Anda di halaman 1dari 6

BPS PROVINSI JAWA BARAT

No. 04/01/32/Th. XIV, 2 Januari 2012

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2011

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan September 2011 sebesar 4.650.810 orang (10,57 persen). Dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang berjumlah 4.648.630 orang (10,65 persen), jumlah penduduk miskin bulan September 2011 mengalami kenaikan sebesar 2.180 orang (0,05 persen). Jumlah penduduk miskin bulan September 2011 untuk daerah perkotaan sebanyak 2.628.350 orang (9,09 persen terhadap jumlah penduduk perkotaan) sedangkan di daerah pedesaan sebanyak 2.022.450 orang (13,39 persen). Garis kemiskinan Jawa Barat bulan September 2011 sebesar Rp. 226.097,- atau mengalami peningkatan sebesar 2,73 persen dibandingkan dengan garis kemiskinan bulan Maret 2011 (Rp. 220.098,-). Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan bulan September 2011 sebesar Rp. 234.622,- atau naik 2,72 persen dari kondisi Maret 2011 (Rp. 228.401,-). Garis kemiskinan di daerah pedesaan juga mengalami peningkatan yang relatif sama yaitu 2,73 persen menjadi sebesar Rp. 209.777,- dibandingkan dengan kondisi Maret 2011 yaitu sebesar Rp. 204.199,Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Meskipun mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun sebelumnya, tercatat pada bulan September 2011 sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 70.18 persen untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah pedesaan sebesar 75,83 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 72.83 persen.

1.

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA BARAT MARET 2010 MARET 2011

Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat pada bulan September 2011 sebanyak 4.650.810 orang (10.57 %). Mengalami peningkatan sebesar 2.180 orang dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2011 yang berjumlah 4.648.630 orang (10,65 %). Dalam kurun waktu setahun terakhir persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan naik sebesar 0,07 persen sedangkan di daerah perkotaan turun 0,17 persen. Secara absolut selama periode Maret 2011 September 2011, penduduk miskin di pedesaan bertambah 28.520 orang sementara di perkotaan turun sebanyak 26.340 orang.

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 04/01/32/Th. XIV, 2 Januari 2012

Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan pada bulan September 2011 terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 43,49 persen. Ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Maret 2011(56.51%). Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perkotaan pada bulan September 2011 terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 56,51 persen. Ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Maret 2011 (57,11 %).

2.

PERUBAHAN GARIS KEMISKINAN MARET 2011 - SEPTEMBER 2011

Dalam proses penghitungan, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Batasan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2011 September 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 2.73 persen yaitu dari Rp. 220.098,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2011 menjadi Rp. 226.097,- pada September 2011. Dengan memperhatikan Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari GK Daerah Perkotaan dan Pedesaan, terlihat bahwa GK perkotaan naik sebesar 2.72 persen yaitu dari Rp. 228.401,- menjadi Rp. 234.622,pada September 2011. Sedangkan GK pedesaan mengalami kenaikan yang relatif sama yaitu sebesar 2.73 persen dari Rp204.199.,- menjadi Rp209.777,-. Besarnya nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) pada September 2011 di daerah perkotaan adalah sebesar Rp. 164.658,- dan untuk Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) sebesar Rp. 69.964,-. Sedangkan GKM di pedesaan sebesar Rp. 159.080,- dan GKNM nya sebesar Rp. 50.697,-. GKM total sebesar Rp. 162.744,- dan GKNM total sebesar Rp.63.353. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan sangat dominan dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah lebih dominan untuk pengeluaran kebutuhan makanan dibandingkan non makanan.

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No.02 /01/32/Th. XIV, 2 Januari 2012

Grafik 1. Garis Kemiskinan Maret 2011 September 2011

Grafik 2. Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan Terhadap Garis Kemiskinan

Tabel 1 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Barat Menurut Daerah Maret 2011 September 2011
Daerah/Tahun
[1]

Garis Kemiskian (Rp/kapita Bukan Total Makanan Makanan


[2] [3] [4]

Jumlah Penduduk
[5]

Persentase Penduduk Miskin (%)


[6]

Perkotaan Maret 2011 September 2011 Perdesaan Maret 2011 September 2011 Perkotaan + Desa Maret 2011 September 2011
Sumber : BPS, Provinsi Jawa Barat

159.627 164.658 155.150 159.080 158.091 162.744

68.774 69.964 49.049 50.697 62.007 63.353

228.401 234.62 204.199 209.777 220.098 226.097

2,654,690 2.628.350 1.993.930 2.022.450 4.648.630 4,650.810

9.26 9.09 13.32 13.39 10.65 10.57

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 04/01/32/Th. XIV, 2 Januari 2012

Head count Index (P0): mengukur persentase penduduk miskin terhadap total penduduk Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Poverty Gap Index merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin thd garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Poverty Severity Index semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1.722 pada keadaan Maret 2011 menjadi 1.716 pada keadaaan September 2011. Penurunan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan pada periode yang sama (Tabel 2), yang menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin turun dari tahun sebelumnya, yaitu dari 0.433 menjadi 0.430.

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No.02 /01/32/Th. XIV, 2 Januari 2012

3. PENJELASAN TEKNIS DAN SUMBER DATA

a.

Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan cara ini dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Populasi Referensi: Tahap pertama adalah menentukan populasi referensi yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara yg merupakan Garis Kemiskinan periode lalu yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan dilakukan terpisah menurut provinsi dan daerah (kota dan desa)

b.

c.

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 04/01/32/Th. XIV, 2 Januari 2012

d.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan bulan Maret 2011 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Triwulan I Modul Konsumsi bulan September 2011

e.

f.

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No.02 /01/32/Th. XIV, 2 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai