Anda di halaman 1dari 17

ASKEP PANKREASTITIS I. Konsep medis A. Pankreatitis Akut 1.

Pengertian Pankreatitis akut merupakan keadaan inflamasi pankreas yang bersifat reversibel. 2. Etiologi Faktor-faktor etiologik pada pankreatitis akut yaitu: a. Metabolik 1) Alkoholisme 2) Hiperlipoproteinemia 3) Hiperkalsemia 4) Obat-obatan (misalnya, diuretik tiazid) 5) Genetik b. Mekanis 1) Trauma 2) Batu empedu 3) Jejas iatrogenik a) Jejas perioperatif b) Prosedur endoskopik dengan penyuntikan zat warna c. Vaskuler 1) Syok 2) Atheroembolisme 3) Poliarteritis nodosa d. Infeksi 1) Parotitis (mumps) 2) Coxsackievirus 3) Mycoplsma pneumoniae

3. Manifestasi Klinik Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis. Rasa sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tegangan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut manimbulkan rasa sakit. Secara khas rasa sakit terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya sering bersifat akut dan terjadi 24 hingga 48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit dapat disertai dengan distensi abdomen, adanya massa abdominal yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas, dan dengan penurunan peristaltis. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun demikian, abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis. Ekimosis (memar) di daerah pinggang dan di sekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis hemoragik yang berat. Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas, ikterus, konfusi dan agitasi dapat terjadi. Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein karna cairan ini mengalir ke dalam jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardi, sianosis dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi. Gangguan pernapsan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnu, takipnu dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal. 4. Patofisiologi Pankreas menyekresikan sejumlah enzim; amilase dan lipase disekresikan dalam bentuk aktif sementara protease, elastase dan fosfolipase disekresikan sebagai proenzim yang dalam keadaan normal harus diaktifkan oleh tripsin di dalam duodenum. Tripsin sendiri normalnya diaktifkan oleh enteropeptidase duodenal. Patogenesis pankreatitis akut berpusat pada aktivitas tripsin yang tidak tepat di dalam pankreas; tripsin yang sudah diaktifkan tersebut akan mengubah berbagai proenzim menjadi aktif prekalikrein menjadi kalikrein yang akan mengaktifkan sistem kinin serta pembekuan. Hasil nettonya berupa inflamasi pankreas dan trombosis. Ciri-ciri pankreatitis meliputi proteolisis jaringan, lipolisis dan perdarahan, terjadi karna efek destruktif enzim-enzim pankreas yang dilepas dari sel-sel asiner. Mekanisme yang dikemukakan untuk aktivitas enzim pankreas meliputi hal-hal berikut ini: a. Obstruksi duktus penkreatikus. Batu empedu dapat terjepit di dalam ampula Vateri; di sebelah proksimal obstruksi, cairan kaya enzim menumpuk dan menimbulkan jejas parenkim

pankreas. Leukosit dalam jaringan parenkim akan melepaskan sitokin proinflamatorik yang menggalakkan inflamasi local dan edema. b. Jejas primer sel asiner. Keadaan ini dapat disebabkan oleh kerusakan karna virus (parotitis), obat-obatan, trauma atau iskemia. c. Defek transportasi-intraseluler proenzim. Enzim-enzim eksokrin pankreas mengalami kesalahan arah dalam perjalanannya, yaitu menuju lisosom dan bukan menuju sekresi; hidrolisis proenzim di dalam lisosom akan menyebabkan aktivitas dan pelepasan enzim. d. Alkohol dapat meningkatkan jejas sel asiner lewat perjalanan proenzim intraseluler yang salah arah dan pengendapan sumbatan protein yang mengental serta bertambah banyak di dalam duktud pankreatikus sehingga terjadi inflamasi dan obstruksi lokal. e. Pankreatitis herediter ditandai oleh serangan rekuren pankreatitis yang hebat dan sudah di mulai sejak usia kanak-kanak. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi germ line (garis-turunan sel tunas) pada: 1) Gen tripsinogen kationik (PRSS1), menimbulkan kehilangan suatu tempat pada tripsin yang esensial untuk inaktivasi enzim itu sendiri (mekanisme pengaman yang penting untuk mengatur aktivitas enzim tripsin). 2) Gen inhibitor protease serin, Kazal tipe I (SPINK1), yang menimbulkan protein yang cacat sehingga tidak lagi mampu memperlihatkan aktivitas tripsin. 5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien pankreatitis akut bersifat asimtomatik dan ditujukan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan peroral harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas. Pelaksanaan TPN (total parenteral nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang penting. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik, serta untuk mengeluarkan asam hidroklorida agar asam ini tidak kembali mengalir kedalam duodenum serta menstimulasi pankreas. Preparat simetidin (Tagamet) juga digunakan untuk menurunkan sekresi asam hidroklorida. Penanganan Nyeri. Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karna akan mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pankreas. Penggunaan morfin dan turunannya harus dihindari karna preparat ini dapat menyebabkan spasme sfingter Oddi. Antiemetik dapat diberikan untuk mencegah muntah. Perawatan Intensif. Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan dan mencegah gagal ginjal akut. Perawatan Respiratorius. Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karna resiko untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru, dan atelektasis cenderung

tinggi. Hipoksemia terjadi dengan frekuensi yang bermakna pada penderita pankreatitis akut sekalipun pada pemeriksaan sinar-X tidak tampak adanya kelainan. Perawatan respiratorius dapat berkisar dari pemantauan gas darah arteri yang ketat, pemberian oksigen hingga intubasi dan ventilasi mekanis. Drainase Bilier. Pemasangan drain bilier (untuk drainase eksternal) dan stent(selang indwelling) dalam duktus pankreatikus melalui endoskoppi telah dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan membentuk kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta menaikkan berat badan. Intervensi Bedah. Meskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat mempunyai resiko bedah yang buruk, namun pembedahan dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa pankreatitis (laparatomi diagnostik), untuk membentuk kembali drainase pankreas atau untuk melakukan reseksi atau pengangkatan jaringan pankreas yang nekrotik. Pasien yang menjalani operasi pankreas dapat memiliki lebih dari satu drain yang terpasang pada tempat pascaoperatif dan luka insisi terbuka, yang dirigasi dan diganti balutannya setiap 2 sampai 3 hari sekali untuk menghilangkan debris nekrotik. Penatalaksanaan Pasca-akut. Antasid dapat diberikan ketika gejala akut pankreatitis mulai menghilang. Pemberian makanan yang rendah lemak dan protein dimulai secara bertahap. B. Pankreatitis Kronik 1. Pengertian

Pankreatitis kronik diartikan sebagai destruksi parenkim eksokrin pankreas yang ireversibel. 2. Etiologi

Keadaan yang paling sering menyebabkan pankreatitis kronik adalah alkoholisme. Penyebab lain adalah hiperkalsemia, hiperlipidemia, pankreas divisum, pankreatitis herediter dan malnutrisidefisiensi-protein. 3. Manifestasi Klinik

Pankreatitis kronik ditandai oleh serangan nyeri yang hebat di daerah abdomen dan punggung, disertai muntah. Dengan semakin berlanjutnya penyakit, serangan nyeri yang berulang-ulang tersebut terasa semakin hebat, semakin sering dan lama. Sebagian pasien mengeluhkan nyeri hebat; yang lain merasakan nyeri tumpul, konstan dan membandel. Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik. Hal ini disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya. Malabsorpsi terjadi kemudian pada penyakit tersebut ketika fungsi pankreas mash tersisa 10%. Akibatnya, proses pencernaan bahan makanan, khususnya protein dan lemak akan terganggu. Defekasi akan terjadi lebih sering dan feses menjadi berbuih serta berbau busuk akibat gangguan pencernaan lemak yang menyebabkan feses tersebut banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatore.

Dengan semakin berlanjutnya proses penyakit, kalsifikasi pada kelenjar pankreas dan terbentuknya batu kalsium di dalam saluran kelenjar dapat terjadi. 4. Patofisiologi

Pankreas mengalami kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif. Dengan digantikannya sel-sel pankreas (sel-sel asiner pankreas) yang normal oleh jaringan ikat akibat serangan pankreatitis berulang-ulang dan efek toksik dari alkohol dan metabolitnya, maka tekanan dalam pankreas akan meningkat. Hasil akhirnya adalah obstruksi mekanis duktus pankreatikus, koledokus dan duodenum. Di samping itu akan terjadi pula atrofi epitel duktus tersebut, inflamasi dan destruksi sel-sel pankreas yang melaksanakan fungsi sekresi (destruksi parenkim endokrin pankreas). 5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pankreatitis kronik bergantung pada kelainan yang mungkin menjadi penyebab pada setiap pasien. Terapi ditujukan untuk mencegah serta menangani serangan akut, mengurangi rasa nyeri sera gangguan rasa nyaman, dan menangani insufisiensi eksokrin serta endokrin yang terdapat pada pankreatitis. Nyeri dan gangguan rasa nyaman pada badomen diatasi dan dicegah dengan penggunaan metode nonopioid untuk mengatasi nyeri. Selaian itu, pasien dan keluarganya juga ditekankan tentang pentingnya menghindari alkohol serta makanan lain yang oleh pasien sendiri dirasakan cenderung menimbulkan nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen. Kenyataannya, tidak ada bentuk terapi lain yang dapat meredakan rasa nyeri tersebut jika pasien sendiri terus menerus mengkonsumsi alkohol dan hal ini harus ditegaskan pada pasien. Diabetes melitus yang terjadi akibat disfungsi sel-sel pulau Langerhans pankreas dapat diatasi dengan diet, pemberian insulin atau obat-obatan hipoglikemia oral. Bahaya hipoglikemia yang berat akibat penggunaan alkohol harus ditekankan pada pasien dan anggota keluarganya. Terapi pengganti enzim pankreas diperlukan bagi pasien yang menderita malabsorpsi dan steatore. Pembedahan umumnya dilakukan untuk mengurangi nyeri abdomen serta gangguan rasa nyaman, memulihkan drainase sekresi pankreas dan mengurangi frekuensi serangan pankreatitis akut. Tindakan bedah yang akan dilakukan tergantung pada kelainan anatomis dan fungsional pankreas yang mencakup lokasi penyakit di dalam pankreas, keberadaan penyakit diabetes, insufisiensi eksokrin, stenosis bilier dan pseudokista pankreas. Pankreatikojejunostomi dengan anastomosis side-to-side atau penyambungan duktus pankreatikus dengan jejunum memungkinkan drainase sekresi pankreas kedalam jejunum. II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian Riwayat kesehatan difokuskan pada karakteristik nyeri abdomen serta adanya gangguan rasa nyaman yang dialami pasien. Munculnya rasa nyeri, lokasi dan hubungannya dengan makan

dan konsumsi alkohol serta hasl berbagai upaya yang dilakukan pasien untuk mengurangi rasa nyeri perlu dicatat. Status cairan serta nutrisi pasien dan riwayat serangan batu empedu serta konsumsi alkohol harus dikaji. Riwayat masalah gastrointestinal, yang mencakup mual, muntah, diare dan pengeluaran feses yang berlemak harus ditanyakan. Pemeriksaan abdomen harus dilakukan untuk mengkaji rasa sakit, nyeri tekan, ketegangan muskuler dan bising usus. Adanya abdomen yang kaku seperti papan atau yang lunak harus dicatat. Status pernapasan, frekuensi dan corak pernapasan serta suara pernapasan harus dikaji. Suara napas yang normal, suara tambahan, dan hasil-hasil perkusi dada yang abnormal, termasuk suara pekak pada basis paru dan taktil fremitus yang abnormal juga harus didokumentasikan. Status emosional serta psikologis pasien dan anggota keluarganya serta upaya mereka untuk mengatasinya harus dikaji karna mereka sering merasa takut dan cemas mengingat beratnya gejala pasien serta sakit yang dideritanya. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan Pankreatitis adalah: 1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas, duktus bilier, kontaminasi kimia pada permukaan peritoneal oleh eksudat pankreas/autodigestif oleh pankreas. Ditandai dengan: keluhan nyeri, focus pada diri sendiri, wajah meringis, perilaku distraksi/tegang. 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kebilangan berlebihan, peningkatan ukuran dasar vaskuler, gangguan proses pembekuan, perdarahan. Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, penurunan pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan dan insulin. Ditandai dengan: keluhan pemasukan makanan tidak adekuat, enggan makan, keluhan gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama: statis cairan tubuh, gangguan peristaltik, perubahan pH pada sekresi. Defisiensi nutrisi. Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala. C. Rencana Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas, duktus bilier, kontaminasi kimia pada permukaan peritoneal oleh eksudat pankreas/autodigestif oleh pankreas. Tujuan: a. b. Mengatakan nyeri hilang/terkontrol. Mengikuti program terapeutik.

c.

Menunjukkan penggunaan metode yang menghilangkan nyeri.

Intervensi a. Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10). Catat faktorfaktor yang meningkatkan dan menghilangkan nyeri. R/ nyeri sering menyebar, berat dan tidak berhubungan pada pankreatitis akut atau perdarahan. Nyeri berat sering merupakan gejala utama pada pasien pankreatitis kronik. Nyeri tersembunyi pada kuadran kanan atas menunjukkan keterlibatan kepala pankreas. Nyeri pada kuadran kiri atas diduga keterlibatan ekor pankreas. Nyeri terlokalisir menunjukkan terjadinya pseudokista atau abses. b. Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan tenang.

R/ menurunkan laju metabolik dan rangsangan/sekresi GI, sehingga menurunkan aktivitas pankreas. c. Ajarkan teknik relaksasi.

R/ meningkatkan relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian; dapat meningkatkan koping. d. Pertahankan lingkungan bebas makanan berbau.

R/ rangsangan sensoridapat mengaktifkan enzim pankreas, meningkatkan nyeri. e. Berikan analgesik pada waktu yang tepat (lebih kecil, dosis lebih sering).

R/ nyeri berat/lama dapat meningkatkan syok dan lebih sulit hilang, memerlukan dosis obat lebih besar, yang dapat mendasari masalah/komplikasi dan dapat memperberat depresi pernapasan. f. Pertahankan perawatan kulit, khususnya pada adanya aliran cairan dari fistula dinding abdomen. R/ enzimpankreas dapat mencerna kulit dan jaringan dinding abdomen, menimbulkan luka bakar kimiawi. 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kebilangan berlebihan, peningkatan ukuran dasar vaskuler, gangguan proses pembekuan, perdarahan. Tujuan: mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, nadi perifer kuat, dan secara individu mengeluarkan jumlah urin adekuat. Intervensi a. Awasi TD.

R/ perpindahan cairan, perdarahan, dan menghilangkan vasodilator (kinin) dan factor depresan jantung yang dipicu oleh iskemia pankreas dapat menyebabkan hipertensi berat. Penurunan curah jantung/perfusi organ buruk sekunder terhadap episode hipotensi dapat mencetuskan luasnya komplikasi sistemik. b. Ukur masukan dan haluaran keseimbangan cairan 24 jam. termasuk muntah/aspirasi gaster,diare. Hitung

R/ indikator kebutuhan penggantian/keefektifan terapi. c. Catat warna dan karakter drainase gaster juga pH dan adanya darah.

R/ resiko perdarahan gaster tinggi. d. Timbang berat badan sesuai indikasi.

R/ penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia; namun edema, retensi cairan dan asites mungkin ditunjukkan oleh peningkatan atau berat badan stabil. e. Catat turgor kulit, kulit/membrane mukosa kering, keluhan haus.

R/ indikator fisiologis lanjut dari dehidrasi. f. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama. Awasi/catat perubahan irama. dan/atau

R/ perubahan jantung/distritmia dapat menunjukkan hipovolemia ketidakseimbangan elektrolit, umumnya hipokalemia/hipokalsemia. Kolaborasi g. Berikan penggantian cairan sesuai indikasi.

R/ pilihan cairan pengganti kurang penting pada kecepatan dan keadekuatan perbaikan volume. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, penurunan pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan dan insulin. Tujuan: a. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan bilai laboratorium normal. b. Tidak mengalami malnutrisi. pola hidup untuk meningkatkan da/atau

c. Menunjukkan perilaku, perubahan mempertahankan beratbdan normal. Intervensi a.

Kaji abdomen, catat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan mual.

R/ disetensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/tidak adanya bising usus. b. Berikan perawatan oral.

R/ menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi membran mukosa kering sehubungan dengan dehidrasi dan bernapas dengan mulut bila NG dipasang. c. Observasi warna/konsistensi/jumlah feses dan bau.

R/ steatore terjadi karna pencernaan lemak tidak sempurna. d. Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman visual.

R/ mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karna peningkatan pengeluaran glukagon (kerusakan sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin (kerusakan sel beta). Kolaborasi e. Pertahankan status puasa dan penghisapan gaster pada fase akut.

R/ mencegah ransangan dan pengeluaran enzim pankreas bila kimus dan asam HCL masuk ke duodenum. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama: statis cairan tubuh, gangguan peristaltik, perubahan pH pada sekresi. Defisiensi nutrisi. Tujuan: a. b. c. Meningkatkan waktu penyembuhan, bebas tanda infeksi. Tidak demam. Berpartisipasi pada aktivitas untuk menurunkan resiko infeksi.

Intervensi a. Gunakan tehnik aseptik ketat bila mengganti balutan bedah atau bekerja dengan infus kateter/selang. Ganti balutan dengan cepat. R/ membatasi sumber infeksi, dimana dapat menimbulkan sepsis pada pasien. b. Tekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik.

R/ menurunkan resiko kontaminasi silang. c. Observasi frekuensi dan karakteristik pernapasan, bunyi napas. Catat adanya batuk dan produksi sputum

R/ akumulasi cairan dan keterbatasan mobilitas mencetuskan infeksi pernapasan dan atelektasis. Akumulasi cairan asites dapat menyebabkan peningkatan diafragma dan pernapasan abdomen dangkal. d. Dorong posisi sering, napas dalam dan batuk.

R/ meningkatkan ventilasi segmen paru dan meningkatkan mobilitas sekresi. e. Observasi adanya demam dan distress pernapasan berhubungan dengan ikterik.

R/ ikterik kolestatik dan penurunan fungsi paru mungkin tanda pertama sepsis dari organisme gram negatif. f. Kaji adanya peningkatan nyeri abdomen, kekakuan nyeri tekan, penurunan/tidak adanya bising usus. R/ diduga peritonitis. D. Implementasi Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien. E. Evaluasi

1. Nyeri dapat teratasi dengan kriteria klien mengatakan nyeri hilang/terkontrol dan mengikuti program terapeutik. 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria klien mampu mempertahankan hidrasi adekuat dengan tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, nadi perifer kuat, dan secara individu mengeluarkan jumlah urin adekuat. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria klien mampu menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan bilai laboratorium normal dan tidak mengalami malnutrisi. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi dengan kriteria klien bebas tanda infeksi.

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Kepeawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta, EGC. Mitchell, Richard N., 2008, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Jakarta , EGC.

Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, (Edisi 8), Jakarta, EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PANKREATITIS KRONIK ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PANKREATITIS KRONIK

A. PENGERTIAN Pankreatitis kronik adalah kerusakan yang permanen dan progresif pada pankreas dimana jaringan yang normal diganti oleh jaringan fibrosis. Penyakit pankreatitis kronik dapat juga berkaitan dengan insufisiensi kronik dari hormon pankreas. (Phipps, dkk ; 1995 : 1378). Pankreatitis kronik adalah kelaianan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas. (Brunner dan Suddarth; 2000 : 1348).

B. ETIOLOGI . anak dihubungkan dengan styptic fibrosis.

duodenum serta malnutrisi protein dan kalor yang berat.

C. PATHOFISIOLOGI Pathofisiologi pankreatitis kronik sama dengan pankreatitis akut. Namun lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut :

D. GEJALA KLINIS PANKREATITIS KRONIK Nyeri terjadi pada kuadran kanan atau kiri atas, belakang dan sepanjang abdomen. Nyeri hebat dan menetap. Sedangkan tanda lain dapat dilihat pada skema diatas.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

ray.

scan abdomen.

F. MANAJEMEN MEDIK Sama dengan manajemen medik pada pankreatitis akut, namun penanganan nyeri lebih diutamakan atau didahulukan. Therapinya meliputi : 1. Obat obatan untuk menghilangkan nyeri : narkotik analgesik, jika therapi ini tidak berhasil maka dilakukan ERCP. 2. Obat obatan yang digunakan adalah untuk menurunkan sekresi eksokrin pankreas : somastostatin, antibiotika prophylactic system, inhibitor phospholipase alfa, dan bisa juga dilakukan bilas peritoneal untuk menghilangkan toksin, kimia atau cegah komplikasi. 3. Infus dan cairan untuk mempertahankan cairan dalam tubuh.

G. MANAJEMEM KEPERAWATAN Untuk pasien dengan pankreatitis kronik pengkajian sama seperti yang digambarkan pada pankreattitis akut. Dalam hal ini diagnosa keperatawan, kriteri evaluasi dan intervensinya sama. Tetapi untuk pasien dengan pankreatitis kronik mempunyai 4 diagnosa utama yang merupakan fokus dari doagnosa keperawatan. Fokus utama keperawatan pada pasien pankreatitis kronik adalah nyeri. Ini memerlukan pengontrolan nyeri yang adekuat dan pemberian analgesik merupakan pilihan utama. Sedangkan tindakan alternatif lainnnya adalah dilakukan relaksasi atau masase, hindari alkohol, dapat membantu mengontrol nyeri.

H. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian Riwayat : mungkin mempunyai masalah penyalahgunaan alkohol atau penyakit batu empedu. Nyeri lokasi : klien mengeluh nyeri daerah epigastrik yang menyebar ke belakang, nyeri abdomen kuadran atas atau nyeri perut menyeluruh, yang menggambarkan nyeri menetap dan menembus. Derajat beratnya didapat dari distress yang ringan sampai nyeri berat kemungkinan mengeluh serangan nyeri setelah makan yang banyak (pankreatitis batu empedu) atau minum minuman kera (pankreatitis akibat alkohol). Dapat mengambil posisi

duduk dan posisi bersandar ke depan untuk mengurangi nyeri, ekspresi wajah mungkin menunjukan nyeri serta gelisah. Gastrointestinal : mengeluh mual dan muntah, bunyi usus besar mungkin hipoaktif, abdomen membesar. TTV : demam, takikardia, takipnea, hipotensi. Balance cairan dan elektreolit : terjadi penurunan turgor kulit, oliguria, membran mukosa kering, pusing, lemah, bingung, kram di kaki dan tangan, hiponatremia, hipokalemia.

b. Diagnosa 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pankreas. DS : pasien mengeluh nyeri abdomen menetap bagian atas / umum dan menyebar ke belakang. DO : ekspresi wajah menunjukan nyeri, duduk dan bersandar ke depan, abdomen terasa lembut. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nausea, muntah, malabsorpsi. DS : anoreksia rasa mual dan muntah. DO : gambaran mukosa kering, kulit kering, keriput, rambut rontok, BAB dengan faeses bercampur lemak, lesu. 3. Inefektif koping individu b.d alkohol abuse DS : pasien mengatakan selalu mengkonsumsi alkohol. DO : kesulitan menyampaikan tujuan yang tepat, riwayat pemakai alkohol, menyangkal ada hubungan antara intake alkohol dengan penyakitnya.

c. Perencanaan Tujuan Dx. 1 : Pasien akan bebas dari nyeri dan merasa nyaman yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dapat diatasi, ekspresi wajah tidak menunjukan nyeri, palapsi abdomen menunjukan tidak ada keluhan nyeri, pasien tidak membutuhkan analgesik. Dx. 2 : Pasien akan mempertahankan pola nutrisi yang adsekuat yang ditandai dengan pasien menunjukan tidak ada mual muntah saat makan, tidak mengalami steatore, berat badan kembali normal.

dx. 3 : Pasien akan membentuk strategi yang efektif untuk koping stress dan penyakitnya yang ditandai dengan pasien dapat mengidentifikasi kebutuhannya dalam mengurangi konsumsi alkohol yang berlebihan.

d. Implementasi DX. 1

R/ Nyeri yang hebat menunjukan adanya komplikasi.

R/ Nyeri yang hebat memerlukan narkotik meperidine yang banyak mengandung morfin dimana menyebabkan spasme jaringan.

pertahnkan posisinya. R/ Pemberian nutrisi per oral merangsang sekresi pankreatik yang menyebabkan injuri pada pankreatik. Suction NTG untuk mengurangi drainase gastrik ke dalam duodenum, mengurangi stimulus pada sekresi pankreatik.

R/ Somatostatin mengurangi sekresi pankreati dan membantu mengatasi injuri.

DX. 2 B pasien intake nutrisi dan indikator dari perubahan status nutrisi. R/ Memberitahu secara tepat mengenai kurang nutrisi untuk mempermudah intervensi selanjutnya.

diet TKTP. R/ Mempertahankan BB dan keseimbangan nitrogen positif dan meningkatkan kesehatan.

penurunan BB, steatore). R/ Pankreatitis kronik disebabkan oleh penurunan fungsi kelenjar eksokrin yang diakibatkan oleh penurunan produksi enzim.

R/ Enzim eksogenous dibutuhkan untuk pencernaan nutrisi bila penyakit mengganggu eksokrin pankreas. ri insulin sesuai order. R/ Produksi insulin dapat berkurang pada pasien pankreatitis kronik, eksogenous insulin dibutuhkan untuk meningkatkan metabolisme glukosa dan mencegah gangguan metabolisme. DX. 3 ohol yang berlebihan dan pankreatitis. R/ Pasien dapat membuat keputusan tentang intake alkohol yang terus menerus.

R/ Pemberian konseling membantu pasien mengekspresikan perasaannya tentang identifikasi dan pokok persoalan, pertimbangkan pilihan yang ada hubungan dengan pokok persoalan.

R/ Partisipasi keluarga dapat membantu pasien mengurangi rasa terisolasi.

e. Evaluasi ada nyeri abdomen.

penyakitnya.

I. PENDIDIKAN KESEHATAN Jelaskan penyebab pankreatitis pada pasien dan tindakan untuk mengurangi resiko terserang kembali. Tekankan pentingnya diet rendah lemak, menghindari makan makanan yang banyak dan menghindari alkohol. Biarkan pasien dan keluarga untuk mendiskusikan masalah mereka serta berikan penyuluhan dukungan emosional.

PENUTUP

Kesimpulan Pankreatitis kronik adalah kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomi dan fungsional yang progresif pada pankreas. Adapun penyebab yang menimbulkan terjadinya pankreatitis kronik : konsumsi alkohol yang berlebihan khususnya pada orang dewasa dan pada anak anak dihubungkan dengan styptic fibrosis serta penyebab lainnya adalah trauma, pembedahan lambung taau pankreas, neoplasam pada pankreas, duodenum serta malnutrisi protein dan kalori yang berat. Inflamasi ini menyebabkan nyeri yang hebat di daerah abdomen bagian atas kiri atau kanan, belakang atau seluruh abdomen. Untuk mengurangi nyeri dianjurkan kepada paisen dan keluarga pentingnya menghindari konsumsi alkohol serta makan lain yang oleh pasien sendiri dirasakan cenderung menimbulkan nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2000, Keperawatan Medikal Bedah , EGC:Jakarta

Dorothy B. Daugty, 1997, Gastrointestinal Disorder , Mosby Year Book : Toronto

Phipps, dkk, 1995, Medical surgical Nursing , ed. 4 th , Mosby Year Book : Toronto

Anda mungkin juga menyukai