Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNYA, sehimggga penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini dengan judul manusia sebagai individu dan mahluk social Dalam melaksanakan dan menyusun makalah ini penulis bnyak mendapatkan bentuan dan bimbingan dri berbagai pihak, oleh karenanya dengan hati yang tulus penulis menyampaikan terimakasih dan dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada : Dosen pembimbing ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Rekan-rekan mahasiswa khususnya kelas 1G

Penulis menyadari bahwa penyusunsn makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik bentuk, isi dan penyusunan, oleh karna keterbatasan kemampuan dan waktu serta keterbatasan literatureyang di perlukan penulis. Penulis dengan senag hati menerima saran dan keritik yang bersipat membangun demi kesempurnaan mskslsh ini dan di harapkan dengan member manfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.

Ciamis, 31 September 2001

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang. Upaya untuk mutu dan hasil pendidikan seperti yang di deklarasikan oleh UNESCO YAITU : (1) Lerning to know(pembelajaran untuk tahu); (2)lerning to do( pmbelajaran untuk berbuat) ; (3)lerning to be(permbelajaran untuk jati diri); (4)lerning to live together(pemelajaran untuk hidup bersama scara harmonis). Misi-misi ini, khususnya lerning to live together dalam bidang ilmu-ilmu social dan humaniora, bahkan juga dalm science, tidak mungki di kembangkan secara speculative thinking, sebagai mana di kehendaki oleh filsafat ilmu-ilmu social dan humaniora yang mengembangkan pendidikan secara sistematis untuk mendalami ilmu itu sendiri menjadikdn seseorang menjadi ahi di bidang ilmu tersebut. Melainkan bagai mana bidang- bidang ilmu yang ada menjadi alat untuk mengkaji fenomena dan problem social serta budaya yang trjadi sehinggga seseorang mampu memecahkan masalah social dan budaya tersebut.

1.2 Pokok Permasalahan Proses belajar mengajar di awalai dengan menentukan dan merumuskan masalah, mengumpulkan data dan informasi, mengkaji latar belakang dan penyebabnya, mencari peraturan yang berhubungan mengkaji kebijakan public yang berlaku, meneliti bagai mana sifat masyarakat terhadap masalah tersebut, dan mencari berbagai alternative solusi sampai akhirnyaa memberikan rekomendasi kepada pengambilan kebijakan public untuk memecahkan masalah tersebut.

BAB II MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL 1) MASYARAKAT INDIVIDU DAN MASYARAKAT 2 .1 Manusia sebagai mahluk mkhluk individu

Dalam bahasa latin individu berasal dari kataindividuum, artinya yang terbagi. Dalam bahasa inggris individu berasal dari kata in dan divided. Kata ini ssalah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi secara garis besar individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsure jasmani dan rohani, unsure fisik dan fisikis, unsure raga dan jiwa. Seseorang dikatakan manusia individu manakala unsure unsure tersebut bersatu dalam dirinya. Jika unsure tersebut sudah tidak menyatulagi maka seseorang tidak lagi sebagai individu. Dalm diri individu ada unsure jasmani dan rohaninya, atau ada unsure fisik dan fisikisnya, atau ada unsure raga dan iwanya. Bila seseorang hanya tinggal raganya, fisik atau jasmaninya saja, maka seseorang tidak dikdtakan sebagai individu. Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsure yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan suatu kesatuan yang teidak terpisah. Sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhsn jasmani dan rohaninya, keutaman fisik dan pisikisnya, keutaman raga dan jiwanya. Walau pun manusia memiliki perangkat pisik yang sama, tetapi kalau kita perhatikan secara detai, akan terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu terdapat pada bentuk ukuran,sifat dan lain-lainnya.kita dapat membedakan orang dari lain-lainya berdasarkan prbedaan perbedaan yang ada baik pada fisik maupun pisikisnya. Seseorang individu adalah perpaduan antara factor genotype (bawaan) dan fenotipe (lingkungan). Factor genotype adalah faktor yang di bawa individu sejak lahir, kalau

seseorang individu memiliki cirri fisik dan karakter yang di bawa sejak lahi, ia juga memiliki ciri fisik dan karaktratau sifat yang di pengaruhi oleh factor lingkungan, yang membentuk ciri yang khas dari seseorang yang meliputi berbagai factor yang merubahnya, seperti kondisi alam sekitarnya baik buatan mupun bukan buatan. Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengn kepribadian, menurut Nursyid Sumaatmadja, kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang yang merupakn hasil interaksi antara potensi-potensi biopsiko (fisik dan pisikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan yang terungjap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental pisikologisnya, jika mendapat rangsangn dari luar.

2.2 Manusia sebagi Makhluk social Dalam kehidupan sehari hari manusia tidak akan lepas dari pengruh orang lain. Oleh karna itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupannya tidak bias melepas kan dari diri dari pengaruh manusia lainnya. Dalam konteks social yang di sebut masyarakat, setiap oaring akan mengenal orang lain oleh karna itu manusia selalu terkait dengan orang lain. Perilaku manusia di pengaruhi factor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan , tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respons positf dari orang lain ( pujian) Manusi di katakana sebagai makhluk social, juga di karnakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubunga ( interaksi ) dengan orang lain. Ada kebutuhan social untuk kehidupan ber kelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Kebutuhan berteman dengan orang lain, sering kali di dasari dengan atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Misal orang kaya akan cenderung berteman dengn orang kaya, seorang artis akan cenderung berteman dengan sesama artis. Dengan demikian akan terbentuk kelompok-kelompok sosil dalam masyarakat yang di dasari oleh kesamaan ciri dan kepentingan. Manusia dikayakan juga sebagai makhluk social , karna manusia tidak akan bias hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Ketika bayi lahir, ia memerlukan perolongan manusia lainya. Ia tidak bias mempertahankan kehidupannya tanpa pertolongan orang lain, berbeda dengan hewan. missal kambing, ketika binatang lahir hanya dalm hitungan menit, dapat langsung berdiri dan berjalan mengikuti induknya. Untuk mempertahan kan hidupnya hewan di bekali dengsn insting. Insting atau naluri adalah sesuatu yang di bawa sejak lahir, yang di peroleh bukan melalui peroses belajar. 2.3 Manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan lingkungan hidup.

Berkenaan hubungan antara manusia dengn alam, pling tida ada tiga paham yaitu, paham determinisme, paham posibilisme, dan paham optimism teknologi. Orang yang mungkin dapat di pandang sebagai tokoh paham determinisme diantaranya Charles Darwin, friederrich ratzel, dan elsworth Huntington. Determinisme alam menempatkan manusia sebagai manusia yang tunduk pada alam , alam sebagai factor menentukan. Menurut Charles Darwin, dalam teori evolusinya, bahwamahluk hidup( tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia), secara berkesinambungan dalm waktu ke waktu mengalami perkembangan. Pada perkembangan tersebut, terjadi perjuangan hidup( satuggle for life, struggle for existence), seleksi alam(natural selection), dan yang kuat akan bertahan hidup ( survival of the fittest) . Rtzel melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayaan di tentukan oleh kondisi alam. Meskipun manusia di pandang sebagai makhluk yan di names, mobilitasnya tetapi di batasi dan di tentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi. Hunting ton berpendapat bahwa iklim sangat menentukan perkembangan kebudaya manusia. Karna iklim di permukaan bumi in bervariasi, kebudayaan juga ber aneka ragam perkembangan seni , agama pemerintahan , dan segi-segi kebudayaan lain sangt bergantung pada iklim setempat. Paham dan pandangnnya ini do sebut determinasai iklim. Alam lingkungnsebagai factor yang berpengaruh terhadap keehidupan manusia, tidak lagi di pandang sebagai paktor yang menentukan. Manusia dengan kebudayaan dapat memilih kegiatan yang cocok dengan kemungkinan dan peluang yang di berikan oleh alam lingkungannya, telah di pandang aktif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan kemajuan IPTEK seperti dewasa ini.penerapan serta pemanfaatanya itu memberikan kemungkinan terhadap manusia memanpaatkan alam lingkungan. Sehingga pada kondisi demikian , dapat berkembang pandanagn posibilisme optimism teknologi yang secara optimis memberikan kemungkinan kepada penerapan teknologi dalm memecahkan masalah hubungn manusia dengan alam lingkungan. Dengan kemejuan teknologi dewasa ini teknologi dengn penerapannya, bukan lagi sebagai alternative melainkan telah menjadi keyakinan yang manjamin hidup dan kehidupan manusia. Selanjutnya mengarah kepada ketergantungan teknologi sehingga menciptakan suasana detrminasi teknologi yang mengakibatkan mereka tidak tidak percaya terhadap Tuhan seru sekian alam. Jika tidak di waspadai akan timbul paham ateis. 2) PENGERTIAN MASYARAKAT DAN CIRI-CIRINYA Istilah masyarakat dalam bahasa inggris society, sedaangkan istilah komunitas dalam bahasa inggrisnya community . Dalam konteks keseharian, sering kali

terjadi kesalahan pemahaman antara society dan community. Dia (konsep) istilah tersebut sering di tafsirkan secara sama, padahal s Krech, seperti yang di kutip nursyid, mengemukakan bahwaa society is that it is an organized collectivity of inter acting people whose activities become centered arounds a set of common beliefs, attitudes, and modes of action. Jadi cirri unsure masyarakat adalah : 1. Kumpulan orang 2. Sudah terbentuj dengan lama 3. Sudah memiliki system social atau struktur social tersendiri 4. Memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang di miliki bersama

Unsur masyarakat berdasarkan definisi yang di ungkapkan oleh Kruch, Crutchfild, dan Ballachey. 1. Kolektivitas interaksitas interaksi manusia yang terorganisasi. 2. Kegiatanya terarah pada sejumlah tujuan yan sama. 3. Memiliki kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap dan bentuk tndakan yang sama Fairchild, et al.(1980:300) memberikan batasan masyarakat sebagai berikut: society is a group human beings cooperating in the pursuit of several of their major interst, in variably including self maintenance and self-perpetuation. The concept of society includes continuity, complex associatonalrelationships, and a composition incluiding reperesentatives of fundamental human typs, specifically men, women, and children. Unsur masyarakat menurut definisi tadi adalah : 1. Kelompok manusia 2. Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandasarkan kepentingan utama. 3. Adanya pertahanan dan kekekalan diri. 4. Adanya kesinambungan. 5. Adanyahubungan yang pelik di antara anggotanya.

Horton dan Hunt(1982:45). Mendefinisiksn masyarakat sebagai berikut : a society is a reatively independents, self-perpetuating human group who accupy territory, share a culture, and have most of their associations within this group. Unsur atau cirri masyarakat menurut Horton hunt adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Kelompok manusia. Yang sedikit bnyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal. Menempati suatu kawasan. Memilii kebudayaan. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.

Diantara konsep istilah masyarakat yang telah di kemukakan di ata, tidak ada perbedaan ungkapan yang mendasar, justru yang adalah mengenai persamaan, yang utama, masyarakat itu merupakan kelompk ataukonektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak beersifat kekal, berlandasakan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan be kesinambungan dalam waktu yang relatip lama. 1. Pengertian Masyarakat Setempat( Communnity) atau komonitas dan ciri-cirinya Antara society dan Community itu ada perbedaan yang mendasar. Namun dalam bahasa Indonesia, seolah sama saja. Untuk memahami hakikatnya. Menurut Prof. Dr. soerjono Soekanto, istilah community dapat di terjemahkan ebagai masyarakat setempat menunjukan pada warga-warga sebuh desa, sebuah kota suku atau sebuah bangsa. Apa bila anggota-anggota suatu kelompok, baik itu kelompok besar atau kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utma, maka kelompok tersebut dapat di sebut masyarakat setempat. Intinya dia menjalin hubungan social.( social relationship). Dapat di simpulkanbahwa masyarakat setempat( community) adalah suatu wilayah kehidupan social yang di tandai oleh suatu derajat hubungan social tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalahlokalitas poerasaan masyarakat setempat. Jadi unsure pertama dari komunitas ialah adanya wilayah atau lokalitas. Suatu komunitas pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal tertentu. M eskipunsustu kelompok manusisa mereka adalah pengembara, namun pada suatu saat tertentu mereka menempati suatu wilayah tertentu. Unsur yang kedua dari komunitas adalah perasaan saling ketergantungan atau saling membutuhkan. Perasaan anggota masyarakat setempatdengan anggota lainnya di dasari dengan dadnya persamaan tempat tingggal. Perasaan bersama antara anggota masyarakatsetempat tersebutdi atas di sebut community sentiment. Setiap community sentiment memiliki unsure:

1. Seperasaan 2. Sepenanggungan 3. Saling memerlukan Unsur seperasaan muncul karna anggota komunitas memposisikan dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka menganggap dirinya sebagai kami ketimbang dengan saya UmpamanyaTujuan kami, Kelompk kami, atau perasaan kami. Unsur sepenanggungan muncul karnasetiap anggota masyarakatsetempat sadar akan peranannya dalamkelompok. Setiap anggotanya menjalan kan peranannya sesuai dengan posisi dan kedudukannya masing- masing. Unsur saling memerlukan muncul karna setia anggota dari komunitas tidak bias memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya. Ada saling ketergantnungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan pisikologinya. Pengertian masyarakat (society) jelas berbeda dengan pengertian masyarakat setempat(community) atau komunitas. Pengertian masyarakat (society)sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang kan pengertian masyarakat setempat( community) lebih terbatas dan di batasi oleh areal kawasannya, serta jumlah warganya. Namun di tinjau dari aktivitas hubungannya, lebih erat dari masyarakat setempat( community) dari pada masyarakat (society), dan persatuannya juga lebih erat. 3) MASYARAKAT DESA DAN KOTA Sebuah desa sering kali di tandai dengn kehidupan yang tenang, jaauh dari hiruk pikuk keramayan, penduduknya ramah-ramah, saling mengenal satu sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai petani, atau nelayan. Orang di desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam antara sesame warganya. System kehidupannya biasanyaberkelompok, atas dasar kekeluargaan. Pendudukdesa pada umumnya hidup dari pertanian atau nelayan, meskipun pekerjaan yang lain adaseperti tukang kayu atau tukang batu.Sering di temukan bukti, ketika musim bertani dating, mereka yang bekerja di luar pertanian kembali bertani. Mereka bekerja di luar pertanian hanya untuk sementara saja, ketika pekerjaan bertani tidak di lakukan, mereka melakukan pekerjan di luar pertanian. Sebuah kota sering kali di tandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya yang luas, banyak penduduknya, hubungan yang tidak erat satu sama lain, dan mata pencaharin penduduknya ber macam-macam.

Menurut Soerjono Soekamto, masarakat kota dan desa memeiliki perhatian yang berbeda, khususnya perhatian terhadap keperluan hidup. Di desa, yang di utamakan perhatian khususnynya terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsu lainnya di abaikan. Lain denga pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan masyarakat sekitarnya sangat mereka perhatikan. Pembagian kerja(divisin of labor) pada masyarakat kota sudah sangt terspesialisasi. Begitu pula jenis profesi pekerjaan sudah banyak macamnya ( heterogen ) Dari sudut ke ahlian( spesialisasi ), seseorang mendalami pekerjaan pada satu jenis ke ahlian yang lebih spesifik. Antara satu jenis pekejaan dengan pekerjaan lainnya sangat erat kaitannya, ada saling ketergantungan, di antara mereka satu dengan yang lainnya, kana perbedaan pekerjaannya. Saling ketergantungan antara satu anggota masyarakat dengan masyarakat yang lainnya, yang di sebabkan karna perbedaan pekerjaan. Saling ketergantungan antara satu anggota masyarakat lainnya yang di sebab kan karna perbedaan pekerjaan ( hetero genitas pekerjaan) menurut Emile Durkheimdi sebut dengan solidaritas organic ( organic sosieliti ) Di sisi lain masyarakat desa memiliki jenis pekerjaan yang sama, seperti bertani, berladang, atau sebagai nelayan. Penduduk desa mempunyai pekerjaan yang sama( homogen) sangan menggantung kan pekerjaanya kepada keluarga lainnya. Mereka tidak bias mengerjakan oleh keluarga mereka sendiri. Untuk mengolah tanah,memanen padi, atau pekerjaan yang lainnya, mereka harus sepakat dengan yang lain menunggu giliran. Begitu pula bila ada pekerjaan lain, seperti membuat atau memperbaiki rumah , mereka sudah mengatur waktunya supaya bias di kerjakan bersama-sama.saling ketergantungan pada masyarakat yang di sebabkan karna adanya persamaan dalam bidang pekerjaan oleh Emile Durkheim di sebut dengan solidaritas mekanis ( mechanic solidarity) 4) INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL

Interaksi adalah peruses di mana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi social yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya : Menurut H. booner dalam bukunya, social psychology, memberikan rumusan interaksi social, bahwa: ianteraksi social adalahhubungan antara dua indipidu atau lebih, di mana kelakuan indi pidu yang satu

mempengruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Menurut Gilin and Gilin (1954) yang menyatakan bahwainteraksi social adalah hubungan-hubungan antara orang orang secara individu, antar orang, dan orang perorangan dengan kelompok. Inetraksi social merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, antara individu dengan kelompok.

a. Interaksi social sebagai faktor utama dalam kehidupn

Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi social yaitu : 1) Faktor Imitasi Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam peruses interaksi sosial . Sala satu segi positifnya adalh bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah kaidah yang berlaku. Factor ini telah di uraykan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada factor imitasai saja. 2) Faktor Sugesti Yng di maksud sugesti di sini ialah paktor pisikis, baik yang dating dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya di terima tanpa adanyadaya keritik. Karna dalam pisikologi sugesti di bedakan adanya. Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang dating dari diriny sendiri. Heterosugesti, yaitu sugesti yang dating dari orang lain. Dalam ilmu jiwa sosial sugesti dapat di rumuskan sebagai satu peruses di mana seorang individu menerima cara penglihatan atau pedoman-pedomantingkah laku dari orang lain tanpa di keritik terlebih dahulu. 3) Faktor Identifikasi Identifikasi dalam pisikologi adalah dorongan untuk menjadi identik( sama ) dengan orang lain, baik secara lahir atau batiniah. Disini dapat mengetahui, bahea hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam dari pada hubungan yang berlangsung ataa peruses-peroses sugesti maupun imitasi.

4) Faktor Simpati Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati tidak timbul atas dasar logis nasional, melainkan berdasarkan penilayan perasaan seperti juga pada peruses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik pada orang lain dengan sendirinya karna keseluruhan cara-cara tngkah laku menarik bagi dirinya. b. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial Untuk terjadinya suatu interaksi sosial di perlukan adanya syarat-syarat yang harus ada , yaitu: 1) Adanya kontak sosial (social contect) Kata kontak berasal dari bahasa latin con yang artinya bersama- sama dan tanga yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kntak berarti bersama sama menyentuh. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karna itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak secara fisik. Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negative. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan kepada kerja sama , sedangkan kontak yang bersifat negative dapat mengarahkan seseorang kepada suatu pertentangan bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial. 2) Adanya Komunikasi Komunikasi adalah peruses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain sehimgga terjai pengertian bersama. Dalam komunikasai terdapat dua pihak yang terlibat, pihak yang menyampaikan pesan di sebut komunikator dan pihak penerima pesan disebut komunikasi. Selain itu kontak sosial dapat terjadi den berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: a) Antara orang perorangan, misalnya anak kecil mempelajari kebiasaan di dalam keluarganya. Peroses demikan terjadi melalui socialization, yaitu suatu peruses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilainilai masyarakat di mana dia menjadi anggota. b) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok atau sebaliknya. c) Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia dengan kelompok manusia lainya, misalny dua partai politik bekerja sama untuk mengalahkan partai politik ketiga di dalam pemlihan umum. c. Bentuk bentuk interaksi sosial Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kejasama(cooperation), persaingan (competition), dan perttentangan(conflict). Suatu keadaan dapat dapat di anggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial , vke empat bentukpokok dari dalam ari interaksi itu di mulai dengan adanya kerjasama

yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Gilin and Gilin pernah megadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam peruses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu: a) Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. b) Peroses Disosiatif, mencakup persaingn yang melipputi contravention dan pertentangan pertikaian. Adapun interaksi yang poko peruses-peroses adalah: 1) Bentuk Interaksi Asosiatif Kerja sama ( cooperation ) Beberapa orang sosiologi menganggap bahwa posisi merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, sebaliknya sosiologi lainnya mengnggap mereka bahwa kerjasama merupakan peruses utama. Golongan yang terakhir tersebut memehamkan kerjasama untuk menggambarkan sebagai besar bentuk interaksi sosial, atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapat di jumpai pada semua kelompok manusia. Kerja sama timbul karna orientasi orang perorangtrhadap kelompok dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama yaitu: Bergaining, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua orang dan lebih. Cooperation, peruses menerima unsure-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untukmenghindari terjadinya keguncangaan dalam setabilisasi organisasi yang bersangkutan. Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Akomodasi ( Acommodation ) Istilah akomodasi di gunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjukan pada suatu keadaan , berarti suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangaan dan kelompok manusia , sehubunag dengan normanorma sosial dan nilai nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Adapun bentuk akomodasi, di antaranya:

Correction, yaitu suatu bentuk akomodasi yang perosesnya dilaksanakan karna adanya paksaan. Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntunannya, agar tercapai suatu perselisihan yang ada. Arbitration, suatu cara untuk mencapai compromise apa bila pihak yang berhadapan, tidak sanggup untuk mencapai sendiri. Mediation, hamper menyerupai arbitration di undang pahak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu persetujuan bersama. Tolerantion, bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil bentuknya. Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang iambang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan. Adjucation, yaitu perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan. 3) Bentuk Interaksi Disosiatif Pesaingan ( competition ) Pesaingan adalah bentuk interaksi yang di lakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam persangkan yang telah ada tentang menggunakan kekerasan. Konterapensi ( Conteravention ) Konteravensi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi di tandai oleh adanya ketidak pastian terhadap diri seseorang , perasaan tidak suka yang di sembunyakan dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Pertentangan ( conflict ) Pertentangn adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain di setai ancaman atau kekerasan. Pertentang memiliki bentuk- bentuk yang khusus, antara lain: Pertentangn peribadi, pertentangan antara individu. Pertentangan rasional, pertentangn yang timbul karna perbedaan yang ras.

Pertentang kelas sosial, pertentangan yang di sebabkan oleh perbedaankepentingan antara kelas sosial. Pertentang politik, biasanya terjadi di antara partai-partai politik untuk memperoleh kekuasaan Negara.

E. SETRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Setiap indifidu adalah anggota dari suatu kelompok. Tetapi tidak setiap warga dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari suatu kelompok tertentu, ia bias menjadi anggota lebiah dari satu kelompok sosial. Gerkaitan denagn penempatan individu dalam kelompok sosial, maka individu memiliki kemampuan untuk : 1) Menempatkan diri ;dan 2) Ditempatkan oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu. ( laporan penelitian, 1992 : 6 ) Kaitannya dengan setratifikasi sosial Max Weber menjelaskan setratifikasi sosial dalam tiga dimensi, yaitu : 1) Dimensi kekayaan. 2) Dimensi kekuasaan. 3) Dimensi prestise. Ketiga dinmensi dari Webber lebih memadai untuk di gunakan dalam pembahasan ini, karna di anggap lebih komperhensif di bandingkan dengan pendahulunya Karl Marx yang hanya melihat stratifikasi dari sudut ekonomi ( ekonomik determinant ). Dimensi tersebut di atas membentuk formasi sosial tersendiri. Dimensi kekayaan membentuk formasi sosial yang di sebut kelas, dimensi kekuasaan membentuk partai, dan di mensi prestise membentuk setatus. Lebih jauh Webber dalam class, status, party menjelaskan bahea, suatu disebut kelas apabila : 1) Sejumlah orang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang merupakan sumber dalam kesempatan hidup ( life chance ) mereka. 2) Komponen ini secara eksekutif tercermin dalm kepentingan ekonomi berupa pemilihan benda-benda dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan. 3) Hal itu terlihat dalam kondisi komoditas atau pasar tenaga kerja. Ketiga kondisi ini di sebut dengan situasi kelas. Apabila sekelompok orang berada dalm kondisi kelas yang sama, maka di namakan kelas. Kelas bukanlah komunitas, ia hanya merupakan dasar bagi tindakan komunal. Dalm peraktiknya, situasi kelas di tentukan oleh situasi pasar. Peroses pertukaran dalam pasar dapat menciptakan kesempatan kehidupan tertentu bagi mereka yang

mempunyai komponen material tertentu. Distribusi pemilikan material yang sama dalam tatanan ekonomi, menyebabkan orang-orang yamh tidak memiliki tidak dapat serpartisipasi dalam pertukaran dan orang yang memiliki. Hal ini menyebabkan barang tertentu bersifat ekslusif. Bila mana barang eklusif tersebut di sediakan di pasar untuk di pertukarkan secara besar, maka sekelompok orang dengan pemilikan tertentu itulah yang mempunyai kemungkinan untuk menguasai barang tersebut. Jika kelompok kelas mengejar kepentingan ekonomi dalam tarnsaksi pasar, maka pembahasan partai berkaitan dengan pencapain kekuasaan sosial. Nmaun pembahasan partai dalm kaitannya dengan gaya hidup tidak terlalu di tekankan, karna relevansinya di anggap kurang. Berbeda dengan kelas, kelompok setatus merupakan komunitas. Bila kelompok kelas di tentukan oleh situasi kelas, maka kelompok setatus di tentukan oleh situasi setatus. Situasi setatus yaitu setiap komponen tipikal dari kehidupan ( nasib ) manusia ( lift fate of man ) yang di tentukan oleh penilaian sosial, baik positif, negative, atau yang khusus terhadap kehormatan ( honor ). Kelompok kelas tidak selalu gerkaitan dengan setatus. Mereka yang termasuk pemilik dalam kelompok kelas belum tentu dalam kelompok setatusmendapat kehormatan yang tinggi di banding bukan pemilik. Demikian pula, pemilik dan bukan pemilik dapat masuk dalam kelompok setatus yang sama. Pada setiap kelompok setatus, kehomatan setatus dapat di cerminkan dalm gaya hidup ( life style ) oramh-orang yang menjadi anggota. Berbicara tentang gaya hidupsangat erat kaitannya dengan tulisan yang di kemukakan oleh Melvin Tumin dalam consequences of Ratification life styles . Bahwa gaya hidup dan peluang hidup merupakan konsekuensi dari stratifikasi sosial. Istilah gaya hidup merujuk kepada perbedaan karakteristik dari sekelompok setatus ( setatus group ), di mana ke anggotaan dalam kelompok setatus di dasarkan pada tingkat kehormatan yang dapat di perbandingkan. Jdi kelompok setatus dapat menentukan gaya hidup seseorang. Sedangakn peluang hidup ( life chance ) di tandai oleh perbedaan kelas ekonomi yang keanggotaannya di tandai oleh peranan individu dalam peroduksi. Denagnmenguasai sumber peroduksi ( ekonomi ) akan menentukan sejauh mana peluang individu untuk mendapat pendidikan, barang dan, jasa lainnya. Peluang hidup berhubungan ekonomi kelas sosial, karna itu peluang hidup dapat di tingkatkan dengan akses terhadap kekayaan. Orang dapat mengubah life chance dengan cepat, seperti dengan pindah ke pemukiman elit yang mahal. Tetapi life style sebaliknya, ia berubah lebih sulit Orang bias dengan cepat menjadi orang kaya baru, tetapi cara ornag itu berpikir, berperasaan, dan berperilaku berbeda dari golongan sosial atas.

Pengertian gaya hidup dalam beberapa hal pengertiannya hal pengertiannya yang sama dengan kultur ( cultue ). Tetapi gaya hidup dapt juga di sebut subkultur ( subculture , yaitu setrata gaya hidup yang berbeda dari yang lainnya dalam kerangka budaya pada umumnya. Peter J. M. Nas dan Martin V. Sande memberikan pengertian gaya hidup seperti berikut ; Life style is more less conscious consteructed but transitory frame of reference, created in relative liberty in relation to certain structuraldeterminants to strengthen the individual interacting person to follow a particular valued paterns of behavior and to attach specific meaning to all storts of objects and expressions. ( 1982 ) Pengertian Nas tersebut di atas lebih mengisyaratkan bahwa gaya hidup itu bentuk individu sebagai ekperesi kebebasannya dalam membentuk cara hidup dan orientasi masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya gaya hidup seseorang besar sekali di pengaruhi oleh nilai dan norma yang masih ketat norma-normanya. Kembali kepada pembahasan antara gaya hidup dalam setatus dan peluang hidup dalam kelas, Tumin mengemukakan bahwa gaya hidup yang sama belum tentu mencerminkan gambaran sosioekonomi yang sama. Begitu pula tingkat sosioekonomi yang sama belumtentu menghasilkan gaya hidup yang sama pula. Sebagai konsekuensi dari kenyataan tersebut , maka ia mengaju studi terhadapgaya hidup dari dua pendekatan atau dari dua arahan yang berbeda, yaitu : 1) Dengan mempertanyakan gaya hidup dari mereka yang memiliki posisi sosioekonomi yang sama, atau 2) Ciri-ciri sosioekonomi yang bagaimana darimereka yang gaya hidup yang sama. Setudi gaya hidup akan relevan dalam lapangan sosiologi, karena lewat studi ini dapat di gunakan sebagai : a) Indikator untuk menentukan di mana tingkat seseorang berbeda, misalnya, dari tempat tinggalnya dan tipe rumah yang di tempatinya. b) Sebagai penghargaan atas konsekuensi dari adanya ketidaksamaan dengan yang lain. Dimana untuk mencapai rumah atau tempat tinggal tertentu di bedakan oleh pendapatan, pendidikan atau pekerjaannya. c) Sebagai teknik untuk menetapkan keabsahan tingkat kehormatan seseprang level atau setatus yang baru. Gaya hidup menyangkut banyak dimensi kehidupan, tetapi Nas dan Sande berusaha membuat sesuatu pengelompokan dimensi gaya hidup dalam lima kelompok, yaitu: 1) Dimensi Morfologis

Dimensi morfologis merujuk kepada lingkungan dan aspek geografis. Beberapa atau sekelompok orang lebih terikat pada tempat tertentu di bandingkan tempat yang lainnya, dari mulai lingkunahgn yang tradisional sampai kota yang cosmopolitan. 2) Hubungan Sosial Dan Jaringan kerja Dimensi ini di bedakan atas tiga bidang, yaitu : a) Pengkapsulan: Keterikatan pada lingkungan, suku, etnis, keeratan di berbagai bidang. b) Segregasi: tidak menekan pada suatu kegiatan saja, tetapi pada beberapa kegiatan tanpa ada keterikatan yang akarab atau emosional. c) Isolasi: tanpa adanya keterikatan yang yang mendalam pada bidang apa pun. 3) Penekanan Bidang Kehidupan ( Domain ) Seseorang dapat menekankan kehidupannya pada suatu bidang tertentu yang menjadi prioritasnya. 4) Makni Gaya Hidup ( Wordview ) Penilaian atau pemaknaan terhadap bidang-bidang kehidupan. 5) Dimensi Simbolik ( Style ) Simbol-simbol yang di gunakan dalam kehidupannya. Dimensi-dimensi gaya hidup di atas terlihat mengandung nilai sosial. Artinya dimensi-dimensi gaya hidup di bentu dalm rangka menjalin hubungan sosial dengan individu atau kelompok lainnya. Bentuk-bentuk hubungan sosial ini baiknya yang asosiatif ataupun yang disosiatif akan menimbulkan kelompok kelompok sosial. Kelompokkelompok sosial yang muncul akan terstratifikasi berdasarkan penilayan yang di berikan oleh anggota kelompok dalam atau kelompok luar. Masalah penilayan dalam hubungan sosial ini di jelaskan pula oleh Roret K. Merton dan Allice KitRossi. Bahea adanya kelompok-kelompok sosial dalam setratifikasi karna adanya hubungan antara: a) Kesesuaian penilayan seseorang yang berada pada kelompok tersebut dengan orang lain yang berada pada kelompok yang sama terhadap sesuatu yang penting bagi kelangsungan system yang mereka kambangkan. b) Atau juga masalah kesesuayan individu terhadap penilayan yang di berikan antara orang yang berada pada kelompok yang berbeda. ( R. Bendix & Lipser, 1966 : 510-515 )

Ditambahkan pula bahwa dalam usaha mencapai kesesuayan dalam penilayan terhadap norma-norma sosial tadi, seseorang individu akan berusaha mengadopsi sejumlah kebiasaan tertentu dari individu lain atau kelompok lain yang di sebut sebagai kelompok acuan atau reference group sebagai individu atau kelompok yang di tiru kelakuannya. Individu yang reada pada setratifikasi bahwa akan meniru gaya hidup yang di kembangkan kelompok stratifikasi sosial atasnya. Keberhasilan peniruan ini tergantung kepada : Kemampuan orang yang meniru, karna tidak semua gaya hidup dapat di tiru. Tetapi banyaknya yang tidak dapat dibeli dengan uang, melainkan melalaui peruses yang lain atau pengorbanan. Penerimaan kelompok liar yang di jadikan kelompok acuan. Orang yang yang menjadi anggota kelompok ( member ship group ) belum tentu mengembangkan gaya hidup kelompoknya, karena ia bias mengembangkan gaya hidup yang berbeda. Karna individu merasa asing denga kelompok atau berusaha mengadukan mobilisasi ia bias mengembangkan orientasi positifnya kepada gaya hidup kelompok lain. Hal ini di nyatakan oleh Merton sebagai pengaruh yang berkepanjangan dan terus menerus antara kemunduran hubungan sosial di antara kelompok dan sikap positif pada norma-norma dari bukan anggota kelompoknya. Dalan posisi individu sudah keluar dari keanggotaan suatu kelompok dan belum di terima sebagai anggota kelompok yang di diacu, maka dia berada pada posisi pinggiran atau marginal men . Seseorang individu yang hubungan sosial dengan kelompknya sudah pudar, ia mengorientasikan dirinya pada kelompok lain, maka dia harus mencari acuan dari norma dan kebiasan yang berkembang pada individu anggota kelompok baru tersebut. Ada dua kemungkinan yang bias di lakukan, atau yang ia hadapi, yaitu : Pertama : Apabila ia mengaflikasikan dirinya dengan kelompok acuan dengan baik, ia akan berhasil. Kedua : Apabila kemungkinan di atas tidak terjadi ( kurang mampu atau strukyur kelompoknya ketat ), maka ia akan kehilangan akar sosialnya ( socially rootless ).

Anda mungkin juga menyukai