Anda di halaman 1dari 6

13. Dan setiap kenaikan 100m suhuberkurang 0,61 derajat Celsius (sesuai dengan Teori Braak). 14.

Jenis-Jenis Angin a. Angin darat adalah angin yang berhembus pada malam hari. Angin darat berhembus dari darat ke laut. Angin ini digunakan nelayan untuk berangkat ke laut. b. Angin laut adalah angin yang berhembus pada siang hari. Angin laut berhembus dari laut ke darat. Angin ini digunakan nelayan untuk pulang dari laut. c. Angin lembah adalah angin yang berhembus dari lembah naik menuju ke gunung yang terjadi pada waktu siang hari. d. Angin fohn adalah angin yang bertiup turun sepanjang lereng gunung dengan suhu angin yang tinggi dengan tingkat kelembapan yang rendah. Di Pasuruan (Jawa Timur), angin fohn disebut angin gending. Di Biak (Papua), angin fohn disebut angin wambrau. Di makassar (Sulawesi selatan), angin fohn disebut angin brubu. Di tegal (jawa tengah) dan di cirebon (jawa barat), angin fohn disebut angin kumbang. Di deli (sumatera utara), angin fohn disebut angin bohorok. e. Angin gunung adalah angin yang berhembus dari gunung turun menuju ke lembah pada malam hari.

15. Jenis siklus hydrogen Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi : A. Siklus Pendek / Siklus Kecil 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan 3. Turun hujan di permukaan laut B. Siklus Sedang 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi 3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat 4. Pembentukan awan 5. Turun hujan di permukaan daratan 6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali C. Siklus Panjang / Siklus Besar 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Uap air mengalami sublimasi 3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es 4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat 5. Pembentukan awan 6. Turun salju 7. Pembentukan gletser 8. Gletser mencair membentuk aliran sungai 9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

16. Zona Kedalaman Laut Berdasarkan kedalamannya laut dibedakan menjadi 4 wilayah (zona) yaitu: zona Lithoral, zona Neritic, zona Bathyal dan zona Abysal. 1. Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayah ini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering juga disebut wilayah pasang-surut. 2. Zona Neritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 200 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Contohnya laut Jawa, laut Natuna, selat Malaka dan laut-laut di sekitar kepulauan Riau. 3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 200 m hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di wilayah Neritic. 4. Zone Abyssal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman di atas 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas. 17. Zona Kedalaman Laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 mil laut yang diukur dari garis pangkal laut teritorial Indonesia. Laut lepas adalah bagian dari laut yang tidak termasuk dalam ZEEI, laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan Indonesia, dan perairan pedalaman Indonesia. 18. Nonpertanian a. Pertambangan Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang meliputi pengambilan dan persiapan untuk pengolahan lanjutan dari benda padat, cair, dan gas. Kegiatan dalam pertambangan meliputi kegiatan penggalian, pengerukan, dan penyedotan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengambil benda padat, cair, dan gas yang ada di dalamnya. Syarat-syarat daerah yang dapat dijadikan pertambangan adalah sebagai berikut. 1. daerah tersebut harus memiliki persediaan tambang yang cukup banyak 2. barang tambang yang ada mempunyai kualitas yang baik 3. menggunakan biaya yang memadai untuk penggalian, pengolahan, dan pengangkutan hasil tambang. b. Industri Indutri merupakan suatu usaha untuk mengolah suatu bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Indutri membutuhkan lokasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang. Secara umum, lokasi industri dipengaruhi oleh faktor fisik serta faktor ekonomi dan manusia. Faktor fisik adalah lahan, bahan mentah, dan sumber energi. Faktor ekonomi dan manusia yang mempengaruhi lokasi industri adalah modal, tenaga kerja, transportasi, pasar, dan pemerintah. c. Perdagangan dan jasa Perdagangan mencakup di dalamnya kegiatan pendistribusian produk atau hasil pengelolaan lingkungan. Perdagangan merupakan kegiatan jual beli barang antara produsen (penghasil barang) dan konsumen (pembeli). Secara garis besar, perdagangan dikelompokkan sebagai berikut. 1. Perdagangan dalam negeri Perdagangan dalam negeri adalah kegiatan jual beli yang dilakukan di dalam wilayah negara itu.

Perdagangan dalam negeri dibedakan menjadi dua, yaitu perdagangan antardaerah dan perdagangan antarpulau yang disebut interinsuler. 2. Perdagangan luar negeri Perdagangan luar negeri adalah perdagangan yang dilakukan antara negara satu dengan negara lain. Perdagangan luar negeri secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu perdagangan ekspor dan impor. 1. Pertanian Masyarakat Indonesia banyak menggeluti bidang pertanian karena tanah dan bahan cukup subur dan luas untuk ditanami. Berikut adalah bentuk-bentuknya: a) Berladang Berladang/berhuma yaitu cara bertani berpindah pindah yang dilakukan dengan cara membakar hutan. Huma/ladang terdapat di lahan yang hutannya masih luas dan berpenduduk jarang, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Tanaman yang ditanam: padi gogo, jagung, dan kacang-kacangan. b) Bertegalan Adalah cara bertani di tanah yang kering dengan menggantungkan pada air hujan. Kegiatan ini banyak dikerjakan di pegunungan/kawasan datar yang kering. Tanaman yang diusahakan berupa jagung, ketela, kacang, dsb. c) Bersawah Bersawah ialah cara bertani yang pengolahannya dilakukan di pengairan dan pengolahannya teratur. Cara bersawah ada 4 yaitu Sawah tadah hujan : sawah yang diairi air hujan. Sawah irigasi : sawah yang diairi air irigasi Sawah lebak : sawah yang terdapat di tepi sungai besar Sawah bencah/sawah pasang surut : sawah yang terdapat di dekat muara sungai besar dan dipengaruhi pasang surut air laut. d) Bertanam di Pekarangan Bertanam di pekarangan merupakan pertanian yang memanfaatkan lahan di sekitar rumah dan umumnya dikerjakan secara intensif yang biasa di tanam sayur, buah, dan lain-lain.

19. a. Penggunaan Lahan di Pedesaan Penggunaan lahan di pedesaan bergantung pada kehidupan sosial dan ekonomi di desa tersebut. Penggunaan lahan untuk kehidupan sosial penduduk pedesaan dicerminkan oleh aktivitas pengelolaan lahan untuk menunjang:

(1) kehidupan beribadah: adanya bangunan tempat ibadah (2) kehidupan berkeluarga: adanya rumah-rumah tempat tinggal dan halamannya (3) kehidupan bersekolah: adanya bangunan-bangunan sekolah, dan (4) kehidupan bersosialisasi: adanya lapangan tempat berkumpul dengan penduduk lainnya.

Kehidupan ekonomi penduduk pedesaan dicerminkan oleh aktivitas dalam menggunakan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kehidupan ekonomi penduduk juga bergantung pada potensi alam yang dimiliki desa tersebut. Berdasarkan mata pencahariannya, desa dan penggunaan lahannya diklasifikasikan seperti berikut. (1) Desa pertanian: sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan pertanian, sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan aktivitas perdagangan.

(2) Desa perkebunan: sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan perkebunan, sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan perdagangan. (3) Desa nelayan: sebagain besar penduduknya menggunakan laut sebagai sumber mata pencahariannya. Adapun aktivitas penunjang di darat untuk pengolahan hasil tangkapan seperti tempat menjemur ikan, peternakan, dan perdagangan.

b. Penggunaan Lahan di Perkotaan Kota merupakan tempat berkumpulnya masyarakat dengan berbagai aktivitas. Jumlah penduduk di kota lebih padat. Akibatnya, lahan di kota bernilai ekonomis lebih tinggi. Berdasarkan fungsinya, kota dan penggunaan lahannya diklasifikasikan seperti berikut. (1) Pusat pemerintahan: lahan digunakan untuk bangunan kantor-kantor pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan sampai kantor presiden (2) Pusat perdagangan: lahan digunakan untuk bangunan pasar-pasar, mulai dari pasar tradisional sampai pusat-pusat pertokoan dan mal. (3) Pusat perindustrian: lahan digunakan untuk pabrik, gudang, dll. (4) Pusat pendidikan: lahan digunakan untuk bangunan sekolah, mulai dari TK sampai perguruan tinggi, lengkap dengan sarana olahraga, dll. (5) Pusat kesehatan: lahan digunakan untuk bangunan rumah sakit, puskesmas, laboratorium, dll. (6) Pusat rekreasi: lahan digunakan untuk sarana rekreasi. (7) Pusat pertahanan dan keamanan negara: lahan digunakan untuk markas tentara dan polisi dan semua yang terkait dengan aktivitasnya.

20. Pola Permukiman Permukiman adalah daerah tempat bermukim (tempat tinggal). Penduduk akan memilih tempat bermukim sedapat mungkin dekat dengan tempatnya melakukan aktivitas sehari-hari. Hal itu akan memudahkannya melakukan mobilitas. Pemukiman penduduk membentuk pola tertentu sesuai dengan keadaan lingkungannya. Adapun pola permukiman penduduk adalah seperti berikut. a. Pola Memanjang Pola permukiman memanjang dapat dilihat pada permukiman penduduk di sepanjang alur sungai, jalan raya, jalan kereta api, dan pantai yang landai. Permukiman di sepanjang alur sungai berkaitan dengan kepentingan penduduk akan air dan sarana transportasi air. Permukiman di sepanjang jalan raya dan jalan kereta api berkaitan dengan kepentingan penduduk akan sarana transportasi darat untuk memperlancar mobilitasnya. Biasanya lahan yang berada di sepanjang jalan raya bernilai ekonomi tinggi terutama di perkotaan.

Pemukiman memanjang

b. Pola Terpusat Permukiman terpusat biasanya terjadi karena ikatan keluarga ataupun karena keadaan alam. Misalnya, penduduk mengelompok karena masih merupakan keluarga seketurunan. Permukiman terpusat juga dapat terjadi karena adanya sumber air di daerah kering. Penduduk akan mendekati sumber air tersebut. Misalnya oase di daerah gurun, penduduk akan bermukim di seputar oase tersebut.

Oase padang gurun

Oase c. Pola Menyebar/Terbuka Permukiman menyebar terjadi karena perkembangan jumlah penduduk dan keadaan permukaan bumi. Di daerah dataran rendah, pola menyebar terjadi karena perkembangan jumlah penduduk. Akibat perkembangan jumlah penduduk, tidak jarang terjadi perubahan fungsi lahan. Lahan yang semula untuk pertanian, berubah sebagai tempat bermukim. Perkembangan lokasi permukiman ini terjadi ke segala jurusan.

21. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bentuk Pola Permukiman Penduduk Bentuk permukaan bumi Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, ada gunung, pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan sebagainya. Kondisi yang berbeda secara otomatis akan membuat pola kehidupan yang berbeda, misal penduduk pantai

bekerja sebagai petani. Pola kehidupan yang berbeda akan menyebabkan penduduk membuat permukiman yang sesuai dengan lingkungan tempat penduduk itu berada.

Keadaan tanah Keadaan tanah menyangkut kesuburan/kelayakan tanah ditanami. Seperti kita ketahui, lahan yang subur tentu menjadi sumber penghidupan penduduk. Lahan tersebut bisa dijadikan lahan pertanian atau semacamnya. Karena itu, penduduk biasanya hidup mengelompok di dekat sumber penghidupan tersebut (ini jelas terlihat di desa). Keadaan iklim Iklim memiliki unsur-unsur di antaranya curah hujan, intensitas cahaya matahari, suhu udara, dan sebagainya yang berbeda-beda di setiap daerah. Perbedaan iklim ini akan membuat kesuburan tanah dan keadaan alam di setiap daerah berbeda-beda yang tentu membuat pola permukiman penduduk berbeda pula. Sebagai contoh penduduk di pegunungan cenderung bertempat tinggal berdekatan, sementara penduduk di daerah panas memiliki permukiman yang lebih terbuka (agak terpencar). Keadaan ekonomi Kita tentu ingin beraktifitas sehemat-hematnya (meski itu soal waktu), kan? Kita tidak ingin tinggal jauh dari pusat perkantoran, sekolah, dan pasar. Jika kita memilih rumah, tentu kita akan memilih tempat yang tepat sebagai salah satu faktor utama. Kondisi ini jelas berpengaruh terhadap pola permukiman penduduk (ini jelas terlihat di kota). Kultur penduduk Pola permukiman penduduk sangat bergantung pada kemajuan dan kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika penduduk itu masih tradisional, pola permukimannya akan cenderung terisolir dari permukiman lain. Permukiman di daerah tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang masih anggota suku atau yang masih berhubungan darah. Hal ini jelas terlihat perbedaannya di kota yang penduduknya sudah modern, kan?

Anda mungkin juga menyukai