Anda di halaman 1dari 15

PEMBUATAN BIODIESEL BERBAHAN DASAR MINYAK JELANTAH

I. Tujuan 1. Mengetahui proses pembuatan biodiesel 2. Menguji dan mengetahui kualitas biodiesel berbahan dasar minyak jelantah

II. Dasar Teori Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX % Keuntungan Pemakaian Biodiesel 1. Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin 2. Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin) 3. Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin 4. Dapat diproduksi secara lokal 5. Mempunyai kandungan sulfur yang rendah 6. Menurunkan tingkat opasiti asap 7. Menurunkan emisi gas buang 8. Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility petroleum diesel sampai 500 % Penerapan peraturan emisi kendaraan mendorong diturunkannya kadar belerang dalam minyak solar. Penurunan kadar belerang dapat menurunkan emisi gas buang kendaraan berupa gas SOx dan SPM (Solid Particulate Matters) yang mengotori udara. Akan tetapi solar yang berkadar belerang rendah memiliki daya pelumasan rendah. Sementara itu produksi solar Indonesia masih sangat tinggi kadar belerangnya (15004100 ppm) Dengan demikian biodiesel sebagai campuran minyak solar mempunyai dua keuntungan sekaligus. Pertama yaitu biodiesel mempunyai kadar belerang yang jauh lebih kecil (sangat ramah lingkungan karena kadar belerang kurang dari 15 ppm) dan yang kedua adalah biodiesel dapat meningkatkan daya pelumasan. Viskositas biodiesel lebih tinggi dibandingkan viskositas solar, sehingga biodiesel mempunyai daya pelumasan yang lebih baik daripada solar. Oleh karena mampu melumasi

mesin dan sistem bahan bakar, maka dapat menurunkan keausan piston sehingga mesin yang menggunakan bahan bakar biodiesel menjadi lebih awet. Selain itu biodiesel sudah mengandung oksigen dalam senyawanya, sehingga pembakaran di dalam mesin nyaris sempurna dan hanya membutuhkan nisbah udara/bahan bakar rendah. Dengan demikian emisi senyawa karbon non-CO2 dalam gas buang kendaraan sangat kecil dan penggunaan bahan bakar lebih efisien Spesifikasi minyak biodiesel dibandingkan minyak diesel (BBM) Sifat Densitas (g/cm3 pada 20oC) Titik nyala (oC) Bilangan number) Kekentalan (mm2/s pada 30 4,84 oC) Abu bersulfat (%) Bilangan KOH/g) Gliserin total (%) Gliserin bebas (%) Fosfat (ppm) Metanol (%) 0,088 0,015 17,5 0,06 netralisasi 0,014 (mg 0,24 1,0-1,2 ppm Sulfur 3,6 setan Minyak Biodiesel 0,879 191 (cetane 51 Minyak Diesel (BBM) 0,841 80 47.8 to 59

Bahan Baku Biodiesel Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel. Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel. Nama Lokal Jarak Pagar Jarak Kaliki Kacang Suuk Nama Latin Jatropha Curcas Riccinus Communis Arachis Hypogea Sumber Minyak Inti biji Biji Biji Isi % Berat Kering 40-60 45-50 35-55 P / NP NP NP P

Kapok / Randu Karet Kecipir Kelapa Kelor Kemiri Kusambi Nimba Saga Utan Sawit Nyamplung Randu Alas Sirsak Srikaya

Ceiba Pantandra Hevea Brasiliensis Psophocarpus Tetrag Cocos Nucifera Moringa Oleifera Aleurites Moluccana Sleichera Trijuga Azadiruchta Indica Adenanthera Pavonina Elais Suincencis Callophyllum Lanceatum Bombax Malabaricum Annona Muricata Annona Squosa

Biji Biji Biji Inti biji Biji Inti biji Sabut Inti biji Inti biji

24-40 40-50 15-20 60-70 30-49 57-69 55-70 40-50 14-28

NP P P P P NP NP NP P P P NP NP NP

Sabut dan biji 45-70 + 46-54 Inti biji Biji Inti biji Biji 40-73 18-26 20-30 15-20

Bagan alir proses pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut: Minyak jelantah murni Metanol/etanol KOH/NaOH

Reaktor

Pendiaman dan pemisahan

Bagian bawah

Bagian atas

Netralisasi

Asam mineral

Pencucian

Pendiaman

Asam lemak

Penguapan

Penguapan

Metanol/etanol

Minyak Biodiesel

Gliserin

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL Pada pembuatan biodiesel, sebelum bahan baku (trigliserida) ditransesterifikasi dilakukan beberapa tahap pemurnian (refining). Tahap ini dimaksudkan untuk

menghilangkan berbagai bahan yang tidak diinginkan seperti fosfatida, asam lemak bebas, lilin, tokoferol, zat warna dan zat pengotor lainnya yang dapat memperlambat reaksi. Tahap pemurnian ini terdiri atas proses degumming, netralisasi, pemucatan (bleaching) dan deodorasasi. Proses degumming dimaksudkan untuk menghilangkan getah atau lendir yang terdiri atas fostatida, protein, residu, karbohidrat dan air tetapi tidak dapat mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Fostatida pada minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 0,60 persen. Fosfatida akan membuat minyak menjadi gelap (turbid) selama penyimpanan dan mengakibatkan berkumpulnya air pada produk ester. Biasanya pemisahan ini dilakukan dengan menambah air pada suhu 60-90 derajat Celsius dan diikuti sentrifugasi (pemusingan), kemudian ditambahkan larutan asam seperti asam fospat. Deasidifikasi dilakukan untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa sehingga membentuk sabun. Proses ini dimaksudkan untuk mencagah bau tengik pada produk. Pemucatan (bleaching) dan deodorisasi untuk menghilangkan zat warna dan bahan berbau dari bahan berlemak. Pemucatan dilakukan dengan mencampurkan minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah pemucat (bleaching earth), bentonit, lempung aktif, arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia. Pemucatan ini merupakan cara konvensional dan proses pemurnian secara fisik. Pada proses pemucatan menggunakan adsorben, akan menyerap zat warna dari senyawa karoten, karotenoid, xantrofil dan klorofil. Selain itu, pemucatan dapat mengurangi zat pengotor baik yang berasal dari minyak itu sendiri seperti protein, sterol, tokoferol, hidrokarbon, asam lemak bebas, peroksida dan sebagainya maupun zat pengotor akibat dari proses ekstraksi minyak dari tumbuhan. Pemucatan yang sering digunakan adalah gabungan dua adsorben seperti arang aktif dan bentonit dengan perbandingan 1:0 sampai 1:20. Sedangkan untuk proses penghilangan bau atau deodorisasi dapat dilakukan dengan cara distilasi uap. Setelah pemurnian, bahan baku (trigliserida) dapat langsung diproses menjadi biodiesel.

Sebelum dipakai perlu dilakukan pengujianmutu biodiesel, antara lain 1. Analisis Bilangan Asam Pelarutan contoh lemak/minyak dalam pelarut organik tertentu (alkohol netral 96%) dilanjutkan dengan penitaran dengan basa (NaOH atau KOH) 2. Viskositas (Cst) kinematic biodiesel pada suhu 40C (ASTM D 445) Viskositas kinematik diukur dengan alat viskosimeter yang telah dikalibrasi sampai volume cairan tertentu mengalir dibawah pengaruh grafitasi pada suhu yang ditentukan dimana contoh masih dapat mengalir dalam pipa viskosimeter kering. 3. Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C (ASTM D 1298) Pada Suhu 40C adalah perbandingan antara massa jenis pada suhu tersebut dengan massa jenis aquadest pada suhu yang sama yang dinyatakan dalam gram/liter. 4. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998) Penambahan larutan iodium monoklorida dalam campuran asam asetat dan karbontetrakhlorida kedalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu dilakukan penetapan halogen yang dibebaskan dengan penambahan kalium iodide (KI). Banyaknya iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat dan indikator kanji. 5. Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D 874) Mengarangakan sampel kemudian mengabukan sampel tersebut pada sushu 775C dengan penambahan beberapa tetes asam sulfat pekat. http://prosespembuatan.blogspot.com/2009/07/proses-pembuatan-biodiesel-2metil.html 2.1 Minyak Jelantah sebagai Bahan Baku Biodiesel Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan

kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan bakar biodisel. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah

II. Alat dan Bahan a. Alat 1. Labu distilasi 2. Corong Pemisah 3. Pemanas listrik 4. Gelas beker 5. Termometer 6. Buret 7. Erlenmeyer 8. Gelas ukur b. Bahan 1. Minyak jelantah 2. Etanol 3. Zeolit 4. NaOH 5. KOH 6. HCl 7. Indikator PP 9. Gelas arloji 10. Sendok sungu 11. Neraca analitik 12. Piknometer 13. Pipet tetes 14. Pipet gondok 15. Bulbpet

III. Cara Kerja a. Esterifikasi Minyak 1. Komposisi larutan dibuat antara minyak jelantah dan etanol 1:5. 2. Labu ekstraksi diisi dengan 250mL etanol. 3. Alat reflux di rangkai dengan kolom yang sebelumnya diisi dengan zeolite dan labu ekstraksi yang berisi etanol. Pada bagian atas reflux dirangkai dengan corong pemisah yang berisi minyak jarak sebanyak 50mL. 4. Etanol dipanaskan hingga titik didihnya, minyak jelantah ditambahkan setetes demi setetes melewati reflux.

Gambar 3. Rangkaian Alat 5. Setelah minyak jelantah habis, direflux selama 1 jam. 6. Didinginkan larutan hasil sampai dengan suhu kamar dan dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas biodiesel sedangkan lapisan bawah sisa pereaksi dan gliserol. 7. Dipisahkan kedua lapisan tersebut dengan menggunakan corong pemisah, diukur biodiesel yang didapatkan.

b. Analisis Biodiesel a. Penentuan Bilangan Asam 1. Ditimbang sampel biodiesel yang peroleh sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam labu erlemeyer. 2. Kemudian ditambahkan 20 mL campuaran pelarut (etanol 95%v). 3. Larutan tersebut diaduk dan ditritasi dengan larutan KOH 1 N alkoholik sampai berwarna merah jambu. Warna merah jambu harus bertahan minimal 15 detik. 4. Dihitung bilangan asam dari volume titran.

b. Penentuan Bilangan Penyabunan 1. Sampel biodiesel ditimbang 2 gram dan dimasukkan ke dalam labu distilasi 250 mL, tambahkan 25 mL NaOH 0,1 N alkoholis, dipanaskan di bawah pendingin balik (direflux), dan didinginkan. Ditambahkan 1 mL indikator PP dan dititrasi dengan HCl 0,5 M, dicatat volumenya sebagai volume contoh.

2. NaOH 0,1 N alkoholis diambil 50 mL, dipanaskan di bawah pendingin balik, didinginkan dan ditambahkan 1 mL indikator PP kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 M, dicatat volumenya sebagai volume blanko.

IV. Data Pengamatan a. Data Sampel Volume Minyak jelantah Volume etanol Suhu distilasi Volume Biodiesel = 50 mL = 250 mL = 78C = 196 mL

b. Pengujian Biodiesel a. Densitas Tabel 1. Pengamatan Densitas Massa (g) Piknometer Kosong Piknometer + aquadest Piknometer + Biodiesel Piknometer + Minyak Jelantah Suhu Aquadest : 28C 15,5900 42,5422 22,5055 26,5070 aquadest : 0,9921 g/ cm3

b. Viskositas Tabel 2. Pengamatan Viskositas Waktu alir (detik) Air 3,07 3,09 Biodiesel 6,33 6,27 Minyak Jelantah 32,92 32,02 Suhu Aquadest : 28C aquadest Rerata (detik) 3,08

6,3

32,47 : 837,81 Pa.s

c. Bilangan Penyabunan Tabel 3. Pengamatan Bilangan Penyabunan Massa Biodiesel (g) 1,9881 2,0078 Blanko Volume NaOH alkoholis (mL) 25 25 25 Volume HCl 0,5 N 3,0 ml 3,1 ml 4,8 ml

d. Bilangan Asam Tabel 4. Pengamatan Bilangan Asam Massa Biodiesel (g) 2,0082 2,0144 Volume KOH alkoholis 1 N(mL) 3,0 3,0

V. Perhitungan a. Densitas

Tabel 5. Densitas Hasil Perhitungan (g/cm3) Biodiesel Minyak Jelantah b. Viskositas 0,8284 0,9757

Tabel 6. Viskositas Hasil Perhitungan Waktu alir (detik) Air Biodiesel Minyak Jelantah 3,08 6,3 32,47 (g/cm3) 0,9921 0,8284 0,9757 (Pa.s) 837,8100 1430,9353 8686,3628

c. Bilangan Penyabunan ( Dengan B = 4,8 mL Tabel 7. Bilangan Penyabunan Hasil Perhitungan Massa Biodiesel (g) 1,9881 2,0078 Rata-rata Volume HCl 0,5 N (mL) 3,0 3,1 Bilangan Penyabunan ( 25,3961 23,7499 24,573 ) ) ( )

d. Bilangan Asam ( )

Tabel 8. Bilangan Asan Hasil Perhitungan Massa Biodiesel (g) 2,0082 2,0144 Rata-rata Volume KOH alkoholis 1 N (mL) 0,3 0,3 ( Bilangan Asam 8,3806 8,3548 8,3677 )

e. Bilangan Ester ( ) = 24,573 8,3677 = 16,2053

VI. Pembahasan Bahan baku yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak jelantah. Minyak jelantah dapat digunakan karena merupakan minyak nabati, selain itu juga sebagai salah satu cara recycle limbah minyak goreng. Katalis yang digunakan adalah zeolit. Kolom zeolit berfungsi memperluas permukaan dan memberbesar waktu kontak antara uap etanol dengan minyak jelantah. Reaksi ini dinamakan reaksi transesterifikasi karena mengubah ester menjadi ester yang lain, pelarut yang digunakan adalah etanol oleh

karena itu reaksi ini juga disebut reaksi alkoholis, sebenarnya alkohol bisa diganti dengan air tetapi air bisa menyebabkan korosi pada mesin. Untuk memperbesar jumlah produk,digunakan beberapa cara. yaitu : a. Menambahkan etanol berlebih dalam reaksi b. Memisahkan gliserin c. Menurunkan temperatur reaksi tetapi tetap diatas titik didih etanol (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterem) Tabel. Perbandingan Sifat Fisis Air, Biodiesel dan Minyak Jelantah Hasil Praktikum (T=28C) Bahan Air Biodiesel Minyak Jelantah (g/cm3) 0,9921 0,8284 0,9757 (Pa.s) 837,8100 1430,9353 8686,3628

Berdasarkan tabel Standar mutu Biodiesel SNI No. 04-7182-2006, bilangan asam maksimal untuk biodiesel adalah sebesar 0,8 mg KOH/kg biodiesel. Sedangkan biodiesel hasil praktikum memiliki bilangan asam sebesar 8,3677 mg KOH/g biodiesel. Biodiesel hasil praktikum memiliki bilangan asam 10.000 kali lipat dari seharusnya. Untuk bilangan ester, dari sampel sebanyak 2 gram biodiesel hasil praktikum menunjukan nilai sebesar 16,2053gr. Sementara standarnya hanya diperbolehkan 96,5 % dari massanya. Hal ini dimungkinkan karena pada praktikum tidak dilakukan proses pencucian maupun pengadsorbsian unsur-unsur pengotor di dalam produk. Dari analisis ini dapat dikatakan bahwa biodiesel hasil praktikum belum memenuhi standart mutu nasional.

VII. Kesimpulan 1. biodiesel dibuat dengan reaksi trans-esterifikasi trigliserida (minyak nabati) menjadi metil ester dengan hasil samping berupa gliserol. 2. Biodiesel hasil praktikum memiliki bilangan asam 8,3677 mg KOH/g biodiesel dan kadar ester 16,2053gr. Sedangkan standart yang diijinkan adalah 0,8 mg KOH/kg biodiesel untuk bilangan asam dan Untuk bilangan ester standarnya hanya

diperbolehkan 96,5 % dari massanya (belum memenuhi standart).

VIII. Daftar Pustaka 1. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah. Diakses 13 Mei 2013 pukul 19.24 WIB 2. http://prosespembuatan.blogspot.com/2009/07/proses-pembuatan-biodiesel-2metil.html Diakses 13 Mei 2013 pukul 19.48 WIB

Yogyakarta, 19 Mei 2013 Asisten, Praktikan,

Deni Swantomo, S.ST, M.Eng

Fatmawati Nurcahyani

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMBUATAN BIODIESEL BERBAHAN DASAR MINYAK JELANTAH

b. Data Sampel Volume Minyak jelantah Volume etanol Suhu distilasi Volume Biodiesel = 50 mL = 250 mL = 78C = 196 mL

c. Pengujian Biodiesel e. Densitas Tabel 9. Pengamatan Densitas Massa (g) Piknometer Kosong Piknometer + aquadest Piknometer + Biodiesel Piknometer + Minyak Jelantah Suhu Aquadest : 28C 15,5900 42,5422 22,5055 26,5070 aquadest : 0,9921 g/ cm3

f. Viskositas Tabel 10. Pengamatan Viskositas Waktu alir (detik) Air 3,07 3,09 Biodiesel 6,33 6,27 Minyak Jelantah 32,92 32,02 Suhu Aquadest : 28C aquadest Rerata (detik) 3,08

6,3

32,47 : 837,81 Pa.s

g. Bilangan Penyabunan Tabel 11. Pengamatan Bilangan Penyabunan Massa Biodiesel (g) 1,9881 2,0078 Blanko Volume NaOH alkoholis (mL) 25 25 25 Volume HCl 0,5 N 3,0 ml 3,1 ml 4,8 ml

h. Bilangan Asam Tabel 12. Pengamatan Bilangan Asam Massa Biodiesel (g) 2,0082 2,0144 Volume KOH alkoholis 1 N(mL) 3,0 3,0

Yogyakarta, Maret 2013 Asisten, Praktikan, 1. Dian Noorfika Ariani 2. Dimas Puguh Winarseto Deni Swantomo, S.ST, M.Eng 3. Fatmawati Nurcahyani

Lampiran Neraca Ekonomi Proses (Skala Laboratorium)

Biaya praktikum = 1. Minyak jelantah 2. Ethanol Total sekali proses Produk yang dihasilkan = -. Biodiesel Gliserol = Rp 200,-/L x 0,05 L = Rp 15.000,-/L x 0,25 L = Rp 3.760,= 0,196 L = 0,050 L = Rp 10,= Rp 3.750,-

Skala lebih besar, basis produksi 100 L biodiesel / bulan a. Bahan Baku b. Fixed Cost Biaya Laboratorium (termasuk listrik dan air) = Rp 50.000,-/bulan Pemeliharaan alat Pemurnian Produk Total per bulan c. Penjualan Produk 1. Biodiesel = Rp 15.000,-/L = Rp 15.000,- x 100 L = Rp 1.500.000,2. Gliserol = Rp 20.000/L = Rp 20.000,- x 25 L = Rp 500.000,Total per bulan d. Pengeluaran total Penjualan = Rp 2.000.000,= 1.975.000,= 2.000.000,= Rp 15.000,-/bulan = Rp 30.000,-/bulan = Rp 95.000,= 500 x Rp 3.760,= Rp 1.880.000,-/bulan

(untuk memperbesar keuntungan dapat dilakukan dengan menambah kapasitas produksi)

Anda mungkin juga menyukai