Survei pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai potensi suatu daerah panas bumi dengan geologi, geokimia, dan geofisika yang digunakan sebagai salah satu bahan untuk penyiapan wilayah kerja. Kegiatan awal pada survei pendahuluan merupakan kegiatan survei tinjau.
Studi literature : geologi regional, peta topografi, foto udara/citra pengindraan jauh, geografi, hasil survei terdahulu lainnya. Pengumpulan data geologi seperti jenis batuan, hubungan antar jenis batuan, jenis manifestasi, pusat erupsi, dan gejala struktur geologi. Pengumpulan data manifestasi panas bumi seperti koordinat, tipe fluida, luas, temperature, pH, debit serta informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan hidrotermal. Pengambilan sampel batuan dan fluida untuk dianalisis di laboratorium.
B. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam survei geologi terdiri dari : 1) 2) 3) 4) 5) Peta kerja skala 1 : 50.000 atau lebih besar Kompas Geologi GPS receiver Palu geologi Loupe (hand lens) dengan pembesaran sekurangkurangnya 10x 6) Thermometer maksimum dan pH meter, larutan HCL dengan kadar 0,1 N 7) Pita ukur 8) Altimeter 9) Buku catatan lapangan, kantong sampel batuan, alat tulis dan kamera 10) Alat keselamatan kerja seperti : masker gas, sarung tangan, sajety shoes
C. Kegiatan Lapangan.
Survei ini dimaksudkan untuk memetakan manifestasi panas bumi, morfologi, satuan batuan, struktur, serta mempelajarisemua parameter geologi yang berperan dalam pembentukan sistem panas bumi di daerah tersebut.
Pengamatan lapangan terhadap gejala geologi yang terdapat di seluruh daerah survei, antara lain melakukan pemetaan terhadap morfologi bentang alam, jenis dan satuan batuan, hasil erupsi maupun sedimentasi, hubungan antara jenis batuan, sumber erupsi, struktur geologi, serta jenis dan sebaran manifestasi. Untuk lingkungan batuan vulkanik kuater dilakukan pemetaan dengan menggunakan vulkanostratigrafi.
2.
Pengamatan singkapan batuan dilakukan secara langsung dengan mendeskripsi secara megaskopis terhadap jenis batuan, mineral penyusun, tekstur, tingkat pelapukan, tingkat ubahan dan gejala geologi lainnya seperti bidang pelapisan, kekar, lipatan, dan sesar.
Pengambilan data yang berhubungan dengan manifestasi, antara lain luas daerah, temperature, pH, debit, batuan ubahan serta informasi lain digunakan untuk memperkirakan panas yang hilang (heat loss) dan membuat peta zonasi mineral ubahan.
3.
4.
5.
6.
Pengamatan kondisi hidrogeologi yang meliputi penentuan daerah resapan (recharge area), keluaran (discharge), limpasan, serta hujam local, muka air tanah dan pola aliran tanah. Pengambilan sampel batuan untuk menentukan jenis batuan dari singkapan batuan yang mewakili setiap batuan. Sampel batuan ubahan diambil untuk mengetahui jenis mineral ubahan. Sampel untuk penentuan umur batuan diambil dari batuan vulkanik (ekstrusif) atau intrusive yang diperkirakan termuda. Penentuan koordinat lokasi manifestasi dan sampel batuan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) receiver dengan ketelitian yang memadai dan diplot kedalam peta kerja.
D. Hasil Survei Hasil survei geologi di tuangkan dalam bentuk laporan yang dilengkapi peta geologi dengan skala 1 : 100.000 atau lebih besar.
A. Kegiatan Lapangan
Kegiatan lapangan meliputi studi literatur, analisa data sekunder, dan penyiapan peralatan dan pereaksi, serta penentuan titik ukur. Studi literature dan analisis data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan dan analisa data pustaka melalui identifikasi terhadap hasil penyelidikan terdahulu yang berkaitan dengan geokimia, berdasarkan informasi geologi regional, peta topografi, foto udara, citra satelit dan geografi daerah penyelidikan yang ada atau pernah dilakukan di daerah yang akan diselidiki. Penyiapan peralatan dan pereaksi dilakukan dengan cara kalibrasi peralatan dan standarisasi pereaksi yang akan digunakan. Titik titik ukur yang telah ditentukan pada lokasi penyelidikan harus diketahui ketinggian dan koordinatnya
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan titik ukur.
Penentuan titik ukur harus memperhatikan kondisi geologi dan keberadaan manifestasi panas bumi, misalnya posisi lintasan titik ukur memotong arah struktur geologi dengan mempertimbangkan faktor kesulitan medan (topografi). Sebaran titik ukur dapat berbentuk grid atau acak dengan spasi berkisar antara 250-2000 m. Penentuan titik ukur dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur topografi yang dapat memenuhi akurasi ketinggian maksimal 1 meter dan akurasi koordinat maksimal 5 meter, seperti Theodolite (TO), Laser Beam (Electronic Distance Measurment), dan GPS (system diferensial). Sistem koordinat titik ukur harus diproyeksikan ke dalam sistem koordinat geodetic yang umum dipakai di Indonesia, misalnya Universal Traverse Mercartor (UTM) World Geodetic System (WGS) 84 dan Latitude/Longitude WGSS4.
Pengamatan Manifestasi.
Pengamatan manifestasi antara lain dilakukan terhadap : Jenis manifestasi : tanah panas, tanah panas beruap, kolam lumpur panas, mata air panas, fumarol dan solfatara. Keterdapatannya pada suatu daerah penyelidikan dapat langsung diamati di lapangan dengan kasat mata. Jenis endapan pada manifestasi seperti sinter karbonat, sinter silica, belerang dan oksida besi. Sifat fisika air yang muncul pada manifestasi dengan membedakan diantaranya : rasa (tawar, asin, pahit, asam), bau (bau belerang/H2S) dan warna (jernih, keruh, putih, dll).
Pengambilan Contoh.
Pengambilan contoh dilakukan terhadap air, gas, tanah, dan udara tanah.
B. Personil
Survei geokimia ini dilaksanakan oleh beberapa personil yang ahli dibidangnya yaitu : Satu orang ahli geokimia panas bumi Satu orang asisten ahli geokimia Analisis geokimia dan teknisi
C. Kegiatan Laboratorium
Kegiatan laboratorium meliputi preparasi contoh dan analisis unsur dengan menggunakan metode konvensional dan instrument. Preparasi contoh sebelum dianalisa kandungan unsur-unsurnya perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Preparasi contoh siap analisis ditempuh melalui kegiatan mulai dari penyusunan contoh agar tidak terjadi kesalahan sistematis penyontohan dan penyediaan duplikat untuk memantau presisi analisis kimia. Penyusunan contoh berikut duplikat dilakukan secara random dalam tempat yang tersedia.
Analisa untuk menentukan, konsentrasi unsurunsur dalam contoh air, gas, tanah, dan udara tanah dilakukan di laboratorium. Beberapa parameter diukur di lapangan, terutama pH, temperatur, daya hantar listrik dan debit air.
Botol polyethylene bervolume 500 ml, yang tahan terhadap asam, panas, korosif Botol isotop 18O dan 2H bervolume 15 ml terbuat dari gelas yang berlapis alumunium foil Syringe plastic tahan panas bervolume minimal 50 ml. Filter Holder diameter 25 mm. Kertas filter porositas 0,45 m GPS Receiver, altimeter Stop Wacth pH meter digital, kertas pH, konduktivitimeter Sarung tangan karet tahan panas Kamera Peta kerja HNO3 1:1
Temperatur manifestasi dan udara di sekitarnya, dengan menggunakan thermocouple atau thermometer maksimum pH air, dengan menggunakan pH meter digital debit air panas/dingin, dengan cara volumetric (Vnocht meter) daya hantar listrik dengan (DHL) air panas/dingin, dengan konduktivitimeter koordinat dan ketinggian lokasi pengambilan contoh dengan GPS Receiver kandungan CO2, CO, H2S, dan NH3 pada hembusan uap air, fumarol dan solfatara dengan detector gas luasan manifestasi
Contoh Air yang akan diambil harus disaring menggunakan kertas saring (porous fiver) berukuran 0,45 m. Botol yang akan digunakan untuk menyimpan contoh dibilas dengan menggunakan contoh air yang sudah disaring. Contoh air dibagi menjadi dua botol bervolume minimal 500 ml. Botol pertama langsung dikemas dan diberi kode lokasi sebagai bahan untuk analisa anion (Cl, HCO3, SO4, F, CO3). Botol kedua sebelum dikemas diasamkan dengan penambahan HNO3 1:1 sampai pH 2, sebagai contoh air untuk analisa kation (Na, K, Li, B, Ca, Fe, Al, As), SiO2 dan NH4)
4) Cara pengambilan contoh air untuk analisa isotop Harus dihindari kontaminasi oleh udara luar Botol yang digunakan untuk menyimpan contoh air, botol kecil bervolume 15 ml Botol dibilas dengan menggunakan contoh air yang akan diambil Botol harus diisi dengan contoh air sampai penuh dan tidak terbentuk gelembung udara dalam botol, apabila terdapat gelembung maka pengambilan contoh harus diulang. Pengisian dan penutupan botol dilakukan di dalam air dan ditutup rapat serta diisolasi Botol contoh diberi label sesuai lokasi pengambilan dan nomor contoh.
5) Analisis Air
1. Analisa unsur kimia air
Contoh air yang diperoleh dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Contoh isotop 18O dan 2H air yang diperoleh dari lapangan, dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode mass spectrophometer
Jenis peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah teridiri dari :
Thermocouple, GPS receiver, altimeter, Kamera, Bor tangan (hand auger), Sarung tangan, Kantong plastic, Peta kerja
Dalam pengambilan contoh harus dihindari tempattempat yang diperkirakan terkontaminasi zat-zat organic seperti rawa, humus tebal, bekas bakaran, sawah. Pada lokasi titik amat yang telah diukur koordinatnya dan diberi tanda (patok, bendera) dilakukan pengambilan contoh dengan bor tangan pada horizon B dan pengeboran dilanjutkan sampai kedalaman sekitar 100 cm untuk keperluan pengukuran temperature dan pengambilan contoh udara tanah. Contoh tanah yang diperoleh dikeluarkan dari mata bor dengan alat yang tidak menyebabkan kontaminasi (sendok plastic, sendok gelas), untuk kemudian didiskripsikan antara lain jenis tanah, warna, besar butir, hubungan antara butir serta kalau memungkinkan sifat fisik alterasinya.
Contoh tanah diambil pada horizon B sekurangkurangnya 200 gram untuk dianalisa kandungan Hg dam pH, atau unsur lainnya. Contoh tanah yang diperoleh dibagi 2 bagian. Satu bagian digunakan untuk analisa pH dan satu bagian lainnya untuk analisa Hg atau unsur lainnya. Selama penyimpanan dan pembawaan contoh dari lapangan ke laboratorium, harus dihindari kontak dengan temperatur tinggi (diusahakan temperatur tidak lebih dari 27 C) untuk mencegah terjadinya penguraian dan penguapan sebagian konsentrasi Hg.
3. Analisis tanah
1. Analisis pH Tanah Analisis pH tanah, dilakukan langsung terhadap tanah yang masih segar diambil di lapangan. Urutan langkah analisis pH tanah adalah sebagai berikut :
Contoh ditimbang sebanyak 10 gr tanah. Contoh di atas dimasukkan ke dalam gelas kimia (breaker glass). Aquadest sebanyak 40 ml ditambahkan dan kemudian diaduk. Campuran ini dibiarkan minimal 6 jam dalam temperatur kamar. Bagian larutan diukur pH-nya dengan pH meter digital. Analisis Hg Tanah
Sebelum dilakukan analisis Hg tanah, dilakukan preparasi contoh dengan urutan-urutan sebagai berikut :
1. Contoh tanah dikeringudarakan atau diangin-anginkan pada temperatur kamar, hindari penjemuran di bawah matahari agar tidak terjadi penguapan unsur Hg. 2. Contoh tanah kering disagregasi dengan menggunakan penumbuk dan lumping porselin untuk melumatkan butiranbutiran yang menggumpal. Dalam hal ini contoh-contoh tidak boleh digerus, sebab penggerusan dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi unsur. 3. Lumping dan penumbuk porselin harus selalu dibersihkan untuk setiap pengagregesian contoh agar tidak terjadi kontaminasi silang antar contoh. 4. Contoh-contoh diayak dengan saringan berukuran 80 mesh agar homogenisasi fraksi tercapai. 5. Sisa contoh yang tidak tersaring pada saringan 80 mesh disimpan sebagai arsip. 6. Randomisasi contoh dilakukan terhadap contoh dan duplikat. Duplikasi dilakukan minimal untuk setiap kelipatan 10 contoh. Ini dilakukan untuk mengevaluasi presisi analisis
Contoh tanah yang diperoleh dari hasil preparasi, dianalisis dengan menggunakan metode insuremen yaitu AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry), atau Merkurimetri. Pada tahap ini juga dilakukan analisis konsentrasi H2O untuk mengkoreksi konsentrasi Hg (kondisi analisis). Konsentrasi Hg hasil koreksi (Hgc) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Hgc = (100 x Hga) / (100 H2O) Dimana : Hgc : Konsentrasi Hg setelah dikoreksi (ppb) Hga : Konsentrasi Hg hasil analisis dengan instrument AAS (ppb) H2O : Konsentrasi H2O hasil analisis (%)
2.
3.
Kedua ujung tube detector gas dipatahkan kemudian salah satu ujungnya segera dipasangkan pada pompa gas dan ujungnya yang lain pada selang karet silicon.
Pompa gas ditarik hingga volume minimal 50 ml dan dibiarkan untuk beberapa saat (minimal 2 menit) Skala tube detector gas diamati untuk mengetahui konsentrasi gas secara kualitatif berdasarkan perubahan warna pada tube detector tersebut.
4. 5.
Analisis gas
Contoh diperoleh dari lapangan, dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode titrimetri dan kromatografi gas. Metode kromatografi gas digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas yang terkandung dalam contoh, antara lain : CO, CH4, H2, O2+AR, N2, NH3, SO2, sedangkan metode titrimetri digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas seperti : CO2, H2S, dan HCl. Konsentrasi H2O dalam contoh gas dapat diketahui dengan melakukan perhitungan berat gas total dalam contoh.
Pipa indikator (stick/proble dimasukkan ke dalam lubang bor bekas pengambilan contoh tanah dan udara tanah, dihubungkan ke thermocouple. Lubang bor ditutup rapat, dan dibiarkan beberapa saat sampai bacaan di thermocouple menunjukkan angka yang stabil. Angka tersebut merupakan temperature lubang bor.
Perhitungan konsentrasi CO2 (%), beserta koreksinya menggunakan persamaan sebagai berikut :
CO2 = (A-B) x C x 44 x D/E x 22,4/((44 x (1 x 273) / (F + 273) x G x H/l x 1000) x 100 Dimana,
A = HCl yang digunakan dalam titrasi contoh (ml) B = HCl yang digunakan dalam titrasi blanko (ml) C = Konsentrasi HCl (N) D = NaOH yang digunakan pada pengambilan contoh dan blanko (ml) E = NaOH yang digunakan pada titrasi contoh dan blanko (ml) F = Temperatur udara tanah pada lubang bor (C) G = Tekanan udara pada saat pengambilan contoh (hPa) H = Faktor perkalian