Anda di halaman 1dari 30

2.1.

Kondisi Umum Kabupaten Lima Puluh Kota


Gambaran umum wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota membahas tentang profil geografis, profil demografi, perekonomian dan profil sosial budaya Kabupaten Lima Puluh Kota. akan profil

2.1.1. Profil Geografis


Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan Kabupaten paling timur di Provinsi Sumatera Barat yang merupakan pintu gerbang utama dijalur darat dengan Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota terletak pada 0002528,71 Lintang Utara - 0002214,52 Lintang Selatan dan 10001541 Bujur Timur-10005047,8 Bujur Timur dan memiliki luas wilayah 3.354,30 Km2 yang berarti 7,94 persen dari daratan Provinsi Sumatera Barat yang luasnya 42.229,64 Km 2. Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Kapur IX sebesar 723,36 Km 2 dan yang terkecil adalah Kecamatan Luak yaitu 61,68 Km2. Secara Administrasi Kabupaten Lima Puluh Kota berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : a. b. c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sijunjung. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-1

d.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta sebagai berikut:

Propinsi Riau

Topografi Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi antara datar, bergelombang, dan berbukit-bukit. Di daerah ini terdapat tiga buah gunung berapi yang tidak aktif yaitu Gunung Sago (2.261meter), Gunung Bungsu (1.253 meter), dan Gunung Sanggul (1.495 meter) dan hal ini dapat dilihat dari peta sebagai berikut.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-2

Morfologi wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat dari ketinggian tempat adalah datar karena hampir 76,33% wilayahnya berada pada ketinggian 100-1000 dari permukaan laut (dpl). Sedangkan dari segi kelerengan, morfologi wilayah dapat dikatakan landai-terjal. Maka dari itu wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota secara umum dapat dikatakan memiliki morfologi yang landai dan berbukit, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut ini:
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-3

Tabel 2.1 Luas Lahan (Ha) Menurut Ketinggian Per Kecamatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007
Kecamatan Payakumbuh Akabiluru Luak Lareh Sago Halaban Situjuah Limo Nagari Harau Guguak Mungka Suliki Bukik Barisan Gunuang Omeh Kapur IX Pangkalan Koto Baru Jumlah Persentase Ketinggian dari Permukaan Laut (meter dpl) 100015002000100-1000 1500 2000 2500 8.821,50 1.125,50 0,00 0,00 7.400,60 1.750,15 275,25 0,00 2.225,25 1.550,50 1.766,75 625,50 32.853,65 3.191,60 32.204,75 10.620,00 4.250,50 10.220,60 16.525,85 13.305,90 62.429,82 51.980,38 256.030,4 0 76,33% 4.750,25 1.325,50 9.475,25 0,00 4.125,50 2.898,25 2.570,15 2.348,10 7.595,28 19.225,62 58.740,05 17,51% 1.225,35 1.175,40 0,00 0,00 0,00 575,15 8.898,50 0.00 1.225,50 0.00 15.141,90 4,51% 655,75 1.725,50 0,00 0,00 0,00 0,00 1.452,50 0,00 1.085,40 0,00 5.544,65 1,65% Jumlah 9.947,00 9.426.00 6.168,00 39.485,00 7.418,00 41.680.00 10.620.00 8.376,00 13.694.00 29.447,00 15.654,00 72.336,00 71.206,00 335.430,0 0 100%

Sumber: Lima Puluh Kota Dalam Angka, 2007

2.1.2. Profil Demografi


a. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Analisis komposisi penduduk menurut jenis kelamin ini dilakukan dengan menghitung rasio jenis kelamin ( sex ratio) yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu. Sex ratio ini memiliki pengaruh yang penting terhadap sosial ekonomi masyarakat, serta perilaku penduduknya. Tabel mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio dapat dilihat pada tabel berikut ini:

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-4

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio (jiwa) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007
NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN RATIO JENIS KEPADATAN KELAMIN PENDUDUK

1 Payakumbuh 2 Akabiluru 3 Luak 4 Lareh Sg Halaban 5 Situjuah Lm Nagari 6 Harau 7 Guguak 8 Mungka 9 Suliki 10 Bukit Barisan 11 Gunuang Omeh 12 Kapur IX 13 Pangkalan Kt Baru JUMLAH 2007 2006 2005

14.411 12.386 11.379 15.875 9.283 20.649 15.736 11.150 6.763 10.548 6.075 13.332 13.880 161.467 160.176 158.742

14.799 12.764 11.805 16.533 9.878 20.861 17.242 11.629 7.164 11.106 6.305 12.649 13.450 166.185 164.981 163.529

97,38 97,04 96,39 96,02 93,98 98,98 91,27 95,88 94,40 94,98 96,35 105,40 103,20 97,16 97,09 97,07

294 267 376 82 258 100 311 272 102 74 79 36 38 98 97 96

Sumber : Lima Puluh Kota dalam angka tahun 2007

Pada tabel 2.2 terlihat bahwa pada tahun 2007, jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2007 adalah sebanyak 161.467 jiwa penduduk laki-laki dan 166.185 jiwa penduduk perempuan dengan angka sex ratio sebesar 97 yang berarti bahwa terdapat 97 penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan. Terlihat bahwa jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang, bahkan hanya 10 kecamatan yang memiliki penduduk perempuan jumlahnya RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota II-5

lebih banyak. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk pengadaan lapangan pekerjaan bagi perempuan guna memanfaatkan tenaga kerja produktif yang tersedia, terutama di kecamatan yang jumlah penduduk perempuannya lebih dominan. Hanya Kecamatan Kapur IX dan Pangkalan Koto Baru saja yang jumlah penduduknya mayoritas laki-laki, dengan angka sex ratio berturut-turut sebesar 105 dan 103. Kabupaten Lima Puluh Kota mempunyai penduduk yang usia

produktif sangat besar yaitu 72,71 % (usia 10-59 tahun) sedangkan usia anak-anak dan lanjut usia sebanyak 17,69 % dan 9,59 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik sebagai berikut : Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur (jiwa) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007

Sumber: Lima Puluh Kota dalam angka 2007

b. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-6

Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Lima Puluh Kota lima tahun terakhir tidak terlalu tinggi dan tidak melebihi rata-rat laju pertumbuhan penduduk secara Nasional, Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota kurang dari pada tabel berikut ini : Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2000-2005
Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, 2007

1 %, Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat

pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lima Puluh Kota

Jumlah (jiwa)
312,090 313,445 315,677 322,271 325,157 327,652 330.536 331.674

Laju Pertumbuhan Penduduk (%)


0.43 0.71 2.09 0.90 0.77

0,98

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-7

Kepadatan penduduk pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat dari peta sebagai berikut :

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota cukup beragam. Dari tabel dibawah terlihat bahwa berusaha sendiri pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu (28%), dan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-8

selanjutnya secara berurutan adalah Buruh/Karyawan Swasta (17%), Berusaha dengan buruh tidak tetap (16%), Pekerja Keluarga (15%),Pekerja Bebas di Pertanian (14%), Berusaha dengan buruh tetap (8%) dan pekerja bebas di non Pertanian (2%). Artinya bahwa penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai Berusaha Sendiri merupakan mayoritas. Sedangkan penduduk sebagai pekerja bebas di non pertanian merupakan mata pencaharian paling sedikit menyerap tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin (jiwa) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007 Lapangan Usaha 1. saha sendiri 2. Beru saha denan buruh tidak tetap 3. Beru saha dengan buruh tetap 4. Buru h /karyawan swasta 5. Peke rja Bebas di Pertanian 6. Peke rjaan bebas di non pertanian 7. Peke rja keluarga Jumlah
Sumber : SUSENAS, 2007

Laki-laki 30.092 21.103 10.769 17.168 10.717 2.642 5.789 98.280

Beru

Perempua n 15.540 5815 1371 10312 7517 1575 14.169 56.299

Jumlah 45.632

Persentas e
28

26.918 12.140

16

27.480
17

18.234
14

4.217
2

19.958
15

154.57 9

100%

2.1.3. Profil Perekonomian Wilayah


Perekonomian wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dapat

diidentifikasi melalui sektor-sektor yang terdapat didalamnya, terutama sektor-sektor yang memiliki peran besar dalam kontribusi ke PDRB wilayah atau dapat juga disebut sebagai basis dari ekonomi wilayahnya.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-9

Untuk

melihat

pertumbuhan

ekonomi

suatu

daerah,

indek

berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dapat digunakan sebagai indikator. Pada tahun 2004, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lima Puluh Kota mencapai 5,54% yang kemudian mengalami peningkatan menjadi 5,78% pada tahun 2005. Nilai PDRB per kapita Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2005 mencapai 9,29 juta rupiah dengan perkiraan jumlah penduduk pertengahan tahun 2005 sebanyak 331.747 jiwa. Angka ini melebihi angka yang ada pada tahun 2004, yaitu sebesar 8,09 juta rupiah. Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan (%) Setiap Sektor Di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2004-2005
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa Bangunan, Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Kabupaten 2004 6,38 4,79 3,78 17,25 5,54 6,41 5,74 4,92 3,76 5,54 2005 6,36 4,98 4,22 18,42 6,75 6,79 5,88 5,42 4,04 5,78

Sumber: Sumber: BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, 2005

Pada

tahun

2005,

pertumbuhan

ekonomi

setiap

sektor

di

Kabupaten Lima Puluh Kota sangat bervariasi, hal ini diidentifikasi melalui laju pertumbuhan setiap sektor. Secara umum, rata-rata laju pertumbuhan PDRB kabupaten mencapai 5,5 pada tahun 2004 dan nilainya meningkat pada tahun 2005 mencapai laju pertumbuhan sebesar 5,78. Terdapat lima sektor yang memiliki nilai laju pertumbuhan diatas rata-rata laju pertumbuhan PRDB kabupaten, yaitu sektor
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-10

pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor angkutan dan komunikasi. Pada tabel di atas sangat jelas menunjukkan bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005, laju pertumbuhan setiap sektor memiliki nilai positif. Artinya, semua sektor mengalami pertumbuhan yang positif. Sektor yang masih berada dibawah rata-rata laju pertumbuhan PDRB kabupaten adalah sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, keuangan, sewa bangunan, jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Meskipun demikian, keempat sektor tersebut mengalami peningkatan laju pertumbuhan yang cukup signifikan pada tahun 2004 ke tahun 2005. Artinya, sektor-sektor tersebut sangat potensial bagi perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota.

Pada

tahun

2004

sampai

tahun

2005,

penurunan

laju

pertumbuhan

sektor

pertanian

diakibatkan

oleh

menurunnya

pertumbuhan sub sektornya, yaitu sub sektor tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan. Namun penurunan ini tidak terlalu signifikan mempengaruhi nilai PDRB Kabupaten karena pada tahun 2004 ke tahun 2005 justru mengalami peningkatan. Sektor ini tetap saja memiliki peranan yang sangat besar terhadap pembentukan ekonoumi kabupaten maka dari itu sektor ini sangat berpotensi untuk tetap menjadi sektor andalan kabupaten. Semua sektor selain sektor pertanian mengalami peningkatan laju pertumbuhan yang cukup signifikan bagi pembentukan PDRB kabupaten.

Pertumbuhan

perekonomian

tidak

terlepas

dari

tersedianya

prasarana jalan yang tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Prasarana jalan di Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari Jalan Nasional sebanyak 2 ruas ( 80,90 km ). Jalan Propinsi sebanyak 3 ruas (122,35 km ), Jalan Kabupaten sebanyak 215 ruas ( 1.104,25 km ) dan Jalan Lingkungan (750 km). Jalan Nasional dan Jalan Propinsi berada dalam kondisi sedang
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-11

hingga baik kurang lebih 75 % dan membentang dari batas Kabupaten Agam, Batas Kota Payakumbuh, menuju batas Propinsi Riau. Ruas-ruas jalan ini merupakan jalan arteri yang berfungsi sebagai ruas penghubung antar wilayah yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota (antar nagari/kecamatan), dan antar Ibukota Kabupaten. Secara umum, berdasarkan jenis permukaan jalan di Kabupaten Lima Puluh Kota selama periode tahun 2000-2005, rata-rata panjang jalan yang diaspal 34,89 %, kerikil 31,24 %, tanah 32,46 % dan tidak dirinci (tanpa perkerasan) 1,41 % .untuk lebih jelasnya ,dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.6 Jenis Permukaan Jalan Kabupaten Lima Puluh Kota dan Status Pemerintahan Yang Berwenang Tahun 2005 No . 1. 2. 3. 4. Tipe Permukaa n Aspal Kerikil Tanah Tidak dirinci Nasiona Propins l i 80,90 80,90 122,35 122,35 Kabupate n 381,45 265,00 450,10 7,70 1.104,25

Total 584,70 265,00 450,10 7,70 1.307,50

Sumber:Dinas PU Kabupaten Lima Puluh Kota( 2005 )

Dari table diatas Dapat dilihat bahwa secara umum panjang jalan jenis aspal mengalami peningkatan dari 340.2 km pada tahun 2000 menjadi 381,45 km pada tahun 2005 dengan laju peningkatan rata-rata mencapai 12,2 km/tahun .Sementara itu pada periode yang sama ,panjang jalan kerikil menurun dari 339.4 km menjadi 265 km dengan laju penurunan rata-rata sebesar 6.72 km/tahun. Sedangkan jalan tanah
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-12

juga mengalami peningkatan dari 422.2 km menjadi 450,10 km dengan laju kenaikan rata rata mencapai 1,7 km/tahun. Jalan jenis tidak dirinci pada tahun 2002 memiliki besaran yang sangat signifikan mencapai 48.7 km karena adanya kegiatan pembangunan jalan baru dan jalan perintis yang bertujuan membuka keterisoliran wilayah dan peningkatan aksesibilitas untuk produk pertanian ke pusat pemasarannya .Namun setelah itu pada tahun 2005 menurun menjadi 7,70 km karena sebagian ruas sudah ditingkatkan menjadi tanah/kerikil/aspal.

Sementara itu, pada periode yang sama panjang rata-rata jalan yang berkondisi baik mencapai 18.13%, kondisi sedang 18.52%, kondisi rusak 27.25% dan kondisi rusak berat 36.10%, seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.7 Kondisi Jalan Kabupaten Lima Puluh Kota dan Status Pemerintahan Yang Berwenang Tahun 2005 No . 1. 2. 3. 4. Kondis i Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah Nasiona Propins l i 13,50 30,00 37,40 80,90 18,75 58,10 45,50 122,35 Kabupate n 146,05 174,50 218,10 565,60 1.104,25 Total 178,30 262,60 301,00 565,60 1.307,5 0

Sumber:Dinas PU Kabupaten Lima Puluh Kota ( 2005 )

Pelaksanaan penanganan jalan yang dilaksanakan selama priode ini meliputi pembangunan jalan baru, peningkatan, pemeliharaan

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-13

berkala, pemeliharaan rutin dan rehabilitas yang proporsinya secara lebih terinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.8 Jenis Penanganan Jalan Kabupaten Lima Puluh Kota No . 1. 2. 3. 4. 5. Tipe Penangana n Pemb. Jalan Peningkatan P. Berkala P.Rutin Rehabilitasi Jumlah

2002 6 17.1 87.6 139.15 0 249.8 5

2003 0 0 0 165.2 0 165.2 0

2004 51.2 42.1 31.2 187.5 20.4 332.4 0

Rata-2 1.44 19.78 42.26 171.71 4.08 249.2 7

% 4.59 7.94 16.95 68.89 1.64 100

Sumber : Dinas PU Kabupaten Lima Puluh Kota ( 2005 )

Sementara itu jalan lingkungan pada umumnya adalah jalan tanah, kerikil atau tanpa perkerasan , sehingga kendaraan roda empat tidak bisa lewat terutama pada musim hujan. Sebagian besar jalan lingkungan masih belum memiliki perkerasan yang memadai sehingga tingkat aksesibelitasnya rendah dan biaya penggunaan jalan sangat mahal. Selain itu penurunan kualitas fisik jalan cenderung sangat cepat, perbaikan jalan lingkungan perlu lebih di prioritaskan agar perekonomian masyarakat yang ada diwilayah pedalaman yang sedang tumbuh tidak mengalami stagnasi. Kondisi jalan lingkungan yang tidak dapat diakses sepanjang waktu juga menyebabkan barang dan komoditas pertanian dari wilayah pedalaman terlambat sampai kepusat-pusat kegiatan/pasar sehingga peningkatan ongkos angkut dan turunnya posisi tawar petani dalam bertransaksi.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-14

1.4. Profil Sosial Budaya


Kabupaten Lima Puluh Kota yang mayoritas didiami oleh suku bangsa Minangkabau, dikenal penganut agama Islam kuat dan pemegang teguh adat dan tradisi mereka. Kedekatan agama Islam dan adat menjadi karakteristik dan jati diri utama masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota, atau Minangkabau khususnya. Pemantapan kehidupan sosial dan agama didalam masyarakat mengacu pada falsafah adat basandi syara, syara basandi kitabullah . Kabupaten Lima Puluh Kota juga dikenal sebagai basis pendidikan ke Islaman yang kuat, dan sebagai daerah terbanyak yang menghasilkan kaum ulama berkaliber nasional maupun internasional. Secara historis daerah ini telah memiliki sejumlah cendekiawan ulung yang berbasisi keagamaan. Masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota, khususnya masyarakat Minangkabau, secara normatif memiliki keseimbangan prinsip antara Isalam dan Adat. Islam memberikan fondasi bagi prinsip kehidupan yang religius, sementara adat memberikan fondasi bagi kehidupan yang berbudaya. Faktanya pelaksanaan ajaran Islam dan norma adat masih sering dipertentangkan, dan sering menjadi potensi konflik. Sejalan dengan pemahaman yang semakin kuat tentang pentingnya agama dan adat dalam kehidupan, prinsip pelaksanaan ajaran islam ditransformasikan di dalam praktek adat, mengacu pada prinsip : syara mangato, adat mamakai. Dengan demikian , masyarakat Minangkabau memahami sekali tentang dinamika penerapan antara ajaran Islam dan praktek adat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sejak tahun 2000, Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota mulai menerapkan program Kembali ke Sistim Pemerintahan Nagari, dimana pelaksanaan program tersebut dilegalisasikan melalui peraturan daerah Nomor 1 tahun 2000 tentang Pemerintahan Nagari. Pelaksanaan program tersebut secara umum ternyata mendapat respon yang
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-15

sangant positif dari anggota masyarakat, sehingga banyak nagari sampai dengan tahun 2006 telah resmi memiliki pemerintahan nagari. Namun demikian, pelaksanaan pemerintahan nagari tersebut belum merata, karena masih ada nagari yang belum sepenuhnya melaksanakan sistem pemerintahan tersebut, disamping masih terdapat sejumlah konf;ik internal dalam nagari-nagari bersangkutan. Kondisi ini memberikan suatu refleksi bahwa perkembangan pembangunan nagari masih memerlukan pembenahan sistim pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Belajar dari delapan tahun upaya kembali ke nagari dan kembali ke surau, maka program yang dibuat seharusnya berupaya untuk melibatkan partisipasi aktif masyarakat dari semua kelas yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota. Disamping itu bergesernya kondisi pemuka adat khususnya dan masyarakat umumnya di tingkat nagari juga memerlukan berbagai penyesuaian agar pelaksanaan program kembali ke nagari tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat. Orang Minangkabau merupakan masyarakat matrilineal terbesar di dunia. Dari pandangan sistem kemasyarakatan, prinsip matrilineal selain sangat penting, juga unik dan khas, karena ia sangant kuat memberikan karakter budaya suatu masyarakat. Penggarisan keturunan dan dan pengelompokan kekerabatan unilineal yang terpusat pada kedudukan minangkabau diistilahkan perempuan umumnya simbolisasi di dalam terpusat figur rumah sistim pada nan sosial filosofi gadang, mengalahkan patriaki. umbun Di puro kekerabatan kelazimanyang

perempuandalam

dengan

limpapeh

pegangan kunci. Rumah gadang dan keturunan adalah dua simbol kuat perempuan dalam menentukan asal usul (procreation) dan arah (orientation) dari keturunan suatu kaum. Walaupun demikian kekuatan mereka barulah berada pada domain domestik, sementara pada domain publik, kedudukan mereka diperkuat dan di jalankan oleh kelompok kerabat laki-laki seketurunan ibu. Mereka ini menjaga dan II-16
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

mempertahankan

kesinambungan

eksistensi

sistem

sosial

yang

bersandar kepada adat dan lembaga (adat diisi, limbago dituang). Salah satu potensi sumber daya manusia kabupaten Lima Puluh Kota yang banyak memegang kendali rumahtangga, ekonomi pasar dan ekonomi ulayat adalah kaum perempuan (bundo kanduang). Sebegitu jauh posisi mereka masih berada pada domain privat dan belum termamfaatkan dalam domain publik. Dengan demikian, selama ini posisi mereka belum bersifat penting dan sentral dalam berkontribusi dalam pembangunan daerah. Potensi sumber perempuan ini semestinya mendapat tempat yang lebih baik dalam kegiatan pembangunan daerah agar keseimbangan kekuatan sumber daya manusia secara keseluruhan dapat dioptimalkan. Secara konstruktif ideal, orang Minangkabau menjalankan tiga jalinan elemen penting dalam kehidupan yakni adat, agama dan intelektualitas. Secara kelembagaan, tiga elemen tersebut tergambar dalam simbolisasi tali tigo sapilin, tungku tigo sajarangan. Orang minangkabau sangat menghargai adat, agama dan akal yang dijalin dari nilai agama dan nilai adat. Idealisme ini terpatri semenjak alam minangkabau terbentang. Dapat dikatakan dalam ungkapan lain bahwa, pada suatu sisi, keberadaan Minangkabau diwakilkan dengan keberadaan fungsi dan peran dari kaum ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai. Sementara di sisi lain, orang minangkabau kebanykan, yang seringkali digambarkan sebagai anak kemenakan, adalah warga dari kesatuan masyarakat hukum adat yang harus patuh menjalankan adat dan ajaran agama. Mekanisme yang terus dipertahankan semenjak ninik mamak dahulu, telah membawa kebesaran nilai dan keberadan orang Minangkabau. Namun dalam perjalanan, Minangkabau mengalami tantangan besar, oleh karena kehidupan semakin beragam dan kompleks. Minangkabau mengalami tantangan besar, itu pernyataan yang mungkin dapat mewakili keberadan dewasa ini. Masalah tentang keberadan fungsi dan peran tungku tigo sajarangan yang semakin
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-17

memudar, hubungan mamak dan kemenakan yang semakin menipis baik dalam isi dan prakteknya, kedudukan nilai agama yang semakin jauh dari tempat semestinya, dan kemerosotan intelektualitas disebagian kalangan dan posisi ilmu pengetahuan sebagai modal sumberdaya manusia yang semakin kritis posisinya. Masih banyak lagi persoalan yang selama ini telah menjadi wacana dalam masyarakat minangkabau. Inti dari semua itu adalah semua kita risau dan resah. Mau kemana dan dibawa kemana minangkabau ?. Problem aktual Minangkabau terus menerus lahir dengan varian-varian barunya dari hari kehari, sementara posisi kebudayaan minangkabau dalam masyarakat terus menerus berusaha dipertahankan. Berbagai usaha mulai dari tingkat pemerintahan sampai ke masyarakat kebanyakan terus dilakukan. Program Kembali ke Nagari, Kembali ke Surau, wirid pengajian, penerapan mata ajaran BAM di kalangan siswa, pertunjukan kesenian daerah, pengembangan simbol arsitektur Bagonjong pada berbagai bangunan, dsb, adalah sebagian dari usaha pemerintah dan masyarakat dalam mempertahankan Minangkabau. Untuk mendukung hal tersebut diatas telah tersedia Kuantitas murid dan guru di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat sebagaimana tabel berikut ini: Tabel 2.9 Jumlah Murid dan guru pada TK, SD, SLTP dan SLTA Tahun 2001-2005 No 1. 2. 3. 4. 5. TAHUN 2001 2002 2003 2004 2005 TK SD SLTP SLTA

Guru Murid Guru Murid Guru Murid Guru Murid 304 3.894 2.549 39.018 919 10.245 384 4.710 374 462 406 464 4.434 4.187 4.473 5.336 2.662 2.682 2.799 3.010 40.637 40.886 41.001 43.078 951 983 1.032 1.046 9.549 8.888 9.206 8.879 379 458 504 568 4.784 5.355 5.403 5.439

Sumber : Lima Puluh Kota dalam angka tahun 2006.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-18

Dari tabel di atas jumlah guru dan murid terjadi penambahan setiap tahunnya, Ratio Guru dan murid pada tingkat SD rata-rata pertahunnya adalah 1 : 15 dengan arti bahwa setiap satu orang guru hanya mengajar 15 orang murid. Angka Partisipasi Kasar ( APK ) untuk tingkat SD sebesar 105,04 % sedangkan APM nya adalah 97,43 % Pada tingkat SLTP jumlah guru selalu bertambah setiap tahun sedangkan jumlah murid terjadi kebalikan yaitu penurunan jumlah murid, Ratio Guru dan murid pada tingkat SLTP ini adalah 1: 9, APK di Tingkat SLTP ini adalah 72,35 % dan APMnya aalah 54,55. Pada tingkat SLTA jumlah murid juga terjadi pertambahan setiap tahunnya dan guru pada tahun 2001 s/d tahun 2002 terjadi penurunan kemudian sampai dengan tahun 2005 terjadi kenaikan.Rasio guru dan murid pada tingkat SLTA ini adalah 1 : 11. Angka Partisipasi Sekolah ( APK ) adalah 33.48% sedangkan APM nya adalah 24,53 %

2.2. Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya


Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya di Kabupaten Lima Puluh Kota masih terbatas dan masih perlu program/ kegiatan pembangunan, peningkatan masyarakat. 2.2.1. Kondisi Sub Bidang Pengembangan Permukiman Perumahan dan permukiman merupakan salah satu dan pemeliharaan prasarana keciptakaryaan yang berkelanjutkan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan

kebutuhan dasar manusia, mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-19

Di dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1994 tentang Perumahan dan Permukiman dinyatakan bahwa: a. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana/ prasarana lingkungan. b. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kondisi pertumbuhan perumahan dan permukiman di

Kabupaten Lima Puluh Kota pada umumnya berkembang pesat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan. Pertambahan penduduk yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan perumahan belum semuanya mampu disediakan oleh Pemerintah Kabupaten bahkan dalam penyediaan prasarana dan sarana dasarnya. Sehingga sering kali dijumpai kawasan perkotaan menjadi kawasan kumuh dan tidak layak huni. Pada kawasan permukiman di perdesaan permasalahan yang sering dijumpai adalah belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana dan sarana dasar, seperti: pelayanan air minum, sanitasi dll. a. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Seiring dengan implementasi Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menyebutkan bahwa penataan perdesaan dan perkotaan diselenggarakan untuk mencapai dan meningkatkan fungsi kawasan perdesaan dan perkotaan secara serasi, selaras dan

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-20

seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat. Banyak potensi kawasan di Kabupaten Lima Puluh Kota yang belum dikembangkan dan potensi ini (sumber daya alam, ekonomi, sosial budaya, wisata dll) bila dikembangkan akan mampu mendorong peningkatan ekonomi yang akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kawasan sekitarnya. Bertitiktolak dari hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penyesuaian strategi pengembangan berupa Desa Pusat Pengembangan (DPP) dengan kajian konsep pengembangan wilayah agar DPP dapat mengangkat keberadaan desa-desa yang berada dalam suatu kawasan tersebut atau dihinterland-nya. Pada kawasan ini dapat dilakukan upaya pembangunan perdesaan melalui pendekatan penyediaan PSD yang secara langsung dapat memacu pengembangan ekonomi kawasan.

b. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Peningkatan kualitas lingkungan khususnya di kawasan perkotaan merupakan salah satu program/ kegiatan yang mampu mempercepat peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat terutama bagi warga yang menempati lingkungan yang tidak sehat dan tidak layak huni serta kawasan kumuh dengan tanpa memperhatikan ekosistem lingkungan. Bantuan dalam bentuk program/ kegiatan dari Pemerintah sifatnya kapasitas dibutuhkan. pendorongan dan Wujud (stimulan) untuk meningkatkan masih yang sangat bersifat II-21 kapabilitas masyarakat kegiatan

program/

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

stimulatif,

pendampingan

terhadap

masyarakat

bahkan

dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) keciptakaryaan. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota selama ini telah melakukan penanganan perbaikan lingkungan permukiman untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni. Selain itu juga memberikan pendampingan dan bantuan teknis kepada masyarakat/ kelompok masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungannya.

2.2.2.

Kondisi Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Penataan Bangunan dan Lingkungan sangat diperlukan

sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan khususnya fisik bangunan dan lingkungannya. Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Saat ini RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota sudah selesai diperbaiki/ direvisi dan sedang dalam proses penetapan Raperdanya sehingga nantinya RTRW ini akan menjadi acuan bagi perencanaan tata ruang yang lebih detail/ rinci, seperti Rencana Detail Tata Ruang Kota/ Kawasan atau Rencana Teknis Ruang Kota/ Kawasan. Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan acuan dalam setiap kegiatan pembangunan gedung yang perlu ditindaklanjuti dengan Peraturan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-22

Daerah (Perda). Saat ini Kabupaten Lima Puluh Kota belum memiliki Perda Bangunan Gedung sebagai dasar dalam penataan bangunan tetapi menggunakan Perda IMB dalam setiap proses perizinan pembangunan gedung.

2.2.3.

Kondisi Sub Bidang Air Limbah Dalam penanganan sanitasi, tidak hanya faktor higienis

yang harus diperhatikan tetapi juga masalah pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh air limbah domestik itu sendiri. Tingkat pencemaran menunjukan angka yang signifikan pada badan air yang melalui perkotaan dimana terdapat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Permasalahannya adalah bagaimana menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidaknya mempertahankan kondisi perairan yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi dan yang lebih penting lagi mencegah penyebaran penyakit melalui air (waterborne desease) untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan. Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/ pencemaran lingkungan hidup. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbah sebelum masuk ke dalam saluran/ drainase lingkungan/ kota. Dengan demikian air limbah yang masuk ke saluran/ drainase sudah relatif bersih. Pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-23

pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu: a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system); b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system). Pengertian sistem pengolahan air limbah setempat (on-site syatem) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/ komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti: cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. Sedangkan sistem pengolahan air limbah terpusat ( off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi membutuhkan biaya investasi yang tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi pengolahan air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metoda self cleansing sehingga membutuhkan kemiringan saluran yang cukup.

Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke kolam atau sungai.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-24

2.2.4. Kondisi Sub Bidang Air Minum Syarat air minum yang baik adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Secara kimiawi tidak mengandung bahan kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh dan secara bakteriologi adalah air yang tidak mengandung bakteri berbahaya terhadap tubuh manusia. Penyediaan air minum pada prinsipnya merupakan

tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai regulator dan PDAM sebagai operator pelayanan air minum, namun dalam realisasinya penyediaan air minum oleh PDAM tersebut belum mampu menjangkau seluruh wilayah perkotaan apalagi perdesaan(nagari) di Kabupaten Lima Puluh Kota. Untuk saat ini sebagian besar daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan PDAM, khususnya di daerah perdesaan, penyediaan air minumnya dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan wilayah, saat ini maka diperlukan upaya percepatan pembangunan prasarana dan sarana air minum untuk meningkatkan tingkat pelayanan yang saat ini masih rendah. Pelayanan air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota diawali pada tahun 1990 melalui BPAM, sedangkan PDAM Kabupate Lima Puluh Kota dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 1992. Sumber air sumber air Kabupaten Lima Puluh Kota berasal dari air permukaan yang tersebar di 8 (delapan) IKK yang ada dari 13 Kecamatan se Kabupaten Lima Puluh Kota. Jumlah kapasitas terpasang dari 8 (delapan) IKK adalah 95 liter per detik, sedangkan kebutuhan sampai dengan tahun 2015 diperkirakan sebesar lebih kurang 250 liter perdetik. Sistem pelayanan dengan menggunakan sistem Grafitasi.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

penyediaan air

minum di kabupaten Lma Puluh Kota seluruhnya dialirkan ke daerah II-25

Cakupan Pelayanan Cakupan pelayanan Air Minum oleh PDAM Kabupaten Lima Puluh Kota baru mencapai 3,83 % dari Jumlah penduduk. Dengan jumlah pelanggan terpasang sedangkan pelanggan aktif sebesar 3.677 pelanggan. Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan yang diberikan 4.773,

PDAM kepada pelanggannnya masih belum memadai, rata-rata masyarakat pelanggan baru dapat menikmati air minum berkisar 10-16 jam/hari. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya kapasitas produksi air minum dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat akan air bersih yang terus meningkat serta kondisi pipa transmisi dan jaringan pipa distribusi induk yang umur teknisnya sudah lebih dari 19 tahun. Sedangkan tingkat kehilangan air saat ini mencapai 45 %. Demikian juga pelayanan air minum dari PDAM bagi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota masih terbatas dan sebagian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air minum mengambil dari air tanah/ sumur gali atau dari mata air yang ada di sekitar permukiman warga. Di sisi lain juga terdapat kawasan permukiman yang tidak memiliki sumber mata air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan menggantungkan kebutuhan air minumnya dari daerah sekitarnya.

Permintaan untuk konsumsi air bersih setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh jumlah penduduk ekonomi yang meningkat tiap tahunnya air serta membaiknya terjadinya adanya masyarakat jumlah sehingga menyebabkan minum.

peningkatan

pelanggan

Dengan

peningkatan tersebut, berdampak pada pemakaian air bersih yang juga meningkat setiap tahunnya. Total pelanggan Air Bersih (pelanggan) Kabupaten Lima Puluh Kota sebagaimana tabel berikut:
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-26

Tabel 2.10 Total Pelanggan Air Bersih (Pelanggan) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2001-2005
Tahun 2003 3.385 43 114 296 7 3.845

Kategori Rumah Tangga Kran Umum Sosial Niaga Kecil Niaga Besar Jumlah

2001 2.643 48 96 305 6 3.098

2002 2.999 48 110 305 7 3.469

2004 3.634 43 122 314 7 4.120

2005 3.801 43 142 322 5 4.313

Sumber : Kantor PDAM Lima Puluh Kota, 2005

Sedangkan katagori pemakaian air bersih di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.11 Total Pemakaian Air Bersih Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2001-2005
Tahun 2003 40.401 869 2.872 4.823 221 49.18 6

Kategori Rumah Tangga Kran Umum Sosial Niaga Kecil Niaga Besar Jumlah

2001 35.874 868 1.863 4.868 197 43.67 0

2002 33.991 831 1.674 4.088 203 40.78 7

2004 42.345 524 2.204 5.367 154 50,59 4

2005 51.149 787 5.426 6.371 164 63.89 7

Sumber : Kantor PDAM Lima Puluh Kota, 2005


RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-27

2.2.5. Kondisi Sub Bidang Drainase


Perkembangan kawasan di beberapa wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota beberapa tahun terakhir berkembang pesat terutama di daerah Sarilamak yang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Lima Puluh Kota yang baru. Perkembangan kawasan ini berdampak langsung pada kebutuhan infrastruktur pendukungnya. Dampak yang sangat jelas yaitu adanya genangan air di beberapa lokasi, hal ini salah satunya akibat adanya perubahan peruntukan lahan yang tidak lagi menyediakan areal yang cukup untuk penyerapan air permukaan terutama yang berasal dari air hujan. Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat maupun pengguna jalan serta dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Untuk

mengatasi

limpasan

air

hujan

dan

mengatasi

genangan air di Kabupaten Lima Puluh Kota diperlukan suatu sistem drainase yang tertata baik dan mampu mengatasi permasalahan drainase kota.

2.2.6. Kondisi Sub Bidang Persampahan Kabupaten Lima Puluh Kota telah mencanangkan menuju Kabupaten sehat tahun 2010 dengan melakukan kegiatan berupa peningkatan kesehatan dan peningkatan penyehatan lingkungan permukiman. Salah satu upaya mendukung Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ini dilakukan dengan menyempurnakan program pada sub Bidang Persampahan, terutama pada daerah permukiman, perkotaan dan pasar-pasar perdesanan yang saat ini
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-28

belum terlayani dengan baik. Saat ini permukiman yang telah dilakukan pelayanan tersebut adalah permukiman di wilayah ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu permukiman Tanjung Pati dan Permukiman Sarilamak di Kecamatan Harau. Pemerintah Daerah berkeinginan untuk dapat melayani seluruh permukiman yang ada di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, akan tetapi hal ini tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dikarenakan keadaan dan kondisi daerah Kabupaten Lima Puluh Kota yang luas, tidak memadainya sarana dan prasarna yang dimiliki serta kurangnya tenaga kerja yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Petugas harian kebersihan Kabupaten Lima Puluh Kota yang ada berjumlah 16 (enam belas) orang, termasuk 2 (orang) pengawas lapangan dan memiliki 2 (dua) truk sampah serta 2 (dua) becak motor sampah, dimana satu buah bantuan dari BPD Cabang Payakumbuh. Untuk pembuangan sampah yang ada, pemerintah daerah melakukan penyewaan lahan sementara kepada masyarakat, sistem yang dilakukan dengan cara pembuangan open damping. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang dimiliki Kabupaten Lima Puluh Kota belum bisa dipergunakan sebagaimana mestinya karena jalan menuju lokasi belum selesai dibangun. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Lima Puluh Kota berada di Nagari Gurun Lubuak Batingkok dengan luas lahan 4 (empat) Ha. Untuk mewujudkan penyehatan lingkungan permukiman, khususnya sub bidang persampahan ini Pemerintah Daerah Lima Puluh Kota tentunya merujuk pada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Persampahan. Dimana hal yang paling mendesak untuk direncanakan adalah menyediakan Prasarana dan Sarna Persampahan, Tenaga kerja serta penyediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan sistem Sanitari Landfill.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-29

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lima Puluh Kota

II-30

Anda mungkin juga menyukai

  • Cakupan Pelayanan SPAM Berau123
    Cakupan Pelayanan SPAM Berau123
    Dokumen3 halaman
    Cakupan Pelayanan SPAM Berau123
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 OK Master
    Bab 2 OK Master
    Dokumen8 halaman
    Bab 2 OK Master
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Perda Dinas
    Perda Dinas
    Dokumen26 halaman
    Perda Dinas
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Bab VIII Ok
    Bab VIII Ok
    Dokumen3 halaman
    Bab VIII Ok
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan Ok
    Bab I Pendahuluan Ok
    Dokumen4 halaman
    Bab I Pendahuluan Ok
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Bab IV
    Bab IV
    Dokumen102 halaman
    Bab IV
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Sabak Auh
    Sabak Auh
    Dokumen1 halaman
    Sabak Auh
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • PP16 05
    PP16 05
    Dokumen64 halaman
    PP16 05
    Irani Isabella
    Belum ada peringkat
  • Sungai Mandau
    Sungai Mandau
    Dokumen1 halaman
    Sungai Mandau
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • PUSAKO
    PUSAKO
    Dokumen1 halaman
    PUSAKO
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Kop Wastu
    Kop Wastu
    Dokumen1 halaman
    Kop Wastu
    servodinamar
    Belum ada peringkat
  • Irigasi 50 Kota
    Irigasi 50 Kota
    Dokumen1 halaman
    Irigasi 50 Kota
    servodinamar
    Belum ada peringkat