PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013
BAB I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan Pembuatan peta hasil survey tahanan jenis mapping, pemrosesan data tahanan jenis tegak, serta interpretasinya serta pemuatan peta-peta penampang yang benar akan sangat berguna bagi pengguna. Kondisi ini mampu mengurangi biaya penelitian lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan. 1.2 Tujuan Mampu membuat peta tahan jenis mapping, melakukan pengolahan data baik secara manual maupun dengan software serta melakukan interpretasi serta mengidentifikasi kesalahan yang timbul akibat sifat fisik yang ada. Mampu melakukan presentasi data yang baik dan benar. 1.3 Peralatan 1. Komputer 2. Program Fault dan DC invert 3. Kertas grafik log 4. Data tahanan jenis 1.4 Prosedur 1. Buatlah peta kontur apparent resistivity dengan mengambil data masing-masing titik sounding untuk AB/2 = 100 m dan 250 m. Berikan penjelasan mengenai pola penyebaran, litologi, dan pengaruh lain apabila ada. 2. Tentukan nilai rho dan tebal dari metode grafik manual. 3. Buat pemodelan menggunakan Dcinvert. 4. Masukkan nilai rho dan tebal sebagai initial model. 5. Plot observed dan calculated model. 6. Lakukan interpretasi litologi masing-masing titik. 7. Buat korelasi dari hasil yang diperoleh (True resistivity map) dan berikan penjelasan. 8. Buat apparent resistivity map dengan membuat penampangnya, korelasi masingmasing raw data, korelasi litologi dan berikan penjelasannya. 1.5 Tugas 1. Dari data pengukuran geolistrik peta tahanan jenis semu pada AB/2= 100 meter dan 250 meter. Buat interpretasi secara kualitatif 2. Berdasarkan data geologi dan data geolistrik lakukan interpretasi bawah permukaan. Apa sebab terbentunya rho sangat rendah di permukaan
GL-01 80 82 85 82 75 60 20 15 17 16 14 13 12 11 13 12 13 12 13 15 20
GL-02 400 350 300 250 160 100 60 40 20 10 9,5 9 9,5 9,7 10 12 13 14 15 12 10
GL-08 3 4 5,5 7 7,5 8 8,5 7,5 6 5,5 5 4,5 3 5 5,5 7 8 8,5 9 9,5 10
Lokasi pengukuran ini terletak pada daerah alluvium yang berjarak sekitar 200 meter dari laut dan berada di pantait. Dari peta yang didapat dari hasil pengolahan data tahanan jenis pada pengukura AB/2 =100 meter dan AB/2 = 200 meter, terlihat adanya kontur dengan nilai maksimum pada bagian Barat, sedangkan nilai tahanan jenis semu paling rendah terdapat pada bagian Tenggara.
3.2 Pengolahan Data 3.2.1 Metode interpretasi secara komputasi Pengolahan data secara otomatis dilakukan dengan cara menggunakan software dcinv, sehingga hasil interpretasi dari software tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. GL-01
GL-02
GL-07
GL-08
GL-10
Hasil pengolahan data secara komputasi tersebut dijadikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini.
Lapisan 1 2 3 4 5 6 GL-01 (ohm.m) 97.4 5.5 11.9 14.3 101 GL-02 (ohm.m) 355.6 1.8 15 31 GL-07 (ohm.m) 28 2.8 72.8 GL-08 (ohm.m) 2.6 50.2 0.8074 16 GL-10 (ohm.m) 19.6 357.4 3.6 96.2 3.3 325695
Dari data tabel di atas, maka kita dapat melakukan interpretasi lapisan litologi batuan pada daerah tersebut (terlampir). 3.2.2 Metode interpretasi secara manual Proses perhitungan tahanan jenis dengan cara manual terlampir. Hasil perhitungan tersebut dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.
Lapisan 1 2 3 4 5 GL-01 (ohm.m) 100 7 56 0.6 280 GL-02 (ohm.m) 350 35 22.5 6 GL-07 (ohm.m) 300 45 67.5 GL-08 (ohm.m) 2.9 14.5 2.94 11.2 GL-10 (ohm.m) 180 450 43.5 3.5 135
h (m) 1.5 6 33
Dari data tabel di atas, maka kita dapat melakukan interpretasi lapisan litologi batuan pada daerah tersebut (terlampir). 3.2.3 Peta kontur tahanan jenis Peta kontur tahan jenis dapat digambarkan dengan menarik garis kontur setiap perubahan ketinggian sebesar 2 meter. Peta tersebut terlampir di belakang laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulistijo, Budi. 2003. Catatan Kuliah TE-6222 Geofisika Cebakan Mineral I. Bandung: Penerbit ITB. 2. Telford, William Murray. 1990. Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge University Press.
LAMPIRAN