Anda di halaman 1dari 56

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan koi termasuk ikan hias eksotis yang semakin banyak penggemarnya.

Selain dipelihara sebagai hobi, Ikan koi juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya. Selain pesona warna dan

lekukannya yang indah, keistimewaan lain dari koi adalah keelokan yang dipertontonkan tatkala menyembul dan melompat ke atas air. Sungguh sebuah pemandangan yang istimewa bagi yang hobi memeliharanya. Ikan koi termasuk ikan yang harganya relatif mahal dan ikan koi juga selalu diburu para penghobi yang mencari jenis eksklusif. Keuntungan bisnis ikan hias jauh lebih besar daripada ikan konsumsi, karena ikan hias memiliki pasar tak terbatas di luar negeri. Di samping memiliki harga yang relatif mahal di pasaran, maraknya kontes koi baik didalam negeri maupun luar negeri ikut memberikan andil dalam meramaikan bisnis koi. Akibatnya bisnis ini cukup memberikan jaminan keuntungan yang lebih dari cukup bagi pembudidaya ikan koi. Permintaan di tingkat pasaran lokal akan ikan mas (koi) dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun (Anonymous, 2005). Ikan koi merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang banyak dibudidayakan oleh petani baik budidaya pembenihan,
1

pembesaran, di kolam pekarangan ataupun air deras. Misalnya masyarakat daerah Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Jakarta, telah lama mengenal dan melakukan pembudidayaannya di kolam sekitar tempat tinggal atau pekarangan (Santoso B, 1993). Ikan koi relatif mudah untuk dibudidayakan dan hanya membutuhkan perlakuan yang sederhana. Dalam perkembangbiakan di alam aslinya, ikan mas (koi) memijah di awal musim penghujan. Telur yang dihasilkan akan menempel pada rerumputan atau benda lain yang ada di dalam air. Atas dasar inilah orang kemudian beranggapan bahwa untuk memijahkan ikan mas harus didahului dengan tindakan memanipulasi lingkungan meliputi pengeringan kolam dan pengisian air baru. Sebagai bahan penempel telur digunakan kakaban, yaitu ijuk yang dijepit dua buah bambu (Susanto H. dan Agus R, 1997). Pembenihan ikan koi merupakan kegiatan yang sangat penting karena, selain digunakan untuk peluang usaha yang menjanjikan pembenihan ikan koi juga dapat dijadikan usaha untuk melestarikan ikan koi di Indonesia dan tidak perlu mengeluarkan uang banyak dan jarak yang jauh untuk mendapatkannya karena pembenihan ikan koi sudah berkembang di Indonesia. Terdorong karena budidaya ini cukup menjanjikan keuntungan, saya ingin mengetahui teknik pembenihan ikan koi yang selain untuk menambah pengetahuan dapat diaplikasikan dan dikembangkan di daerah sendiri.

1.2. Tujuan Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan koi di Balai Besar Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar Sukabumi Jawa Barat. Untuk menambah pengalaman, keterampilan serta

pengetahuan dalam pembenihan ikan air tawar, khususnya Ikan koi. Ingin mengaplikasikan pengetahuan dan pemikiran yang penulis miliki. 1.3. Manfaat Kegunaan kegiatan magang ini diharapkan mahasiswa dan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang teknik pembenihan ikan koi yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Koi ( Cyprinus carpio L ) Menurut Effendi (1998) Ikan koi berasal dari Negara Jepang dan keturunan ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan silang dan menghasilkan keturunan yang berwarna warni. Ikan koi memiliki klasifikasi yang sama dengan ikan mas, seperti berikut: Filum Sub Filum Super Kelas Kelas Sub Kelas Ordo Sub Ordo Suku Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Pisces : Osteichtyes : Actinopterygi : Cypriniformei : Cyprinidae : Cyrinidae : Cyprinus : Cyprinus carpio L

2.2. Varietas Ikan Koi Berikut ini merupakan jenis-jenis varietas ikan koi menurut Susanto (2008). a. Kohaku Kohaku adalah Koi putih dengan pola warna merah. Warna putih pada Kohaku menjadi pusat

perhatian kualitasnya. benar-benar

untuk

menentukan harus

Putihnya putih

sedangkan

warna merah harus pekat dan cerah. Kohaku, Taisho Sanshoku dan Showa Sanshoku adalah verietas yang paling populer, mereka disebut "Gosanke (3 Besar)." b. Taisho Sankoku Taisho Sanshoku adalah Koi putih dengan pola warna merah dan hitam. Karena varietas ini ditemukan pada era Taisho di Jepang, maka disebut "Taisho

Sanshoku" atau disebut "Taisho Sanke" atau "Sanke". c. Showa Sansoku Showa Sanshoku adalah Koi hitam dengan pola warna merah dan putih. Disebut Showa

karena varietas ini ditemukan pada era Showa di Jepang. Singkatnya disebut "Showa

Sanshoku" atau "Showa". d. Utsuri Mono Utsuri mono adalah Koi hitam dengan pola warna putih (Shiro Utsuri), merah (Hi Utsuri) atau kuning (Ki utsuri).

e. Bekko Bekko adalah Taisho Sanshoku yang tidak ada pattern/pola warna merah (Shiro

Bekko). Jenis yang lain meliputi Aka Bekko (koi merah dengan pola warna hitam), Ki

Bekko (koi kuning dengan pola warna hitam). f. Asagi Koi biru keabu-abuan dengan warna merah di sisi badannya, sisi kepala dan sirip.

g. Shusui Shusui adalah Koi jenis Asagi dari

kelompok Doitsu (Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi saja).

h. Koromo Koromo adalah Koi dengan pola warna merah yang sekelilingnya berwarna gelap.

i. Gosiki Goshiki adalah Koi jenis Asagi yang

mempunyai pattern warna merah.

j. Hikari Muji Hikari Muji adalah Koi metalik yang

berwarna tunggal.

k. Hikari Moyo Hikari Moyo adalah Koi metalik dengan 2 atau 3 warna, kecuali jenis Utsuri dan Showa yang berwarna metalik, jenisnya meliputi: Hariwake- Koi perak dengan pola warna kuning keemasan. Kikusui- Doitsu Hariwake dengan pola warna merah.

Yamato Nishiki- Taisho Sanshoku yang berwarna metalik. Heisei Nishiki- Taisho Sanshoku metalik jenis Doitsu KujyakuGoshiki metalik.

l. Hikari Utsuri Hikari Utsuri adalah Jenis Utsuri yang berwarna Kin metalik, Showajenisnya Showa meliputi: metalik

Gin Shiro Utsuri- Shiro Utsuri metalik Kin Ki Utsuri- Ki Utsuri metalik. m. Tancho Tancho adalah Koi dengan bulatan merah di kepalanya. Berdasarkan pattern/pola

warna lain dibadannya, Tancho dibedakan jenisnya antara lain:Tancho Kohaku, Doitsu Tancho Kohaku, Tancho Showa, Tancho Goshiki. n. Kin Ginrin Kin Ginrin adalah Koi dengan keemasan keperakkan. sisik atau

o. Doitsu Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi saja.

p. Kawari Mono Adalah Koi non metalik yang tidak termasuk dalam kelompok lainnya. Contohnya Chagoi (Koi coklat/hijau kecoklatan/kuning kecoklatan),Ochiba shigure (Koi biru abuabu dengan pola warna coklat), Kumonryu, Beni Kumonryu, dll.

10

2.3. Morfologi Ikan Koi Menurut Susanto (2000), badan ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan gerak berupa sirip. Sirip dada dan sirip ekor ikan koi hanya memiliki jari-jari lunak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak.sirip perut hanya memiliki jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan jari-jari lunak. Pada sisi badan dari pertengahan batang sampai batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelas dalam sisik yang membayang hingga kesebelah luar. 2.4. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Koi Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada daerah perairan tawar. Ikan koi dapat hidup pada kisaran suhu 830C, oleh sebab itu ikan koi dapat di pelihara di seluruh Indonesia, mulai dari pantai hingga daerah pegunungan. Suhu ideal untuk tumbuh ikan koi adalah 1525C. Di daerah yang mempunyai musim dingin, ikan koi mampu bertahan hidup pada suhu 23C. Ikan koi merupakan ikan yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5C dalam waktu singkat sudah dapat mengakibatkan ikan koi stres (Susanto, 2002). Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat hidup pada air yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan koi hidup pada salinitas

11

netral, akan tetapi ikan koi masih bisa hidup pada salinitas yang agak biasa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 8,5 sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 hardness (DH) (Effendi, 1993). 2.5. Sifat Biologi

Menurut Anonymous (2002), pertumbuhan ikan koi tergantung pada suhu air, pakan dan jenis kelamin. Tidak ada hewan air yang mempunyai pertumbuhan tidak teratur seperti ikan koi. Dalam tempo setengah tahun ikan koi tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ikan koi, berat dan panjang badannya berdasarkan umur disajikan pada tabel 1 Berat dan Panjang Badan Ikan Koi berdasarkan Umurnya :

Umur (Tahun) 1 2 3 5 10

Panjang ( Cm ) 10-20 24-30 27-40 45-50 55-70

Berat ( gr ) 75-100 188-375 563-938 1.125-2.250 2..620-11875

Sumber : Anonymous ( 2002 ). Umumnya ikan koi jantan mempunyai bentuk tubuh langsing, sedangkan ikan koi betina bentuk tubuhnya agak membulat. Sampai umur 2 tahun, ikan koi jantan tumbuh pesat dibandingkan ikan koi betina. Namun setelah umur 2 tahun ikan koi betina tumbuh pesat

12

dibandingkan ikan koi jantan, betina tumbuh lebih pesat dari pasangannya (Anonymous 2005). 2.6. Pakan dan Kebiasaan Makan Menurut Effendi (1993), ikan koi bersifat omnivora, artinya pemakan segala jenis pakan. Dengan demikian dapat diberikan jenis pakan yang beranekaragam, misalnya ikan kecil, kerang kerangan atau jenis tumbuh tumbuhan. Pakan utama anak koi adalah jenis kutu air sepertiDaphnia. Sejalan dengan pertumbuhan badannya mereka dapat memakan serangga air, jentik jentik nyamuk atau lumut lumut yang menempel pada tanaman. Pakan ikan koi akan mempengaruhi pembentukan zat warna tubuhnya. Tubuh ikan koi yang berwarna warni disebabkan oleh adanya zat warna yang antara lain : zat pigmen karoten (jingga), rutin (kuning), atasantin (merah). Zat zat tersebut di alam bebas dapat di jumpai pada tubuh hewan atau tumbuhan tertentu yang dapat di jadikan pakan ikan Koi untuk meningkatkan warna tubuh ikan koi yang dipelihara. Menurut Susanto (2002), di dalam air ikan koi mampu mengenali pakannya dan bahkan mencarinya di antara lumpur di dasar kolam, karena ikan Koi mempunyai organ penciuman yang sangat tajam. Organ penciuman ini berupa dua pasang kumis yang terletak pada bagian kiri dan kanan mulutnya. Ikan Koi akan memburu sepotong pakan atau mengaduk aduk lumpur untuk mendapatkan pakan yang dibutuhkan.

13

Mulut ikan Koi berukuran cukup besar dan dapat disembulkan. Letaknya diujung moncong (terminal). Air bersama sama pakan memasuki rongga mulut. Pakan yang kecil langsung ditelan dan air ditelan lewat insang setelah flanella insang menyerap oksigen yang terdapat di air, pakan masuk kedalam kerongkongan pakan dibawa langsung ke usus yang panjangnya sekitar 5x panjang tubuh. 2.7. Syarat Induk Yang Berkualitas Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif. Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih (Susanti, 2005). Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dan ternyata sperma induk jantan tidak cukup banyak untuk membuahi telur maka pemijahan akan gagal. Dengan

14

menyediakan jumlah jantan lebih dari satu, kegagalan pemijahan bisa dihindari. Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya bisa dipilih mana yang bagus dan mana yang diafkir. 2.8. Kualitas Air

Kualitas air merupakan hal penting yang diperhatikan dalam budidaya ikan. Air yang kurang baik akan menyebabkan ikan Koi mudah terserang penyakit. Kualitas air memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan ikan. Rendahnya kualitas sifat fisik dan kimia air yang digunakan pada tempat tempat pembenihan akan berkaitan rendahnya produksi benih ikan. Sifat sifat dan kimia air tersebut antara lain: Kecerahan Oksigen terlarut pH CO2 Suhu Dan unsur unsur kalium yang mempengaruhi aktifitas hidup ikan secara langsung mampu secara tidak langsung. Kualitas air yang
15

baik untuk induk koi yaitu pH air berkisar 6,58 dengan suhu antara 2628 C, kandungan DO minimum 35 ppm dan ammoniak 0,01 ppm, sedangkan untuk larva kandungan DO minimum 6 ppm (Agus. 2002).

2.8. Hama dan Penyakit Ikan

Hama yang sering menyerang ikan koi yaitu kucing dan musang. Ikan koi sering berenang ke permukaan air ketika seseorang mendekati kolam, sehingga mudah dimangsa oleh hewan pemangsa seperti kucing, burung elang, ular dan bangau sering juga memangsa ikan koi yang masih kecil. Pertumbuhan kolam yang memenuhi syarat misalnnya kontruksi dinding kolam yang dibuat agak tinggi dapat mencegah masukkmya ganggunan hama pemangsa ikan (Apryanto dan Livianawati, 1992). koi

Hama penyakit juga dapat menimbulkan kematian pada ikan Koi. Penyakit yang menyerang ikan koi diantaranya penyakit lumpur (kulit mngalami iritasi), white spot (bintik putih), lernea, kolumnaris, jamur, saprolegnia, cacing kulit, argulus dan penyakit harves. Penyakit harves merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian massal pada ikan koi.

Saat ini belum ditemukan obat yang cocok untuk menaggulangi penyakit ini. Upaya pencegahan dilakukan dengan cara meningkatkan pengelolaan usaha budidaya, desinfeksi peralatan, pengeringan,

16

pengapuran dasar kolam dan pemberian pakan yang cukup dan berkualitas. Terhadap ikan yang baru masuk, karantina merupakan cara yang tepat untuk mencegah penyaki tersebut (Anonymous, 2002).

17

BAB III MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari-11 Febuari 2012, bertempat di BBPBAT (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar) Sukabumi Jawa Barat. 3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Induk Ikan Induk Ikan koi matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif. Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip dan sisiknya lengkap. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. 3.2.2. Kolam Pemijahan Kolam pemijahan berukuran 17 x 24 x 1 m, terbuat dari semen atau tembok dengan dasar tanah memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran air secara paralel, kolam dilengkapi dengan hapa pemijahan berukuran 2 x 3 x 50 cm. Kondisi kolam tembok dengan

18

sirkulasi yang baik dapat juga digunakan langsung untuk tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva sekaligus. 3.2.3. Peralatan Pendukung Adapun alat-alat yang digunakan dalam teknik pembenihan ikan koi sebagai berikut : 1. Kakaban (Untuk substrat atau tempat penempelan telur) 2. Ember (tempat mengangkat induk dan benih ikan) 3. Waring (alat untuk menangkap benih) 4. Seser / kalo (alat untuk mengambil benih) 5. Seser pakan alami (alat untuk menangkap pakan alami seperti Daphnia) 6. Sekop (digunakan untuk menggeser tanah) 7. Hapa (alat yang dipasang pada saluran air berfungsi untuk menampung induk dan benih yang dipanen sementara) 3.3. Metode Kerja Data yang diambil saat kegiatan magang ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum, sistemis dan faktual mengenai datadata kegiatan pembenihan ikan koi. Pengambilan data tidak hanya terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan pembahasan data-data tersebut. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder (Azwar. 1998).

19

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik pengambilan data berupa wawancara,

observasi, partisipasi aktif maupun memakai instrumen pengukuran yang khusus sesuai dengan tujuan (Azwar, 1998). A. Observasi Observasi atau pengamatan secara langsung adalah

pengambilan data dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir. 1988). Observasi dilakukan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan meliputi seleksi induk, perawatan induk, pemberokan, pemijahan serta sarana dan prasarana. B. Wawancara Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara peneliti dengan subjek sehingga pada akhirnya bisa didapatkan data yang dapat 1988).

dipertanggungjawabkan

secara

keseluruhan

(Nazir.

Wawancara di BBPBAT Sukabumi dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pembimbing mengenai segala hal yang berhubungan

20

dengan teknik pembenihan ikan koi dan permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan. C. Partisipasi Aktif Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 1998). Kegiatan yang dilakukan adalah memilih dan menyiapkan induk, memilih benih, penebaran, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air serta sampling larva. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung dan telah dikumpulkan serta dilaporkan oleh orang di luar dari penelitian itu sendiri (Azwar, 1998). Data ini dapat diperoleh dari data dokumentasi, lembaga penelitian, dinas perikanan, pustaka pustaka, laporan laporan pihak swasta, masyarakat dan pihak lain yang berhubungan dengan sejarah berdirinya BBPBAT Sukabumi Jawa Barat maupun mengenai tenik pembenihan ikan koi yang baik.

21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat terletak di Kelurahan Sekabatu Kecamatan Sukabumi Utara, Kotamadya Sukabumi Propinsi Jawa Barat. Lokasi ini terletak sekitar 3,5 km dari pusat kota. Lahan komplek BBPBAT memiliki topografi landai dengan ketinggian berkisar (497-500) m di atas permukaan laut. Kemiringan lahan sebagian besar kearah selatan yaitu sebesar 0-5%. Lahan dengan kemiringan 2-5% dimanfaatkan untuk fasilitas budidaya lainya. BBPBAT sukabumi terletak didaerah basah dengan iklim hujan tropis. Rata-rata hujan tahunan adalah (2500-3000) ml, suhu udara rata-rata tahunan adalah 22,50C. Luas areal BBPBAT Sukabumi sekitar 26 ha, dengan suhu udara 20-270C. BBPBAT Sukabumi terbagi dalam beberapa lahan yaitu diantaranya dari 10 ha dipakai untuk areal perkolaman, 3 ha dipakai untuk areal persawahan, 13 ha dipakai untuk perkantoran, rumah karyawan, serta sarana penunjang lainnya. Sumber air untuk produksi dan pengujian berasal dari Sungai Panjalu dan Cisarua yang berasal dari kaki Gunung Gede.

22

4.1.1. Sejarah Singkat Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar BBPBAT Sukabumi dibangun pada tahun 1920, awal mulanya BBPBAT Sukabumi merupakan suatu lembaga pemerintah belanda yang tidak bergerak dibidang perikanan tetapi merupakan suatu sekolah ynag bernama culture school (1920-1943). Dari masa ke masa sekolah tersebut telah mengalami banyak perggantian nama. Dimulai dengan nama culture school dibawah pemerintah Belanda berganti nama menjadi Noo Gakko (1943-1945) pada masa pendudukan jepang, kemudian masa proklamasi sekolah pertanian menengah (1945-1968), Training Center Perikanan (1968-1978), Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (1978-2004), dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (2004-sekarang). Potensi lahan yang sangat luas ini dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya air tawar di Indonesia. Usaha ini dimaksudkan untuk meningkatkan penghasilan petani ikan,

mencukupi gizi masyarakat dan memperluas lapangan kerja. Untuk menunjang program tersebut, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 346/kpts/OT.210/4/94, menyatakan bahwa: 1. Balai Besar Pengambangan Budidaya Air Tawar adalah Unit pelaksanaan teknis Direktorat Jendral Perikanan dibidang Budidaya Air Tawar. Pelaksanaan tugas administrasi sehari-

23

hari dibina oleh kepala kantor wilayah departemen pertanian setempat. 2. Balai Budidaya Air Tawar dipimpin oleh seorang Kepala Balai. BBPBAT memiliki beberapa tujuan antara lain adalah: 1. Meningkatkan kemampuan dan professional karyawan

BBPBAT Sukabumi. 2. Meningkatkan Kualitas peningkatan pengkajian teknologi budidaya air tawar yang berbasis agribisnis. 3. Meningkatkan kemampuan dan penyebarluasan teknologi hasil perekayasaan. 4. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya perairan dan iran plasma nutfah. 4.1.2. Tugas dan Fungsi Berdasarkan Perikanan Budidaya No.26 Air Surat Keputusan Balai Menteri Besar Kelautan dan

E/MEN/2001, (BBPBAT)

Pengembangan merupakan unit

Tawar

Sukabumi

pelaksanaan teknis Departemen Kelautan dan Perikanan dibidang pengembangan produksi budidaya air tawar yang berada dibawah dan bertanggung jawab Direktur Jendral Perikanan Budidaya, adalah :

24

a. Fungsi Pokok Melaksanakan penerapan teknik pembenihan dan

pembudidayaan ikan air tawar serta pelestarian sumberdaya induk atau benih ikan dan lingkungan. b. Fungsi BBPBAT pembenihan Sukabumi dan memiliki peranan ikan sebagai air tawar teknik serta

pembudidayaan

pelestarian daya induk/benih ikan dan lingkungan. Adapun sebagi fungsinya BBPBAT Sukabumi menyelenggarakan : 1. Pengkajian dan pengujian, bimbingan penerapan standar pembenihan dan pembudidayaan air tawar. 2. Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan sertifikasi personil pembenihan serta pembudidayaan ikan air tawar. 3. Pengkajian sistem dan tatalaksana produksi dan

pengelolaan induk penjenis dan induk dasar ikan air tawar. 4. Pelaksanaan pengujian teknik pembenihan dan

pembudidayaan ikan air tawar. 5. Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan serta pengendalian hama dan penyakit ikan air tawar.

25

6. Pengkajian

standar

pengendalian

lingkungan

dan

sumberdaya induk/benih ikan air tawar. 7. Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian,

pengawasan benih dan pembudidayaan ikan air tawar. 8. Pengelolaan pelayanan informasi dan publikasi pembenihan serta pembudidayaan ikan air tawar. 9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 4.1.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dikepalai Balai. BBPBAT Sukabumi dalam pelaksanaan kegiatan produksi sehari-hari didukung oleh para tenaga kerja atau seksi pelayanan teknik, agar kegiatan produksi berjalan dengan baik. Struktur organisasi di BBPBAT Sukabumi disusun untuk mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan. Struktur organisasi yang sifatnya nonstruksi terbagi atas : a. Kepala Balai Bertugas mengawasi pelaksanaan tugas bawahan masingmasing dan apabila terjadi penyimpangan akan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-

26

masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahannya. b. Sub Bagian Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan,

kepegawaian, persuratan, perlengkapan dan rumah tangga serta pelaporan. c. Seksi Standarisasi dan Informasi Mempunyai tugas menyiapkan bahan standar teknik dan pengawasan pembenihan serta pembudidayaan ikan air tawar, pengendalian hama dan penyakit ikan, lingkungan sumberdaya induk dan benih serta pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan. d. Seksi Pelayanan Teknis Mempunyai tugas melakukan kegiatan pelaksanaan

perekayasaan, pengujian, penerapan bimbingan penerapan standar atau sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan air tawar. Pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih dan budidaya, penyuluhan serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas kegiatan masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

27

4.1.4. Visi dan MIsi a. Visi BBPBAT Sukabumi memiliki visi Mewujudkan balai sebagai institusi pelayanan sistem prima usaha dalam pembangunan air tawar dan yang

pengembangan

budidaya

berdayasaing, berkelanjutan dan berkeahlian. b. Misi 1. Mengembangkan rekayasa teknologi budidaya berbasis agribisnis dan melaksanakan alih teknologi kepada dunia usaha. 2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sistem informasi IPTEK perikanan. 3. Meningkatkan jasa pelayanan dan sertifikasi. 4. Memfasilitasi upaya pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan. 4.2. Fasilitas Pembenihan Ikan Koi 4.2.1. Wadah Budidaya a. Kolam Pemeliharaan Induk Kolam pemeliharaan induk ikan koi yang berada di BBPBAT Sukabumi terdiri dari dua jenis kolam yaitu kolam beton terbuka

28

berbentuk persegi pengeluaran dengan sistem monik dan kolam dengan dasar tanah dengan ukuran seragam 17 x 24 x 1 m. Disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kolam Pemeliharaan Induk

b. Bak pemberokan Induk Bak pemberokan merupakan kolam pemisah antara jantan dan betina dengan dilengkapi penutup diatasnya dengan kawat agar kotoran yang akan jatuh ke kolam tertahan diatas kolam, terdapat 6 buah kolam dengan ukuran 4 m x 1,5 m x 1.06 m. Disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bak Pemberokan Induk

29

c. Air dan Sistem Suplai c.1. Sumber Air Air yang mengaliri unit-unit perkolaman bersumber dari Sungai Panjalu, Sungai Cisaat dan Sungai Cipelang. Ketiga sumber itu berasal dari Gunung Gede. Dari ketiga sumber itu, air di distribusikan ke perkolaman melalui saluran-saluran air. Sedangkan untuk kegiatan penetasan telur dan pemeliharaan larva, air yang digunakan adalah air sumur. c.2. Tandon dan Pompa Air Tandon air berada didalam ruangan hatchery terbuat dari fiber berwarna biru, berbentuk bulat dan dilengkapi dengan penompang dari besi. Tandon berdiameter 2,5 m dan tinggi 2 m, terletak diatas penompang dari besi. Paralon pemasukan air ke tandon berdiameter 2 inchi dan saluran pengeluaran berdiameter 4 inchi, terletak ditengah-tengah bagian bawah tandon. Tandon air berfungsi menampung sumber air yang ada sebelum air digunakan dalam kegiatan pembenihan. Air dimasukkan ke dalam tandon dengan menggunakan pompa air. Pompa yang digunakan

berkekuatan 125 watt dengan kapasitas 30 liter per menit. Sebelum air tersebut digunakan, air ditampung terlebih dahulu di dalam tandon.

30

c.3. Sistem Aerasi Fasilitas utama lain yang juga sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembenihan koi adalah aerasi. Aerasi berfungsi untuk menambah kadar oksigen terlarut dalam media pemeliharaan. Sumber aerasi untuk seluruh kebutuhan penetasan telur dan pemeliharaan larva

bersumber dari high blower. Saluran utama pendistribusian berupa pipa paralon 2 inchi, pipa tersebut dilubangi dan dipasang kran aerasi, pada bagian ujung selang aerasi diberi batu aerasi untuk memperhalus gelembung udara yang keluar. 4.3. Teknik Pembenihan Ikan Koi 4.3.1. Persiapan Wadah Dalam mempersiapkan pemijahan ikan koi, tahap awal adalah mempersiapkan wadah untuk proses pemijahan. Kolam pemijahan induk koi di BBPBAT Sukabumi berukuran 17 x 24 x 1 m yang terbuat dari semen atau tembok dengan dasar tanah dan memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran air. Sistem pengeluaran air secara paralel dengan pengeluaran air berupa pipa dalam kolam, gunanya untuk mempermudah pengaturan ketinggian air. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan dalam persiapan kolam adalah perbaikan kolam dengan mencangkul, memperbaiki saluran

31

kemalir dan pengeringan kolam selama 2-3 hari, untuk mencegah dan memotong siklus hama dan penyakit yang akan menyerang pada telur, larva dan benih ikan. Tujuan dari perbaikan kolam adalah untuk mengoksidasikan senyawa-senyawa kimia yang ada didasar kolam, dan bila dilakukan pengisian air maka kolam tersebut akan mengeluarkan bau yang khas sehingga merangsang induk untuk memijah. Selanjutnya dilakukan pemasangan hapa hijau berdiameter 1 inchi dengan ukuran 2 x 3 m sebelum hapa digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan mencuci dan menjemur hapa tersebut yang bertujuan agar jamur dan parasit yang sebelumnya menempel dihapa mati. Penggunaan hapa adalah untuk menahan telur yang dikeluarkan oleh induk sehingga menempel pada substrat yang ada pada happa tersebut, kemudian dilakukan pengisian air setinggi 1 m. Tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Persiapan Kolam Pemijahan

32

Subtrat yang digunakan menggunakan kakaban yang terbuat dari ijuk. Sebelum kakaban digunakan terlebih dahulu dilakukan pencucian dan penjemuran, bertujuan agar terhindar dari hama dan penyakit, proses pembuatan kakaban disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pembuatan kakaban

4.3.2. Pemeliharaan dan Pematangan Induk Induk ikan koi di BBPBAT Sukabumi berasal dari Negara Jepang. Sekarang ikan yang dijadikan induk merupakan anakan ikan koi dari Jepang tersebut, yang telah lama dikembangkan menjadi indukan baru. Induk jantan dan induk betina ikan koi yang terdapat di BBPBAT Sukabumi rata-rata berumur 1-2 tahun. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam induk, artinya induk koi dipelihara pada kolam khusus untuk induk. Agar induk ikan koi sehat dan tubuhnya berwarna cemerlang maka, perlu diberikan pakan yang bergizi seimbang. Calon induk diberikan pakan dengan menggunakan pellet terapung sankoi dengan kandungan protein 37%, pakan ikan mas tenggelam dengan

33

kandungan protein 36% dengan dosis pakan 3% dari bobot biomasa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Bak pemeliharaan induk ikan koi di BBPBAT Sukabumi berjumlah 6 buah dengan luas masing-masing 4 m x 1,5 m x 1,06 m dengan tinggi air 0,8 m. Bak pemeliharaan induk dilengkapi dengan saluran

pemasukan air (intlet) dan saluran pengeluaran air (outlet). Padat tebar induk jantan dan betina dikolam pemeliharaan induk tersaji pada tabel 1. Tabel 1. Padat Tebar Ikan Koi di BBPBAT Sukabumi. Luas Kolam Padat Tebar Berat rata-rata 2 (m ) (Ekor) (kg/ekor) 1. 6 25 0,45 2. 6 2 5,1 3. 6 35 2,25 4. 6 5 0,36 5. 6 20 0,30 6. 6 15 0,31 Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2012) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui padat tebar ikan koi dan berat rata-rata induk. Induk betina terdapat pada bak pertama, bak kedua, bak keempat, bak kelima dan bak keenam. Kolam induk dan jenis pakan yang diberikan disajikan pada Gambar 5. No.

34

Gambar 5. Kolam Induk koi dan Pakan

Substrat merupakan media untuk menempelnya telur ikan koi karena telur ikan koi bersifat adhesife (telur yang bersifat menempel). Substrat menggunakan jenis kakaban yang terbuat dari ijuk yang disusun memanjang dan dijepit oleh sebilah bambu dengan ukuran 40 x 95 cm berjumlah 20 buah. Sebelum kakaban digunakan dilakukan pembersihan dan pejemuran agar hama dan penyakit hilang dan telur tidak akan terserang jamur saat menempel pada kakaban. 4.3.3. Seleksi Induk Seleksi induk merupakan salah satunya kegiatan yang penting dalam pembenihan, karena induk yang berkualitas akan

menghasilkan benih yang unggul dan berkualitas baik. Induk koi yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu 3 betina kohaku, 4 jantan sanke, dan 5 jantan kohaku. Ukuran berat dan umur induk disajikan pada Tabel 2 dibawah ini :

35

Tabel 2. Induk Ikan Koi Hasil Seleksi di BBPBAT Sukabumi Berat Ikan Umur Ikan (kg) (tahun) 1. Betina Kohaku I 1.4 2 2. Betina Kohaku II 1.1 2 3. Betina Kohaku III 0.9 2 4. Jantan Sanke I 0.8 1 5. Jantan Sanke II 0.4 1 6. Jantan Sanke III 0.6 1 7. Jantan Sanke IV 1.2 1 8. Jantan Kohaku I 0.5 1 9. Jantan Kohaku II 0.6 1 10. Jantan Kohaku III 0.7 1 11. Jantan Kohaku IV 0.4 1 12. Jantan Kohaku V 0.35 1 Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2012) Dari tabel 2 dapat dilihat jenis, berat, dan umur induk. Induk betina rata-rata berumur 2 tahun dan induk jantan rata-rata berumur 1 tahun. Seleksi induk disajikan pada Gambar 6. No. Jenis Ikan

Gambar 6. Proses Seleksi Induk

Adapun cara membedakan antara induk jantan dan induk betina ikan koi sebagai berikut :

36

Induk Bentina Induk ikan koi betina memiliki kepala lebih kecil daripada induk jantan. Tubuh induk betina tampak lebih bengkak dan perut menggelembung. Induk koi betina yang telah matang gonad jika perutnya diurut akan mengeluarkan telur. Lubang pelvic betina yang matang telur sangat lembek dengan kelamin membulat dan operculumnya bila diraba terasa halus. Induk Jantan Induk koi jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dan kepal tampak lebih besar dibandingkan induk betina, sedangkan sirip dibagian pangkal ekor lebih tebal dan kuat. Lubang pelvic induk jantan lebih keras, menyempit berbentuk runcing dan menonjol, tekstur sisik pada pipinya bila diraba terasa kasar. Perbedaan alat kelamin induk ikan koi jantan dan betina disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbedaan Kelamin Induk Jantan dan Betina

37

Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2002). Syarat lain untuk pemilihan induk yang baik untuk pemijahan ikan koi yaitu : Induk sudah matang kelamin, Induk sehat dan tidak membawa penyakit, Sirip dan sisiknya lengkap, Induk betina gerakannya lamban dan induk jantan gerakannya gesit dan lincah. Umur minimal untuk induk jantan 1 tahun dan induk betina 2 tahun. 4.3.4. Pemijahan Ikan Koi Proses pemijahan dilakukan di kolam yang telah dipasang hapa dan kakaban untuk tempat penempelan telur. Induk hasil

seleksi dimasukkan pada kolam yang telah diberi hapa dan kakaban. Induk dimasukkan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB. Pemijahan terjadi pada tengah malam dari jam 00.00-04.00 WIB. Proses pemijahan dimulai pada saat induk jantan berenang mengejar-ngejar induk betina. Induk jantan berusaha untuk menyentuh bagian perut induk betina dengan mulutnya, sehingga induk betina akan mengeluarkan telurnya. Pada saat yang bersamaan induk jantan akan mengeluarkan sperma dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Setelah terjadi proses fertilisasi, telur-telur yang dibuahi akan menempel pada kakaban. Setelah pemijahan selesai, induk segera dipindahkan dari dalam happa agar induk ikan koi tidak memakan telur-telur tersebut. Proses pemindahan induk dari dalam hapa diharapkan tidak melewati 12 jam dari proses pemijahan
38

berlangsung, proses pengangkatan induk dan kakaban disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengangkatan Induk dan Pemindahan Kakaban dari Hapa ke Kolam

Sebelum dimasukkan kembali ketempat pemeliharaan induk, induk betina ditimbang untuk mengetahui penurunan bobot induk setelah memijah. Data penurunan bobot induk betina disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Data Penurunan Bobot Induk Betina Setelah Memijah. No. 1. 2. 3. Induk Betina Betina Kohaku I Betina Kohaku II Betina Kohaku III Bobot Awal (kg) 1.4 1.1 0.9 Bobot Setelah Pemijahan (kg) 1.3 1.0 0.8

Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2012) Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bobot induk betina berkurang saat pemijahan karena induk betina mengeluarkan telur yang ada dalam tubuhnya. Data parameter kualitas air saat di BBPBAT Sukabumi saat proses pemijahan. Disajikan pada tabel 3.

39

Tabel 3. Parameter Air di BBPBAT Sukabumi. No. Paramater Air Yang Telah Digunakan Air Dalam Bak Penampungan

1. Kesadahan (ppm) 0.864 0.660 2. pH 7.330 6.780 3. CO2 (ppm) 2.777 4.166 4. DO (ppm) 3.911 3.430 5. NH3 (ppm) 0.511 0.033 6. NO2 (ppm) 0.002 0.000 7. NO3 (ppm) 3.274 2.481 0 8. Suhu ( C) 24.5 24 Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2012) Data yang diperoleh menunjukkan bahwa parameter air saat digunakan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan ikan koi saat memijah bagi larva koi. 4.3.5. Penetasan Telur 4.3.5.1. Persiapan Wadah Persiapan wadah penetasan telur dilakukan bersamaan dengan persiapan kolam pemijahan, kolam yang digunakan untuk pemijahan digunakan untuk penetasan telur. 4.3.5.2. Penetasan Telur Penetasan telur dilakukan dengan cara memindahkan telur hasil pemijahan yang menempel pada kakaban dari happa pemijahan ke dalam kolam penetasan yang sebelumnya digunakan untuk pemijahan. Telur sisa pemijahan yang berada didalam happa dibiarkan menetas di happa pemijahan.

40

Telur yang terbuahi akan berwarna hijau kekuningan transparan dan berbentuk bulat sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih susu atau keruh. Induk yang sudah memijah dikembalikan ke kolam induk untuk dipulihkan dan disiapkan untuk induk kembali. Kakaban yang dipindahkan ke kolam penetasan harus terendam air 15 cm dari permukaan air, hal ini bertujuan agar telur tidak kering dan agar tidak terjadi kontak langsung dengan udara dan sinar matahari. Telur yang terkena kontak langsung dengan udara dan sinar matahari akan mengalami pembusukan yang nantinya akan berpengaruh pada telur yang lainya. Setelah proses pemijahan selesai, telur yang menempel pada kakaban harus terendam air. Jika suhu air terlalu dingin penetasan akan berlangsung lama dan jika suhu terlalu tinggi maka telur bisa mati dan membusuk. Telur yang terbuahi oleh sperma induk jantan berwarna hijau kekuningan transparan, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu atau keruh. Jumlah telur yang dihasilkan pada saat pemijahan adalah 186.200 dari 20 kakaban, perhitungan telur dilakukan pagi hari pukul 07.00 saat dilakukan pemindahan kakaban dari hapa ke kolam penetasan dan pemeliharaan larva, perhitungan telur dilakukan dengan cara mengambil sampel pada 1 kakaban yang panjangnya 95 cm dengan menghitung telur setiap 2 cm dan

41

dilakukan 3 tempat, dari 6 cm sampling diketahui rata-rata tiap 2 cm terdapat 147 butir telur. Rumus perhitungan telur yang menetas. Menurut Alawi (1994) dalam Sabar (2010), perhitungan telur yang menetas sebagai berikut : Tk = C x F x Pk S Keterangan : Tk C F Pk S : Jumlah telur 1 kakaban : Jumlah telur setiap 2 cm : Ukuran sampling : Panjang kakaban : Jumlah sampling

Tk = 147 x 2 x 95 = 9310 telur/ kakaban 3 Perhitungan Jumlah Telur Dalam 1 Hapa Th = Tk x Jk

Keterangan : Th Tk Jk

: Jumlah telur dalam 1 hapa pemijahan : Jumlah telur 1 kakaban (butir) : Jumlah kakaban (buah)

Th = 9310 x 20 kakaban = 186.200 (dalam 1 hapa) Menurut Alawi (1994) dalam Sabar (2010), perhitungan Hatching Rate (daya tetas) sebagai berikut :

HR (%) = Jumlah telur menetas x 100% Jumlah telur terbuahi

42

HR (%) = 151,620 x 100 % 34,580 = 4,384 x 100 % = 43,84 % Dari perhitungan di atas diketahui jumlah telur yang dihasilkan pada saat pemijahan adalah 186.200 butir telur dan daya tetas (HR) adalah 43,48%. Setelah 3 hari telur akan menetas dan larva akan terlihat bergerombol disekitar kakaban dan dipinggir happa. Setelah 3 hari dari penetasan kakaban baru diangkat. Suhu penetasan dalam kegiatan ini adalah 24 - 260 C. Larva yang sudah menetas dibiarkan hidup tanpa ada pemberian pakan, hal ini dikarenakan larva masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur selama 5 hari. 4.3.5.3. Perawatan Larva Pada saat larva umur 5-15 hari diberi pakan fengli FL-0 (38%) dengan pemberian pakan 2 kali sehari secara adlibitum. Setelah larva umur 5 hari, kakaban diangkat dan dilakukan perhitungan dengan cara sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil larva dan ditampung ke dalam baskom. Diambil menggunakan sendok kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala 200 ml. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali kemudian dihitung dan dirata-rata, dari penghitungan diperoleh jumlah larva

43

yaitu 151, 620 ekor dengan mortalitas 18,57%. Perhitungan larva disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Proses Penghitungan Larva

Setelah larva berumur 10 hari dilakukan sampling untuk pengukuran pertumbuhan larva agar diketahui biomasa dan jumlah pakan yang harus diberikan untuk 1 kolam per hari. Pengukuran pertumbuhan larva disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengukuran Pertumbuhan Larva 10 hari

44

Data pertumbuhan larva disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Data Pertumbuhan larva ikan koi umur 10 hari. NO Panjang Total (Cm) Panjang Standar (Cm) Bobot (gr)

1. 1,1 0,8 0,01 2. 1,2 0,9 0,05 3. 1,2 0,9 0,02 4. 1,3 1,0 0,06 5. 1,3 1,0 0,07 6. 1,4 1,0 0,06 7. 1,4 1,1 0,12 8. 1,4 1,1 0,10 9. 1,4 1,1 0,04 10. 1,4 1,1 0,03 11. 1,4 1,1 0,04 12. 1,5 1,2 0,12 13. 1,5 1,2 0,12 14. 1,5 1,2 0,04 15. 1,6 1,3 0,06 16. 1,6 1,3 0,05 17. 1,6 1,3 0,10 18. 1,6 1,3 0,07 19. 1,6 1,3 0,06 20. 1,6 1,3 0,06 21. 1,7 1,4 0,08 22. 1,7 1,4 0,07 23. 1,7 1,4 0,08 24. 1,8 1,5 0,10 25. 1,8 1,5 0,09 26. 1,8 1,5 0,10 27. 1,8 1,5 0,05 28. 1,8 1,5 0,10 29. 1,9 1,6 0,13 30. 1,9 1,6 0,13 Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2012) Rata-rata panjang total = Pt S

Rata-rata panjang total = 45.1 = 1.503 = 1,50 cm 30

45

Rata-rata panjang standar = Ps S

Rata-rata panjang Standar = 37.4 = 1.246 = 1.25 cm 30 Rata-rata bobot = b S Rata-rata bobot = 2.25 = 0.075 = 0.08 gr 30 Menurut Alawi (1994) dalam Sabar (2010), perhitungan survivale rate sebagai berikut : SR (%) = Nt x 100% No

Keterangan : SR : Survival Rate Nt : Jumlah larva akhir pengamatan (ekor) No : Jumlah larva awal pengamatan (ekor) SR (%) = 151,620 x 100 % 186,200 = 81,43 % Mortalitas : 18,57 % Biomasa : Jumlah ikan yang hidup x Bobot rata-rata larva sampel : 151, 620 x 0,08 = 12129,6 gr = 12,1296 kg Pemeliharaan di kolam dengan dasar tanah dapat

meningkatkan pertumbuhan larva karena selain pemberian pakan buatan dengan menggunakan serbuk fengli (FL-0) larva ikan juga dapat memanfaatkan pakan alami yang terdapat dikolam sebagai

46

pakan tambahan. Dari biomasa yang dihasilkan dapat diketahui jumlah pakan yang harus diberikan perhari yaitu 12,1296 kg. 4.4. Pakan 4.4.1. Pakan Alami Ketersediaan pakan alami dapat dipenuhi dengan

pemupukan kolam. Pemupukan kolam dilakukan pada awal produksi yaitu saat persiapan kolam. Pemupukan kolam menggunakan kotoran burung puyuh dengan dosis 0,5 kg/m 3 yang dilakukan pada pagi hari. Pupuk yang telah siap dalam karung dan ditebar sesuai dengan tempat yang telah ditentukan seperti sisi-sisi kolam. Jenis pakan alami yang tumbuh setelah dilakukan

pemupukan kolam selama 3 hari adalah Infusoria, Moina sp, dan Daphnia sp. 4.5. Penanggulangan Penyakit Pada saat kegiatan ditemukan induk ikan koi yang terjangkit penyakit white spot. Penyakit white spot merupakan penyakit yang sering dijumpai karena banyak di temukan menyerang koi di kolam taman maupun kolam penampungan. Bintik-bintik putih akan tampak di permukaan badan ikan, mula-mula di satu bagian kemudian meluas pada bagian tubuh lainnya. Penyebab bintik putih ini disebabkan protozoa bernama Ichthyophthirius multifilis.

47

Sekalipun tidak terlihat mata telanjang, tapi karena protozoa ini berkumpul dalam jumlah banyak, maka akan tampak seperti bintik putih. Diameter seekor protozoa sekitar 0,7 milimeter dan berbentuk seperti telur. Koi yang terserang bintik putih seolah-olah tertutup oleh bedak putih. Pada tahap awal bintik putih hanya menyerap cairan tubuh, tapi lama-kelamaan menyebabkan ikan kurus dan akhirnya mati. Koi akan sangat mudah terserang apabila lingkungannya jelek dan kesehatan ikan koi tidak berada dalam kondisi prima. Ikan koi yang terserang bintik putih bisa diobati dengan cara merendam ikan yang sakit dengan dosis 0,5 gram Methelene blue dalam 1 ton air cukup efektif dalam mematikan white spot. Selain pada tubuh, white spot juga menyerang insang koi.

48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Adapun simpulan dari hasil kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Teknik pembenihan ikan koi (Cyprinus carpio) secara alami dapat dilakukan di kolam pemijahan berupa kolam yang dasarnya tanah dan dilengkapi dengan hapa pemijahan dan sekaligus dapat digunakan untuk tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva. 2. Seleksi induk merupakan salah satu tahapan yang sangat penting karena akan berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan. 3. Penghitungan pertumbuhan larva setiap 10 hari harus dilakukan untuk mengetahui biomasa larva yang menjadi dasar untuk pemberian pakan larva. 4. Dari data pertumbuhan diketahui hatching rate 43,84%, mortalitas 18,57 % dan SR 81,43 %. 5.2. Saran 1. Teknik pembenihan ikan koi meliputi proses pemijahan, penetasan telur, serta pemeliharan larva. Apabila teknik tersebut dilakukan pada satu kolam maka sisa telur yang tidak menetas

49

akan mempengaruhi kualitas air dan pertumbuhan larva. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan di kolam terpisah. 2. Seleksi induk sebaiknya dilakukan lebih cermat yaitu memenuhi syarat induk yang baik dan cukup umur agar pemijahan berlangsung optimal dan benih yang dihasilkan berkualitas baik.

50

DAFTAR PUSTAKA Agus, 2002. Koi (Revisi). Anda Bertanya, Pakar dan Praktisi Menjawab. Agro Media Pustaka. Jakarta. Alawi dalam Sabar (2010). Teknik Pembenihan Ikan Baung (Mysitus nemurus C, V) Di Balai benih ikan sentral SEI TIBUN Desa Padang mutung Kab Kumpar Provinsi Riau. Laporan Praktek Magang Prodi Diploma III Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Anonymous, 2002. Koi si ikan panjang umur. Agro media. Jakarta. Anonymous, 2005. Budidaya Ikan Mas. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta. Apryanto dan Livianawati. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kansius. Yogyakarta. Anzwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Arini, M. 2005. Teknik Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di kelompok tani maina sejahtera dusun surowono desa camgu kediri. Jurnal perikanan Indonesia. Vol VII (3); 15-24. Effendi, H. 1993. Mengenali Beberapa Jenis Koi (Karper JepangNishikigoi). Kansius. Yogyakarta. Effendi, I. 1998. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. http://warisanjelai.blogspot.com/2009/11/sejarah-ikan-koi.html. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius Yogyakarta. Susanti, S. 2005. Teknik Penanganan Induk Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di Kelurahan Beru Jawa Timur. Jurnal Penelitian Indonesia Vol IX (4) ; 42-48. Susanto, H. dan Agus, R. 1997. Kiat Budidaya Ikan Mas Dilahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta.

51

Susanto, 2000. Budidaya Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H. 2002. Koi. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto. H. 2008. Panduan memelihara koi. Penebar swadaya. Jakarta.

52

DOKUMENTASI

Gambar 1. Happa

Gambar 2. Peralatan Penunjang Pembenihan Ikan Koi

53

Gambar 3. Bak Pemberokan Induk

Gambar 4. Kolam Penetasan dilengkapi Hapa

54

Gambar 5. Kolam Pemeliharaan Larva

Gambar 6. Tata Letak Kolam

55

Gambar 7. Obat-obatan

Gambar 8. Pakan

56

Anda mungkin juga menyukai