Anda di halaman 1dari 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Perlakuan Penelitian Sebelum melaksanaan penelitian, peneliti melakukan pengamatan di kelas VII B sebagai kelompok kontrol dan kelas VII C sebagai kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan pembelajaran

matematika di kelas VII B dan VII C dilakukan dengan pembelajaran konvensional dimana guru memberikan materi dengan metode ceramah dan mengerjakan soal. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Adapun materi perlakuan dengan topik yang sama yaitu segi empat dengan waktu 3 pertemuan, setiap pertemuan 2 x 40 menit. Pada pertemuan pertama, peneliti memberikan soal pretest kepada siswa kelas VII B dan VII C. Pemberian pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pada pertemuan berikutnya, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk kelas VII C dan pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada kelas VII B. Pada kelas ekperimen yaitu kelas VII C, dibentuk kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa. Setelah itu setiap kelompok diberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk diselesaikan bersama kelompoknya masing-masing. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan sebanyak tiga kali pertemuan. Setelah setiap kelompok

42

43

selesai mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang diberikan kemudian guru memberikan kesempatan kepada beberapa kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas kemudian guru bersama dengan siswa memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Pada kelas kontrol yaitu kelas VII B, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan konvensional yaitu dimulai dengan guru

menjelaskan materi, siswa mencatat, dan kemudian siswa mengerjakan latihan soal. Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan tanpa pengelompokan dan siswa cenderung belajar secara individu. Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai kemudian peneliti memberikan soal posttest untuk kelas VII B dan VII C. Posttest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk kelompok eksperimen dan pendekatan konvensional untuk kelompok kontrol. 2. Persiapan Analisis Setelah diperoleh data-data dari hasil penelitian yang dilakukan dikelas VII B dan VII C yaitu yang terdiri atas pretest dan posttest, kemudian akan dilakukan analisis data dari data yang telah terkumpul tersebut. Tahap-tahap analisis data meliputi (1) analisis deskriptif; (2) pengujian asumsi analisis; dan (3) pengujian hipotesis. a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan data. Data yang dideskripsikan antara lain hasil pretest dan posttest pada

44

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari perhitungan analisis deskriptif didapat hasil sebagai berikut: Tabel 4. 1. Nilai Pretest dan Posttest antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Nilai Rata-rata varians Simpangan baku Jumlah Siswa Nilai Tertinggi yang mungkin dicapai = 100 Nilai Terendah yang mungkin dicapai = 0 keterangan: KE = Kelompok Eksperimen KK = Kelompok Kontrol Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
80 70 60 50 40 30 20 10 0 pretest posttest kelompok kontrol kelompok eksperimen

Pretest KE 45,67 129,68 11,39 36 71 KK 48,87 118,26 10,87 36 70

Posttest KE 71,17 293,69 17,14 36 100 KK 65,31 191,58 13,84 36 100

30

32

42

40

Gambar 4. 1. Grafik Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest

45

Dari Tabel tersebut diketahui bahwa untuk pretest kelompok eksperimen, rata-rata skor 45,67; simpangan baku 11,39; dan variansi 129,68. Pada posttest kelompok eksperimen, rata-rata skor 71,17; simpangan baku 17,14; dan variansi 293,69. Sedangkan untuk pretest kelompok kontrol rata-rata skor 48,87; simpangan baku 10,87; dan variansi 118,26. Untuk data posttest, rata-rata skor 65,31; simpangan baku 13,84; dan variansi 191,58. Data hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada

Lampiran 6 (halaman 125 127). Hasil analisis tes hasil belajar matematika (posttest) diperoleh data ketuntasan belajar siswa pada Tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4. 2. Hasil Analisis Tes Akhir Matematika No. Kelompok Banyak Siswa 36 36 Banyak Siswa Tuntas 30 25 Banyak Siswa Tidak Tuntas 5 11 Ketuntasan Klasikal 86,1% 69,4%

1. 2.

Eksperimen Kontrol

Berdasarkan deskripsi data di atas tampak bahwa pada kelompok eksperimen dari 36 siswa terdapat 30 siswa yang telah tuntas belajar, dan 5 siswa tidak tuntas belajar, sedangkan secara klasikal ketuntasan belajarnya 86,1%. Pada kelompok kontrol, dari 36 siswa terdapat 25 siswa yang telah tuntas belajar, 11 siswa tidak tuntas belajar, dan ketuntasan secara klasikal ketuntasan belajarnya 69,4%. Data hasil belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 (halaman 123 124).

46

b. Uji Asumsi Analisis 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan uji Chi-Kuadrat. Ringkasan hasil analisis seperti pada Tabel 4. 3 dan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 (halaman 128 130). Tabel 4. 3. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal (pretest) dan Kemampuan Akhir (posttest). Variabel db= (k-3) Kemampuan awal (pretest) Kemampuan akhir (posttest) 4 5,0232 13,277 Normal 2hitung 2tabel Keterangan

4,2945

13,277

Normal

Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, 2hit dibandingkan dengan 2tabel dengan 2hit < 2tabel. Dari data tersebut diperoleh bahwa: a. Kemampuan awal: 2hit = 5,0232 < 20,01(4) = 13,277; artinya data berdistribusi normal. b. Prestasi : 2hit= 4,2945 < 20,01(4) = 13,277; artinya data berdistribusi normal.

47

2) Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui varians antar kelompok. Untuk menguji homogenitas varians digunakan uji-F. Ringkasan hasil uji homogenitas seperti pada Tabel 4. 4 dan uji homogenitas selengkapnya terdapat di Lampiran 8 (halaman 131-132). Tabel 4. 4. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal (pretest) dan Kemampuan Akhir (posttest). fhitung Variabel f0,01(1,70) Keterangan 1,091 7,01 Homogen Kemampuan awal (pretest) 0,963 7,01 Homogen Kemampuan akhir (posttest) Dari hasil uji homogenitas tersebut diketahui bahwa data bersifat homogen. c. Pengujian Hipotesis Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu uji rata-rata kesamaan dua kelompok, yaitu: a. Uji kesamaan rata-rata pengetahuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan statistik uji-t. Hipotesis statistik: H0: ek1 = kt1 dan H1: ek1 kt1. Untuk penerimaan

hipotesis nol, menggunakan kriteria terima H0 jika t1- ; dk < t < t1- ;
dk,

dimana dk = (n1+n2-2) dan = 0,05.

b.

Uji kesamaan rata-rata prestasi belajar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan statistik uji-t.

48

Hipotesis statistik: H0: ek2 = kt2 dan H1: ek2

kt2. Untuk

penerimaan hipotesis nol, menggunakan kriteria terima H0 jika t1- ;


dk

< t < t1- ; dk, dimana dk = (n1+n2-2) dan = 0,05. Adapun rangkuman perhitungan kesamaan uji rata-rata dapat

dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4. 5. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Kemampuan Awal dan Prestasi Belajar Kelompok Data Kemampuan Awal Siswa Eksperimen 129,68 36 0,05 45,67 70 -0,45 -1,96<thitung<1,96 Kontrol 118,26 36 0,05 46,89 Prestasi Belajar Siswa Eksperimen 184,46 36 0,05 74,11 70 2,67 -1,96<thitung<1,96 Kontrol 191,58 36 0,05 65,31

varians banyak data rata-rata dk thitung Kriteria keputusan Status

Ho diterima

Ho ditolak

keterangan: dk : derajat kebebasan (n1 + n2 - 2) Berdasarkan Tabel 4. 4 diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan untuk pengetahuan awal siswa pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Sedangkan untuk prestasi

49

belajar siswa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9 (halaman 133 136). Setelah uji kesamaan rata-rata dilakukan, untuk pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif digunakan, maka digunakan hipotesis statistik H0: ek1 ek2 dan H1: ek2>ek1, dengan: ek1 adalah rata-rata pengetahuan awal siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual. ek2 adalah rata-rata prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Kriteria keputusan, menggunakan kriteria terima H0 jika thitung
dk; dimana

t1-;

dk = (n1+n2-2) dan = 0,05.

2.

Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional efektif digunakan, maka digunakan hipotesis statistik H0: kt1 kt2 dan H1: kt2>kt1, dengan: kt1 adalah rata-rata pengetahuan awal siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional. kt2 adalah rata-rata prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional. Kriteria keputusan, menggunakan kriteria terima H0 jika thitung
dk; dimana

t1-;

dk = (n1+n2-2) dan = 0,05.

3.

Untuk mengetahui pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pembelajaran dengan

50

menggunakan pendekatan konvensional maka digunakan hipotesis statistik H0: ek2= kt2 dan H1: ek2>kt2, dengan: ek2 adalah rata-rata prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual. kt2 adalah rata-rata prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional. Kriteria keputusan, menggunakan kriteria terima H0 jika thitung
dk; dimana

t1-;

dk = (n1+n2-2) dan = 0,05.

Adapun perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4. 6 dan Tabel 4. 7 dibawah ini: Tabel 4. 6. Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual dan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Konvensional. Kelompok Data Kelompok eksperimen Pretest varians banyak data rata-rata dk thitung kriteria keputusan status 129,68 36 0,05 45,67 70 8,64 thitung>-1,645 Ho ditolak posttest 184,46 36 0,05 74,11 Kelompok kontrol Pretest 118,26 36 0,05 46,89 70 5,60 thitung>-1,645 Ho ditolak posttest 191,58 36 0,05 65,31

51

Dari Tabel 4. 6 diperoleh hasil bahwa: 1. Rata-rata prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih besar daripada kemampuan awal siswa. Dapat juga diartikan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif digunakan. 2. Rata-rata prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional lebih besar daripada kemampuan awal siswa. Dapat juga diartikan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional efektif digunakan. Tabel 4. 7. Hasil Uji Hipotesis Apakah Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual lebih efektif daripada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Konvensional. Kelompok Data Posttest kelompok eksperimen Posttest kelompok kontrol

varians banyak data rata-rata dk thitung kriteria keputusan status

184,46 36 0,05 74,11 70 2,67 thitung>-1,645 Ho ditolak

191,58 36 0,05 65,31

52

Berdasarkan Tabel 4. 7 diperoleh hasil rata-rata prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih besar daripada rata-rata prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional. Dapat juga diartikan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9 (halaman 137 142). B. Pembahasan 1. Prestasi Belajar Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan pada hasil penelitian diperoleh nilai tes akhir matematika pada kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diperoleh nilai minimal 42 dan nilai maksimal 100. Sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional diperoleh nilai minimal 40 dan nilai maksimal 100. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memberikan peluang kepada siswa untuk lebih berperan aktif pada saat belajar. Berdasarkan catatan, peneliti melakukan pembelajaran yang berlangsung selama 5 pertemuan dan diperoleh hal-hal yang berkaitan dengan peran aktif siswa. Pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional, guru lebih mendominasi kegiatan dengan melakukan kegiatan ceramah dan pemberian

53

contoh soal. Siswa melakukan kegiatan lain pada saat mencatat dan mengerjakan latihan. Dalam pembelajaran konvensional, kesempatan siswa untuk berdiskusi, bertanya, dan merefleksi hasil belajarnya sangat kecil. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran konvensional berjalan sangat monoton. Dalam penerapannya, kedua pendekatan pembelajaran tersebut memiliki perbedaan aspek. Aspek dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah: (a) mengandalkan pada berfikir kritis; (b) memadukan secara khusus materi pelajaran yang lain; (c) nilai informasi didasarkan pada kebutuhan peserta didik sendiri; (e) penilaian autentik melalui kegiatan aplikasi atau memecahkan masalah nyata. Aspek dalam pembelajaran konvensional adalah: (a) mengandalkan pada hafalan; (b) memfokuskan secara khusus pada suatu subjek; (c) nilai informasi ditentukan oleh guru; (d) memberikan kepada semua peserta didik semua informasi yang ada, tanpa menghubungkan dengan pengetahuan awalnya; dan (e) penilaian dalam belajar hanya bersifat formal akademis, seperti ujian. Berdasarkan aspek tersebut maka dalam melaksanakan pembelajaran, guru memerlukan fase yang berbeda. Fase pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah: (a) orientasi siswa pada masalah; (b) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (c) membimbing penyelidikan kelompok; (d)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (e) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Sedangkan fase pembelajaran

konvensional (langsung) adalah: (a) mendominasi kegiatan siswa; (b)

54

mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan; (c) membimbing latihan; (d) mengontrol penguasaan di pihak siswa dan memberikan umpan balik; dan (e) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan hasil latihan. Berdasarkan dari keterangan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan proses pembelajaran dari kedua kelompok tersebut. Perbedaan tersebut diantaranya adalah: (1) dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional siswa hanya sebagai penerima informasi yang pasif; (2) dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual siswa belajar dari teman melalui kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi hasil pekerjaan mereka, sedangkan dengan pendekatan konvensional siswa belajar secara individu; (3) dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual materi yang disajikan membutuhkan waktu yang relatif singkat dan sisa waktunya lebih banyak digunakan untuk berdiskusi dan latihan soal, sedangkan dalam

pembelajaran dengan pendekatan konvensional materi yang disajikan memerlukan waktu yang relatif lama dan hanya mempunyai sedikit waktu untuk latihan; dan (4) dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual guru lebih banyak berperan sebagai pemantau pada saat pembelajaran, sedangkan dengan pendekatan konvensional guru lebih mendominasi dengan ceramah.

55

Dengan perbedaan pembelajaran dari kedua kelompok tersebut terutama dalam keterlibatan siswa dapat berakibat pada prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini melalui uji beda (uji-t) telah ditemukan adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan kontekstual dengan kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional. Hasil yang diperoleh, thitung sebesar 2,67, taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 1,96. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak, maka dapat diartikan bahwa skor rata-rata hasil tes akhir (pretest) kelompok eksperimen lebih baik daripada skor ratarata kelompok kontrol, jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Keefektifan pembelajaran Berdasarkan hasil analisis tes akhir matematika menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang terdiri dari 36 siswa terdapat 31 siswa yang tuntas belajar dan ketuntasan secara klasikal sebesar 86,1%, sedangkan untuk kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional yang terdiri dari 36 siswa terdapat 25 siswa yang tuntas belajar dan ketuntasan secara klasikal 69,4%. Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, tujuan pembelajaran dikatakan tercapai apabila secara klasikal 80% siswa telah tuntas secara individual. Dengan demikian, berdasarkan data tersebut dapat

56

diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan kontekstual telah dapat mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan untuk pembelajaran dengan pendekatan konvensional belum dapat mencapai tujuan

pembelajaran dan perlu dilakukan remidial pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Untuk mengetahui bagaimana keefektifan pendekatan

pembelajaran perlu dilakukan analisis data. Analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif, uji asumsi analisis, dan uji hipotesis. Analisis deskriptif meliputi hasil pretest dan posttest untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sedangkan pengujian asumsi analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, setelah itu baru dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan uji asumsi analisis dapat diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Setelah diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal serta homogen maka tahap selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan rata-rata dari kedua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengujian kesamaan rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan pengujian rata-rata diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar matematika yang cukup signifikan antara pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

57

kontekstual

dan

pembelajaran

matematika

dengan

menggunakan

pendekatan konvensional. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional serta mengetahui apakah

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional. Analisis statistik tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual efektif digunakan, diperoleh thitung sebesar 8,64. Dengan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel sebesar -1,645 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih besar daripada kemampuan awalnya. Jadi pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif digunakan. Analisis statistik tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional efektif digunakan, diperoleh thitung sebesar 5,60. Dengan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel sebesar -1,645 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional lebih besar daripada kemampuan awalnya. Jadi pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional efektif digunakan.

58

Analisis

staatistik

untuk

mengetahui

apakah

pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional diperoleh thitung sebesar 2,67. Dengan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel sebesar -1,645 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih besar daripada prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional. Jadi pembelajaran matematika dengan

pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pembelajaran matematika dengan pendekataan konvensional.

Anda mungkin juga menyukai