Anda di halaman 1dari 18

1

Proposal Judul A. Latar Belekang Masalah Manusia adalah mahluk individu dan sosial, dsan sebagai mahluk sosial manusia memiliki kodrat untuk hidup bermasyarakat. Karena bagaimanapun juga ia sudah termasuk salasatu dari sekian banyak anggota masyarakat yang saling ketergantungan satu sama lainnya, bantu membantu, saling menerima dan saling memberi. Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan didalam hidupnya hal ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari diri setiap manusia. Dalam usahanya memenuhi seluruh tingkatan kebutuhan hidupnya. Maka timbulah ineraksi dan pembagian tugas yang diwujudkan dalam bidang-bidang usaha masyarakat. Interaksi dalam masyarakat tersebut diatuar oleh kesepakatan yang tercermin dalam norma-norma kemaasyarakatan. Konsekuensi logis dari saling membutuhkan satu sama lain tersebut maka akan melahirkan suatu hubungan hukum yang berupa hak dan kewajiban diantara mereka. Dengan demikian hubungan antara manusia itu berakibat adanya timbal balik yang saling mempengaruhi dan akan menimbulkan keterkaitan antara pihak-pihak yang bersangkutan dalam masyarakat. Manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya tidak akan sempurna apabila dilakukan oleh seorang diri, maka antara manusia yang

satu dengan yang lainnya yang memerlukan dan saling berhubungan. Karena walaupun pada umumnya dilahirkan seorang diri, a namun manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Hal ini terutama disebabkan oleh keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Semua ini menimbulkan kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan satu-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karenanya adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Dalam islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan rezeki guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam juga mengajarkan kepada manusia bahwa Allah maha pemurah sehingga rezekinya sangat luas. Allah tidak akan memberikan rezeqi itu kepada kaum muslimin saja, tetapi kepada siapa saja yang bekerja keras. Manusia dapat bekerja asalkan tidak melanggar garis-garis yang telah

ditentukannya. Ia bisa melakukan aktivitas peroduksi, seperti pertanian, perkebunan dan dalam bidang jasa seperti kesehatan, atau jasa lembaga keuangan. Untuk melakukan suatu usaha diperlukan suatu modal, Adakalanya orang memerlukan modal dari simpananya atau dari keluarganya. Jika tidak tersedia peran institusi keuangan menjadi sangat penting karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin berusaha.

Dalam perkembangan modern ini, ekonomi islam berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam ekonomi islam, ini di implementasikan dengan banyaknya lembagalembaga seperti lembaga keuanganbaik perbankan maupun non bank seperti BPRS, pegadaian, BMT, dan Asuransi Syariah. Ekonomi islam bertujuan tingkat pertumbuhann ekonomi jangka panjang serta memaksimalkan manusia yang falah. Falah berarti terpenuhinya kebutuhan individu masyarakat dengan tidak mengakibatkan keseimbangan kepentingan sosial dan keseimbangan ekologi dan tetap memperhatikan nilai-nilai keluarga dan norma-norma. Sala satu bagian dari ekonomi islam yaitu lembaga keuangan syariah yang meruppakan instrumen penting dalam pembangunan ekonomi, ini ditandai dengan adanya lembaga-lembaga syariah. Di indonesia bank syariah sebagai lembaga keuangan alternatif yang bebas dari peraktek pembungaan uang. Sistem yang bebas dari peraktek bunga diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai kesejahtraan masyarakat (engkos sadrah 2004). Perkembangan perbankan syariah diindonesia merupakan suatu perwujudan dari kebutuhan masyarakat yang menghendaki suatu sistem perbankan yang mampu menyediakan jasa keuangan yang sehat, serta memenuhi perinsip-perinsip syariah. Dalam konteks perbankan, salasatu upaya untuk mendukung pemenuhan suatu kebutuhan baik rohani maupun jasmani yaitu dengan

cara menyesuaikan ketentuan hukum dari jenis akad, dalam perbankan yang berdasarkan pada perinsip syariah. Mengamlakan perinsip-perinsip syariah kesemua aspek kehidupanmerupakan kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah kepada hambaNYA. Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efesien, maka setiap tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dan berinvestsi dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. Lembaga keuangan syarian (LKS) disamping sebagai lembaga komersial, harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian. Salasatu sarana yang dilakukan oleh LKS untuk meningkatkan okonomi masayarakat melalui pembiayaan ijarah. Ijarah yaitu sewa menyewa atas suatu barang dan upah mengupah atas suatu jasa pada waktu tertentu dengan pembayaran sewa atau upah tertentu. Pada ijarah objek taransaksinya berupa barang dan jasa. Selain itu pula ijarah bisa digunakan untuk berbagai produk pembiayaan, baik itu trade maupun costumer product financing, serta pembiayaan perumahan atau properti. Beberapa produk pembiayaan yang populer dengan konsep ijarah adalah pembelian seperangkat komputer peralata medis dan lainlain. Pihak bang syariah merasa perlu untuk mengakomodasi kebutuhan itu dalam rangka membantu masyarakat guna melangsungkan dan

meningkatkan kesejahtraan dalam berbagai kegiatan. Bank syariah perlu memiliki fasilitas pembiayaan ijarah bagi yang memerlukannya.

Jadi, ijarah adalah akad atau transaksi sewa menyewa barang antara bank syariah, yang dinamakan dengan muajir selaku orang yang menyewakan dengan pihak lain selaku penyewa dinamakan mustajir. Setelah masa berakhir barang sewaan dikembalikan kepada pihak bank syariah (muajir) kegiatan ini tidak dapat dilakukan secara langsung oleh bank, tetapi harus melalui anak perusahaan bank. (rachmadi usman, 2002:) Agar akad tersebut seuai denga syariat islam, maka DSN memndang perlu menetapkan fatwa tentang pembiayaan ijarah yang terdapat pada ketetapan kedua yang desebutkan ketentuan objek ijarah, diantaranya sebagai berikut: dalam fatwa dewan syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000. Tentang pembiayaan ijjarah yang terdapat pada ketetapan kedua yang di sebukan kententuan objek ijarah, di antaranya sebagai berikut: Objek ijarah adalah manfaat dari pengunaan barang dan jasa. Manfaat barang atau jasa harus bisa di nilai dan dapat di laksanakan dalam kontrak. Manfaat barang dan jasa harus bersifat di perbolehkan (tidak di haramkan) kesannngupan memenuhi mannfaat harus nyata sesuai syariat. Manfaat barang dan jasa harus di kenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan dzolalah (ketidak jelasan) yang akan mengakibatkan sengketa. Spesifikasi harus di nyatakan dengan jelas termasuk jangka waktunya. bisa juga di kenali dengan sewa atau upah harus di sepakati dalam akad dan wajib dibayar oleh penyewa/pengguna jasa kepada

pemberi sewa atau jasa. Sesuatu yang dapat dijadikan harga (staman) di dalam jual beli dapat di jadikan sewa atau upah dalam ijarah (ikhwan sam, 2006: 59) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuj jasa (manfaat lain) dari jenis sama dalam bentuk kontrak. Kelenturan (pleksibiti) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. Menurut a.jajuli (2002:83) terdapat dua pokok persewaan 1. Objek yang bisa di ambil berdasarkan manfaat barang, mliputu: a. Yang berhubungan dengan penyewaan barang tidak bergerak seperti rumah dan tanah. b. Yang berhubungan dengan penyewaan barang dagangan seperti penyewaan busana dan peralatan. c. Yang berhubungan dengan penyewaan binatang 2. Objek yang berdasarkan tenaga kategori ini adalah suatu akad pesewaan yang berkaitan dengan akad pekerjaan (buruh) Adapun patwa wakalah pada pasal kedusa terdiri dari: a. Di ketahui jelas oleh orang yang mewakili. b. Tidak bertentangan dengasyariat islam. c. Dapat diwakilkan menurut syariat islam (abdul ghofr anshori, 2007 : 146). Pada dasarnya ijarah adalah sewa menyewa atau upah mengupah dengan objeknya sesuai dengan sesuai syariat islam. Tetapi ijarah yang

terjadi di BMT el-batasya khususnya, pada pembiayaan iajaarah objek yang digunakannya berupa uang bukan brupa jasa. Serta dalam setiap opembayarannya apabila mengambil secara ansuran, maka nasabah dikenakan marjin dalam setiap kali mengansur pembayarannya.

(wawancara dengan bapa yasin tgl 21 april 2013). Sedangkan didalam patwa tidak dijelaskan dalam setiap pembayaran angsuran tidak ada marjin. Pembayaran ijarah di BMT El-batasya apabila seorang nasabah ingin melakukan sewa menyewa suatu barang ke BMT, maka oleh pihak BMT di berikan pinjaman dengan menggunakan akad ijarah yang di wakalahkan karena yang menjadi objek wakalahnya adalah uang (wawancara dengan ibu ami tgl 02 april 2013). Akad yang dilakukan oleh duabelah pihak tersebut seharusnya tidak memakai akad wakalah karena tidak sesuai dengan ketentuan, wakalaah yaitub teransaksinya kedua belah pihak, seharusnya ada juga pihak ketiganya, sebagai penerima kuasa dari wakil (pemberi kuasa). Maka apabila dilakukan dengan akad wakalah ijarah tersebut, maka suatu pembiayaan dalam sataua akad. Hal ini dilarang jika da kerusakan pada suatu barang misalnya, atau menjadi objek ijarah maka tidak akan ada yang tanggung bjawab atas kerusakan tersebut. Maka daripada itu saya tertarik untuk melakukan penelitian denga judul Pelaksanaan Pembiayaan Ijarah Dengan Wakalah di BMT ELBATASYA Prespektif Fiqh Muamallah

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dirumuskan di atas, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagai mana latar belakang terjadinya pembiayaan ijarah dengan akad wakalah di BMT El-Batasya bandung? 2. Bagaimana mekanisme terjadinya pembiayaan ijarah dengan akad wakalah di BMT El-Batasya Banbdung? 3. Bagaimana tinjauan piqh muamalah tentang pembiayaan ijarah dengan akad wakalah di BMT Rel-Batasya bandung? C. tujuan penelitian 1. untuk mengetahui latar belakang terjadinya pembiayaan ijarah dengan akad wakalah di BMT El-Batasya bandung. 2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya pembiayaan ijarah dengan akad wakalah di BMT El-Batasya bandung. 3. Untuk mengetahui tinjauan fiqh muamalah tentang pembiayaan ijarah dengan akad wakalah di BMT Rel-Batasya bandung. D. Karangka berpikir BMT adalah kependekan dari kata balai usaha mandiri terpadu atau baitul maah Wat Tamwil yaitu lembaga keuangaan mikro (LKM) yang beroperasinberdasarkan pada perinsip-perinsip syariah. BMT sesuai dengan namanya terdiri dari dua fungsi utama yaitu: a. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan impestasi dalam

meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatann ekonomi b. Baitul mal (rumah harta)menerima titipan zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya(andri soemitra,2009;448). Secara kelembagaan BMT di dampingi atau di dukung oleh pusat inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi lebih luas yakni menenteskan usaha kecil. Dalam praktiknya, PINBUK meneteskan BMT, dan pada gilirannya BMT meneteskan usaha kecil. Keberadaan BMT merupakan representasi kehidupan masyarakat, di mana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengkoordinir kepentingan ekonomi masyarakat (heri

sudarsono,2003;103). Ada berbagai macam roduk yang di miliki oleh baitul mal khususnya di BMT El-Batasya terdiri dari berbagai kegiatan usaha di antaranya : Pembiayaan, terdiri dari : a. Prinsip bagi hasil 1). Mudharabah b. Prinsip Jual Beli 1). Mudharabah 2). Istisna c. Prinsip Sewa Menyewa

10

1). ijarah d. Pinjam Kebajikan 1. kordul hasan Al ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwaddu (ganti). Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa di ikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbangkan syariah, ijarah adalah lease contract di mana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peeralatan kepada salah satu nasabahnya berdasarjan pembebanan biaya yang sudah di tentukan secara pasti sebelumnya. Secara umum landasan ijarah dalam al-quran dan al-hadits, sebagaimana firman Allah SWT: QS. Al-Baqarah ayat 233 artinya : dan jika kamu ingin anakmu di susukan oleh oranglain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwa lah kepada ALLAH dan ketahuilah Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan Al-Hadis Dari ibnu umar bahwa rasullullah bersabda: Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya (HR. Ibnu Majah) Hadis Nabi riwayat At-Turmudzi Dari amar bin auf Artinya perdamaian dapat di lakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang

11

haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Dalam kehidupan manusia kredit sangatlah penting salah satunya untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Dalam perbangkan syariah pinjaman tidak di sebut dengan kredit akan tetapi dengan pembiayaan, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam islam masih banyak metode yang di ajarkan oleh syariah selain dari pinjaman seperti sewa. Dalam islam pinjam-meminjam adalah akad sosial bukan akad komersial. Artinya apabila seseorang meminjam sesuatu dia tidak boleh di syaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. (syafei antono, 2001;170) Pembiayaan merupakan kegiatan BMT yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan hidup BMT, dari sinilah bmt akan mendapatkan keuntungan ynag nantinya akan di pakai untuk pemenuhan biaya operasional bmt. Kredit mengacu pada pasok uang atau klaim uang stara, yang di dasarkan pada persetujuan kredit antara lembaga dan pihak lain, sehinga peminjam berkewajiban membayar utangnya setelah priode tertentu dengan jumlah bunga tetap. (muhammad,2005;45). Hal ini di sebabkan dalam kredit terdapat bunga, para ulama telah bersepakat bahwa bunga adalah riba sedangakan hukum dari riba adalah haram. Pada pembiayaan tidak terdapat unsur bunga akan tetapi berdasarkan pada prinsip bagi hasil.

12

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu peberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan devisi unit. Bagian dari pembiiayaan, pertama pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang di tunjukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk meingkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Kedua, pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis di gunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pembiayaan menutut undang-undang No.21 Tahun 2008 yaitu : pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang di persamakan dengan itu, dengan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai atau di beri fasilitas dan untuk mengembalikan dana tersebut seaatelah jangka waktu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. Pembiayaann juga harus sesuai dengan prinsip syariah yaitu prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankkan yang di keluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (zubairi hasa,2009;261) Fatwa adalah petuah, nasihat jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan hukum. (ensiklopedi ekonomi dan perbankkan syariah,2004;186). Sedangkan pengertian lain fatwa merupakan suatu perkataan dari bahasa arab yang memberi arti pernataan hukum mengenai suatu masalah

13

yang timbul kepada siapa saja yang ingin mengetahuinya. Dengan demikian fatwa menerangkan hukum-hukum Allah SWT, dengan berdasarkan pada dalil-dalil syara. Secara umum dan menyeluruh. Kewenabfan ulama dalam menetapkan dan mengawas pelaksanaan hukum dan perbankan syariah berada di bawah koordinasi dewan syariah majelis ulama indonesia DSN-MUI DSN (Dewan Syariah Nasional) adalah dewan yang di bentuk oleh majelis ulama indonesia (MUI) untuk menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan syariah. Sementara itu anggota dewan syariah terdiri dari para ulama, praktisi dan para pakar yang terkait dengan muamlah syariah. Selain itu dalam masalah ini penulis menggunakan metode Urf, dan Maslahah Mursalah yang secara teoritis akan di jelaskan sebagai berikut : Menurut rahmat syafii arti Urf secara harfiah adalah suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau ketentan yang telah di kenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk melaksanakannya atau meninggalkannya di kalangan masyarakat, Urf ini sering di sebut sebagi adat (rahmat syfii,1999;128) Urf terbagi dalam dua macam yaitu; Urf Sahih dan Urf Fasid, bahwa yang di maksud Urf sahih adalah sesuatu yang telah saling kenal oleh manusia dan tidak bertentangan dengan dalil syara, serta tidak menghalalkan yang haram dan tidak pula menggugurkan kewajiban. Sedangkan Urf Fasid suatu yang sudah di kenal oleh manusia, tetapi

14

berlawanan

dengan

syara

atau

menghalalkan

yang

haram

dan

menggugurkan kewajiban. Menurut rahmat syafii maslahah mursalah adalah suatu

kemaslahatan yang tidak mempunyai dasar dalail, tetapi juga tidak ada pembatalannya. (rahmat Syafii,1999;117) Menurut jumhur ulama, bahwa maslahah mursalah adalah hujjah yang di jadikan dasar pembenukan hukum, dan bahwasannya kejadian yang tidak ada hukumnya dalam nas dan ijma atau kiyas atau ihtishan itu di syariatkan padanya hukum yang di kehendaki oleh maslahah umum dan tidaklah berhenti pembentukan hukum atas dasar masalah ini karena adanya syari yang mengakuinnya (abdul wahab khalap.2002;111-112). E. Langkah-Langkah Penelitian Adapun langkah-langkahnya terdiri dari : 1. Metode Penelitian Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriftsi metode ini penulis gunakan untuk mendapat gambaran tentang keadaan objektif penelitian yaitu tentang pelaksanaan pembiayaan ijarah dengan akad wakalah di BMT El-batasya Bandung. Lokasi Penelitian : Lokasinya bertepat di BMT El-Batasya yang beralamtkan di jalan pamekaraya 106 kelurahan mekar mulya RT 2/04 kec. Penyileukan Bandung. 2. Sumber Data

15

a. Sumber Data primer yang terdiri dari sumber-sumber yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang sedang di bahas yaitu : 1. Manager BMT El-Batasya Bandung,yaitu rahmillah amiyattin (27 Tahun) 2. Nasabah BMT El-Batasya Bandung (30tahun,),yasin (45tahun), esih(35 tahun) 3. Taller BMT El-Batasya Bandung Yaitu Indah Fitriani (25tahun) 4. Marketing BMT El-Batasya Bandung yaitu Rahmat Shabana 22 Tahun b. Sumber data sekunder yang terdiri dari sumber-sumber lain yang menunjang data-data primer antara lain : buku-buku tentang perbankkan syariah, LKA, atau beberapa karya ilmiah dari suatu penelitian serta artikel-artikel media internet tentang penerapaan pembiayaan ijarah. 3. Jenis Data Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan jenis data kualitatif dengan mengunakan penalaran logis dari lokasi penelitian di antaranya mengenai kondisi objektif BMT El-Batasya Bandung akad sebagai bukti pembiayaan ijarah, dan bekerja sama yang di lakukan antara nasabah dengan pihak BMT El-Batasya Bandung 4. Teknik Pengumpulan Data

16

Adapun dalam pengumpulan data penulis mengunakan beberapa teknik yang bisa di lakukan dalam penelitian antara lain : a. Observasi. Yaitu penulis secaa langsung mengadakan pengamatan kelokasi penelitian. b. Wawancara, yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara

menghubungi respoden guna memperoleh keterangan yang rinci dan mendalam. Pertanyaan yang di ajukan kepada pihak BMT sbb : 1. Bagaimana mekanisme pembiayaan ijarah dengan akad wakalah 2. Apa yang menjadi objek pembiayaan ijarah ? 3. Bagaimana cara pembayaran ijarah dengan akad wakalah? 4. Apa yang menjadi latar belakang pembiayaan ijarah dengan akad wakalah ? c. Studi Pustaka/ Dokumentasi, yaitu penulis mengumpulkan data, dengan cara mencari literatur dan dokumen yang relevan dengan kajian pembiayaan ijarah. 5. Analisis Data Adapun secara garis besar analisa yang di lakukan sebagai berikut : a. Menelaah semua data yang terkumpul dari berbagai sumber, baik data primer maupun data sekunder b. Mengelompokan seluruh data dalam satuan sesuai dengan masalah yang di teliti. c. menghubungkan data dengan teori yang sudah di kemukankan dalam kerangka penelitian, dan

17

d. Menyimpulkan data-data yang di analisa dengan memperhatikan rumusan dan kaidah yang berlaku dalam penelitian.

18

DAFTAR PUSTAKA

Abdul wahab khalaf, 2003 ilmi Ushul Fiqh. Pustaka Amani: Jakarta. A. Djajuli 2006 Kaidah-Kaidah Fiqh. Kencana Media Grup : yogyakarta.

Hendi Sukendi 2005 Fiqih Muamalah. PT.Raja Grapindo Persada : Jakarta.

Rachmat Syafei 2003. Fiqh muamalah. Gaya Media Pratama : jakarta.

Anda mungkin juga menyukai