Anda di halaman 1dari 3

2.

6 Kriteria Perubahan Garis Pantai Pranoto (2007) menjelaskan bahwa pantai mempunyai keseimbangan dinamis yaitu cenderung menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Gelombang normal yang datang akan mudah dihancurkan oleh mekanisme pantai, sedang gelombang besar/badai yang mempunyai energi besar walaupun terjadi dalam waktu singkat akan menimbulkan erosi. Kondisi berikutnya akan terjadi dua kemungkinan yaitu pantai kembali seperti semula oleh gelombang normal atau material terangkut ketempat lain dan tidak kembali lagi sehingga disatu tempat timbul erosi dan di tempat lain akan menyebabkan sedimentasi. Proses dinamis pantai dipengaruhi oleh gerak sedimen di daerah dekat pantai oleh gelombang dan arus (littoral transport ) yang terdiri dari : Transport sepanjang pantai (long shore transport ) Transport tegak lurus pantai (onshore-offshore transport )

Saat gelombang pecah sedimen didasar pantai terangkat yang selanjutnya terangkut oleh dua macam gaya penggerak yaitu : komponen energi gelombang arus sepanjang pantai (yang dibangkitkan oleh gelombang pecah)

Jadi perubahan garis pantai tergantung pada sediment yang masuk (suplai) dan yang meninggalkan pantai tersebut. Jika : imbangan pantai nol = pantai kondisi stabil imbangan pantai positif = pantai mengalami akresi imbangan pantai negatif = pantai mengalami erosi.

Kondisi geologi seperti batuan pantai, morfologi pantai mempengaruhi kecepatan perubahan garis pantai. Batuan pasir dan lumpur keada-an tidak stabil dan mudah terabrasi juga mudah terangkut ke pantai. Morfologi dasar perairan pantai landai, dangkal dan gelombang relatif tenang lebih memungkin-kan sering terjadi proses sedimentasi (Hermanto, 1986).

Untuk menentukan tingkat perubahan garis pantai yang masuk dalam kategori kerusakan daerah panatai diperlukan suatu acuan agar penilaian

perubahan pantai dapat lebih obyektif. Perubahan pantai harus diamati secara berkala, tidak boleh hanya sekali waktu saja. Menurut Litbang PU Pengairan (1993) dalam Setyandito dan Triyanto (2007), kerusakan daerah pantai yang dapat menentukan terjadinya perubahan garis pantai antara lain: 1. Pengurangan daerah pantai: a) pengurangan daerah pantai berpasir atau lunak disebut erosi, b) pengurangan daerah pantai berbatu /bangunan disebut abrasi 2. Sedimentasi dan pendangkalan muara 3. Kerusakan Lingkungan Pantai Dalam kriteria tersebut dikelompokkan dalam beberapa jenis kerusakan berikut ini: Erosi : perubahan garis pantai, gerusan di kaki bangunan, dan daerah yang terkena erosi dan pengaruhnya terhadap daerah lain Abrasi : abrasi di batuan, abrasi di tembok laut/pelindung pantai, dan daerah yang terkena abrasi serta pengaruhnya terhadap daerah sekitarnya. Pendangkalan muara dan sedimentasi : lamanya muara tertutup, persentase pembukaan muara, dan daerah yang terkena sedimentasi dan pengaruh sedimentasi Kerusakan lingkungan : permukiman, kualitas air laut, terumbu karang, hutan mangrove, dan bangunan bermasalah Selanjutnya keempat jenis kerusakan pantai tersebut dinilai tingkat kerusakannya. Tingkat kerusakan tersebut dibagi dalam lima kelas yaitu ringan, sedang, berat, amat berat, dan amat sangat berat, yang tergantung pada kondisi lapangan.Contoh kriteria dari masing-masing tingkat adalah sebagai berikut ini. Erosi/gerusan Perubahan Garis Pantai : 1. Ringan : <0,5 m/tahun 2. Sedang : 0,5 2,0 m/tahun 3. Berat : 2,0 5,0 m/tahun 4. Amat berat : 5,0 10,0 m/tahun 5. Amat sangat berat : > 10 m/tahun.

DAFTAR PUSTAKA Hermanto, Bambang. 1986. Pemantauan Garis Pantai Dengan Menggunakan Citra Landsat. Jurnal Oseana, Volume XI, Nomor 4, hlm 163 170. Pranoto, Sumbogo. 2007. Prediksi Perubahan Garis Pantai Menggunakan Model Genesis. Jurnal Berkala Ilimiah Teknik Keairan Vol. 13, No.3, hlm 145-154. Setyandito, Oki dan Joko Triyanto. 2007. Analisa Erosi dan Perubahan Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan dan Sekitarnya Di Takisung, Propinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Teknik Sipil Volume 7 No. 3, hlm 224 235.

Anda mungkin juga menyukai