Anda di halaman 1dari 2

Mengurus Sendiri STNK yang Hilang

Posted on 7 Desember 2011 by rinaldimunir Ini kisah lanjutan tentang kehilangan SIM dan STNK. Cerita tentang penggantian SIM yang hilang tanpa menggunakan orang dalam atau calo sudah saya bahas pada tulisan yang terdahulu. Baru kemarin saya sempat mengurus penggantian STNK yang hilang. Jadi, selama ini saya sering deg-degan naik kendaraan tanpa STNK, takut ditilang, apalagi razia kendaraan hampir setiap hari ada di kota Bandung. Hanya berbekal surat kehilangan dari polisi saja maka saya agak berani membawa kendaraan. Kalau ada razia dan kena tilang ya saya tunjukkan saja surat kehilangan itu. Untunglah saya belum pernah kena tilang dalam satu bulan terakhir. Seperti mengurus SIM yang hilang, saya tidak akan menggunakan jasa orang dalam atau calo untuk mengurus STNK tersebut. Tidak baik mendidik para polisi itu makan uang suap dari calo. Nggak berkah, gitu lho. Memakai jasa calo atau orang dalam sama saja kita melegalkan praktek suap. Dalam agama Islam, orang yang memberi suap dan menerima suap sama-sama berdosa. Untuk mengurus penggantian STNK yang hilang, prosedurnya lebih rumit dan lebih panjang daripada mengurus penggantian SIM. Nah, begini urutan-urutan proses penggantian STNK yang hilang: 1. Anda harus memasang iklan kehilangan STNK di tiga buah suratkabar lokal di Bandung. Tiga buah media yang disarankan adalah Pikiran Rakyat, Tribun Jabar, dan Galamedia. Iklan itu berbunyi: Telah Hilang STNK dengan nomor plat D dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Setelah dimuat di koran, gunting potongan iklan tersebut dan tempelkan pada kwitansi pembayaran iklan. 2. Surat kehilangan dari Polsek harus diganti dengan surat kehilangan yang dikeluarkan oleh Polwiltabes Bandung. Tidak ada biayanya sih, tetapi pegawai di kantor Powilltabes sepertinya meminta pengertian uang ala kadarnya. Ya sudah, saya beri Rp10.000 saja daripada tidak enak. Dokumen yang diperlukan adalah fotocopy KTP, fotocopy BPKB. 3. Kemudian dari sana saya diminta menuju bagian BAP untuk dibuatkan surat berita acara pemeriksaan sebagai surat pengantar ke Polda. Sama seperti di atas, uang ala kadarnya diharapkan oleh petugas yang membuatkan BAP. Dokumen yang diperlukan adalah fotocopy KTP, fotocopy BPKB, bukti kwitansi dan guntingan iklan kehilangan yang dimuat di koran, dan surat kehilangan. 4. Dari Polwiltabes, saya disuruh ke Polda Jabar. Polda Jabar itu letaknya jauh di kawasan Gedebage, perlu waktu satu jam ke sana dari Polwiltabes. Di Polda Jabar saya disuruh ke bagian Pulahta untuk dibikinkan surat ke Samsat. Di Pulahta ini keluar lagi uang sukarela yang disebut uang kertas. Ada-ada saja istilahnya. Ya udah, saya beri Rp10.000 saja buat si ibu petugas, diikhlaskan sajalah. Dokumen yang diperlukan adalah surat BAP, BPKB, fotocopy KTP, dan guntingan iklan kehilangan. 5. Dari kantor Polda, saya menuju kantor Samsat Bandung Timur di Jalan Soekarno Hatta karena alamat rumah saya termasuk Bandung Timur. Di kantor Samsat saya mengambil formulir tes fisik, lalu kendaraan kita menjalani tes fisik. Kendaraan kita digesek nomor mesin dan nomor rangkanya. Tidak dikenakan biaya sama sekali. Tertulis dengan jelas pada spanduk yang terpasang di sana bahwa tes fisik tidak dipungut biaya.

6. Setelah cek fisik, kemudian saya diminta ke Gudang Arsip. Serahkan saja semua dokumen hasil nomor 4 dan 5, lalu di sana berkas kita distempel. 7. Dari gudang arsip, saya mengambil formulir pendaftaran penggantian STNK. Tidak dikenakan biaya sama sekali untuk mengambil formulir. 8. Isi formulir pendaftaran, lalu serahkan ke loket Seberentina. Di sini semua dokumen kita diperiksa, lalu kita antri menunggu panggilan. Tidak sampai satu jam, nama saya dipanggil untuk membayar Rp50.000 biaya STNK, dan tidak berapa lama kemudian STNK yang baru sudah di tangan. Alhamdulillah, ternyata biaya membuat STNK pengganti hanya Rp50.000 saja. Uang sukarela untuk pembuatan surat kehilangan, surat BAP, dan surat dari Pulahta saya ikhlaskan saja, anggap saja itu uang sedekah buat pegawai kecil. Jika ditambah biaya iklan baris di dua media lokal (ternyata boleh dua media saja): iklan baris di koran PR Rp45.000, di koran Galamedia Rp27.500, maka total biayanya menjadi sekitar Rp130.000-an. Jika dilihat prosesnya memang panjang dan melelahkan, maka sebagian orang yang tidak mau repot-repot akan memakai jasa orang dalam. Di sinilah peluang melakukan korupsi. Seorang bapak yang juga sama-sama mengurus STNK yang hilang bercerita bahwa dia memakai orang dalam di kantor Polwiltabes, biayanya Rp350.000 (di luar biaya iklan). Tinggal beres, beberapa hari kemudian STNK yang baru bisa diambil. Tetapi, saya tidak mau melakukan hal itu. Biarlah saya agak repot dan antri cukup lama mengurus secara prosedural proses penggantian STNK yang hilang. Dengan demikian saya sudah ikut mendidik polisi berbuat jujur dengan tidak melakukan korupsi. Memang mengurus STNK secara prosedural (tanpa calo atau orang dalam) itu metode yang brute force, tetapi saya pikir prosedur tersebut mendidik kita agar taat aturan dan selalu menegakkan prinsip kejujuran. Kita berbuat jujur dan polisi juga jujur. Saran saya kepada kepolisian, proses yang panjang tersebut bisa disederhanakan dalam satu atap saja. Tidak perlu kita ke Polwiltabes, lalu ke Polda, kemudian ke kantor Samsat. Cukup semua proses dalam satu kantor saja, misalnya semuanya di kantor Samsat. Bisa nggak, Pak Pol?

Anda mungkin juga menyukai