Anda di halaman 1dari 25

STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Bangsa/suku Alamat No.

RM : KI : 18 tahun : Islam : SMP : Tidak bekerja : Jawa : Jingin Rt:003, Rw: 002, Monjomulyo SayeganSleman : 037434 Tanggal masuk rumah sakit: 7 Oktober 2009 II. ALLOANAMNESIS Alloanamnesis diperoleh dari: Nara Sumber Nama Alamat Pendidikan Pekerjaan Umur Hubungan Lama kenal Sifat kenal Jenis Kelamin : Laki-laki

Bpk H Jingin Rt:003, Sleman Tamat SD Tukang parkir 54 tahun Ayah pasien 18 tahun Kurang akrab

Rw:

002,

Monjomulyo

Sayegan-

II.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama) Bicara ngelantur, bingung, serta sering mondar-mandir di rumah.

II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang) Sejak satu bulan yang lalu pasien mengalami perubahan tingkah laku, mulai berbicara aneh dan mengatakan mendegar suara yang selalu memerintah dirinya. KI

juga mengatakan bahwa ia merasa ketakutan dan cemas akan keselamatan temantemannya meskipun dengan alasan yang tidak jelas. Pasien juga terkadang melamun dan melakukan gerakan-gerakan aneh seperti menggosok-gosok hidung. Ketika bicara ngelantur, pasien seringkali mengatakan tentang Sanjaya dan Zulkarnaen. Pasien mengatakan bahwa Sanjaya adalah orang yang selalu berjaya/sukses dan ia juga dapat berjalan di laut, sedangkan Zulkarnaen adalah seorang tokoh agama yang sakti. Pasien juga mengatakan bahwa ia telah mendirikan sebuah klub sepak bola yang terkenal. Selain itu, pasien juga mengatakan bahwa Bu As (guru pasien) bisa membaca pikirannya karena pasien yakin bahwa Bu As selalu mengetahui apa yang dipikirkan dan diinginkan pasien tanpa harus mengatakannya. Pasien yakin antara dirinya dan Bu As punya hubungan batin. Pasien juga sering mengatakan kepada keluarganya bahwa teman-temannya selalu mengejar dan mengancamnya. Pasien mengatakan bahwa ia mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan hal-hal aneh seperti mondar-mandir, berdiam diri seperti patung, bahkan pasien mengatakan sering mendengar suara yang menyuruhnya masuk ke dalam sumur. Menurut pengakuan pasien, suara-suara tersebut sudah ia dengar sejak kecil. Pasien juga mengatakan bahwa sewaktu adik perempuan pasien masih kecil (kira-kira 5 tahun yang lalu), pasien pernah memerkosa adiknya karena pasien mengatakan ada suara yang memerintahkannya melakukan hal tersebut. Bahkan sampai sekarang pasien masih mendengar suara yang menyuruhnya memerkosa perempuan yang berada di dekatnya. Namun terkadang pasien dapat melawan perintah/tidak menuruti suara-suara tersebut. Ayah pasien mengatakan bahwa sebelum dibawa ke rumah sakit, dalam sehari pasien mandi sampai empat kali. Pasien sering mondar-mandir keluar masuk rumah dan saat malam hari pasien sering terbangun dari tidurnya dan pergi dari rumah (ngeluyur). Pasien juga mengatakan bahwa sebelum ia dibawa ke rumah sakit pasien merasa yakin bahwa ia diguna-guna oleh temannya yang bernama Sugeng . menurut pasien, Sugeng mengguna-gunainya karena ia merasa iri karena pasien disukai/dicintai oleh Linda, sedangkan Linda (menurut keyakinan pasien) mencintai pasien. Karena Linda lebih memilih pasien daripada Sugeng maka pasien berkeyakinan bahwa Sugeng mengguna-gunainya. Ibu pasien juga mengalami gangguan jiwa. Sewaktu ibu pasien masih hidup (ibu pasien meninggal saat pasien berusia 4 tahun), ia pernah mengatakan kepada pasien bahwa suatu saat nanti pasien akan menjadi seperti ibunya. Perkataan ibu pasien tersebut selalu terngiang dalam benak pasien. Setelah ibu pasien meninggal,

ayah pasien sering memarahi dan memukul pasien tanpa alasan yang jelas. Karena sering bertengkar akhirnya sejak kelas 4 SD pasien masuk ke pesantren. Kira-kira 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan bahwa ia ingin keluar dari pesantren karena ia merasa takut karena teman-temannya ingin membunuhnya. Pasien juga mengatakan bahwa ia selalu teringat dengan teman-temannya di SMA dan ingin sekali bertemu dengan mereka. 2 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien mengamuk dan memecahkan barang-barang. Ia mengatakan bahwa teman-temannya akan membunuhnya karena pasien pernah mencuri mangga milik tetangganya. Pasien selalu terlihat ketakutan dan khawatir akan dibunuh teman-teman dan tetangganya. Karena semakin hari pasien semakin bertingkah aneh maka keluarga pasien membawa pasien ke RS Ghrasia pada tanggal 7 Oktober 2009. II.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan Kemandirian) Pasien sering berdebar-debar dan sulit tidur. II.4. Grafik Perjalanan Penyakit Gejala Klinis

Mental Health Line/Time

1 bulan yang lalu ------ sekarang Fungsi Peran II.3. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu II.3.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit II.3.1.1. Faktor Organik Tidak ditemukan adanya riwayat kejang, demam tinggi, trauma kepala, tumor, maupun keracunan obat/zat sebelumnya. II.3.1.2. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Masalah dengan keluarga Masalah dengan teman dan tetangga dilingkungan rumah

II.3.1.3. Faktor Predisposisi Pasien berkepribadian tertutup Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga

II.3.1.4. Faktor Presipitasi Beban pikiran dengan teman (Linda & Sugeng) Permasalahan dengan ayah (sering bertengkar karena masalah sepele) II.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu II.3.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya Pasien mengatakan bahwa sejak kecil ia sudah sering mendengar suara-suara yang selalu memerintah/menyuruhnya melakukan sesuatu. II.3.2.2. Riwayat Sakit Berat/Opname Tidak ditemukan adanya riwayat sakit berat/opname. II.4. Riwayat Keluarga II.4.1. Pola Asuh Keluarga Ayah sangat dominan, bersikap acuh, melakukan tidak kekerasan fisik, serta sering memarahi KI tanpa alasan yang jelas. Ibu KI seorang penderita gangguan jiwa, sehingga kurang memperhatikan pertumbuhan anak-anaknya.

II.4.2. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu pasien menderita gangguan jiwa Riwayat penyakit berat dalam keluarga disangkal

Riwayat DM dan Hipertensi disangkal

II.4.3. Silsilah Keluarga Keterangan: : ibu pasien yang meninggal dan menderita gangguan jiwa : pasien

II.5. Riwayat Pribadi II.5.1. Riwayat Kelahiran Dari anameses tidak diperoleh informasi mengenai riwayat kelahiran pasien. II.5.2. Latar Belakang Perkembangan Mental Sejak kecil pasien sering dimarah oleh ayahnya tanpa alasan yang jelas dan pasien kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari ibunya karena sang ibu menderita gangguan jiwa sehingga pasien menjadi anak yang berkepribadian tertutup dan cenderung pendiam. II.5.3. Perkembangan Awal Dari anamnesis tidak diketahui bagaimana riwayat perkembangan awal pasien. II.5.4. Riwayat Pendidikan Sejak kelas 4 SD KI masuk ke pondok pesantren sampai kelas 1 SMA, namun karena mengalami perubahan tingkah laku yang aneh, akhirnya pasien berhenti sekolah dan mengatakan ingin berhenti juga dari pesantren. II.5.5. Riwayat Pekerjaan KI belum bekerja II.5.6. Riwayat Perkembangan Seksual KI pernah memerkosa adiknya (kira-kira 5 tahun yang lalu) II.5.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

KI terbiasa beribadah secara teratur sejak masuk ke pesantren namun ayah pasien mengatakan sejak satu bulan yang lalu saat pasien mulai menunjukkan perubahan tingkah laku, pasien menjadi jarang shalat. II.5.8. Riwayat Perkawinan Pasien belum menikah II.5.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid) Menurut ayah pasien, KI berkepribadian tertutup. II.5.10. Hubungan Sosial Hubungan pasien dengan keluarga kurang baik. Bahkan pasien sering bertengkar dengan ayahnya karena masalah kecil. Sejak adik pasien diperkosa oleh KI, hubungan adik pasien dengan sang kakak juga tidak baik dan tidak pernah berkomunikasi. Hubungan pasien dengan tetangga dan teman-temannya cukup baik. Namun karena pasien adalah orang yang pendiam sehingga pasien tidak memiliki banyak teman akrab. II.5.11. Kebiasaan Pasien senang sekali bermain bola dan klereng dengan beberapa teman dekatnya Pola makan pasien cukup teratur Pola istirahat pasien cukup teratur dengan kebiasaan pondok pesantren yang masih terbawa sampai saat ini II.5.12. Status Sosial Ekonomi Keluarga pasien termasuk dalam kondisi ekonomi kurang mampu. II.5.13. Riwayat Khusus Pasien belum pernah mengikuti kegiatan militer.

II.6. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis Dapat dipercaya

III.

PEMERIKSAAN FISIK III.1. STATUS PRAESENS III.1.1. Status Internus Keadaan umum Berat Badan Tinggi Badan Tanda Vital TD Nadi Respirasi Suhu Kepala Leher Thorax S.Kardio S.Respi Abdomen S.Gastro S.Uro Ekstremitas S.Musculo S.Integumentum : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : 110/80 mmHg : 90x/menit : 18x/menit : 36,9C : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : JVP tidak meningkat, limfonodi tidak teraba : baik : 41kg : 145cm Bentuk badan : normal

Kesan Status Internus : dalam batas normal III.1.2. Status Neurologis Kepala dan Leher Tanda Meningeal Kekuatan Motorik Sensibilitas Refleks Fisiologis Refleks Patologis Gerakan Abnormal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal

Nervi Kranialis : dalam batas normal

Fungsi Saraf Vegetatif: dalam batas normal

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan : normal III.1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang Hasil pemeriksaan darah: semua dalam batas normal III.2. STATUS PSIKIATRI Tanggal Pemeriksaan: 11 November 2009 III.2.1. Kesan Umum : Seorang laki-laki sesuai usia,

dalam

batas

duduk

tenang,

penampilan rapi, dengan rambut dan kulit cukup terawat III.2.2. Kesadaran Kuantitatif Compos mentis Kualitatif Tak Berubah III.2.3. Orientasi: Orang : buruk, pasien mengatakan bahwa perawat bangsal adalah kakaknya dan mengatakan mahasiswa FK UII adalah wartawan. Waktu : buruk, pasien mengatakan bahwa baru masuk ke rumah sakit seminggu yang lalu padahal ia sudah sebulan di rumah sakit. Tempat : buruk, pasien mengatakan bahwa ia tidak berada di rumah sakit namun berada di asrama. Situasi : baik, pasien dapat membedakan suasana pasar yang ramai dengan situasi bangsal yang sepi. III.2.4. Penampilan/Rawat Diri: Cukup III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku: Disaktif :

Stereotipi : pasien sering melakukan gerakan-gerakan aneh seperti menggosok-gosok hidung dan mengangkat bahu III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka): Banyak mimik III.2.7. Afek : Inappropriate : saat pasien menceritakan hal-hal sedih/saat pasien merasa sedih ia tertawa dan kelihatan senang, tidak terlihat sedih III.2.8. Proses Pikir III.2.8.1. Bentuk Pikir : Pikiran tak logis III.2.8.2. Isi Pikir: Waham Dikejar : pasien selalu yakin bahwa ia dikejar-kejar oleh seseorang sehingga tidak jarang pasien mimpi buruk dan tidak bisa tidur. Diancam : pasien yakin ia diancam akan dibunuh oleh temanteman dan keluarganya sehingga pasien terlihat terkadang terlihat ketakutan. Bizarre : Dikendalikan : suara-suara yang pasien dengar selalu memerintah pasien dan mengendalikan semua yang pasien lakukan. Siar pikir : pasien yakin bahwa Bu As (gurunya) bisa membaca pikirannya sehingga tanpa mengatakannya Bu As sudah tahu saat KI sedih maupun senang. III.2.8.3. Progresi Pikir: Kualitatif Sirkumstansial : pasien sering berbicara berputar-putar tetapi tetap mempunyai tujuan/maksud dari pembicaraan dan masih dapat dimengerti/dipahami.

10

Flight of idea : saat membicarakan suatu hal pasien sering tiba-tiba berubah arah/tiba-tiba sudah membicarakan hal lain/ganti ide/topik walaupun topik sebelumnya belum selesai dia ceritakan. Kuantitatif Logorrhoe III.2.9. Mood dan Interest: Depresi Merasa sedih, putus asa, murung Kecemasan Sering berdebar-debar Sulit tidur Tidak bisa tidur nyenyak Mimpi buruk Paranoid Merasa terancam Iritabilitas/Sensitifitas Tidak ada Euforia Tidak ada III.2.10.Hubungan Jiwa: Mudah III.2.11. Perhatian: Mudah ditarik mudah dicantum III.2.12. Persepsi: Halusinasi Dengar: pasien mengatakan ia selalu mendengar suara-suara yang memerintah dirinya Pandang: pasien pernah mengatakan bahwa ia melihat sundel bolong dan tuyul Penghidu: pasien sering mencium bau wangi, bau selimut, dll (namun orang lain tidak mencium bau apapun seperti yang dikatakan pasien)

11

Ilusi : saat proses anamnesis berlangsung, tiba-tiba pasien mengatakan bahwa mata kami semua berwarna hijau dan bercahaya

III.2.13. Memori: Amnesia : pasien tidak dapat mengingat nama orang yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu walaupun sudah menyebutkan namanya berkali-kali. Paramnesia De ja vu : pasien mengatakan bahwa ia pernah mengalami anamnesis tersebut dan mengatakan bahwa salah seorang teman kami mirip dengan Linda (teman) III.2.14. Gangguan Inteligensi Sesuai Umur/Pendidikan Tidak ada III.2.15. Insight: Buruk III.2.16.Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan: Pada saat melihat orang yang tertawa pasien ikut tertawa dan saat melihat orang murung pasien ikut menjadi murung. III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi Tidak dilakukan oleh pihak rumah sakit. III.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologi Tidak dilakukan oleh pihak rumah sakit. IV. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA IV.1. Tanda-Tanda (Sign) Banyak mimik, afek appropriate, non realistik tampak sakit jiwa. IV.2. Gejala (Simptom) Waham kebesaran, dikejar, diancam, bizare: siar pikir dan dikendalikan. Halusinasi : visual (+), auditori (+), dan olfaktori (+)

12

IV.3. Kumpulan Gejala (Sindrom) Skizofrenia

V. DIAGNOSIS BANDING Skizofrenia Tak Terinci Skizofrenia paranoid VI. PEMBAHASAN Dari data yang diperoleh saat anamnesis didapatkan bahwa : Pedoman Diagnostik Kriteria mayor skizofrenia : Tought echo, tought insertion atau withdrawal, dan tought broadcasting Gejala Pada Penderita KI yakin bahwa pikirannya dapat dibaca oleh Bu As (Thought Boadcasting) Kriteria Memenuhi

Waham dikendalikan, waham dipengaruhi,atau passivity yang jelas menunjuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak atau delusional.

KI yakin bahwa pikirannya dikendalikan oleh suarasuara yang ia dengar

Memenuhi

pikiran, perbuatan, perasaan khusus, persepsi (Delusion of Control)

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus KI menunjukkan gejala ini menerus terhadap perilaku pasien, mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri atau jenis halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien. Waham-waham jenis lain yang menurut KI menunjukkan gejala ini

Memenuhi

Memenuhi

budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan dan politik atau kekuatan dan kemampuan menusia super

13

Skizofrenia tak terinci F20.3 Memenuhi kriteria untuk skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis KI menunjukkan gejala ini Ya Memenuhi Memenuhi

skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia Ya

residual atau depresi pasca skizofrenia

Memenuhi

KESIMPULAN Dari hasil pembahasan diatas menunjukkan bahwa pasien memenuhi kriteria untuk diagnostik Skizofrenia YTT (F20.3). VII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak ada rencana pemeriksaan penunjang VIII. DIAGNOSIS AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian) Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3) AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental) Pasien berkepribadian tertutup namun hal tersebut tidak memenuhi kriteria diagnsostik gangguan kepribadian AKSIS III (Kondisi medik umum) Tidak ada diagnosis AKSIS IV (Stressor psikososial) Masalah dengan keluarga, teman, dan tetangga AKSIS V (Fungsi sosial) GAF: 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

14

IX. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN IX.1. Terapi Organobiologik IX.1.1. Psikofarmaka CPZ 25 gr : 0 0 1 Farmakodinamik terhadap SSP : CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsangan dari luar. Pada pemakaian lama, dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. CPZ dapat mengurangi / mencegah muntah yang disebabkan oleh perangsangan pada kemoreseptor trigerzone. Pada otot rangka : CPZ dapat menimbulkan relaksasi pada otot skelet yang berada pada keadaan spastik. Efek endokrin : CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek kardiovaskuler : Dapat menimbulkan hipotensi. Farmakokinetik : CPZ diabsorbsi dengan baik bila diberikan peroral dan parenteral. Diekskresi lewat feses dan urine. Efek samping : Ikterus, dermatitis, dan leukopenia. Dapat juga terjadi eusinofilia pada darah perifer. Dan menyebabkan terjadinya gejala ekstra piramidal.

Haloperidol 1,5 gr : 0 0 1 Merupakan obat antipsikotik (mayor tranquilizer) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. Indikasi : Haloperidol diindikasikan untuk kelainan psikotik.

15

Kontraindikasi : Kontraindikasi pada efek samping, orang yang hipersensitif terhadap obat (haloperidol), penyakit parkinson, dan sedang koma.

Efek samping : Susunan Saraf Pusat Gejala ekstrapiramidal Gejala ini sering dilaporkan terjadi dengan pemberian haloperidol dan sering kali timbul pada hari-hari pengobatan. Gejala ini umumnya timbul pada dosis yang tinggi, meskipun kadang-kadang dapat timbul pada dosis yang relatif rendah. Tanda neurologik yang memerlukan penghentian obat Umumnya pasien yang mendapat pengobatan jangka pendek tidak mengalami masalah jika obat antipsikotik dihentikan secara mendadak. Meskipun demikian, beberapa pasien yang sedang mendapat pengobatan penunjang mengalami tanda diskinesia sementara setelah obat dihentikan secara tiba-tiba. Pada kasuskasus tertentu gerakan diskinetik ini sulit dibedakan dengan sindroma diskinesia tardif. Diskiniesia tardif Sindroma ini dapat timbul pada beberapa pasien yang diberi terapi jangka panjang atau dapat timbul setelah terapi dihentikan. Risiko ini tampaknya lebih besar pada pasien usia lanjut dengan dosis tinggi, terutama wanita. Gejala ini dapat menetap dan pada beberapa pasien bersifat ireversibel. Obat yang efektif untuk diskinesia tardif tidak diketahui. Distonia tardif Distonia tardif tidak berhubungan dengan sindroma di atas, dan ditandai dengan gerakan chorea atau distonia yang timbulnya lambat, seringkali menetap dan dapat menjadi ireversibel.

16

Efek SSP lain Insomnia, gelisah, ansietas, eforia, agitasi, mengantuk, depresi, letargi, sakit kepala, konfusi, vertigo, kejang umum, eksaserbasi gejala psikotik seperti halusinasi, dan keadaan catatonic-like yang dapat menghilang dengan penghentian obat dan / atau pemberian obat antikolinergik.

Tubuh Sindroma maligna neuroleptik, hiperpireksia, dan heat stroke telah dilaporkan terjadi dengan haloperidol. Kardiovaskular Takikardia, hipotensi, hipertensi, dan kelainan EKG seperti pemanjangan interval QT dan perubahan pola EKG. Hematologik Telah dilaporkan timbulnya leukopenia dan leukositosis ringan yang biasanya bersifat sementara, penurunan jumlah Hepar Gangguan fungsi hati dan / atau ikterus telah dilaporkan. Kulit Reaksi Endokrin Laktasi, pembesaran payudara, mastalgia, gangguan haid, ginekomastia, Saluran cerna Anoreksia, konstipasi, diare, hipersalivasi, dispepsia, mual, dan muntah. Otonom Mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin, diaforesis, dan petiapisme. Saluran nafas Laringospasme, bronkospasme, dan respirasi menjadi lebih dalam. impotensia, peningkatan libido, hiperglikemia, hipoglikemia, dan hiponatremia. kulit makulopopular dan akneiform serta fotosensitivitas dan kebotakan pernah dilaporkan. sel darah merah ringan, anemia atau kecenderungan timbulnya limfomonositosis.

17

Mata Katarak, retinopati, dan gangguan penglihatan. Dosis : Oral : Dewasa : Gejala sedang Gejala berat Pasien usia lanjut Pasien kronik Anak-anak : Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak usia < 3 tahun. Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40 kg), obat mulai diberikan dengan dosis terkecil (0,5 mg sehari). Dosis total dapat dibagi dan yaitu 2 atau 3x/hari. Kelainan psikotik : 0,05 0,15 mg /kg/hari. Kelainan tingkah laku-non psikotik kelainan Tourette : 0,05-0,75 mg/kg/hari. Intramuskular : Dewasa : Pemberian obat intramuskular dengan dosis 2-5 mg digunakan untuk mendapatkan kontrol secara cepat terhadap pasien akut dengan gejala cukup berat sampai sangat berat. THP(Trihexyphenidil) 2 gr : 0 0 1 Merupakan obat golongan anti kolinergik. Mekanisme kerja : Dasar kerja obat ialah mengurangi aktifitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basal. Farmakodinamik : THP memiliki efek sentral yang kuat dan efek anti kolinergik perifer yang relatif lemah. THP juga memperlihatkan potensi anti spasmodik. Dan memperlihatkan efek midriatik (misalnya efek sekresi kelenjar). Farmakokinetik : : 0,5-2 mg, 2 atau 3x/hari : 3-5 mg, 2 atau 3x/hari : 1/2 2 mg, 2 atau 3x/hari : 3-5 mg, 2 atau 3x/hari

18

Kadar puncak THP tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh eliminasi terminal antara 10-12 jam. Jadi pemberiannya 2x1 hari sudah cukup. Efek samping : Efek samping sentral : Berupa gangguan neurologik berupa, ataksia, disartria, hipertermia, gangguan mental, pikiran kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen, dan koma. Pada penggunaan THP dalam dosis 15-30 mg/hari dapat menyebabkan kebutaan pada penderita glukoma sudut tertutup. Terdapat juga gejala efek samping insomnia, gelisah, dan gangguan lainnya. Kontraindikasi : Dihindarkan pada pasien hipertrofi prostat, penyakit gastrointestinal obstruktif, dan glukoma sudut tertutup. IX.1.2. Terapi Fisik Dilakukan tindakan isolasi fiksasi ECT. Terapi perilaku berolahraga misalnya bulutangkis, sepak bola, dan voli. IX.2. Psikoedukatif/Psikoterapi Terapi berorientasi keluarga Terapi ini melibatkan keluarga dan orang-orang terdekat pasien. Tujuan sesi ini adalah membantu keluarga untuk bisa menghadapi pasien dan tetap mengekspresikan kasih sayang kepada pasien. Terapi ini juga membimbing keluarga tentang bagaimana cara menghadapi pasien yang mengalami kekambuhan saat sudah keluar dari rumah sakit. Terapi kelompok Terapi ini bertujuan agar pasien tidak mengasingkan diri. Dianjurkan mengadakan permainan atau latihan bersama. Terapi individual Berbincang-bincang secara pribadi dengan psikiater. IX.3. Terapi Sosiokultural IX.3.1. Terapi Rehabilitatif Rencana konseling dengan keluarga

19

Rencana

konseling

agar

pasien

dapat

bersosialisasi

dengan

lingkungan lebih baik dan menghilangkan sikap curiga pasien IX.3.2. Terapi Spiritual Diajak kembali beribadah dengan baik dan benar. Memberikan pengertian tentang agama.

IX.3.3. Edukasi dan Modifikasi Keluarga Untuk mempercepat kesembuhan pasien, dukungan keluarga sangatlah diperlukan. Apalagi mengingat pasien sering tidak akur/harmonis dengan keluarga, sebaiknya keluarga memandang kejadian ini sebagai sebuah kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan KI. Selain itu keluarga pasien harus diberi pengertian bahwa pasien membutuhkan dukungan moril dari keluarga sehingga sebaiknya pasien sering dijenguk dan diberi motivasi. X. PROGNOSIS X.1. Faktor Premorbid Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga Pola asuh keluarga yang otoriter Kepribadian Introvert Adanya stressor psikososial SosialeEkonomi kurang Status Perkawinan (belum menikah) X.2. Faktor Morbid Usia onset remaja Jenis Penyakit (Skizofrenia tak Terinci) Perjalanan Penyakit (akut) Kelainan Organik (Tidak ada) Regresi (Tidak ada) Respon Terapi X.3. Kesimpulan Prognosis : jelek : jelek : baik : baik : baik : baik : jelek : jelek : jelek : jelek : jelek : jelek

20

Dubia ad malam XI. RENCANA FOLLOW UP Pemantauan perjalanan penyakit dan efek terapi. Penurunan dosis secara bertahap jika efek terapi sudah baik dan gejala sudah hilang/sangat minimal. Kontrol tiap kali obat habis dan jika terjadi efek samping.

XII.

PEMBAHASAN

Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan gejala berupa: waham kebesaran, dikejar, diancam, dikendalikan, waham siar pikir, halusinasi, ilusi, dan masih mempunyai kecurigaan terhadap keluarga, teman, maupun tetangganya. Insight pasien buruk karena ia tidak merasa dirinya sakit. GEJALA YANG DIDAPAT Sindrom Skizifrenia 1. Gejala positif: o o o o Waham kebesaran berupa keyakinan pasien bahwa ia telah mendirikan klub sepak bola yang terkenal. Waham dikejar dan diancam berupa keyakinan pasien bahwa dirinya dikejar-kejar oleh seseorang yang ingin membunuhnya. Waham dikendalikan (delution of control) berupa keyakinan bahwa dirinya dikendalikan oleh sesuatu dari luar. Waham siar pikir (thought broadcasting) berupa keyakinan bahwa gurunya (Bu As) selalu bisa mengetahui apa yang pasien pikirkan dan inginkan tanpa harus mengungkapkan/mengatakannya. o Halusinasi dengar yaitu pasien mengatakan mendengar suara-suara yang selalu mengatur dan menyuruh pasien melakukan hal-hal aneh seperti masuk ke dalam sumur, menjadi patung (mematung), memerkosa, dan mengamuk. Sejak kecil pasien sudah mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri masuk ke dalam sumur. Selain itu, pasien juga mengatakan bahwa ayahnya selalu memanggilnya sebagai Sanjaya dan Zulkarnaen. Sanjaya adalah

21

orang sakti yang bisa berjalan di laut sedangkan Zulkarnaen adalah tokoh agama yang sakti dan pasti masuk surga. o Ilusi misalnya saat pasien mendengar suara angin pasien mengatakan bahwa itu adalah suara kacang hijau yang jatuh, pasien mengatakan bahwa suara mesin pemotong kayu adalah suara anak tuyul. Selain itu saat kami melakukan anamnesis pasien tiba-tiba mengatakan bahwa mata kami semua berwarna hijau dan bercahaya. 2. Gejala negatif: tidak didapatkan

FORMULASI DIAGNOSTIK DAN PEMBAHASAN Menurut PPDGJ III, skizofrenia didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dam perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriotating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik skizofrenia (F.20) adalah: 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : A. Thought a. Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikir ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, b. Thought insertion or withdrawal : isi pikirang yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), c. Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mudah mengetahuinya B. Delution a. Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau b. Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, c. Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya, secara

22

jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerakan atau pikirannya, tindakan, atau penginderaan khusus), d. Delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. C. Halusinasi Auditorik a. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau b. Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau c. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). 2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas: a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over value ideas) yang menetap, atau apabila terjadi selama bermingguminggu atau berbulan-bulan ters menerus. b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme. c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh delisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atatu fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. d. Gejala-gejala negatif, seperti sifat sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan enurunya kinerja sosial, tetapi hams jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik.

23

3. Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). 3. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari berbagai aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam dari sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

DIAGNOSIS: SKIZOFRENIA YANG TAK TERINCI F. 20.3. Skizofrenia Yang Tak Terinci Pedoman diagnostik Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, terpenuhi hebefrenik atau katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau terpenuhi depresi pasca trauma. Pada pasien ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang bermakna dan menimbulkan penderitaan serta hendaya dalam berbagai fungsi perannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguanjiwa. Dari allo dan autoanamnesis, didapatkan gejala-gejala yang merupakan sindrom dari skizofrenia Gejala yang menonjol pada pasien ialah pasien yang sering mengatakan tentang Sanjaya dan Zulkarnaen setiap saat. Pasien juga selalu terlihat cemas dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Saat pasien melihat orang lain bersedih, pasien juga ikut menjadi sedih. Pasien yakin dirinya juga diguna-guna oleh temannya yang bernama Sugeng karena perempuan yang disukai Sugeng (yang bernama LInda) menurut pengakuan pasien ternyata menyukai pasien. Akibat iri hati maka pasien yakin Sugeng mengguna-guna pasien. Pasien juga mengalami halusinasi auditorik yaitu pasien selalu mendengar suara-suara yang menyuruh/memerintah dirinya. Pasien juga mengalami halusinasi visual berupa mengaku melihat sundel bolong dan tuyul di rumah pasien maupun di rumah sakit. Pada pasien terpenuhi (waktu lebih dari 1 bulan) Terpenuhi Terpenuhi

24

Halusinasi auditorik juga dittemukan tetapi tidak begitu meninjol. Pasien merasa yakin bahwa teman-teman dan tetangganya selalu mengejar, mengancam, dan ingin membunuhnya. Saat ia melihat orang lain tertawa pasien punt ikut tertawa. Pasien juga sering melakukan gerakan aneh yang berulang-ulang seperti menggosok-gosok hidung dan mengangkat bahunya. Gejala-gejala tersebut sudah berlangsung selama > 1 bulan dan menyebabkan perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour). Tetapi dari keseluruhan gejala tersebut, tidak ada yang khas dan memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, simpleks, atau depresi pasca skizofrenia. Oleh karena itu, pada aksis I tercantum skizofrenia tak terinci. Pada aksis II, didapatkan gambaran ciri kepribadian introvert dan emosional yaitu sebelum sakit ataupun setelah sakit, pasien sering marah-marah. Pada aksis III tidak ada diagnosis. Pada aksis IV tidak didapatkan informasi untuk diagnosis. Pada aksis V didapatkan GAF 60-51 (gejala sedang disabilitas sedang). Pada pasien ini kriteria pedoman diagnosis untuk skizofrenia tak terinci terpenuhi karena waktunya lebih dari satu bulan serta terdapat gejala-gejala skizofrenia yang lain. Namun tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis. skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, residual atau depresi pasca trauma. Dengan demikian diagnosis yang tepat untuk pasien tersebut adalah Skizofrenia Tak Terinci DAFTAR PUSTAKA Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: pedoman klinis perawat. Ed.2. EGC: Jakarta Davies, Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental. EGC: Jakarta Freedman, A.M., Kaplan, H., Sadock, B.J. 1975. Modern Synopsis of Comprehensive textbook of Psychiatry. The Williams and Wilkh Company: Baltimore Katzung, Betram. 2007. Farmakologi Dasar Klinik. Salemba Medika: Jakarta Maramis, W.E. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dan PPDGJ III. PT Nuh Jaya: Jakarta

25

Soewadi. 2002. Simptomatologi dalam Psikiatri. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM: Yogyakarta

26

Anda mungkin juga menyukai