Anda di halaman 1dari 27

Maria Ulfa 1102008145

Abstrak
Dalam sebuah pernikahan sering kali terjadi konflik antara suami istri yang terkadang kejadian seperti kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat terelakan lagi. Di dalam rumah tangga, ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa. Namun, apabila ketegangan itu berbuah kekerasan, seperti: menampar, menendang, memaki, menganiaya dan lain sebagainya, ini adalah hal yang tidak biasa. Demikian itulah potret KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Tuan X menceritakan KDRT pertama kali dialaminya pada tanggal 6 April 2010 pukul 13.00 Wib setelah ia memotong rambutnya. Karena TuanX hari itu ingin member kejutan kepada NyonyaY dihari ulang tahun NyonyaY . Ketika itu, Nyonya Y marah karena menurutnya potong rambut suaminya tidak bagus. Lalu Nyonya Y menyeret Tuan X sepanjang lorong (rumah) dengan menarik rambutnya , dan memukuli belakang lehernya. Tidak lama kemudian, Nyonya Y terus memukuli kepala Tuan X dengan sapu . Selama mengalami KDRT tersebut, TuanX mengaku tidak melakukan tindakan apapun.

BENTUK- BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA ( UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 5 )

Kekerasan Fisik

Kekerasan Psikis

Kekerasan Seksual

Penelantaran rumah tangga

Kekerasan dalam rumah tangga tidak selalu dilakukan suami terhadap istri . Kekerasan dalam rumah tangga tidak dinilai dari gender . Tapi banyaknya faktor pemicu atas dasar ekonomi yg dipegang oleh istri , jabatan timggi yang dipegang oleh istri , kurangnya pendidikan agama yang didapatkan istri tentang bagaimana cara mensyukuri dan menghormati suami dan masih banyak faktor pemicu lainnya

Latar Belakang
Dalam sebuah pernikahan sering kali terjadi konflik antara suami istri yang terkadang kejadian seperti kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat terelakan lagi. Di dalam rumah tangga, ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa. Namun, apabila ketegangan itu berbuah kekerasan, seperti: menampar, menendang, memaki, menganiaya dan lain sebagainya, ini adalah hal yang tidak biasa. Demikian itulah potret KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Hal ini bisa dimengerti karena kebanyakan korban KDRT adalah istri. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), selama ini sering disuarakan oleh LSM wanita, padahal secara fakta kita lihat, ada suami yang dibakar hidup-hidup oleh istrinya karena konflik rumah tangga, ada juga dipotong alat vitalnya oleh Istrinya.

Kalau masalah kekerasan siapapun orang bisa aja melakukan, tidak mengenal gender, tergantung mana yang lebih dominan dalam suatu masalah. Masalahnya KDRT yang dialami suami jarang terfolow up, kalau kekerasan oleh suami terhadap Istri, selalu jadi santapan oleh LSM wanita untuk memberikan pembelaan terhadap kaum wanita.

Jadi anggapan bahwa kaum wanita itu lemah, tidak tepat, buktinya adanya kekerasan Istri terhadap suami, kasihan suami yang jadi INFERIOR terhadap masalah kekerasan pasangannya, umumnya terjadi KDRT itu mungkin saja penghasilan Istri lebih besar dari suami, jadi merasa jasanya lebih besar dalam kehidupan berumah tangga.

Deskripsi Kasus
Pada tanggal 2 November 2011 pukul 17.00Wib Tuan X datang ke Polres Jakarta-Pusat karena ia tak tahan atas pukulan dan cacian istrinya . Tuan X merupakan korban KDRT terhadap istrinya Nyonya Y . Tuan X mengaku kerap mengalami KDRT selama menikah dengan istrinya Nyonya Y. Ia dating dengan tergesah-gesah karena Nyonya Y berusaha membakar dirinya . Tuan X menceritakan KDRT pertama kali dialaminya pada tanggal 6 April 2010 pukul 13.00 Wib setelah ia memotong rambutnya. Karena TuanX hari itu ingin member kejutan kepada NyonyaY dihari ulang tahun NyonyaY . Ketika itu, Nyonya Y marah karena menurutnya potong rambut suaminya tidak bagus. Lalu Nyonya Y menyeret Tuan X sepanjang lorong (rumah) dengan menarik rambutnya , dan memukuli belakang lehernya. Tidak lama kemudian, Nyonya Y terus memukuli kepala Tuan X dengan sapu . Selama mengalami KDRT tersebut, TuanX mengaku tidak melakukan tindakan apapun. Sama seperti korban KDRT pada umumnya, dia terlalu malu untuk menceritakan apa yang dialaminya tersebut. Dia pun selalu berusaha meyakinkan diri sendiri bisa menjadi suami yang lebih baik dan kekerasan tersebut akan berakhir.

TuanX menikah dengan NyonyaY pada tanggal 6 Februari 2010 , enam bulan setelah mereka berkenalan. Saat itu dia masih berusia 21 tahun dan baru saja lulus kuliah. TuanX itu juga baru putus cinta setelah tiga tahun pacaran. Makanya ketika NyonyaY juga mengatakan cinta padanya, TuanX sangat senang dan langsung melamar. Namun kebahagiaan itu berlangsung tidak lama. Butuh waktu sebentar saja hingga NyonyaY menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Ia pertamakali melihat istrinya menjadi sangat pemarah saat mereka berada di sebuah kereta dalam perjalanan dari Jakarta-Semarang untuk berbulan madu Pada tanggal 13 Februari 2010 tepat seminggu pernikahan mereka . NyonyaY marah hanya karena dia merasa TuanX pindah posisi dari tempat mereka semula janjian. NyonyaY berteriak-teriak dan tidak mau mendengarkan penjelasan TuanX . Ketika itu TuanX berusaha berpikir positif dan tidak terlalu menjadikan kejadian tersebut sebagai suatu masalah.

KDRT terus dialaminya hingga ketika NyonyaY hamil. Kekerasan tersebut malah semakin parah. Namun TuanX menganggap kemarahan istrinya itu karena efek kehamilan. Dia juga tak sanggup meninggalkan NyonyaY yang tengah hamil. Kalau sudah tidak marah, NyonyaY juga bisa berubah menjadi istri yang sangat baik dan penyayang. Dia kerap memberi harapan kalau pernikahan mereka bisa berjalan baik nantinya setelah sang anak lahir. Rupanya sifat baik tersebut memang tipikal dari para pelaku KDRT. Pada tanggal 2 November 2011 pukul 14.00 , Tuan X tidak sengaja menumpahkan makanan diatas meja dan membuat NyonyaY geran sehingga terjadi pertikaian yang melibatkan Nyonya Y berusaha membawa korek api dan minyak lampu untuk disiramkan kepada TuanX . Seketika itu TuanX lari ke Pores untuk mengadukan perbuatan penganiayan terhadap TuanX oleh istrinya NyonyaY tersebut . TuanX bukanlah satu-satunya pria yang mengalami KDRT dalam pernikahan. Berdasarkan data dari Jakarta,, 1/3 korban KDRT adalah pria. Setidaknya 400 ribu pria mendapat KDRT setiap tahunnya. Dari organisasi hak asasi manusia, Parity. "1 dari 3 dan 40% kasus KDRT pelakunya adalah wanita dan korbannya pria. Menyedihkannya fakta ini tidak diketahui banyak orang.

Diskusi
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual ,psikis dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (UU PKDRT NO23, 2004) Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan istri.kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang terutama untuk kesehatan psikisnya (Dharmono, 2008)

Kekerasan dalam lingkup rumah tangga atau keluarga banyak dilakukan oleh seorang suami, seperti suami melakukan kekerasan terhadap istrinya dengan memukul atau menampar istrinya, menendang, dan memaki-maki dengan ucapan yang kotor. Kultur budaya masyarakat yang mengedepankan laki-laki dapat dipastikan posisi perempuan bersifat subordinasi terhadap laki-laki. Segala bentuk kekerasan yang terjadi bagi perempuan selalu mempunyai legitimasi kultural masyarakat, karena memang posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki. Pencegahan kekerasan dilakukan secara terus-menerus dengan diberlakukannya sistem hukum yang diharapkan dapat mengatasi masalah tindak kekerasan terhadap perempuan.(Katjasungkana, 2002).

Kekerasan dalam rumah tangga tidak mengenal jenis kelamin. Kekerasan bisa terjadi dari isteri terhadap suami. Seorang isteri yang amat pencemburu dan pemarah, bisa mengungkapkan kemarahan yang meledak dalam bentuk tindakan kekerasan, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik misalnya, isteri membunuh suami karena cemburu, atau isteri melukai suami dengan pisau atau dengan air panas. Pernah juga dilaporkan seorang isteri memotong alat kelamin suaminya dengan pisau karena kecemburuannya. Kekerasan psikologis terjadi misalnya tatkala isteri melontarkan kata-kata kasar dan kotor kepada suami. Isteri menteror suami dengan ancaman-ancaman dan ungkapan yang menyakitkan hati. Mungkin juga isteri melakukan tindakan-tindakan paksa terhadap harta benda suaminya yang ia tidak memiliki hak atasnya. Termasuk melakukan tindakan penyelewengan seksual atau perselingkuhan yang dengan sengaja ditampakkan di depan mata suami. Hal-hal seperti itu adalah kekerasan secara mental atau psikologis.

Pemicu Kekerasan:

A. Dalam situasi yang relatif regular, kekerasan terjadi akibat situasi panas yang menjadi tak terkendali. B. Kekerasan dapat terjadi tatkala salah satu pihak merasa dipermalukan.

C. Kekerasan juga dapat terjadi sewaktu seseorang merasa terancam

D. Ada pula yang memang menikmati serta memperoleh kesenangan dari kekerasan.

(www.kpai.or.id)

Faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku durhaka istri terhadap suami, antara lain :
Kedudukan sosial istri lebih lebih tinggi daripada

kedudukan suami Istri lebih kaya dari suami Istri lebih pandai dari suami Watak istri lebih keras dari suami Istri berasal dari lingkungan budaya yang menempatkan perempuan lebiih berkuasa daripada suami Istri tidak mengerti tuntunan agama yang menempatkan istri dan suami pada ketentuan yang sebenarnya.

Hadits riwayat Imam Ahmad, bahwa Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
Seandainya aku diperbolehkan memerintah seseorang agar bersujud kepada selain Alloh, niscaya kuperintah seorang isteri bersujud kepada suaminya. Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang isteri belum melaksanakan hak robbnya hingga ia melaksanakan semua hak suaminya. bahkan, seandainya suami menginginkan dirinya yang saat itu berada di atas pelana, maka ia tidak boleh menolaknya

Maka sangat jelas bahwa Alloh Subhanahu wa taala dan Rosul-Nya memerintahkan kepada para wanita atau isteri agar senantiasa mentaati suaminya. wajib bagi seorang isteri mencari keridhoan suami dan menghindari kemarahannya.

Hadits yang di riwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi Rosululloh shallallahu alaihi wasallam bersabda :
Tidaklah seorang isteri menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya yang berasal dari golongan bidadari berkata : jangalah kau sakiti dia, atau Alloh akan membinasakanmu. dia hanyalah sementara saja di sisimu dan hampir saja ia meninggalkanmu menuju kami Semua hadits-hadits tadi menunjukkan besarnya hak suami atas isterinya. sang isteri harus menetapi rumahnya, beribadah kepada robbnya, menaati suaminya, mengetahui hak-haknya dan tidak sombong dihadapannya, dan tidak berakhlak buruk kepadanya.

Kesimpulan
Kekerasan dalam rumah tangga tidak selalu dilakukan suami terhadap istri . Kekerasan dalam rumah tangga tidak dinilai dari gender . Tapi banyaknya faktor pemicu atas dasar ekonomi yg dipegang oleh istri , jabatan timggi yang dipegang oleh istri , kurangnya pendidikan agama yang didapatkan istri tentang bagaimana cara mensyukuri dan menghormati suami dan masih banyak faktor pemicu lainnya. Seperti contohnya TuanX , TuanX salah 1 dari 40% suami yang mengalami dan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga . Dampak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh istri terhadap suami dapat menjadi faktor-faktor pemicu kegagalan dalam berumah tangga . Psikis masalah kekerasan merupakan persoalan yang lebih serius dibanding dampak fisik

Pengalaman mengalami kekerasan mengikis harga diri dan menempatkan suami pada resiko yang lebih besar untuk mengalami berbagai macam masalah kesehatan mental, termasuk depresi, stres pasca trauma, bunuh diri, sampai dengan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.semua dampak itu tidak hanya merugikan istri namun juga anakanak serta keluarganya. Gangguan depresi yang faktor utamanya adalah stress psikososial dalam jangka waktu sehingga menyebabkan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi dalam pekerjaan, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh dirikarena malu tidak bisa membina keluarga yang baik dan benar . Banyak sekali kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan istri terhadap suami , namun suami enggan mengadukan atas dasar kerendahan martabatnya . Hendaknya kita mensyukuri semua yang telah kita dapat dan jangan pernah berfikir untuk mendurhakai sang suami.

Saran
Kekerasan dalam rumah tangga harus dihindari agar terciptanya keluarga yang tentram , damai dan bahagia. Rendahnya pendikan ilmu agama maupun pengetahuan mempengaruhi tindakan berdasarkan emosional bukan berdasarkan ilmu pengetahuan.Tindakan-tindakan yang di dasarkan dengan emosinal akan berdampak negatif dalam menjalankan kehidupan sosial maupun dalam lingkup rumah tangga dan dapat memicu terjadinya kekerasan psikis maupun fisik yang dapt merugikan orang lain maupun pihak keluarga terdekat. Adanya pendidikan yang layak maka dapat tercipta pola pikir yang baik dapat memperkecil angka terjadinya kekerasan psikis maupun fisik. Dan tentu dapat mengurangi tingkat gangguan kejiwaan. Istri yang berani melawan suami fisik maupun psikis didalam agama termasuk kedurhakaan . Hendaknya seorang istri melayani , mematuhi dan menghormati suami dalam keadaan apapun.

Daftar Pustaka
http://www.hendra.ws/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-islam Komnas perempuan(2002)peta kekerasan pengalaman perempuan Indonesia.Jakarta Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 Lembaga Bantuan Hukum untuk Peremouan dan Keadilan (LBH APIK) Jakarta, (2002), Angka Kekerasan di Jakarta tahun 1998-2002, Jakarta: LBH APIK Sofyan,2006 Kekerasan antar pasangan http://smartpsikologi.blogspot.com/2006/07/kekerasan-antar-pasangan.html Syaifullah. 2004. Undang-Undang Rumah Tangga Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004. Rabbani. Jakarta. Sumihah. 2006. Rumah Tangga Tanpa Masalah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. Haya Binti Jahsyi.2009. KDRT Menurut Islam . www.almanhaj.com . Diakses tanggal 16 November 2011. Imam S. 2007. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. www.kpai.or.id . Diakses tanggal 16 November 2011. Ibnu Abbas. 2010 Dampak Kekerasan Terhadap Anak . www.ayahbunda.com. Diakses tanggal 16 November 2011. Rahmanto W . 2008. Jenis- jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga. www.repository.usu.ac.id. Diakses tgl 16 November 2011.

Terimakasih

Wassalamualaikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai