Anda di halaman 1dari 2

Obat-obat Antiretroviral 1.

Inhibitor Transkriptase Balik Nukleosida Enzim transkriptase balik mengonversi RNA virus menjadi DNA provirus sebelum penggabungannya ke dalam kromosom sel inang. Karena obat-obat golongan ini bekerja pada tahap awal yg penting dalam replikasi HIV, obat-obat ini mencegah infeksi akut pada sel-sel yang rentan tetapi efeknya kecil pada sel yang telah terinfeksi HIV. Semua obat golongan ini merupakan substrat bagi enzim transkriptase balik. Untuk menjadi aktif, obat-obat ini pertama-tama harus difosforilasi oleh enzim sel inang didalam sitoplasma. Karena golongan ini tidak mempunyai gugus 3-hidroksil, penggabungannya ke dalam DNA mengakhiri elongasi rantai. Saat ini terdapat 6 inhibitor transkriptase balik nukleosida yang diizinkan FDA. Obatobat ini berbeda dalam hal jalur fosforilasi yang digunakan dan efek sampingnya. Golongan obat ini meliputi obat-obat awal (misalnya zidovudin dan didanosin) maupun obat-obat yang baru disetujui (misalnya abakavir) untuk mengobati infeksi HIV. Komplikasi yang dikenal saat ini adalah asidosi laktat dan hepatomegali parah dengan steatosis.

2. Inhibitor Transkriptase Balik Non-Nukleosida Inhibitor transkriptase balik non-nukleosida merupakan golongan senyawa-senyawa sintetik yang berbeda secara kimia yang bekerja memblok aktivitasenzim transkriptase balik dengan berikatan di dekat sisi aktif enzim, sehingga menginduksi perubahan konformasi di sisi ini. Obat-obat ini tidak hanya memiliki mekanisme kerja yang sama tetapi juga mempunyai beberapa profil toksisitas dan resistensi yang sama. Tidak seperti analog nukleosida, inhibitor transkriptase balik nonnukleosida tidak mengalami fosforilasi. Disamping itu, obat-obat ini hanya aktif terhadap HIV-1, tidak pada HIV-2. Semua senyawa pada golongan ini dimetabolisme oleh sistem CYP450 sehingga cenderung mengalami interaksi obat. Tiga inhibitor transkriptase balik non-nukleosida diizinkan oleh FDA adalah nevirapin, evampiren dan delavirdin.

3. Inhibitor Protease Protease HIV penting untuk kemampuan infeksi virus dan memecah poliprotein virus menjadi enzim-enzim virus aktif dan protein-protein struktur. Keenam inhibitor

protease yang tersedia (sakuinavir, amprenavir, indinavir, nelfinavir, ritonafir, lopinavir) bekerja dengan berikatan secara reversibel pada sisi aktiv protease HIV. Peristiwa ini mencegah protease memecah polipeptida prekusor-prekusor virus dan selanjutnya memblok pematangan virus. Sel yang diinkubasi dengan adanya inhibitor protease HIV menghasilkan partikel-partikel virus yang tidak dewasa dan noninfektif. Sakuinavir, amprenavir, indinavir, nelfinavir, ritonafir dan lopinavir, semuanya mengalami metabolisme oksidatif oleh protein CYP3A4 dan isoform CYP tambahan memetabolisme masing-masing inhibitor protease. Metabolisme terutama terjadi di hati. Karena obat yang diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di ginjal hanya sedikit, penyesuaian dosis untuk kelainan fungsi ginjal biasanya tidak dibutuhkan. Toksisitas Inhibitor protease meliputi mual, muntah, diare dan parestesia. Obat-obat golongan ini juga dan dapat menyebabkan intoleransi glukosa, diabetes, dapat

hiperkolestrolemia,

hipertrigliserida.

Pemberian

jangka

panjang

menyebabkan redistribusi lemak, khususnya akumulasi lemak pusat, pada beberapa pasien.

Anda mungkin juga menyukai