Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya manusia. Bayi merupakan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Kesehatan bayi akan menentukan tingkat kesehatan, intelektual, prestasi dan produktivitas di masa depan. Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) merupakan permulaan terbaik di awal kehidupan bayi dalam pencegahan penularan TB. Pada Tahun 2006, secara global terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB dan 1,7 juta (25/100.000) meninggal karena TB. India, Cina dan Indonesia berkontribusi lebih dari 50% dari seluruh kasus TB yang terjadi di 22 negara dengan beban berat TB: Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah India dan Cina. TB pada bayi dan anak adalah fenomena yang sangat mencemaskan. Jumlah kasus TB pada bayi dan anak di Indonesia sekitar seperlima dari seluruh kasus TB (Depkes RI dan WHO, 2008). Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, jumlah kasus baru TB paru Basil Tahan Asam (BTA) positif kelompok umur 0-14 tahun di Indonesia sebesar 1861 kasus. Pada kelompok umur yang sama, Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ketiga terbesar di Indonesia untuk kasus baru TB paru BTA positif setelah Jawa Barat dan Jawa Timur sebesar 170 kasus (Depkes RI, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2002). Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh: sistem imunitas/ kekebalan tubuh yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya (seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya), kurangnya kesadaran orang tua untuk sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia (Koplewich, 2005). Sistem kekebalan tubuh bayi perlu ditingkatkan melalui imunisasi dengan vaksin BCG agar terhindar dari penyakit TB yang berat, seperti TB milier dan meningitis TB. Vaksin BCG merupakan vaksin yang terdiri dari hasil basil TB hidup yang telah dilemahkan kemampuannya dalam menimbulkan penyakit (virulensinya), sehingga mampu merangsang sel-sel imunitas untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis. Ini dilakukan tanpa membuat bayi menjadi sakit (Depkes RI, 2005). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi ini mampu memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi atau anak selama 15 tahun, bila diberikan sebelum bayi terinfeksi Mycobacterium tuberculosis untuk pertama kalinya, yang ditandai oleh uji tuberculin negative. Waktu terbaik pemberian vaksin BCG adalah segera setelah bayi dilahirkan. Bayi yang telah berusia dua bulan atau lebih, perlu dilakukan tes tuberculin terlebih dahulu sebelum dilakukan vaksinasi BCG

Universitas Sumatera Utara

karena sudah tidak efektif apabila sudah terpapar oleh bakteri penyebab TB ini (Depkes RI, 2006). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, diketahui bahwa cakupan imunisasi BCG di Indonesia sebesar 86,9%, angka ini belum maksimal walaupun cakupan ini sudah mendekati Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Universal Child Immunization (UCI) sebesar 100 % (Depkes RI, 2008). Data kementerian Kesehatan (2010), menyatakan bahwa pencapaian Universal Child Imunization (UCI) desa/kelurahan yaitu sebesar 68,2% pada Tahun 2008 dan sebesar 69,2% pada Tahun 2009. Cakupan imunisasi yang rendah salah satunya disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi. Guna mencapai target 100% UCI desa/kelurahan pada Tahun 2014, Kepmenkes mengembangkan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI). GAIN UCI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di semua tingkat administrasi yang meliputi : 1) penguatan PWS (pemantauan wilayah setempat) untuk memetakan setiap wilayah berdasarkan cakupan, analisis masalah dan menyusun langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasi segera permasalahan setempat yang diarahkan terutama pada daerah cakupaan rendah tanpa menurunkan kinerja pada daerah yang tahun sebelumnya telah bisa mencapai target UCI desa/kelurahan serta tetap menjaga mutu pelayanan sesuai standar, 2) menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga, logistik, biaya, dan sarana pelayanan, 3) pemberdayaan masyarakat melalui tokoh agama (TOGA), tokoh masyarakat

Universitas Sumatera Utara

(TOMA), aparat desa, dan kader, dan 4) pemerataan jangkauan terhadap semua desa/kelurahan yang sulit atau tidak terjangkau pelayanan (Kepmenkes RI, 2010). Program imunisasi BCG sebagai salah satu program imunisasi diharapkan dapat berperan besar dalam menurunkan angka penularan TB di kabupaten/kota. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara (2009), Tapanuli Utara menempati urutan ke-5 terendah dari 28 kabupaten/kota untuk angka cakupan BCG. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah bayi pada Tahun 2009 sebanyak 6.782 dengan jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan imunisasi BCG sebanyak 56,50 %, angka ini belum maksimal dan terlihat juga dari penemuan penderita TB paru klinis pada balita sebesar 41 kasus. Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 kecamatan dan memiliki puskesmas sebanyak 18 unit. Puskesmas Aekraja merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara yang berjarak 24 km dari Kota Tarutung, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Wilayah kerja Puskesmas Aekraja terdiri dari 5 desa, memiliki luas wilayah 257,35 km2 yang secara geografis dikelilingi oleh bukit dengan jumlah penduduk 6.909 jiwa (1.151 kepala keluarga). Puskesmas Aekraja memiliki bayi sejumlah 183 orang dengan proses persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 71,70%. Puskesmas Aekraja merupakan puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi BCG rendah di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 48,63% (Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, 2010). Berikut ini merupakan data cakupan imunisasi BCG dari 5 (lima) desa di wilayah kerja Puskesmas Aekraja pada Tahun 2010:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1. Jumlah Cakupan Imunisasi BCG di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 Bayi NO Desa Target BCG 1 Aekraja 45 31 2 Hutatinggi I 48 23 3 Lobusunut 40 14 4 Sisordak 30 12 5 Horisan 20 9 Total 183 89 Persentase (%) 100 48,63 Sumber: Laporan Bulanan Januari-Desember Puskesmas Aekraja Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa cakupan imunisasi BCG pada wilayah kerja Puskesmas Aekraja hanya mencapai 48,63%. Hasil laporan cakupan imunisasi BCG tersebut juga masih sangat jauh dari yang diharapkan, seperti dari Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.741/PER/VII/2008 sebesar 100%. Pelaksanaan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja tidak terlepas dari Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI), pelaksanaan imunisasi BCG dilakukan secara rutin satu kali dalam satu bulan di setiap posyandu dan dilaporkan oleh puskesmas dalam bentuk laporan (Laporan Bulanan JanuariDesember Puskesmas Aekraja Tahun 2010). Berdasarkan hasil observasi penulis di wilayah kerja Puskesmas Aekraja, kegiatan imunisasi BCG dilakukan setiap bulannya di setiap posyandu oleh bidan desa dan dibantu oleh kader, di mana dalam kegiatan posyandu tersebut dilakukan penyuluhan mengenai imunisasi BCG dan juga penyuntikan vaksin BCG. Dari keseluruhan ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja posyandu tersebut hanya

Universitas Sumatera Utara

beberapa ibu yang datang dan mau mengikuti kegiatan penyuntikan vaksin BCG pada bayinya, sementara sebagian ibu lainnya tidak datang dikarenakan berbagai alasan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu bayi tentang alasan ibu tidak membawa bayinya untuk diimunisasi BCG, diantaranya disebabkan oleh karakteristik ibu di mana rendahnya pendidikan ibu mengakibatkan kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pencegahan penyakit, pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG masih rendah, kurangnya kesadaran ibu bayi untuk mencegah penyakit dan kesibukan bekerja di ladang membuat ibu tidak sempat membawa bayinya untuk diimunisasi BCG. Beberapa ibu juga menyatakan bahwa ada larangan dari suami untuk membawa bayinya untuk di imunisasi BCG. Menurut Green yang dikutip Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, faktor pendukung ketersediaan fasilitas kesehatan dan faktor penguat mencakup dukungan keluarga. Menurut hasil penelitian Septenia di Kabupaten Langkat (2010), dinyatakan bahwa terdapat pengaruh pendapatan terhadap pemberian imunisasi campak sedangkan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan kepercayaan tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi campak. Hasil penelitian Irfani di Kabupaten Serdang Bedagai (2010), menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan dan pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap sedangkan

Universitas Sumatera Utara

umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan data-data dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis apakah ada pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh karakteristik ibu (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan cakupan imunisasi BCG.

Universitas Sumatera Utara

2.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada penyedia pelayanan kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja.

3.

Bagi peneliti lain, khususnya mahasiswa peminatan Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK), agar dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian dan pembuatan kebijakan di dunia kerja.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai