Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM TA 3212 GEOFISIKA CEBAKAN MINERAL I MODUL 07 SURVEY TAHANAN JENIS

Disusun oleh: Rudilanov Ahwan 12110005

Dosen : Dr. Ir. Budi Sulistijo, M.App.Sc.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

BAB I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan Pembuatan peta hasil survey tahanan jenis mapping, pemrosesan data tahanan jenis tegak, serta interpretasinya serta pemuatan peta-peta penampang yang benar akan sangat berguna bagi pengguna. Kondisi ini mampu mengurangi biaya penelitian lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan. 1.2 Tujuan Mampu membuat peta tahan jenis mapping, melakukan pengolahan data baik secara manual maupun dengan software serta melakukan interpretasi serta mengidentifikasi kesalahan yang timbul akibat sifat fisik yang ada. Mampu melakukan presentasi data yang baik dan benar. 1.3 Peralatan 1. Komputer 2. Program Fault dan DC invert 3. Kertas grafik log 4. Data tahanan jenis 1.4 Prosedur 1. Buatlah peta kontur apparent resistivity dengan mengambil data masing-masing titik sounding untuk AB/2 = 100 m dan 250 m. Berikan penjelasan mengenai pola penyebaran, litologi, dan pengaruh lain apabila ada. 2. Tentukan nilai rho dan tebal dari metode grafik manual. 3. Buat pemodelan menggunakan Dcinvert. 4. Masukkan nilai rho dan tebal sebagai initial model. 5. Plot observed dan calculated model. 6. Lakukan interpretasi litologi masing-masing titik. 7. Buat korelasi dari hasil yang diperoleh (True resistivity map) dan berikan penjelasan. 8. Buat apparent resistivity map dengan membuat penampangnya, korelasi masingmasing raw data, korelasi litologi dan berikan penjelasannya. 1.5 Tugas 1. Dari data pengukuran geolistrik peta tahanan jenis semu pada AB/2= 100 meter dan 250 meter. Buat interpretasi secara kualitatif 2. Berdasarkan data geologi dan data geolistrik lakukan interpretasi bawah permukaan. Apa sebab terbentunya rho sangat rendah di permukaan

BAB II Teori Dasar


Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode yang cukup banyak digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena resistivitas dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya dimana bumi dianggap sebagai sebuah resistor. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektroda arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik, dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur. Seluruh pengukuran tahanan jenis mendeteksi tahanan jenis dari suatu volume batuan pada kedalaman tertentu (in situ) dengan nilai tahanan jenis yang diperoleh menggambarkan kombinasi efek-efek dari semua mode konduksi. Menurut Telford (1991) rentang nilai tahanan jenis antar batuan cukup besar antara <10-2 sampai >108 m. Mineral dan batuan yang mempunya nilai tahanan jenis < 1 m dikategorikan sebagai konduktor baik anatara 1100 m, konduktor sedang dan lebih dari 100 m, konduktor buruk. Setiap material memiliki rentang resistivitasnya masing-masing seperti ditunjukan oleh tabel berikut:

BAB III Data dan Pengolahan Data


3.1 Data Berdasarkan data hasil survey tahanan jenis, didapatkan data sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. AB/2 (m) 1,5 2,5 4 6 8 10 12 15 20 25 30 40 50 60 75 100 125 150 175 200 250 MN/2 (m) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 5 5 5 15 15 15 15 20 20 20 20 20 20 20 a (m) GL-07 25 27 29 27 25 24 24 18 12 9 7,5 5,5 5 4,8 5 7 8,5 10 12 13 15

GL-01 80 82 85 82 75 60 20 15 17 16 14 13 12 11 13 12 13 12 13 15 20

GL-02 400 350 300 250 160 100 60 40 20 10 9,5 9 9,5 9,7 10 12 13 14 15 12 10

GL-08 3 4 5,5 7 7,5 8 8,5 7,5 6 5,5 5 4,5 3 5 5,5 7 8 8,5 9 9,5 10

GL-10 200 240 250 220 190 140 95 90 80 75 70 65 60 55 48 38 22 17 15 20 25

Lokasi pengukuran ini terletak pada daerah alluvium yang berjarak sekitar 200 meter dari laut dan berada di pantait. Dari peta yang didapat dari hasil pengolahan data tahanan jenis pada pengukura AB/2 =100 meter dan AB/2 = 200 meter, terlihat adanya kontur dengan nilai maksimum pada bagian Barat, sedangkan nilai tahanan jenis semu paling rendah terdapat pada bagian Tenggara.

PETA GEOLOGI REGIONAL LOKASI DAERAH SURVEY

3.2 Pengolahan Data 3.2.1 Metode interpretasi secara komputasi Pengolahan data secara otomatis dilakukan dengan cara menggunakan software dcinv, sehingga hasil interpretasi dari software tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. GL-01

GL-02

GL-07

GL-08

GL-10

Hasil pengolahan data secara komputasi tersebut dijadikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini.
Lapisan 1 2 3 4 5 6 GL-01 (ohm.m) 97.4 5.5 11.9 14.3 101 GL-02 (ohm.m) 355.6 1.8 15 31 GL-07 (ohm.m) 28 2.8 72.8 GL-08 (ohm.m) 2.6 50.2 0.8074 16 GL-10 (ohm.m) 19.6 357.4 3.6 96.2 3.3 325695

h (m) 4.3 1.5 145 10.7

h (m) 4.2 3.9 146

h (m) 8.8 36.1

h (m) 1.6 1.7 5.7

h (m) 0.07 3.1 0.32 37.6 8.5

Dari data tabel di atas, maka kita dapat melakukan interpretasi lapisan litologi batuan pada daerah tersebut (terlampir). 3.2.2 Metode interpretasi secara manual Proses perhitungan tahanan jenis dengan cara manual terlampir. Hasil perhitungan tersebut dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.
Lapisan 1 2 3 4 5 GL-01 (ohm.m) 100 7 56 0.6 280 GL-02 (ohm.m) 350 35 22.5 6 GL-07 (ohm.m) 300 45 67.5 GL-08 (ohm.m) 2.9 14.5 2.94 11.2 GL-10 (ohm.m) 180 450 43.5 3.5 135

h (m) 3.5 7 7.2 60

h (m) 3.6 43.2 62.5

h (m) 4.3 32.25

h (m) 1.5 6 33

h (m) 1.2 1.8 48 39.2

Dari data tabel di atas, maka kita dapat melakukan interpretasi lapisan litologi batuan pada daerah tersebut (terlampir). 3.2.3 Peta kontur tahanan jenis Peta kontur tahan jenis dapat digambarkan dengan menarik garis kontur setiap perubahan ketinggian sebesar 2 meter. Peta tersebut terlampir di belakang laporan ini.

BAB IV Analisis dan Kesimpulan


4.1 Analisis Pada pengolahan data dengan menggunakan manual dan software terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan pada saat pengukuran secara manual terdapat kesalahan pada saat curve matching dengan menggunakan kurva bantu. Sedangkan pada software, kesalahan terjadi pada saat pencocokan grafik dan proses smoothing grafik. Pada kedua metode yang digunakan terdapat adanya suatu anomali. Anomali pada proses manual terdeteksi pada GL-01 pada kedalaman 17 sampai 75 meter. Sedangkan pada proses komputasi software, anomali terjadi GL-08 pada kedalam 3,6 sampai 6,4 meter. Anomali tersebut diduga adalah adanya air laut yang terperangkap pada batuan yang dikur sehingga memberikan tahanan jenis yang kecil. Air laut yang terperangkap tersebut karena adanya proses pasang surut air laut yang mengkontaminasi daerah tersebut dan adanya air laut yang merembes melalui pori-pori alluvium. Tahanan jenis berpengaruh pada salinitas suatu litologi batuan. Secara umum dari kedua hasil pengolahan data tersebut, lapisan pertama terdeteksi sebagai lempung dan andesit. Lapisan kedua diduga batupasir dan lapisan ketiga diduga batulempung. 4.2 Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan hasil interpretasi secara manual dan software. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan pada saat proses curve matching dan smoothing. 2. Tingkat salinitas pada litologi batuan mempengaruhi besar tahanan jenis. Semakin tinggi tingkat salinitasnya, maka tahanan jenis akan semakin kecil. 3. Hasil penampang melintang didapat dari korelasi pada tahanan jenis tiap lokasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sulistijo, Budi. 2003. Catatan Kuliah TE-6222 Geofisika Cebakan Mineral I. Bandung: Penerbit ITB. 2. Telford, William Murray. 1990. Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge University Press.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai