Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN STENOSIS PILORY HIPERTROPI DI RUANG HCU RS.

SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH: Kristian Yuli Sampurno (201010300511002) PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

I.

Pengertian Stenosis pilorik adalah penyempitan di bagian ujung lambung tempat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya sejumlah kecil isi lambung yg bisa masuk ke usus, selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak akan mengalami penurunan berat badan. Gejala tersebut biasanya muncul pada usia 2-6 minggu (Arif Mansjoer, dkk. 2000)

Gambaran Penyakit Stenosis Pilorik Hipertropi

II.

Etiologi Penyebab stenosis pilorik tidak diketahui, tetapi ada kecenderunganfaktor konginetal ikut berperan. Factor didapat mungkin terlibat dalam pathogenesis terbentuknya lesi.

III. 1.

Tanda dan Gejala Muntah proyektil mulai umur 2-3 minggu, dan tidak berwarna hijau ( nonbilious vomiting), Terkadang dijumpai muntah berwarna hijau dan dapat pula muntahan bercampur darah oleh karena adanya iritasi pada mukosa lambung.Timbul 30-60 menit setelah makan dan minum 2. 3. 4. Setelah muntah kelihatan selalu masih lapar dan rakus bila diberikan minuman Bayi senantiasa selalu menangis sesudah muntah dan akan muntah kembali setelah makan. Hal ini disebabkan karena obstruksi pylorus. Penurunan berat badan yang disertai dengan penurunan turgor kulit merupakan tanda adanya dehidrasi.

5. 6.

Konstipasi merupakan gejala yang sering muncul karena sedikitnya jumlah cairan yang melalui pilorus menuju usus halus. Anak juga tampak gelisah dan terus menangis (Ngastiyah, 1997)

IV.

Komplikasi Stenosis pilorus dapat menyebabkan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan

masalah berat badan . Muntah berulang-ulang dapat mengiritasi perut bayi Anda. Beberapa bayi yang telah menderita pilorus stenosis berkembang menjadi penyakit kuning sebuah perubahan warna kekuningan pada kulit dan mata.

Ikterus : disebabkan oleh defisiensi transferase glukuronida hepatik.Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Alkalosis metabolik hipokloremik (akut). Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana kehilangan asam melampaui produksi asam, ion-ion hidrogen hilang dari cairan tubuh dan terjadi kelebihan bikarbonat Dehidrasi berat (akut) dengan peningkatan kadar nitrogen urea darah. (Ngastiyah, 1997)

V.

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan radiologi yaitu dengan barium meal maka akan tampak saluran pilorus kecil dan memanjang yang disebut string sign 2. Pada fluoroskopi tampak pengosongan lambung terlambat, lambung tampak membesar dan jelas terlihat gambaran peristaltic. 3. Pada pemeriksaan ultrasonografi, tampak gambaran dougnat sign atau target bull eye sign. 4. USG Penebalan pylorus dg central sonolucent area Diameter pylorus > 14 mm Penebalan mucosa > 4 mm Panjang > 16 mm

VI. 1.

Penatalaksanaan Pembedahan Pembedahan yang dilakukan adalah pyloromiotomi dengan angka kematian kurang dari 1 persen. Untuk mencegah terjadinya keadaan yang berulang residif, piloromiotomi harus dilakukan tuntas dengan cara seluruh bagian otot pylorus yang hipertropi dibelah, termasuk sebagian otot di bagian proksimal. Komplikasi pasca operasi dapat terjadi perdarahan, perforasi dan infeksi

luka operasi. Perforasi duodenum atau lambung merupakan penyulit yang berbahaya sebab adanya suatu kebocoran enterik dapat menyebabkan nyeri, peregangan perut, demam dan peritonitis, bahkan dapat terjadi sepsis, kolaps vaskuler dan kematian. Jika terjadi perforasi harus dilakukan perbaikan dan diberi antibiotika. Piloromiotomi merupakan pilihan utama. Apabila dikerjakan dengan tepat maka prognosisnya baik dan tidak akan timbul kekambuhan. 2. Penatalaksanaan non bedah ( terapi obat ) Tanpa pembedahan penyembuhan lambat (2-8 bulan), angka kematian lebih tinggi, dan biaya rawat inap tinggi. Serta dampak yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan emosi akibat perawatan yang lama di rumah sakit. Pengobatan secara medis penyembuhannya biasanya berlangsung lambat. Untuk terapi obatnya yaitu dengan sulfas atropin intra vena : 3. Terapi nutrisi Pada pasien post operasi pemberian makanan per oral mulai diberikan 4-6 jam pasca bedah, setelah 24 jam intake penuh diperbolehkan, Pada pasien non bedah diberikan makanan kental dicampur tepung dan diberikan dengan porsi yang sedikit tapi sering. Selama kira-kira 1 jam setelah makan, bayi dipertahankan dalam posisi setengah duduk (Soetjiningsih, 1998) Dosis awal 0,4 mg/kg bb/ hari Ditingkatkan 0,1 mg/kg bb/hari tiap 8 hari sampai muntah mereda Dilanjutkan atropin oral selama 2 minggu Selain itu dibutuhkan pula obat-obatan penenang, anti tikolinergik dan cairan parenteral.

VII. A.

Asuhan Keperawatan. Pengkajian.

1. Identitas. a. Identitas klien b. Identitas penanggung jawab 2. Riwayat Keperawatan. a. b. c. d. e. f. g. h. a. b. c. d. e. f. g. h. i. B. 1. muntah 2. 3. Konstipasi b/d kurangnya jumlah cairan yang melalui pylorus menuju usus halus. Cemas b/d kurangnya pengetahuan Keluhan utama. Riwayat penyakit sekarang. Riwayat penyakit dahulu. Riwayat kesehatan keluarga. Riwayat kesehatan lingkungan. Imunisasi. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi. Sistem kardiovaskuler. Sistem pernapasan. Sistem pencernaan. Sistem genitourinarius. Sistem saraf. Sistem lokomotor/muskuloskeletal. Sistem endokrin. Sistem integumen. Sistem pendengaran.

3. Pemeriksaan fisik.

Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual

C.

Perencanaan Keperawatan NOC Setelah dilakukan 1. keperawatan menunjukkan 2. dengan nutrisi criteria 3. klien 4. sering 5. tim Kolaborasi dengan gizi dalam penentuan diet klien Kaji frekuensi pola eliminasi klien. Kurangi makanan yang serat mengandung NIC Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi Timbang badan klien. Kaji penyebab factor gangguan diet berat

Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang tubuh kebutuhan mual muntah

dari tindakan akan Intake -

b/d selama 3 x 24 jam , klien NOC : Food & Fluid hasil sbb : intake meningkat - muntah (- ) - tidak terjadi penurunan BB

pemenuhan nutrisi Berikan dalam porsi kecil tapi

Konstipasi yang melalui

b/d Setelah

dilakukan 1. keperawatan

kurangnya jumlah cairan tindakan menuju usus halus.

pylorus selama 3 x 24 jam , 2. gangguan eliminasi klien dapat teratasi dengan criteria hasil sbb : - Pola BAB normal - Konsistensi normal

Cemas b/d kurangnya Setelah pengetahuan tindakan selama klien dibuktikan 3 pengetahuan x

dilakukan 1. keperawatan 24 jam keluarga 2. meningkat dengan

Kaji pendidikan klien Kaji pengetahuan klien

tingkat keluarga tingkat keluarga

tentang proses penyakit Jelaskan tentang

criteria hasil sbb : - Keluarga klien mengeri 3.

dengan proses penyakit klien - ekspresi wajah tenang, 4.

proses penyakit klien dengan melalui penkes Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya 5. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien

Daftar Pustaka Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009 2011. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai