Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN JAMINAN PERSALINAN

Oleh :

IMKU IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN UNTAN


BIDANG KAJIAN STRATEGIS (KASTRAT) KETUA BIDANG STAFF : : TATA RIMBA PARMANTO 1. ELOK NUR FARIDA ANGGRAINI 2. RIZKY RAMADHANI ARISYANDI 3. KHALIK PERDANA PUTRA

JAMINAN PERSALINAN
Latar Belakang Kajian

Mahasiswa merupakan insan yang berpendidikan tinggi, memiliki daya juang tinggi dan kapasitas untuk melakukan suatu perubahan. Saat ini masih merupakan era perjuangan bagi mahasiswa untuk tetap menjadi bagian terpenting dalam suatu masyarakat. Peran mahasiswa tidak terelakkan. Dengan massa yang ramai serta kemampuan untuk menjadi tonggak perubahan, mahasiswa dinilai mampu membantu menemukan solusi-solusi efektif akan permasalahan masyarakat saat ini. Saat ini, pelayanan kesehatan merupakan masalah paling pertama yang disoroti. Pelayanan kesehatan yang tidak dijalankan dengan baik menuai berbagai kontroversi, salah satunya adalah Jampersal. Berdasarkan minimnya informasi mengenai jaminan persalinan di lingkungan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, maka bidang Kastrat Ikatan Mahasiswa Kedokteran Universitas Tanjungpura (IMKU) merasa perlu untuk mengadakan kajian mengenai hal tersebut. Kajian ini penting sebagai sarana bertukar pikiran sekaligus memperluas wawasan mengenai Jampersal itu sendiri. Sebagai mahasiswa kedokteran, dimana salah satu tanda yang tersemat adalah Agent of Change maka penting rasanya untuk melaksanakan kajian tersebut sebagai bekal awal bagi seluruh mahasiswa kedokteran Untan untuk ikut serta dalam menciptakan perubahan akan mekanisme pelayanan kesehatan yang kurang optimal dan membantu menemukan solusi efektif untuk hal tersebut.

1. Definisi

meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB setelah persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. a. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjut Adapun ruang lingkup Jampersal ini sendiri antara lain :

Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang

pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir) tingkat pertama. Pelayanan tingkat pertama diberikan di

Pelayanan persalinan tingkat pertama meliputi pelayanan pemeriksaan kehamilan,

Puskesmas dan Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan. 2. Latar Belakang Dibentuknya Jampersal

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak

baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat (3) ditegaskan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya pada pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Dasar-dasar hukum tersebut memberikan suatu tanggung jawab pemerintah untuk

Kesehatan, pada pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama

aman, bermutu, dan terjangkau. Kemudian pada ayat (3) bahwa setiap orang berhak secara

mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Berdasarkan Millennium Development Goals (MDGs) tepatnya pada poin 4 dan 5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan baik. Jampersal merupakan salah satu derivat dari

meningkatkan kesehatan ibu, Indonesia diharapkan dapat melaksanakan pelayanan terkait Jaminan Kesehatan Masyarakat yang khusus melayani KIA. Pelayanan meliputi pelayanan

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan,

pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi. Pelaksanaan Jampersal diharapkan mampu menurunkan angka kematian bayi dan/atau ibu

pra, selama, dan paska proses persalinan. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000

data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDGs 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH. Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran

miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan ini. 3. Tujuan Jampersal a. Tujuan Umum Meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau

bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk b. Tujuan Khusus pelayanan persalinan.

1) Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan 2) Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. nifas ibu oleh tenaga kesehatan.

3) Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. lahir oleh tenaga kesehatan.

4) Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru 5) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. 4. Landasan Hukum Jampersal

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Indonesia Nomor 4286);

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 6. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); Nomr 59, Tambahan Lembaran Negaran Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

8. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Nomor 5063);

Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

9. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5167). 5. Ruang Lingkup Pelayanan Jaminan Persalinan a. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. 1. Pemeriksaan kehamilan Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi: 2. Pertolongan persalinan normal 4. Pelayanan bayi baru lahir

3. Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan 5. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

kesehatan spesialistik, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan.

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga

Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:

Pelayanan tingkat lanjutan diberikan di fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit

1. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit pelayanan tingkat pertama.

2. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di 3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara.

6. Pengorganisasian

kegiatan Jaminan Persalinan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengelolaan kegiatan

Pengorganisasian kegiatan Jaminan Persalinan dimaksudkan agar pelaksanaan manajemen

Jaminan Persalinan dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah, pemerintah Pengelola di tingkat pusat, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota. Masyarakat (Jamkesmas) dan BOK.

provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam pengelolaan Jaminan Persalinan dibentuk Tim Pengelolaan kegiatan Jaminan Persalinan terintegrasi dengan kegiatan Jaminan Kesehatan Pengorganisasian manajemen Jamkesmas dan BOK terdiri dari:

1. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas sektor), sampai tingkat kabupaten/kota.

2. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas program), sampai tingkat kabupaten/kota. 7. Analisis Masalah Terkait Pelaksanaan Jampersal

1. Masih banyak masyarakat yang belum mengerti akan Jampersal

Masih banyak warga yang bertanya apa saja yang di perlukan untuk ikut jampersal, masih merasa bingung karena masih harus membayar, padahal yang mereka bayar itu uang

padahal hanya memerlukan KTP dan Buku KIA (Kesehatan Ibu & Anak). Terkadang warga denda, karena jika mereka tidak memiliki Buku KIA akan dikenakan denda sesuai juga ditanggung, padahal biaya dari pemerintah tidak termasuk paket konsumsi si ibu.

pemerintah daerahnya. Terkadang masih ada warga yang berpikir bahwa konsumsi si ibu 2. Bagaimana jika orang tersebut baru tahu bahwa ada jampersal saat punya anak ke-3?

Dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Bina Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Pontianak, beliau menyatakan bahwa masih boleh selama orang tersebut tidak memiliki jaminan kesehatan yang lain. Memang benar jika ikut jampersal harus ikut

program KB, tetapi tidak mesti mempunyai 2 anak karena kita tidak boleh membatasi

mereka untuk bereproduksi selama kualitas reproduksi mereka masih bagus. Hanya saja

program KB yang mereka ikuti itu diperuntukan mengatur jarak kelahirannya. Jadi tidak 3. Mekanisme penyaluran dana yang masih belum jelas. bisa hamil seenaknya, misalkan baru 1 tahun sudah hamil lagi.

Dana sudah disediakan oleh pemerintah pusat dengan alokasi berbeda untuk setiap provinsi

sesuai banyaknya kabupaten dan tingkat kebutuhan akan dana tersebut. Namun sayang, ribu yang diserahkan pada bidan, bidan yang melakukan kerja sama dengan program ini 4. Masih banyak Bidan Praktik Mandiri yang belum mau bekerja sama dalam program ini. kurang dari itu. Sisanya masih belum diketahui digunakan untuk apa.

pengelolaan di tiap-tiap provinsi/kabupaten berbeda dan kurang transparan. Dari dana 430

Rata-rata bidan di tiap daerah masih enggan bekerja sama untuk mensukseskan program Jampersal karena dana yang dialokasikan per persalinan lebih kecil daripada jika pasien membayar sendiri. Meski tahun 2012 biaya persalinan dari Jampersal telah dinaikkan kecil dari biasanya jika bidan menarik biaya langsung dari pasien.

menjadi 600 ribu dari semula hanya 430 ribu, namun tetap saja biaya tersebut jauh lebih

8. Rekomendasi Solusi 1. Penyampaian

kesalahpahaman.

info

mengenai

jampersal

harus

diperjelas

lagi

agar

tidak

ada

Setiap pemerintah provinsi/kabupaten wajib memberikan penyuluhan mengenai program swasta. Bidan diharapkan menjadi tali sambungan antara pemerintah dan masyarakat.

Jampersal sejelas-jelasnya dengan dibantu oleh bidan-bidan yang praktik negeri maupun 2. Manajemen pendanaan seharusnya lebih tertib dan transparan.

Hal ini bertujuan untuk menarik minat Bidan Praktik Mandiri untuk bekerja sama dalam

program ini. Dengan adanya transparansi dana dan ketertiban pengaturan alokasi dana diharapkan lebih banyak bidan yang mau bergabung sehingga program ini bisa menjangkau seluruh masyarakat yang ada di tiap daerah.

Anda mungkin juga menyukai