Tugas Per-Ind

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

WICHANDRA (F0309098) PER. IND.

KLS B Perkembangan Pembangunan Ekonomi di Indonesia Dilihat dari Human Development Index (HDI) Pendahuluan Human development index atau indeks pembangunan manusia adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk

mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Karena itu IPM juga merupakan salah satu indikator pekembangan pembangunan ekonomi suatu negara karena melalui IPM dapat tercermin tingkat pendidikan, kesehatan, kesejahteraan masyarakat suatu negara. Maka kali ini penulis akan mencoba menganalisis perkembangan pembangunan ekonomi di Indonesia dilihat dari indeks pembangunan manusia dari tahun 97 sampai saat ini MASA REFORMASI (1997-1998) Soeharto Krisis finansial 1997 yang dimulai dari thailand lalu merambat ke Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi yang kemudian merambah ke segala sektor sehingga akhirnya menjadi suatu krisis multidimensi. Respon pertama yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menghadapi masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik, guna mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, untuk menjaga kestabilan daya beli masyarakat. pemerintah juga lebih memperketat kebijakan fiskalnya. Krisis ekonomi saat itu juga mengakibatkan krisis kepercayaan dan buruknya kondisi keamanan dalam negri hal ini berdampak pada 1)buruknya iklim investasi di indonesia, 2)terjadinya kontraksi PDB yang bersumber dari menurunnya permintaan domestik (daya beli masyarakat) dan 3)meningkatnya jumlah pengangguran terbuka dan setengah penganggur. Hal hal tersebut pada akhirnya telah menurunkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama dari kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah

dan tetap. Pendapatan yang sudah rendah tersebut masih harus berhadapan dengan laju inflasi yang sangat tinggi yang dipicu oleh tingginya depresiasi atau penyusutan rupiah. Interaksi antara pendapatan rendah dengan inflasi yang tinggi tersebut pada akhirnya telah mengakibatkan jumlah penduduk miskin yang semula telah berhasil diturunkan secara cukup tajam, kini malah meningkat kembali dalam jumlah yang semakin besar. Akibatnya tingkat partisipasi pendidikan pada berbagai jenjang pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat yang sebelumnya terus diupayakan peningkatannya khususnya bagi golongan masyarakat miskin, kini menjadi terganggu dan cenderung menurun. Implikasi dari kelemahan tersebut diatas menyebabkan HDI pada tahun 1997 menjadi di bawah 64,3* (*IPM pada tahun 1999) dari sebelumnya pada tahun 1996 yaitu 67,7 Akhirnya, Pada Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998 Bj. Habibie Pasca reformasi, Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat kesalahan pemerintahannya pada masa orde baru, yang menyebabkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan financial dari Dana Moneter

Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi indonesia. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi. Pada masa pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam. Menurunnya gejolak disintegrasi secara otomatis akan mengembalikan keamanan walaupun belum sepenuhnya, yang merupakan instrumen penting dalam terciptanya kesejahteraan masyarakat. saat itu tanpa UU Otonomi daerah maka Indonesia akan menjadi seperti Uni Soviet.

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk memperbaiki perekonomian Indonesia antaranya : 1. Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.

2. Melikuidasi beberapa bank bermasalah. Banyaknya utang perusahaan swasta yang jatuh tempo dan tak mampu membayarnya dan pada akhirnya pemerintah mengambil alih bank-bank yang bermasalah dengan tujuan menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang pada masa itu masih rapuh. 3. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF. Pada tanggal 15 januari 1998 (masih orde baru ) Indonesia telah menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF. Salah satunya adalah memberikan bantuan (pinjaman) kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas (BLBI). Kebijakan inilah yang dinilai menjadi penyebab utama mengapa nilai rupiah dapat meroket hingga Rp.6500/US$. 4. kebijakan Jaring Pengaman Sosial (social safety net). Program Jaring Pengaman Sosial adalah sebuah program yang dirumuskan sebagai strategi dasar untuk mencegah proses pemiskinan dan pengangguran penduduk serta mengadakan pemulihan kembali perekonomian. Implikasi dari kebijakan yang diambil bpk. B.J. Habibie dalam kurun waktu 1 tahun 5 bulan , sehubungan dengan HDI yaitu meningkatnya human development index ke angka 64,3 nilai PDB pun dapat naik dari -13,24% (minus) menjadi 4,86% pada akhir pemerintahannya. Salah satu kesalahan yang terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur, kasus inilah yang akhirnya menjatuhkan bpk. B.J. Habibie ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.

K.H. Abdurrahman Wahid Terjadi banyak keanehan dan tidak terdapat kebijakan perekonomian.Pada masa Gus Dur, rating kredit Indonesia mengalami fluktuasi, dari peringkat CCC turun menjadi DDD lalu naik kembali ke CCC. Hal ini berakibat pada ketidak jelasan kondisi investasi di indonesia. Pada masa kepresidenan Gus Dur lebih banyak terjadi masalah-masalah politik, sosial dan keamanan. Banyak terjadi ketidakcocokan antara presiden Indonesia yang ketiga ini dengan orang-orang yang berada dalam sistem pemerintahannya. Selain mencopot jabatan beberapa menteri karena berbeda visi, ia juga mempunyai banyak konflik dengan militer di Indonesia. Hal tersebut menjadikan adanya gerakan anti-wahid. Puncaknya adalah saat ia mengusulkan pembubaran DPR. Gus Dur akhirnya turun atas hasil Sidang Istimewa MPR. Pada masa pemerintahannya (lebih kurang 1 tahun 9 bulan) HDI meningkat menjadi 65,8 meningkat 1,5. Peningkatan HDI ini dinilai hanya merupakan dampak kinetik dari pemerintahan habibie hal ini diperkuat atas dasar penurunan nilai PDB sebesar 0,6% (pada masa habibie 4,86%) Megawati Soekarnoputri Kebijakan ekonomi pada masa Megawati Soekarnoputri diantaranya adalah Privatisasi BUMN. Privatisasi dimaksudkan sebagai jalan untuk mengatasi masalah kekurangan financial yang terjadi di BUMN, tambahan modal yang didapat dimaksudkan agar kinerja meningkat dan pelayanan menjadi lebih efisien, serta mengindari distorsi pada makro dan mikro ekonomi akibat pelayanan public gratis . salah satu yang menjadi target privatisasi saat itu adalah PT Indosat. Melenceng dari harapan, pada kenyataannya privatisasi telah mengarahkan para pengguna jasa untuk membeli dengan harga yang justru lebih mahal, karena perusahaan yang terprivatisasi kini menggunakan kriteria bisnis dalam menjalankan operasi dan berusaha mencari keuntungan (profit). Selain itu Pemerintahan megawati juga membuat kesepakatan dagang dengan Rusia atas pembelian Pesawat tempur SU-27 dan SU-30 serta dua unit Helicopter MI-35 pada tahun 2003. Hal ini menimbulkan kontroversi karena pada saat itu tingkat HDI pada tahun 1996 yaitu 67,7. Atas kebijakannya, Pada akhir pemerintahannya tingakat Human Development Index tercatat pada angka 68,7

MASA SBY 1 (2005-2009) Pada tahun pertama, pemerintahan SBY-JK menghadapi gejolak harga minyak dunia sehingga SBY harus menaikan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat yang ternyata akan berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Akibatnya, terjadi kenaikian inflasi pada Oktober 2005 yang mencapai 8,7% dan pada akhir tahun 2005 mencapai 17,1%. Hal ini berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok dan menurunnya daya beli masyarakat. sehingga memperlaambat pertumbuhan HDI Kebijakan berikutnya adalah masalah BLT (bantuan langsung tunai) dan konversi minyak tanah ke gas yang pada saat itu hasilnya kurang kurang maksimal karena dinilai terlalu terburu buru dan tidak tepat sasaran. Hal lain yang dianggap negative adalah hutang luar negri yang membengkak. Pada masa pemerintahan Megawati hutang pemerintah sebesar 1.275 triliun, sedangkan pada masa pemerintahan SBY meningkat menjadi 1.700 triliun. Besarnya jumlah hutang ini, menempatkan bangsa Indonesia pada peringkat 4 negara penghutang terbesar di dunia. Implikasi dari kebijakan yang diambil pada masa pemerintahan SBY 1 menimbulkan peningkatan HDI yang tercatat pada angka 71,76. MASA SBY 2 (2009-Sekarang) Kebijakan yang populer di masa pemerintahan SBY 2 ini diantaranya adalah privatisasi krakatau steel, yang dijual dengan harga di bawah nilai pasar. Hal ini menjadi kontroversi, karena industri baja merupakan mother of industry dalam suatu negara. hanya sedikit negara yang melakukan privatisasi atas industri baja, apalagi dengan harga yang sangat murah. Ini dinilai merugikan bagi industri-industri lain yang ada di dalam negeri. Kebijakan lain yang dilakukan oleh SBY pada masa jabatannya yang kedua ini adalah penandatanganan perjanjian CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area). CAFTA berlaku bagi 6 Negara ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filiphina dan Brunei darussalam. Sementara untuk Laos, Kamboja dan myanmar serta vietnam akan berlaku 2015 mendatang. Dengan kesepakatan ini, maka barang barang antarnegara cina dan ASEAN akan saling bebas masuk dengan pembebasan tarif hingga 0%. Sejumlah pengusaha menilai sektor usaha kecil dan menengah akan tergilas karena serbuan barang barang murah dari china. Dengan kesepakatan tersebut, sedikitnya delapan sektor industri di Indonesia meminta penundaan CAFTA. Diantaranya adalah Industri besi

dan baja, tekstil dan produk tekstil, kimia nonorganik, elektronik, alas kaki, petrokimia, makanan dan minuman serta sektor furnitur. Serbuan produk china akan membuat pangsa pasar furnitur indonesia turun hingga 50% karena harga furnitur china lebih murah sekitar 20%. Belum ada data pasti dari BPS mengenai tingkat HDI pada masa pemerintahan SBY 2 namun dari pengalaman tahun tahun yang lalu dapat diperkirakan bahwa kenaikan hanya akan berkisar antara 2-3 poin.

KESIMPULAN Dari hasil pengamatan atas perkembangan HDI yang berhubungan dengan perkembangan ekonomi di Indonesia dari tahun 1997 hingga sekarang maka dapat disimpulkan 1. Tingkat pembangunan manusia (HDI) di Indonesia masih belum memenuhi standar internasional yaitu 80,0. 2. Tingkat pertumbuhan rata- rata pertahun berkisar antara 2-4 poin 3. Secaara Internasional HDI Indonesia termasuk pada peringkat 111 yang ironisnya dikalahkan oleh Suriname pada peringkat 97. 4. Kebijakan ekonomi yang diambil khususnya pada sektor makro akan sangat berpengaruh kepada tingkat HDI 5. HDI merupakan cerminan dari tingkat kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. 6. Pemerintahan SBY 1 merupakan pemerintahan dengan peningkatan HDI tertinggi dari tahun sebelumnya yaitu mengalami peningkatan sebesar 3,06 poin dari tahun sebelumnya

Daftar Pustaka Kartasasmita, Ginandjar. (1998). Kebijaksanaan Pemerintah Mengatasi Krisis Ekonomi Dalam Era Reformasi. Jakarta (INA) Ali, Achmad. (1999). Kontroversi JPS dan Data Kemiskinan BPS. Jakarta (INA): Edisi 25, KOMPAS. Hong, Siauw, Goei. (2007). Guncangan Ekonomi , Akankah Terulang. Jakarta (INA): TEMPO. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26&notab=2. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 20.58 http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 20.50 http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 20.52 http://sayangkalyantiga.blogspot.com/2010/01/kebijakan-pemerintah-megawati.html. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 21.00 http://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 21.00 http://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 21.00 http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 21.00 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_Indeks_Pembangunan_Manusia. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 20.30 http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia. Diunduh pada tanggal 17 september 2011 pukul 20.35

Anda mungkin juga menyukai