Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN SKENARIO 2 BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

KEJADIAN PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Kelompok Ketua Sekretaris Anggota

: : : :

A-2 Lalu Reza Aldira.A Fahada Indi Hardiyanti Kumala Almira Rosalie Amelia Alresna Daniel Bramantyo Dewi Ratna Sari Diandhara Nuryadin Irene Ratnasari Lisa Chairunnisa
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2012/2013

1102010147 1102007106 1102009129 1102010015 1102010017 1102010063 1102010072 1102010074 1102010131 1102010153

KEJADIAN PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pada Tahun 2011, ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan Pejabat Walikota Pekanbaru setelah mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari 2011 mencapai 450 kasus. Hal ini menunjukan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar < 50 per 100.000 penduduk dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Sering kali pasien dating ke Puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat perdarahan spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang cenderung untuk mengobati diri sendiri dengan cara membaluri badan dengan bawang merah yang dicampur minyak goring terlenih dahulu kemudian membeli obat penurun panas di warung atau toko obat. Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera dibawa ke Puskesmas. Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi tersebut, Puskesmas melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi KLB. Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infuse bagi pasien yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut Puskesmas melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakan oleh Puskesmas sendiri secara Lintas Program, tetapi juga dikerjakan secara Lintas Sektoral demi untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat bersamaan, terjadi ledakan kasus Campak di Puskesmas setempat. Ternyata cakupan imunisasi campak dalam 3 tahun terakhir selalu berada dalam kisaran <50%. Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh Agama juga terlibat dalam ikut urun rembuk penyelesaian masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam pandangan islam menciptakan kemashlahatan insani yang hakiki adalah merupakan salah satu tujuan syariat islam dan hokum menjaga kesehatan dan berobat adalah wajib.

STEP I
Menentukan kata sulit (brainstorming) 1. KLB (Kejadian Luar Biasa) : Salah Satu status yang ditetapkan di Indonesia Untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu penyakit. : Kasus baru dalam periode tertentu XK Populasi beresiko di periode sakit yang sama 3. CFR (Case Fatality Rate) : Kematian pada penyakit tertentu XK Penderita penyakit tersebut 4. PE (Penyelidikan Epidemiologi) : Kegiatan pendidikan atau survey untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih dan menyeluruh. : Penggabungan dan Penghubungan antara beberapa Program dalam suatu instansi. : Penggabungan dan Penghubungan antara beberapa Program dalam suatu instansi yang berbeda.

2. IR (Insinedence Rate)

5. Lintas Program 6. Lintas Sektoral

Pertanyaan : 1. Kapan Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah KLB? 2. Faktor apa saja yang menyebabkan KLB? 3. Apa tindak lanjut setelah ditetapkannya KLB? 4. Bagaimana pencegahan peningkatan KLB? 5. Bagaimana edukasi yang baik untuk masyarakat dalam mencegah terjadinya KLB? 6. Apa saja program Puskesmas? 7. Bagaimana prosedur penyelidikan epidemiologi? 8. Apa faktor yang menyebabkan masyarakat masih melakukan pengobatan tradisional? 9. Mengapa masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional daripada modern? 10. Bagaimana cara mengatasi tradisi pengobatan tradisional pada masyarakat? 11. Bagaimana cakupan pelayanan kesehatan di daerah tersebut? 12. Bagaimana cara menanggulangi keterbatasan pelayanan pada kasus tersebut? 13. Bagaimana system perujukan dari puskesmas ke rumah sakit? 14. Bagaimana prosedur pelaksanaan rujukan puskesmas? 15. Bagaimana pelaksanaan program imunisasi? 16. Apa contoh program puskesmas lintas sektoral? 17. Bagaimana cara puskesmas menanggulangi langsung dua KLB? 18. Bagaimana hokum menjaga kesehatan dan berobat dalam Islam? 19. Apa peran tokoh agama dalam lintas sektoral? 20. Apa cara menyelesaikan masalah kesehatan dalam masyarakat?

Jawaban 1. Saat jumlah kasus meningkat dua kali atau lebih dari kasus sebelumnya. Peningkatan kasus secara terus menerus dalam tiga kurun waktu. 2. Jenis penyakit, Faktor lingkungan, Perilaku masyarakat, Sosial-ekonomi, Letak geografis. 3. Konfirmasi dengan mencari tahu itu wabah atau bukan, menghubungkan dengan factor penyebab; waktu; dan jumlah yang terkena, menegakkan hipotesis sementara dibantu dengan tokoh masyarakat dan agama setempat, penyelidikan epidemiologi lebih detail, melakukan survey, menegakkan hipotesa pasti, melaporkan ke dinas kesehatan setempat, mencari cara penanggulangannya, membuat evaluasi laporan. 4. Penyuluhan imunisasi dan vaksin, penyuluhan 3M, edukasi untuk perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan. 5. Memahami sosial budayanya, mengajak krjasama tokoh masyarakat dan agama setempat 6. Fogging, imunisasi 7. Survey daerah, pengumpulan data, pengolahan data, mengummpulkan hasil data, melakukan penatalaksanaan, feedback. 8. Kurangnya pengetahuan, kuatnya mitos dan kepercayaan 9. Karena kebiasaan dan lebih murah 10. Edukasi masyarakat 11. Penyediaan fasilitas, tenaga kesehatan yang memadai. 12. Permohonan rujukan ke dinas kesehatan 13. Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut: . Intern antar petugas Puskesmas . Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas . Antara masyarakat dengan Puskesmas . Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain . Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya 14. Bila terjadinya peningkatan suatu wabah penyakit dan puskesmas tidak sanggup untuk menampungnya. 15. (lihat di tabel imunisasi ter-update) 16. Melibatkan tokoh agama dan masyarakat setempat 17. 18. Wajib hukumnya 19. Ikut membantu dalam mengedukasi masyarakat. 20. Meningkatkan kesehatan lingkungan,, baik lingkungan dalam rumah, maupun lingkungan sekitar.

Hipotesis

Jenis Penyakit Faktor lingkungan Perilaku Masyarakat Sosial Ekonomi Letak Geografis

Kasus Penyakit

KLB

Penanggulangan Edukasi

Program Pencegahan

Penyelidikan epidemiologi

PUSKESMAS

Lintas program

Lintas sektoral

Sistem Perujukan

Dinas Kesehatan

SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa) Definisi Factor penyebab Kriteria 2. Memahami dan menjelaskan Puskesmas Definisi Program Fasilitas Mutu dan pelayanan System perujukan Prosedur pelaksanaan dan mekanisme kerja 3. Memahami dan menjelaskan imunisasi Pelaksanaan program imunisasi Penjadwalan imunisasi (tabel) Waktu dan cara pemberian imunisasi 4. Memahami dan menjelaskan sosial-budaya dan pengaruhnya dalam perilaku Masyarakat untuk berobat. Perbandingan pelayanan modern dan tradisional 5. Memahami dan menjelaskan Hukum menjaga kesehatan dan berobat dalam islam serta bagaimana pandangan mengenai KLB dalam islam

STEP 2 MANDIRI

Memahami dan menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa)


Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan seharihari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Wabah: berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB : Wabah harus mencakup: o Jumlah kasus yang besar. o Daerah yang luas o Waktu yang lebih lama. o Dampak yang timbulkan lebih berat. Kriteria KLB KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu : Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturutturut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru

dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. Klasifikasi KLB a. Menurut Penyebab: Entero toxin : misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens. Endotoxin : Infeksi, Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing, Toksin Biologis, Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan, Toksin Kimia. Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), cyanide, nitrit, pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN. b. Menurut Sumber KLB Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis. Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun). Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok. Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara. Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella. Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng. c. Menurut Penyakit wabah Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah: Kholera, Pes, Demam kuning, Demam bolak-balik, Tifus bercak wabah, DBD, Campak, Polio, DPT, Rabies, Malaria, Influensa, Hepatitis, Tipus perut, Meningitis, Encephalitis, SARS, Anthrax Pelacakan Kejadian Luar Biasa 1. Garis Besar Pelacakan Wabah/Kejadian Luar Biasa Keberhasilan pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai kegiatan khusus. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan atau tempat kejadian, yang disusul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman pemikiran merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan. 2. Analisis Situasi Awal Pada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat wabah atau kejadian luar biasa, diperlukan tiga kegiatan awal, yaitu : a. Penentuan / penegakan diagnosis Untuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas apakah laporan awal yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (perhatikan tingkat kebenarannya). Selain itu, harus pula ditetapkan kapan seseorang dapat dinyatakan sebagai kasus. Dalam hal ini sangat tergantung pada keadaan dan jenis masalah yang dihadapi.

b. Penentuan adanya wabah Untuk menentukan apakah situasi yang dihadapi adalah wabah atau tidak, maka perlu diusahakan melakukan perbandingan keadaan jumlah kasus sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa atau tidak. c. Uraian keadaan wabah Bila keadaan dinyatakan wabah harus dilakukan penguraian keadaan wabah bedasarkan tiga unsur utama yaitu waktu, tempat dan orang. Gambaran wabah berdasarkan waktu Kurva Epidemi Adalah gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama. Untuk membuatnya dibutuhkan informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama. Misalnya, tanggal timbulnya gejala pertama, jam timbulnya gejala pertama, untuk masa inkubasi sangat pendek Manfaat kurva epidemic Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan kelanjutan Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan kapan pemaparan terjadi dengan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut. Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya Perjalanan Wabah kurve menanjak: jumlah kasus terus bertambah, wabah sedang memuncak, akan ada kasus-kasus baru Puncak kurve sudah dilalui: kasus yang terjadi semakin berkurang, wabah akan segera berakhir.Mencari Periode pemaparan Pada point source epidemic -- penyakit dan masa inkubasi diketahui, kurve epidemic dapat digunakan untuk mencari periode pemaparan -- penting menanyakan sumber letusan Gambaran wabah berdasarkan tempat Memberikan informasi tentang luasnya wialyah yang terserang Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah penyebab Berupa: Spot map atau area map Spot map: peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar Area map: menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada wilayah dengan kode/ arsiran Mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing wilayah Gambaran wabah berdasarkan orang Umur Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan penyakit, karena mempengaruhi: Daya tahan tubuh Pengalaman kontak dengan penyakit Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan sumber penyakit Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb. Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga ada perbedaan risiko diantara golongangolongan dalam faktor tsb.Di negara-negara multirasial, gambaran penderita berdasarkan ras sering ditampilkan. Adanya perbedaan cara hidup, tingkat sosial ekonomi, kekebalan, dsb.

Berdasarkan pemaparan: Pekerjaan, Rekreasi, Penggunaan obat-obatan

3. Analisis Lanjutan Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah, maka selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut serta analisis berkesinambungan yaitu : Usaha penemuan kasus tambahan Ditelusuri kemungkinan adanya kasus yang tidak dikenal dan kasus yang tidak dilaporkan. Dengan cara mengadakan pelacakan ke rumah sakit dan ke dokter praktek umum setempat dan pelacakan yang itensif adanya gejalaatau yang kontak dengan penderita. Analisis data Melakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai tambahan informasi yang didapatkan dan laporkan hasil intrepesi data tersebut. Menegakkan hipotesis Hasil analisis dari seluruh kegiatan dibuat keputusan yang bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Kesimpulan dari semua fakta yangditemukan harus sesui dengan apa yang tercantum dalam hipotesis. Tindak pemadaman wabah dan tindak lanjut Tindakan diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai dengan keadaan wabah yang terjadi. Setiap tindakan pemadaman wadah harus disertai dengan berbagai tindak lanjut (follow up) sampai keadaan sudah normal kembali. Biasanya kegiatan tindak lanjut dan pengamatan dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali masa tunas penyakit yang mewabah. Penanggulangan KLB Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terusmenerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002). Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003). Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini

peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003) Pencegahan terjadinya wabah/KLB a. Pencegahan tingkat pertama Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga. Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis. b. Pencegahan tingkat kedua Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. c. Pencegahan tingkat ketiga Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi. d. Strategi pencegahan penyakit Dilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi lingkungan. Faktor penyebab KLB Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit. Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)

Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu. Wabah terjadi karena 2 keadaan : Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut. Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

Pengukuran epidemiologi : UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI


Proporsi: Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi Rumus: Proporsi : x / (x+y) x k Contoh: Proporsi Mhs wanita = Jumlah Mahasiswa wanita ------------------------------------------ k Jumlah Mahasiswa wanita + pria Proporsi Mahasiswa berprestasi Proporsi Mahasiswa hafal Al Quran

Ratio: Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian Rumus: Ratio: (x/y) k Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan Ratio x : y = 1 : 2 Contoh: jumlah pria ---------------------- k jumlah wanita Pria : Wanita = x : y Dependency ratio = Juml usia (0 - <14th) + (>65 th) ------------------------------------------- k Jumlah usia (15 64 th) Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah masing2 mahasiswa?

Rate : Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat Rumus: Rate: (x/y) k X: angka kejadian Y: populasi berisiko K: konstanta (angka kelipatan dari 10) Contoh: Campak berisiko pada balita Diare berisiko pada semua penduduk Ca servik berisiko pada wanita PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS INCIDENCE RATE Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu Incidence Rate (IR): Jumlah penyakit baru --------------------------------- k Jumlah populasi berisiko PREVALENCE RATE Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate Prevalence Rate (PR): Jumlah penyakit lama + baru --------------------------------------- k Jumlah populasi berisiko ATTACK RATE Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu Attack Rate (AR): Jumlah penyakit baru --------------------------------- k Jumlah populasi berisiko

(dalam waktu wabah berlangsung)

PENGUKURAN MORTALITY RATE CRUDE DEATH RATE CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun Rumus: CDR (Crude Death Rate) Jumlah semua kematian --------------------------------- k Jumlah semua penduduk SPECIFIC DEATH RATE SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun Rumus: SDR (Specific Death Rate Jumlah kematian penyakit x ----------------------------------- k Jumlah semua penduduk CASE FATALITY RATE CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut CFR (Case Fatality Rate): Jumlah kematian penyakit x ------------------------------------ x 100% Jumlah kasus penyakit x MATERNAL MORTALITY RATE MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup MMR (Maternal Mortality Rate): Jumlah kematian Ibu ------------------------------ x 100.000 Jumlah kelahiran hidup INFANT MORTALITY RATE IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran hidup IMR (Infant Mortality Rate): Juml kematian bayi ----------------------------- x 1000 Juml kelahiran hidup

NEONATAL MORTALITY RATE NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup NMR (Neonatal Mortality Rate): Jumlah kematian neonatus ------------------------------------ x 1000 Jumlah kelahiran hidup PERINATAL MORTALITY RATE PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup PMR (Perinatal Mortality Rate): Jumlah kematian perinatal ---------------------------------- -x 1000 Jumlah kelahiran hidup

Memahami dan menjelaskan Puskesmas


Definisi Puskesmas

Menurut Depkes 1991,Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan. (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)
Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).
Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi 1) Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan 2) masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan 3) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara: a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
Program Pokok Puskesmas 1) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) 2) KB (Keluarga Berencana) 3) Usaha Kesehatan Gizi 4) Kesehatan Lingkungan 5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular 6) Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan 7) Penyuluhan kesehatan masyarakat 8) Kesehatan sekolah 9) Kesehatan olah raga 10) Perawatan Kesehatan 11) Masyarakat 12) Kesehatan kerja 13) Kesehatan Gigi dan Mulut 14) Kesehatan jiwa 15) Kesehatan mata 16) Laboratorium sederhana 17) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK 18) Pembinaan pemgobatan tradisional 19) Kesehatan remaja 20) Dana sehat Tujuan Puskesmas Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya Peran Puskesmas Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri Tugas Puskesmas Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai

pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmasw melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six): a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan Visi Puskesmas Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni: Lingkungan sehat Perilaku sehat Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta Derajat kesehatan penduduk kecamatan Misi Puskesmas Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

pelayanan kesehatan sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan. Tata kerja puskesmas 1. Dengan Kantor Kecamatan Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi. 2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan administratif, puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas. 3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan. 4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatanmasyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pelayanankesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebutdiselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti rumahsakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatanpenyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat,balai kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatanindra masyarakat). Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasamadiselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan,seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, BalaiLaboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebutdiselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam koordinasiDinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit bidan di desa/komunitas

5. Dengan Lintas Sektor Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkandi pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan. 6. Dengan Masyarakat Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan, serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan Kesehatan Sistim perujukan Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006) Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan eksternal. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Jenis rujukan Secara konsepsional meliputi: 1. Rujukan Medik: Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat. 2. Rujukan Kesehatan: Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan: Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal

Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.

Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan a. Umum: Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna b. Khusus: Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna. Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut: a. Intern antar petugas Puskesmas b. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas c. Antara masyarakat dengan Puskesmas d. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain e. Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya f. Upaya kesehatan Rujukan Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan: a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat b. Mengadakan Pusat Rujukan Antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada lokasi yang strategis c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio komunikasi e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan Keuntungan system rujukan 1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologi member rasa aman pada pasien dan keluarganya 2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola di daerah masingmasing. 3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli

Mutu pelayanan Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah (Azwar, 1996) adalah : a. Tersedia dan berkesinambungan Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat. b. Dapat diterima dan wajar Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar. c. Mudah dicapai Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting. d. Mudah dijangkau Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. e. Bermutu Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality).Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Pergeseran masyarakat dan konsumen Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan. sebagai masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan yang meningkat, maka mereka mempunyai kesadaran yang lebih besar yang berdampak pada gaya hidup terhadap kesehatan. akibatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan meningkat. b. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sisi lain dapat meningkatkan pelayanan kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan memadai walau di sisi yang lain juga berdampak pada beberapa hal seperti meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, melambungnya biaya kesehatan dan dibutuhkannya tenaga profesional akibat pengetahuan dan peralatan yang lebih modern. c. Issu legal dan etik. Sebagai masyarakat yaang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pengobatan , issu etik dan hukum semakin meningkat ketika mereka menerima pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan kurang manusiawi maka persoalan hukum kerap akan membayanginya.

d. Ekonomi Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat dirasakan oleh orangorang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi klien dengan status ekonomi rendah tidak akan mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna karena tidak dapat menjangkau biaya pelayanan kesehatan. e. Politik Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh pada kebijakan tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa yang menanggung biaya pelayanan kesehatan Dimensi Mutu Pelayanan a. Dimensi Kompetensi Teknis; berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. b. Dimensi Keterjangkauan; artinya layanan kesehataan yang diberikan harus dapat dicapai oleh masyarakat, baik dari segi geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan bahasa. c. Dimensi Efetivitas; layanan kesehatan yang diberikan harus mampu mengobati atau megurangi keluhan masyarakat/pasien dan mampu mencegah meluasnya penyakit yang diderita olehnya. d. Dimensi Efisiensi; dengan adanya layanan kesehatan yang efisiens maka masyarakat atau pasien tidak perlu menunggu terlalu lama yang dapat mengakibatkan masyarakat/pasien tersebut membayar terlalu mahal. e. Dimensi Kesinambungan; masyarakat/pasien dilayanai secara terus menerus sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan yang tidak perlu mengulangi prosedur. f. Dimensi Keamanan; layanan kesehatan harus aman dari resiko cidera, infeksi, efek samping, atau bahaya lainnya, sehingga prosedur yang akan menjamin pemberi dan penerima pelayan disusun. g. Dimensi Kenyamanan; layanan kesehatan yang diberikan akan terasa nyaman bagi masyarakat/pasien jika dapat mempengaruhi kepuasan dan menimbulkan kepercayaan untuk datang kembali. h. Dimensi Informasi; layanan kesehatan ini sangat perlu diberikan oleh petugas puskesmas dan rumah sakit kepada masyarakat, yang mana dapat mempengaruhi perubahan perilaku. i. Dimensi Ketepatan Waktu; layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien). j. Dimensi Hubungan Antarmanusia; hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lain-lain.

Memahami dan menjelaskan imunisasi


Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda. Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.

Waktu dan Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada ibu hamil Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam: 1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari suatu penyakit. 2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit. Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum). Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu: 1. Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan. 2. Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu. Lima macam Vaksin imunisasi dasar pada bayi yang wajib : Vaksin Polio; Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. pemberian pada anak dengan meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul. Vaksin Campak; Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. Vaksin BCG; Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas. Vaksin Hepatitis B; Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin

hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar. Vaksin DPT; Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut triple vaksin. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8C kemasan yang digunakan : Dalam 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT, 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha. Imunisasi yang disarankan :

Imunisasi DT Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak dengan kebutuhan khusus, misalnya sudah mendapat suntikan DPT. Imunisasi TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Dua jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax. Imunisasi Meningitis Imunisasi ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup besar. Imunisasi dilakukan bagi bayi dibawah usia satu tahun hingga balita. Imunisasi ini mencegah terjadinya infeksi meningitis atau lapisan otak yang banyak terjadi pada bayi dan balita. Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Imunisasi HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Imunisasi Pneumokokus Konjugata Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering

menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Imunisasi Tipa Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima tahun dan harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Imunisasi Hepatitis A Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1- 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 - 12 bulan.

Imunisasi dasar untuk bayi


Vaksinasi BCG Hepatitis B Jadwal pemberian-usia Waktu lahir Waktulahir-dosis I 1bulan-dosis 2 6bulan-dosis 3 DPT dan Polio 3 bulan-dosis1 4 bulan-dosis2 5 bulan-dosis3 campak 9 bulan Booster/Ulangan -1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B. 18bulan-booster1 6tahun-booster 2 12tahun-booster3 -Campak Dipteria, pertusis, tetanus,dan polio Tuberkulosis Hepatitis B

Imunisasi yang dianjurkan Vaksinasi Jadwal pemberian-usia MMR 1-2 tahun

Booster/Ulangan

Imunisasi untuk melawan

12 tahun

Measles, meningitis, rubella

Hib

3bulan-dosis 1 4bulan-dosis 2 5bulan-dosis 3

18 bulan

Hemophilus influenza tipe B

Hepatitis A Cacar air

12-18bulan 12-18bulan

---

Hepatitis A Cacar air

Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika bayi anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita penyakit system saraf. Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN : a. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasiyang telah membawa Buku KIA / KMS di Ruang Imunisasi setelahmendaftar di loket pendaftaran. b. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS danmenentukan jenis imunisasi yang akan diberikan. c. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya( keadaan bayi yang memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bilatidak akan dirujuk ke Ruang Pengobatan ). d. Petugas menyiapkan alat ( menyeteril alat suntik dan kapas airhangat ). e. Petugas menyiapkan vaksin ( vaksin dimasukkan ke dalamtermos es ). f. Petugas menyiapkan sasaran ( memberitahukan kepada orangbayi tentang tempat penyuntikan. g. Petugas memberikan Imunisasi ( memasukkan vaksin ke dalamalat suntik, desinfeksi tempat suntikan dengan kapas air hangat, memberikansuntikan vaksin / meneteskan vaksin sesuai dengan jadwal imunisasi yangakan diberikan. h. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca imunisasikepada orang tua bayi sasaran imunisasi. i. Petugas memberikan obat antipiretik untuk imunisasi DPT,dijelaskan cara dan dosis pemberian. j. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi mengenai jadwalimunisasi berikutnya.Petugas mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA / KMS dan Buku Catatan Imunisasiserta rekapitulasi setiap akhir bulannya IMUNISASI TT UNTUK IBU HAMIL Program Imunisasi TT Ibu Hamil Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai. Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan. yang pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI, 2005). Manfaat imunisasi TT ibu hamil a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001). b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000) Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004) Jadwal Imunisasi TT ibu hamil k. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.

l.

Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang. m. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang. Cara pemberian dan dosis a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama. c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan : Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C Tidak pernah terendam air. Sterilitasnya terjaga VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B. d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya. Efek Samping Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam. (Depkes RI, 2005). Vaksin TT (Tetanus Toxoid) Deskripsi Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005). Kemasan Vaksin Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan. Kontraindikasi Vaksin TT Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala berat (pingsan) karena dosis pertama TT. (Depkes RI, 2005). Sifat Vaksin Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. (Depkes RI, 2005). Kerusakan Vaksin

Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari langsung.

Memahami dan menjelaskan sosial-budaya dan pengaruhnya dalam perilaku masyarakat untuk berobat
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri. c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri. d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat. Dimensi sasaran Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas Dimensi tempat pelaksanaan Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar

Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal : imunisasi Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT a. Metode pendidikan individual ( perorangan) Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah prilaku) Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi. b. Metode pendidikan kelompok Kelompok Besar : Ceramah, seminar kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju ( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play), Permainan simulasi ( simulation game ). c. Metode pendidikan massa Ceramah umum ( public speaking) Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide , film, film strip Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi e. Media Pendidikan Kesehatan Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah

penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan ( billboard)

ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN Konsep perilaku Skinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan ( respon) ia membagi menjadi 2 yaitu ; a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu .perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respon respons yang relative tetap misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur , cahaya yang kuat akan menimbulkan mata tertutup dll. Respondent respons ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakan organism yang ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih / sakit . muka merah sebaliknya hal hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku emosinal misalnya tertawa, berjingkat jingkat karena senang. b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsangan perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organism. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan . Contoh : apabila memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi. PERILAKU KESEHATAN Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu : a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnya d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan sarang saranng nyamuk ( vector) dll.

KLASIFIKASI PERILAKU a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihan b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut. c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya. RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT a. Bentuk pasif : respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. b. Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan peraturan c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat. PERUBAHAN PERILAKU a. Teori Stimulus dan Transformasi b. Teori teori belajar social ( social searching ) Tingkah laku sama ( same behavior ) Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0 Tingkah laku salinan ( copying behavior ) e. Teori belajar social dari bandara dan walter Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang (8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita atau merasakan matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan tidak bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku pencarian pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang

yang sakit untuk memperoleh penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu dengan mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika mengalami gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional. Pelayanan Kesehatan Modern 1. Polindes. Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah: sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB. sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan. sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dukun bayi dan kader kesehatan. Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan modelmodel biomedis serta bekerja atas diktum preventif. Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga campur tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan pola keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat memberi keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor sosial budaya.

2. Holistik Modern Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik modern. Dalam situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern. DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di bawah ini, kami tampilkan wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik Modern? AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang berkata begitu. Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem pelayanan terpadu dalam memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan. Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang sangat dalam, meliputi berbagai pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan), perawatan / pengobatan penyakitpenyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional dan kejiwaan), pemberian nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga untuk kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan / tuntunan selama penyakitpenyakitnya belum sembuh atau selama masih dibutuhkan oleh sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang sudah dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa harus ambil darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian sangat etis. Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-tanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organorgan dan sistem tubuh melalui kelemahan yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal energy, podorachidian dan lain-lain. 3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan. Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar

Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah: 1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat. 2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional. 3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen. 4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu. 5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal dari alam (back to nature). 6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional. 7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional. 8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional. 9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional. 10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional. Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut. Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding. Adapula yang menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59). Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno medicine). Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin. Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan. Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat.

Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.

Memahami Hukum menjaga kesehatan dan berobat dalam islam


Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan kesehatan. Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam. 1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat; 2. Afiat. Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad Saw.: Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu. Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan. Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222: Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]: 45). ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;

1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami 2643) 2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: : ( ) : : ( ) Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436) 1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi: a.Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa adalah wajib. b.Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib. c.Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. d.Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain. 2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya. 3. Berobat menjadi mubah/ boleh Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat 4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi

a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta. b.Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini. c.Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat. d.Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya. Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib. 5. Berobat menjadi haram Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

Memahami KLB dalam pandangan Islam


Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30) Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya, Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya

DAFTAR PUSTAKA :
1. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. 2. http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308Umum-Kejadian%20Luar%20Biasa%20(KLB).html 3. Azrul Aswar (1999). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Akasara 4. Bambang Sutrisna (1994). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat. 5. Beaglehole, Bonita (1997). Dasar dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada 6. University Press 7. Adipura, I Nyoman.________. Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas 8. http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kesehatan1.html 9. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/138/jtptunimus-gdl-nurazizahn6880-2-babi.pdf 10.http://fahmi-salim.blogspot.com/2013/02/bencana-dalam-pandanganislam.html

Anda mungkin juga menyukai