Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah. Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. (Nelson, 1994) Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.(Nelson,1994) hiperaktif dapat disebabkan kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan tempramen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.( Mudzakkir Hafidh,2007) Studi yang dilakukan oleh peneliti Institute of Psychiatry, King's College, London menemukan bahwa stres selama kehamilan mengarah pada keberadaan hormon stres dalam rahim, yang akhirnya dapat membuat anak susah diatur dan cepat marah. Anak-anak yang terkena stres ibu saat berada di dalam rahim lebih rentan untuk menderita ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan memiliki masalah emosional lain yang membuat sulit bagi untuk memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya. "Hal ini sangat penting untuk membuat perspektif agar ibu hamil mencoba untuk bersantai, mendapatkan dukungan dari orang tercinta dan melakukan hal-hal yang membuat Anda merasa baik," jelas Alina Rodriguez, yang memimpin penelitian.(medinda,2011).

Kasus hiperaktif di Surabaya cukup tinggi. Kasus gangguan tumbuh kembang anak didominasi oleh kasus hiperaktif, atau sekitar 30 persen. Pemicunya lebih banyak faktor miskin stimulus yang ada di lingkungan, bukan kelainan otak maupun genetik.(feby aditya kurniawan,2000). Jumlah gangguan perilaku seperti hiperaktif di masyarakat 30 persen dari jumlah gangguan tumbuh kembang anak. Jadi ada 1.000 anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, ada 300 anak yang mengalami gangguan perilaku seperti hiperaktif.(Ahmad Suryawan,2000). Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal,disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis yaitu Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian,Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive,dan Tipe gabungan.( Sani Budiantini Hermawan,2000)

Berdasarkan data kunjungan pasien di ruang poli tumbuh kembang RS Dr. Kariadi Semarang selama bulan Juni sampai November 2004 dimana 100 dari 250 jumlah kunjungan melakukan pemeriksaan Denver Developmental Screening Test (DDST) dan dari 100 ditemukan gangguan bahasa sebanyak 75% kasus lain antara lain malnutrisi, retardasi mental dan ADHD (hiperaktif dan autisme). Hartanto (2011), menerangkan selama tahun 2007 di poliklinik tumbuh kembang anak RS Dr. Kariadi Semarang didapatkan 22,9% dari 436 kunjungan baru datang dengan keluhan terlambat bicara, 13 (2,98%) di antaranya didapatkan gangguan perkembangan bahasa. Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini beragam, salah satu perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.

Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit
2

untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya.

Sebagai mahasiswi jurusan epidemiologi yang memiliki disiplin ilmu yang mengarah pada masyarakat dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat terutama pada masalah kesehatan,maka dari itu saya mengangkat hiperaktif (ADHD) sebagai penelitian saya. Yang mana masalah kesehatan masyarakat ini semakin marak dan banyak terjadi disetiap belahan dunia . dan untuk melakukan penelitian tersebut maka SDN 85 PERUMNAS WEKKEE KOTA PAREPARE sebagai tempat pengambilan data.

B. Rumusan Masalah. Adapun rumusan masalah sesuai dengan latar belakang dan batasan masalah yang dikaji yaitu: 1. Adakah hubungan tingkat pengetahuan para orang tua terhadap anak penderita hiperaktif (ADHD) di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare? 2. Adakah hubungan status gizi terhadap anak penderita hiperaktif (ADHD) di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare ? 3. Adakah hubungan kondisi ibu saat hamil terhadap anak penderita hiperaktif (ADHD) di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare?

D. Tujuan penelitian. Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua,status gizi dan kondisi ibu saat hamil terhadap anak penderita hiperaktif (ADHD) di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare Khusus 1. mendeskripsikan hubungan tingkat pengetahuan para orang tua terhadap anak penderita hiperaktif (ADHD) di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare. 2. mendeskripsikan hubungan status gizi terhadap anak penderita (ADHD) di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare . 3. hubungan kondisi ibu saat hamil terhadap anak penderita hiperaktif (ADHD) di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare. 4. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua, status gizi dan kondisi ibu saat kehamilan terhadap anak penderita SDN 85 perumnas wekkee kota parepare. hiperaktif (ADHD) di hiperaktif

E. Manfaat penelitian. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,anara lain:
1. Institusi SDN 85 Memberikan masukan dan pengetahuan tentang anak anak yang menderita hiperaktif serta memberikan informasi kepada setiap guru guru

disekolah tersebut. 2. Ilmu Kesehatan

1. Dapat menjadi acuan atau landasan pembuatan perencaan dalam menaggulagi masalah kesehatan masyarakat. 2. Dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang topik yang terkait yaitu hubungan
antara pengetahuan orang tua,status gizi dan prilaku ibu saat hamil terhadap anak penderita hiperaktif. 3. Orang Tua a. Menambah wawasan tentang hiperaktif pada anak. b. Menambah pengetahuan orang tua akan pentingnya memberikan gizi yang baik pada anaknya untuk perkembangan bahasa pada anak. c. menambah pengetahuan tentang perlunya memperhatikan prilaku ibu saat hamil dengan hiperaktif

4. Peneliti a. Menambah pengetahuan tentang hiperaktif pada anak-anak usia sekolah dasar. b. mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan orang tua,status

gizi,dan prilaku ibu saat hamilterhadap anak penderita hiperaktif di SDN 85 perumnas wekkee kota parepare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A . HIPERAKTIF
1.Pengertian anak hiperaktif dan gejala

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. (Nelson, 1994) Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Masalah Anak Sehari-hari mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda. Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam tiga jenis yaitu : 1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian. Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di awang-awang. 2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive. Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3.Tipe gabungan. Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. 2. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu : a. Inatensi Tidak ada perhatian Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.Ketidak-mampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. b. Hiperaktif Mempunyai terlalu banyak energi. Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik. c. Impulsif Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak
7

tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah. Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut : 1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat. 2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis. 3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya. 4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang. 5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis. 6. Sering terlalu banyak bicara. 7. Sering sulit menunggu giliran. 8. Sering memotong atau menyela pembicaraan. 9. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).

3. Masalah-masalah yang biasa dihadapi anak hiperaktif 1. Masalah di Sekolah Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan
8

menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa. 2.Masalah di Rumah Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun temantemannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di manamana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak. 3. Masalah berbicara Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat. 4. Masalah fisik Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak
9

anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya. 4.Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain: 1. Faktor Genetik Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur. 2. Faktor Neurologik Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan 3. Faktor toksik Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead)

10

dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif. 4.Faktor Kultural dan Psikososial 1. Pemanjaan. Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. 2. Kurang disiplin dan pengawasan. Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah. 3. kesenangan. Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri. 5. Cara Mengatasi Anak yang Hiperaktif a. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak 1.Mengidentifikasi segi positif. Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung. Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut : jelas & tidak abstrak, diawali dengan peraturan mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.

11

2. Memberi hadiah Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan, menyenangkan hati anak , konsisten yang berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan, disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian. Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas, misalnya di taman. Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak & psikoterapis. Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah. Tugas orang tua adalah bagaimana memaksimalkan diri dalam membawa mereka menjadi hamba Allah yang shalih. Dan Allah-lah yang akan menentukan hasilnya. b. Solusi mengatasi anak hiperaktif di sekolah 1. Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran. 2. Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya. 3. Menatap anak saat berkomunikasi. 4. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah. 5. Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya. 6. Memberikan pujian bila anak tenang. 7. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras. 8. Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll). 9. Mendorong orang tuanya nutk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.

12

B . PENGETAHUAN Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

C .STATUS GIZI

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan status gizi kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2001) 2. Beberapa Indeks Antropometri dan Interpretasinya

Beberapa jenis antropometri yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah KEP, diantaranya yang sudah terkenal yaitu: BB, TB, LLA, LD,LLBK. Diantara beberapa macam indeks tersebut yang paling sering digunakan adalah BB, TB, dan LLA.

Adapun jenis antropometri yang digunakan untuk pengukuran status gizi digunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U).

- Berat Badan Indeks Berat Badan Menurut Umur ( BB/U) Berat badan (BB) merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran tentang masa tubuh (Otot dan Lemak). Berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Indeks berat badan menurut
13

umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi karena sifat berat badan yang labil, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) lebih menggambarkan status gizi seseorang saat kini. Penggunaan indeks BB/Usebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks ini, yaitu: a. Dapat lebih mudah dan dimengerti oleh masyarakat b. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek c. Dapat mendeteksi kegemukan

Kelemahan BB/U, yaitu: a. Dapat mengakibatkan interprestasi status gizi yang keliru bila terdapat odem b. Memerlukan data umur yang akurat khususnya kelo mpok anak dibawah usia lima tahun (balita) c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran d. Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya (Reksodikusumo, Jahari, Hartono, Kunanto, 1989).

3. Klasifikasi Status Gizi Dalam penilaian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi maka harus ada ukuran baku (reference). Baku antropometri yang banyak digunakan adalah baku Harvard, baik untuk berat badan maupun untuk tinggi badan.

Klasifikasi Cara WHO-NCHS Pada dasarnya cara penggolongan indeks sama dengan Waterflow. Indikator yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standart yang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan klasifikasi seperti gambar di bawah ini:

Gizi Buruk <-3,0 SD Gizi Kurang <-2,0 SD Gizi Baik -2.0 SD s/d 2.0 SD Gizi Lebih >2,0 SD (Widyakarya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2000).
14

4. Penilaian Status Gizi Anak Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu (1) Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri,klinis, biokimia, dan biofisika; (2) Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Penilaian antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh. Beberapa indeks antropometri yang digunakan untuk menggambarkan prevalensi status gizi di antaranya:

- Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Reksodikusumo, Jahari, Hartono, Kunanto, 1989).

D .KONDISI IBU HAMIL Ibu Ibu adalah seorang wanita yang mengandung selama 9 bulan lebih yang melahirkan, menyusui, dan yang membesarkan kita dari kita yang bukan apa-apa dan kita sekarang menjadi seorang yang sukses (Laksmi, 2007).

kehamilan Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi wanita yang didahului oleh suatu peristiwa pada

fertilisasi pembentukan zigot dan

akhirnya menjadi janin yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam uterus sampai proses persalinan. Kehamilan bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya.(Sholikha,2010)

15

Stres

Masalah psikologis ibu berpengaruh pada kondisi janin yang dikandungnya. Jika masalah ini terjadi saat trimester 1 maka akan berpengaruh fatal pada proses pembentukan organnya. Trauma dan stress berkepanjangan menyebabkan anak hiperaktif. Selain itu memicu kelahiran prematur dan tidak berkembangnya janin (Shinto,2009). Dalam studi yang dilakukan, tim Rodriguez melibatkan lebih dari 1.700 ibu dan bayi untuk mempelajari hal-hal yang terjadi di rahim hingga anak memasuki usia sekolah. Yang menarik dari studi ini, selain mengalami ADHD yang membuat anak menjadi tidak perhatian, hiperaktif, kurang kontrol diri dan masalah perilaku lainnya, hormon stres yang masuk ke dalam rahim juga mempengaruhi anak lebih jauh lagi. Ketika hormon stres masuk ke rahim, hormon tersebut tidak memungkinkan aliran hormon antara dua belahan otak menjadi normal, yang akhirnya menyebabkan ketidakmampuan untuk satu sisi otak dominan. Hal ini akan membuat anak mengalami berbagai macam masalah perilaku.

Ibu merokok Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil yang merokok berisiko lebih tinggi mengalami keguguran, kelahiran prematur, dan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Baru-baru ini, sebuah studi skala besar di Inggris juga mengungkapkan bahwa wanita yang merokok kala hamil berisiko melahirkan anak yang hiperaktif atau menderita gangguan konsentrasi dan kesulitan menaruh perhatian saat mereka berusia 3 tahun (prasekolah). Penelitian sebelumnya juga pernah melaporkan adanya risiko cukup signifikan pada anak lakilaki usia sekolah. Nah, studi terbaru ini merupakan yang pertama menghubungkan kebiasaan merokok semasa hamil dengan masalah pada anak laki-laki dan perempuan usia 3 tahun. Untuk keperluan studi ini, tim peneliti dari University of York, Hull-York Medical School, menganalisa sekitar 13.000 anak laki-laki dan perempuan usia 3 tahun dalam studi yang disebut UK Millennium Cohort Study.

16

Perilaku anak diobservasi melalui sejumlah pertanyaan yang diajukan pada orangtua, guru, maupun pengasuhnya. lain masalah gangguan hiperaktif dan gangguan perhatian, misalnya seberapa mudah si anak terpecah konsentrasi atau perhatiannya. Indikator lainnya adalah menunjukkan perilaku tantrum, berkelahi atau menjahili anak lainnya, serta perilaku negatif seperti mencuri, berbohong, dan mencontek. Peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor lainnya yang sekiranya berpengaruh. Misalnya status ekonomi keluarga, jenjang pendidikan orangtua, suku, status pernikahan orangtua, kesulitan keuangan, serta perilaku merokok, minum atau penggunaan obat semasa hamil. Diketahui bahwa risiko memiliki anak yang mengalami gangguan perilaku atau masalah perhatian lebih tinggi pada wanita hamil perokok, terutama yang merokok hingga menjelang melahirkan. Adapun risiko tertinggi adalah jika wanita yang bersangkutan merokok sepanjang masa kehamilan (9 bulan). Mereka juga mendapati bahwa dampak merokok semasa hamil berbeda pada anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki yang terpapar rokok sigaret saat masih dalam kandungan cenderung lebih banyak mengalami gangguan perilaku dan perhatian, sementara anak wanita hanya gangguan perilaku saja.

17

BAB III KERANGKA KONSEP,DEFENISI OPRASIONAL DAN HIPOTESIS A.KERANGK A KONSEP Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian seperti gambar dibawah ini :
Tingkat pengetahuan orang tua Tinggi

sedang

rendah

Status gizi Gizi Buruk Gizi kurang Gizi Baik Gizi lebih

Anak Hiperaktif / ADHD (attention devisit and hyperactivity disorder)

Kondisi kehamilan kercunan saat hamil Perokok Pemakai aktif benda elektronik

Ibu yang hiperaktifitas

INDEPENDENT VARIABLES

DEPENDENT VARIABLES
18

Causal web

Tingkat pengetahuan orang tua

Status gizi

Anak Hiperaktif / ADHD (attention devisit and hyperactivity disorder)

Kondisi kehamilan

Keracunan perokok Pengguna benda elektronik

hiperaktifitas

politik

ekonomi

Sosial budaya

INDEPENDENT VARIABLES

DEPENDENT VARIABLES

19

B.DEFENISI OPRASIONAL 1. Variable dependen Anak hiperaktif Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. (Nelson, 1994) 2. Variable independen a.Tingkat pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Kriteria objektif

1. Tinggi : jika orang tua mengetahui dan memahami gangguan hiperaktif (ADHD) 2. sedang :jika pengetahuan orang tua kurang / hanya sedikit tentang hiperaktif (ADHD) 3. rendah : jika orang tua tidak tau sama sekali apa itu gangguan hiperaktif(ADHD)

b. Status gizi

20

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan status gizi kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2001) Kriteria objektif

1. Gizi Buruk

: jika angka /nilai GBM menunjukkan <-3,0 SD

2. Gizi Kurang : jika angka /nilai GBM menunjukkan <-2,0 SD 3. Gizi Baik 4. Gizi Lebih : jika angka /nilai GBM menunjukkan -2.0 SD s/d 2.0 SD : jika angka /nilai GBM menunjukkan >2,0 SD

(Widyakarya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2000).

Kondisi ibu saat kehamilan Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi wanita yang didahului oleh suatu peristiwa pada

fertilisasi pembentukan zigot dan

akhirnya menjadi janin yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam uterus sampai proses persalinan. Kehamilan bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya.(Sholikha,2010)

Kriteria objektif 1. Perokok 2. Keracunan saat hamil 3. Hiperaktifitas 4. Pemakai benda elektronik.

21

C .HIPOTESIS Hipotesis Nol 1. Tidak Ada hubunng penderita hiperaktif. 2. Tidak Ada hubungan antara status gizi dengan anak penderita hiperaktif 3. Tidak Ada hubungan antara kondisi ibu saat hamil dengan anak penderita hiperaktif Hipotesis alternatif 1. Ada hubunng antara tingkat pengetahuan orang tua terhadap anak penderita hiperaktif. 2. Ada hubungan antara status gizi dengan anak penderita hiperaktif 3. Ada hubungan antara kondisi ibu saat hamil dengan anak penderita hiperaktif antara tingkat pengetahuan orang tua terhadap anak

22

Metode penelitian

23

DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, Doddy. 2007. Perilaku bermasalah remaja muncul lebih dini. http://www.duniaguru.com. (19 Oktober 2009). Magister Management-UI. 2007. Proses belajar-mengajar. http://www.mmui.edu/pcl.html. (11 Oktober 2009).

24

25

Anda mungkin juga menyukai