Anda di halaman 1dari 4

12 Cara Membuat Siswa Kreatif

Setiap tahunnya sebagai guru kita menimbang-nimbang siapa yang menjadi murid kita tahun ajaran ini. Menimbang-nimbang yang saya maksud adalah menimbang perilaku, kemampuan akademis serta yang terpenting kemampuan sosialisasi murid kita di kelas. Berbekal informasi dari guru lainnya guru bisa memaknainya sebagai informasi awal dalam upaya untuk melejitkan potensi siswa di kelas. Salah satu cara membuat siswa mengenali sendiri potensi dan kemampuannya adalah dengan membuat mereka menjadi siswa yang kreatif. Mari terlebih dahulu merubah pandangan bahwa kreativitas hanya ada di dunia seni. Kreativitas bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Dengan kreativitas semua bidang kehidupan akan semakin maju karena inovasi yang lahir dari kreativitas. Sama seperti guru yang kreatif, siswa yang kreatif akan membuat dunia pendidikan Indonesia maju. Di masa depan siswa yang kreatif juga akan mewarnai Indonesia dengan kiprahnya dan sumbangsihnya. Untuk itu tugas guru untuk jadikan siswa nya kreatif. Berikut adalah cara membuat siswa di kelas menjadi kreatif; 1. Minta siswa mengajarkan siswa lainnya sebagai bagian dari strategi belajar 2. Latih siswa untuk berpendapat dengan jelas dan lancar, sebagai cara membuat siswa percaya diri di depan teman 3. Biasakan siswa untuk bisa berpartisipasi dalam kelompok 4. Buat kegiatan di kelas agar siswa bisa berpikir mandiri sekaligus menjadi pemecah masalah 5. Siapkan penugasan bagi siswa yang di ujung penugasannya siswa diminta mengekspresikan diri secara kreatif bisa dengan drama, komik atau hal lain yang menuntut siswa kreatif 6. Sering-seringlah meminta siswa bekerja sama dalam kelompok agar mereka terbiasa bekerja sama dengan orang lain 7. Sering-sering memberi penugasan yang kreatif misalnya daripada sekedar meminta siswa merangkum isi buku, lebih baik meminta siswa mendisain ulang covernya 8. Mengikut sertakan suara siswa dalam perencanaan pengajaran. Dengan demikian siswa biasa mengungkapkan pikiran dan berani mengungkapkan pendapat. 9. Saat membahas sesuatu di kelas, sering2 lah bertanya, apa yang terlintas dipikiranmu ketika mendengar kata 10. Berikan pekerjaan rumah yang berkualitas pada siswa, bukan yang sekedar membuat siswa pusing. Misalnya daripada meminta siswa mengerjakan soal pilihan ganda, lebih baik meminta siswa melakukan wawancara, memotret gambar lewat hp kemudian memberikan komentar dan banyak kegiatan lainnya yang membuat siswa tertantang.

11. Memperbanyak diskusi dan interaksi antar siswa di kelas, mengurangi ceramah dan komunikasi satu arah di kelas, hanya dari guru pada siswa. 12. Menciptakan budaya menjelaskan di kelas, bukan sekedar menjawab yang betul. Artinya jika ada siswa yang menjawab betul minta ia menjelaskan alasannya dengan demikian siswa yang lain bisa terbantu dalam berusaha untuk mengerti.

Mendisiplinkan siswa tanpa harus menghukum

Mendisiplinkan siswa tanpa harus menghukum Institusi sekolah erat kaitannya dengan disiplin. Bahkan di jaman tahun 80 an sekolahsekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat dan disiplin yang tinggi. Sekolah itu bagus karena disiplin nya kuat sekali, buktinya tiap ada anak yang melanggar peraturan dihukum dengan hukuman yang berat. Komentar para orang tua siswa di jaman itu. Demikian lah di jaman itu sekolah yang pandai menghukum siswa nya dengan hukuman berat malah diburu para calon orang tua siswa. Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah dengan menghukum siswa. Padahal kedua-dua nya tidak saling berhubungan. Karena terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semu yang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadar an akan perbaikan perilaku. Sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan tengah itu disebut konsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa sebagai subyek. Seorang siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan tanggung jawab seluas-luas nya dengan konsekuensi sebagai batasan. Siswa terlambat masuk sekolah ? solusinya dia terkena konsekensi pulang lebih telat dari yang lainnya, atau waktu istirahat dan bermain dipotong. Jangan sampai disitu saja, bicarakan hal ini dengan orang tua siswa, karena mungkin masalah timbul bukan karena si anak tapi karena masalah orang tua. Dalam mengatasi masalah terlambat masuk sekolah ini saya punya contoh menarik. Tidak jauh dari tempat tinggal saya ada sebuah sekolah menengah atas yang memilih mengunci pintu gerbangnya setiap jam 7 pagi tepat. Anda bisa bayangkan mereka yang terlambat akan kesulitan untuk masuk karena pintu gerbang sudah terkunci. Setiap hari akan ada sekitar 10 orang siswa yang tertahan diluar menjadi tontonan warga sekitar yang lewat di depan sekolah tersebut. Padahal mereka yang terlambat belum tentu malas, bisa saja karena alasan cuaca atau hal-hal lain yang tidk bisa dihindari. Alasan pihak sekolah mungkin bisa diterima, tindakan mengunci gerbang diambil atas nama penegakkan disiplin dan membuat siswa menjadi sadar akan pentingnya datang tepat waktu ke sekolah. Tapi sadarkah pihak sekolah bahwa mengunci siswa di luar bisa mempermalukan harga diri siswa? Bagaimana bila tetangga atau orang-orang yang mengenali mereka lewat saat mereka terkunci di luar.

Padahal saat sekolah mau menerapkan konsekuensi atas siswa yang terlambat, banyak tindakan yang bisa dilakukan, dari memotong jam istirahat sampai meminta mereka masuk sekolah di hari Sabtu atau Minggu saat teman -temannya libur. Dengan demikian harga diri siswa terjaga dan siswa menjadi makin bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Siswa juga menjadi sadar bahwa konsekuensi bertujuan untuk penyadaran dengan mengambil atau mengurangi hak istimewa mereka . Mari kita mengenali apa itu hukuman dan konsekuensi Hukuman 1. Menjadikan siswa sebagai pihak yang tidak punya hak tawar menawar dan tidak berdaya. Guru menjadi pihak yang sangat berkuasa. Ingat Power tends to corrupt 2. Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang maka siswa terlambat pun tidak akan dikunci diluar. 3. Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya terutama bagi siswa yang sering melanggar peratura 4. Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering melanggar. 5. Sifatnya selalu berupa ancaman 6. Tidak boleh ada pihak yang tidak setuju, semua pihak harus setuju. Jadi sifatnya memaksa. Konsekuensi 1. Dijatuhkan saat ada perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada aturan yang telah disepakati. 2. Sesuai dengan perilaku pelanggaran yang siswa lakukan. 3. Menghindari memberi cap pada anak, dengan memberi cap jelek akan melahirkan stigma pada diri anak bahwa ia adalah pribadi yang berperilaku buruk untuk selama-lamanya. 4. Membuat siswa bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa mengatakan Kevin kamu memilih untuk ribut pada saat bu guru sedang menerangkan maka silahkan duduk di luar selama 5 menit. Dengan demikian anda menempatkan harga diri anak pada peringkat pertama. Bandingkan dengan perkataan ini Kevin, dasar kamu anak tidak tahu peraturan,. tukang ribut! Sana keluar.!

Anda mungkin juga menyukai