dari belakang tutup insang sampai belakang anus, ekor mulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor. Seluruh badannya bersisik yang mempunyai tipe cycloid dan di tengah-tengah tubuhnya terdapat gurat sisi yang berfungsi sebagai indra keenamnya (Djuhanda, 1982). Ikan Nilem mempunyai lima sirip yaitu sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip punggung yang tunggal dan sirip ekor. Pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut peraba. Sirip punggung disokong oleh 3 jari-jari keras dan 12 - 18 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan jari-jari lunak. Sirip dada disokong oleh 1 jari-jari dan 13 15 jari-jari lunak. Jumlah sisik-sisik gurat sisi ada 33 36 keping. Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm, warna tubuhnya hijau abu-abu. Ikan nilem memiliki popularitas sedikit di bawah ikan mas. Ikan nilem dikenal dengan nama lain ikan Lehat, Regis dan Penopa di berbagai daerah lain (Djuhanda, 1982). Bulu babi termasuk filum Echinodermata. Klasifikasi bulu babi spesies Diadema setosum menurut Nontji (2005), adalah : Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies : Echinodermata : Echinoidea : Euchinoidea : Cidaroidea : Diadematidae : Diadema : Diadema sp. Bentuk dasar tubuh segi lima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk

berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempenganlempengabungan satu sama lain. Diadema sp. merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002). Diadema sp. termasuk dalam kelompok Echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan. Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin atau edible sea urchin ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri (Nontji, 2005). Durinya amat panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan, panjangnya dapat mencapai ukuran 10 cm. Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi. Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral (Lembaga Oseanologi Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempenglempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Mempunyai alat suara (tympana) yang terletak di ruas abdomen pertama (Siwi, 1991). Klasifikasi Belalang menurut Junaedi (2008), adalah : Kingdom Phyllum Classis : Animalia : Arthropoda : Insecta

Ordo Super ordo Familia Genus Spesies

: Orthoptera : Orhopterida : Acrididae : Valanga : Valanga sp. Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo

Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan (Junaedi, 2008). Belalang (Valanga sp.) merupakan hewan yang berciri-ciri antenna pendek, pronotum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan dengan yang jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cerah pada sayap belakang. Mempunyai alat suara (tympana) yang terletak di ruas abdomen pertama (Siwi, 1991). Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia (Siwi, 1991). Menurut Pratt (1935), klasifikasi dari cacing tanah adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo : Animalia : Annelida : Oligochaeta : Ophistopora

Family Genus Species

: Megascolecidae : Pheretima : Pheretima sp.

Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) termasuk udang asli perairan Indonesia.selain itu ditemukan dibeberapa negara Asia Tenggara terutama di Malaysia. Sungai raksasa prawn, mengklasifikasi Macrobranchium rosenbergii pada tahun 1879, adalah spesies air tawar yang merupakan contoh klasik dari satu jenis yang menjadi lentang karena akibat ketenaran pada aquaculture komersil (Iketani, 2011). Ada varietas unggul yang dikenal sebagai udang galah gimacro (genetic improvement of macrobranchium rosenbergii) yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih cepat. Pada umur lima bulan panjang tubuh udang galah gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480 gram per ekor. Sedangkan udang galah lokal pada waktu yang sama panjang tubuh hanya mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh 200 gram per ekor (Siwi, 1991). Klasifikasi Udang Galah menurut Pratt (1935), adalah sebagai berikut : Kingdom Phyllum Kelas Ordo Famili Genus Species Pycnonotidae. Klasifikasi Burung Kutilang menurut Jasin (1989), adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Aves : Passeriformes : Pycnonotidae : Pycnonotus : Pycnonotus aurigaster :Animalia :Arthropoda :Crustacea :Caridae :Decapoda :Macrobrachium :Macrobrachium rosenbergii Cucak Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga (King et al., 1975). Beberapa spesies burung yang mempunyai kelimpahan berbeda tetapi memiliki penyebaran yang sama, sebagai contoh burung Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Cinenen jawa (Orthotomus sepium) berturut-turut mempunyai kepadatan 8 dan 6 ind./ha, tetapi mempunyai nilai frekuensi relatif yang sama yaitu 60% (Ruhyat ,2009). Cucak kutilang kerap mengunjungi tempattempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan. Burung kutilang acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain. Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae. Klasifikasi kelinci (Brachylagus sp.) menurut Hutabarat (1986), adalah sebagai berikut: Regnum Phylum Classis Ordo Familia Genus Species : Animalia : Vertebrata : Mammalia : Lagormorpha : Leporidae : Brachylagus : Brachylagus sp. Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk

di dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua jenis. Pertama, kelinci bebas. Kedua, kelinci peliharaan. Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums) dan kelinci liar (Oryctolagus cuniculus). Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu (Djuhanda, 1982).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kelompok hewan vertebrata adalah yang mempunyai Columna vertebrae yaitu Ular cincin emas (Boiga dendrophila), Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), kelinci (Brachylagus sp.) sedangkan kelompok avertebrata adalah yang tidak mempunyai Columna vertebrae yaitu Belalang (Valanga sp.), Udang Galah (Macrobrachium rosenbergi), Cacing tanah (Pheretima sp.), Bulu babi ( Diadema sp.). 2. Hewan yang mempunyai rangka internal adalah dari kelompok vertebrata yaitu Bracyhlagus sp., Boiga dendrophila, Pycnonotus aurigaster, yang Osteochilus hasselti , yang mempunyai tengkorak yaitu Boiga dendrophila, Pycnonotus aurigaster, Osteochilus hasselti , Brachylagus sp., mempunyai mata yaitu Boiga dendrophila, Pycnonotus aurigaster,

Osteochillus hasselti , Valanga sp. , Macrobrachium rosenbergi, Bracylagus sp., yang mempunyai kuping adalah Bracylagus sp., yang mempunyai simetri tubuh radial yaitu Diadema sp., yang mempunyai simetri bilateral yaitu Boiga dendrophila, Osteochilus hasselti, Pycnonotus aurigaster, Brachylagus sp.,

Valanga sp., Macrobrachium rosenbergii yang metamerisme adalah Pheretima sp., yang tagmatisasi adalah Valanga sp. dan Macrobrachium rosenbergii.

B. Saran Sebaiknya untuk praktikum pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan karakter morfologi, praktikan diharapkan membawa alat tulis yang lengkap agar memperlancar praktikum serta tidak saling meminjam satu sama lain dan waktu untuk menggambar ditambahkan.

DAFTAR REFERENSI Anonymous. 2004. Valanga sp. www.zipcodezoo.com. Diakses tanggal 21 Maret 2013 Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung Hutabarat, S. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Sinar Jaya, Surabaya Junaedi,W. 2008. Serangga Insekta. http://junaedi525.blogspot.com/seranggainsekta.html Iketani, G. 2011. The History of The Introduction of The Giant River Prawn, Macrobrachium cf. rosenbergii (Decapoda, Palaemonidae), in Brazil: New Insights from Molecular Data. Genetics and Molecular Biology, 34, 1, 142-151 (2011) King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins. London. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. Pratt, H. S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill. Company Inc : New York

Ratna, F. D. 2002. Pengaruh penambahan gula dan lama fermentasi terhadap mutu pasta fermentasi gonad bulu babi Diadema setosum dengan Lactobacillus plantarum sebagai kultur starter [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Ruhyat, P. Mardiastuti, A. Solihin, D, D. Widjajakusuma, R. Nuramaliai, S. Prijono. Ueda, K. Komunitas Burung Pemakan Buah di Habitat Suksesi. A SCIENTIFIC JORNAL: BIOSFER. Volume 26 (2) Mei 2009: 90-99. Siwi, S.S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta. Supriatna, J. 1991. Ular Berbisa Indonesia. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai