Anda di halaman 1dari 11

Arti Penting Pertanian: Masa Lalu dan Masa Depan

45

Arti Penting Pertanian:


Bayu Krisnamurthi

Masa Lalu dan Masa Depan

ARTI PENTING PERTANIAN DAN ANCAMAN CARA BERPIKIR MASA LALU Apabila kita buka buku pegangan (text-book) ekonomi, terutama ekonomi pertanian dan ekonomi pembangunan, maka akan dapat dilihat teori yang masih dipertahankan sejak tahun 1960-an, yang menyatakan bahwa peran pertanian dalam perekonomian akan menentukan arti penting pertanian. Menggunakan data (umumnya data sekunder) sejak tahun 1960an pula, peran pertanian dalam perekonomia kemudian didefinisikan sebagai peran dalam penyediaan produk-produk kebutuhan masyarakat, seperti bahan makanan, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya; peran sebagai mata pencaharian dan lapangan kerja bagi masyarakat; peran dalam sumbangannya bagi pendapatan nasional; serta peran dalam sumbangannya bagi ekspor dan perolehan devisa. Peran tersebut kemudian ditambahkan (dirincikan) lagi dengan berbagai peran lain, seperti peran pertanian dalam pembangunan daerah, peran pertanian sebagai penyedia bahan baku bagi industri, peran pertanian sebagai penyedia surplus tenaga kerja dan surplus kapital bagi industri dan kota, peran sebagai sumber pendapatan sebagian (besar) masyarakat yang kemudian menjadi pasar bagi produk industri. Mengikuti pemikiran diatas, yang juga didukung oleh berbagai data empiris, sangat besar peran dan arti pertanian bagi perekonomian. Jika dipergunakan dua indikator yang paling sering dipergunakan yaitu kontribusi terhadap pendapatan nasional dan kesempatan kerja, maka pertanian akan menjadi sektor ekonomi terbesar dibanyak negara didunia, termasuk di Indonesia. Dengan demikian, tidak ada cara lain bagi suatu

45

46

Agro-Ekonomika N0.2 Tahun XXXIV Oktober 2004

negara untuk membangun ekonominya kecuali dengan memulainya dari pembangunan pertanian. Pemikiran mengenai peran pertanian tersebut kemudian dapat dikaitkan dengan teori lain mengenai pembangunan dan perkembangan perekonomian. Dikatakan dalam teori tersebut perkembangan suatu perekonomian (ekonomi suatu negara) akan terjadi jika terjadi pergeseran dan peningkatan basis ekonomi dari pertanian ke industri lalu ke jasa. Dasarnya pertimbangannya adalah karena elastisitas pendapatan produk pertanian yang umumnya merupakan produk kebutuhan pokok seperti makanan akan lebih kecil dari industri dan jasa yang umumnya merupakan produk kebutuhan sekunder dan tersier. Artinya, jika pendapatan masyarakat bertambah maka jumlah permintaan terhadap produk pertanian akan lebih kecil dari jumlah permintaan terhadap produk industri. Dengan demikian semakin kaya suatu negara (suatu masyarakat) maka industri dan jasa-lah yang kemudian akan berkembang lebih pesat, sehingga peran relatifnya akan semakin besar, yang mengakibatkan peran relatif pertanian akan menurun. Sejalan dengan itu, bagian masyarakat yang bekerja di industri akan semakin besar, berpindah dari pertanian, dan akhirnya pertanian akan ditinggalkan. Konsep-konsep seperti tinggal landas dan transformasi struktural mengikuti cara berpikir ini. Cara berpikir diatas terlihat logis dan mantap serta memang didukung oleh berbagai studi dengan data empiris yang dibangun sejalan dengan teori tersebut. Namun demikian, ancaman mulai timbul bagi dan oleh pengguna teori tersebut, yang terutama disebabkan oleh beberapa hal: 1. Pengguna teori sering lupa (atau tidak mau tahu) pada prinsip bahwa teori adalah abstraksi dan representasi (mewakili) dunia nyata, dan bukan sebaliknya dunia nyata yang harus nurut kepada teori. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh gejala yang bukan-tidak-lazim dari beberapa ekonom yang menyalahkan kenyataan kalau perilaku nyata tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada. Pengguna teori juga sering lupa terhadap prasyarat, asumsi dan konteks dimana teori itu berlaku. Dinamika perkembangan dianggap tidak ada sehingga seolah teorinya berlaku disemua kondisi. Pengguna teori juga sering tidak berani atau tidak mampu atau bahkan tidak cukup merdeka untuk mempertanyakan keabsahan teori, walaupun sebenarnya selalu menantang teori lama (dengan

2.

3.

46

Arti Penting Pertanian: Masa Lalu dan Masa Depan

47

cara yang baik dan tepat) merupakan esensi dari perkembangan ilmu pengetahuan. Ternyata memang terdapat beberapa ancaman serius dari cara berpikir masa lalu tersebut. Ancaman tersebut nyata, dan pada beberapa studi antara lain karya monumental Bias Against Agriculture (1993, Romeo Bautista and Alberto Valdes, Editor. IFPRI) yang didasarkan pada studi antara lain di Peru, Nigeria, Zaire, Filipina, Pakistan, Argentina, dan Cili ditunjukkan bagaimana akibat dari ancaman cara berpikir yang menempatkan pertanian sebagai sesuatu yang inferior, yang kemudian berimplikasi pada pilihan kebijakan perdagangan dan ekonomi makro di negara berkembang. Ancaman dimaksud adalah bahwa meskipun pertanian memiliki peran besar, ternyata peran yang besar tersebut terutama adalah peran yang menempatkan sektor pertanian hanya sebagai penunjang pengembangan sektor industri. Pertanian diarahkan untuk menghasilkan pangan murah dengan return bagi petani yang seadanya 1 . Pertanian juga diharapan mengalokasikan surplusnya untuk pengembangan SDM melalui sistem pendidikan yang lebih berorientasi kota dan kegiatan ekonomi formal sehingga akhirnya orang muda anak-anak petani menjadi tenaga kerja murah bagi industri dan sektor kota. Sistem perbankan kemudian membantu menyerap surplus kapital di desa untuk disalurkan sebagai sumber pembiayaan di kota yang lebih menguntungkan. Ditambah lagi, strategi promosi dan distribusi yang lebih mampu dilakukan oleh industri dengan dukungan infrastruktur yang juga lebih berorientasi industri dan kota kemudian menyebabkan desa dan pertanian menjadi pasar yang sangat prospektif, tetapi sebaliknya produk pertanian hampir selalu kesulitan untuk dipasarkan. Nilai tukar kemudian menjadi timpang dan cenderung merugikan petani. Pangan murah, surplus SDM murah, surplus kapital murah, dan pasar yang besar. Akhirnya itulah yang terjadi dengan peran pertanian yang dinilai besar yang disertai dengan pemikiran bahwa pertanian memang harus ditinggalkan. Secara sadar atau tidak sadar, cara berpikir itu ternyata memang telah menempatkan pertanian sebagai sektor atau kegiatan yang ada hanya untuk dieksploitasi. Hal ini kemudian juga menjadi sebab dari berbagai kebijakan operasional dan sektoral yang bias against agriculture. Misalnya, untuk 1 kilometer jalan tol dalam kota membutuhkan biaya sama dengan sekitar 50
1

Pada kasus Indonesia ada masa kita lebih sering dengar ungkapan agar petani cukup punya insentif untuk terus berproduksi bukan ungkapan agar petani bisa lebih kaya.

47

48

Agro-Ekonomika N0.2 Tahun XXXIV Oktober 2004

kilometer jalan kabupaten di daerah pedesaan, dan alokasi dana untuk infrastruktur tetap lebih diprioritaskan pada pembangunan jalan tol. Demikian juga dengan kebijakan tata ruang, yang lebih mudah mengorbankan tanah sawah untuk industri atau pertokoan dari pada sebaliknya. Ancaman cara berpikir tersebut juga disebabkan karena cara berpikir itu sendiri tidak melihat berbagai aspek secara lengkap. Salah satu asumsi pokok dari transformasi struktural adalah bahwa tenaga kerja dapat berpindah secara mudah (sempurna) dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa saat pangsa pertanian menurun dan pangsa industri menaik. Namun ternyata terdapat berbagai kendala institusional, sosial, emosional, hingga teknologikal yang tidak memungkinkan tenaga kerja pertanian yang serba terbatas (pendidikan, pengetahuan umum, ketrampilan) dapat berpindah ke industri. Sebaliknya, apabila terjadi ganguan (shock) di industri, beban tenaga kerjanya dapat dengan mudah dipindahkan ke pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh fenomena bertambahnya sekitar 5 juta tenaga kerja di pertanian dan pedesaan pada tahun 1999-2001 setelah krisis, dan setelah industri mulai bertumbuh kembali bahkan tenaga kerja yang tadinya berasal dari industripun tidak mudah berpindah kembali.

3,50

pangsa PDB/pangsa TK

3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,72 0,50 0,00 1970 1980 0,55 2,11 2,53

3,08

2,90

2,80

2,85

pertanian industri jasa


1,08 1,06 1,09

1,41

1,32

1,35

0,39

0,37

0,37

0,36

1990

2000

2001

2002

tahun

Gambar 1. 48

Arti Penting Pertanian: Masa Lalu dan Masa Depan

49

Ancaman cara berpikir ini semakin aktual karena secara sosiologi, masyarakat cenderung untuk menempatkan pertanian memang lebih rendah dibandingkan dengan industri. Citra yang diberikan kepada pertanian hampir selalu adalah citra kesederhanaan dan keterbatasan, bahkan miskin dan kumuh. Hal ini seperti memberikan justifikasi bagi cara berpikir transformasi ekonomi yang diartikan dengan merubah (meninggalkan) pertanian menuju industri (yang lebih maju dan menarik). Akibat dari kondisi tersebut adalah kesenjangan yang semakin besar antara pendapatan perkapita di pertanian dengan industri atau jasa. Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa rasio pangsa PDB per pangsa TK pertanian terus menurun sementara rasio yang sama bagi industri terus menaik. Dengan demikian, petani selalu akan lebih miskin dibandingkan saudaranya di industri. Oleh sebab itu, tanpa perubahan cara berpikir mengenai peran dan arti penting pertanian bagi perekonomian secara keseluruhan serta kehidupan bangsa dan negara, maka selama itu pula pertanian selalu akan berada pada posisi yang inferior dan terus termarjinalisasi, sekalipun pada masanya pertanian memiliki kontribusi dengan besaran yang signifikan. ARTI PENTING PERTANIAN: ANCAMAN KEPENTINGAN SEPIHAK Indonesia merupakan satu dari sedikit negara yang juga memiliki pengalaman dimana peran penting pertanian kemudian diartikan berbeda akibat kepentingan sepihak. Ketika Indonesia mengalami krisis monter, berbagai studi dan diskusi telah menunjukan bahwa penyebab krisis itu adalah ekspansi sektor moneter yang berlebihan sejak dilaksanakan deregulasi. Sektor pertanian sering dikatakan menjadi sektor penyelamat pada saat krisis tersebut. Sebenarnya sektor pertanian bukanlah sektor yang kebal terhadap krisis. Hanya karena selama ini sebelum krisis, juga hingga sekarang pertanian sedikit sekali menerima layanan perbankan formal, maka pertanian (juga usaha mikro dan kecil, serta ekonomi pedesaan) tidak langsung terpengaruh ketika perbankan berjatuhan. Namun ketika pengaruh krisis moneter telah mulai berakibat pada inflasi dan daya beli, tingkat bunga, pengangguran, kondisi anggaran pemerintah, dan berbagai peubah ekonomi makro lainnya; maka pertanian mulai menjadi sektor yang paling menderita. Dengan demikian sekali lagi pertanian sebenarnya

49

50

Agro-Ekonomika N0.2 Tahun XXXIV Oktober 2004

bukan sektor yang kebal terhadap krisis tetapi merupakan sektor dengan time-lag yang lebih panjang untuk merasakan akibat krisis secara langsung. Walaupun dengan kesalahan pemahaman tersebut artinya pertanian masih tetap dinyatakan sebagai sektor yang memiliki arti penting sebagai yang mampu meredam dampak krisis yang lebih buruh ternyata justru melahirkan sikap pertanian tidak perlu dibantu karena sudah kuat menghadapi krisis. Sehingga yang dibantu justru adalah sektor yang menjadi sumber masalah yaitu bank-bank hitam yang banyak manipulasi dan korupsi. Sumberdaya negara (milik rakyat) yang serba terbatas kemudian dengan sengaja dialokasikan kepada perbankan tersebut dalam bentuk subsidi dan dukungan. Ibarat kisah di film kartun: penjahatnya dibantu dan dirangkul, sedangkan pahlawannya dibiarkan sendiri dan ditinggalkan. Keputusan ini sangat sulit untuk tidak dilihat sebagai hasil dari percaturan kepentingan dari beberapa pihak tertentu yang dipadukan dengan penyakit KKN yang memang sering dinyatakan sudah merasuk sangat dalam pada sendi-sendi proses dan kelembagaan pengambilan keputusan. Pertanian yang terkait dengan orang banyak tetapi tidak mampu melakukan pendekatan-pendekatan khusus kalah dibandingkan sektor lain yang menjadi kepentingan segelintir orang. Ancaman kepentingan sepihak ini kiranya merupakan hal juga perlu sangat diperhatikan oleh pelaku pertanian. ARTI PENTING PERTANIAN: KELUAR DARI ANCAMAN CARA BERPIKIR DAN MENCARI ARAH MASA DEPAN Pertimbangan kemanusiaan dan keadilan tidak mengijinkan kita untuk membiarkan pertanian termarjinalkan akibat acaman cara berpikir diatas. Pada tahun 2002, dari 38,4 juta orang miskin di Indonesia, 65,4 % berada di pedesaan, dan 53,9 % adalah petani. Pada tahun 2003, dari 24,3 juta RT petani yang berbasis lahan, sekitar 20,1 juta (82,7 %) diantaranya dikategorikan miskin. Dengan demikian, sebagian besar petani adalah miskin, dan sebagian besar orang miskin adalah petani. Kenyataan ini saja telah memberikan cukup alasan agar ancaman cara berpikir harus dapat dirubah. Langkah pertama adalah untuk menemukan argumentasi mengenai peran penting pertanian tanpa menimbulkan komplikasi pertanian yang diposisikan hanya sebagai penunjang kegiatan lain. Kemudian setelah itu 50

Arti Penting Pertanian: Masa Lalu dan Masa Depan

51

perlu ditemukan kerangka pemikiran mengenai kaitan pertanian, industri dan jasa dalam konteks perkembangan ekonomi. Langkah-langkah ini juga dapat dilakukan dengan mempelajari posisi pertanian di negara-negara industri maju yang ternyata masih memberikan dukungan dan proteksi yang besar bagi pertaniannya. Setiap kita memperhatikan sepak terjang negara maju di forum negoasi perdagangan multilateral seperti WTO, terdapat pertanyaan yang selalu timbul: mengapa pertanian tetap dianggap sangat penting bagi negara maju? Mengapa kegiatan ekonomi yang hanya memberi kontribusi sekitar 2 persen bagi pendapatan nasional dan kesempatan kerja di AS mendapat dukungan yang sangat besar, bukan hanya dukungan langsung dalam bentuk subsidi tetapi juga dalam bentuk riset, kebijakan, fasilitasi pembiayaan, hingga diplomasi internasional yang memperjuangkan dibukanya pasar-pasar negara lain bagi produk pertanian AS ? Ternyata pertanian sangat penting dan tetap akan penting bagi negara industri maju pertama dan terutama adalah karena pertanian menyediakan pangan. Dalam hal ini lingkup pangan termasuk pangan segar, sayur, buah, daging, ikan, susu, telur; atau produk olahan seperti minyak makan, sereal, makanan bayi, es krim, dan sebagainya. Peran penting sebagai penyedia pangan juga menimbulkan peran yang tidak kalah penting pada kegiatan hulunya seperti pakan ternak. Disamping itu juga terdapat peran yang semakin penting dan juga tidak tergantikan dalam produk-produk kesehatan, kecantikan (kosmetik) dan kebugaran. Industri-industri (manufaktur) tersebut tetap membutuhkan pertanian sebagai basis produksinya. Peran pertanian dalam menyediakan serat (fiber), seperti cotton, kulit, partikel, dan kayu lapis juga tidak dapat digantikan secara sempurna oleh produk non-pertanian. Bahkan di berbagai negara industri telah berkembang aplikasi teknologi maju untuk mengembangkan bahanbahan baru (new materials) non-konvensional, seperti degradable plastic dari starch jagung, partikel dari batang ubikayu, dan sebagainya yang akan berimplikasi luas terhadap arti produk-produk pertanian yang terbaharui itu dimasa yang akan datang. Bagi AS misalnya arti pangan dan pertanian tersebut bahkan lebih jauh lagi menyangkut keamanan nasional (national security). Sehingga pengertian food security (ketahanan pangan) yang di Indonesia lebih diartikan sebagai kecukupan pangan, di negara yang sangat dikhawatirkan oleh serangan teroris tersebut, food security diartikan sebagai usaha menangkal serangan melalui pangan. Belum lagi kepedulian yang tinggi 51

52

Agro-Ekonomika N0.2 Tahun XXXIV Oktober 2004

terhadap keamanan pangan (food safety) dari berbagai racun atau zat berbahaya lain, membuat baik konsumen maupun pemerintah sangat hatihati untuk menyerahkan pemenuhan kebutuhan pangannya dari impor, meskipun ironisnya keinginan untuk makan enak juga membuat timbulnya masalah seperti obesitas yang semakin serius. Perkembangan beberapa tahun terakhir yang terkait dengan harga energi dari minyak bumi yang telah mencapai diatas US$ 40 per barrel, juga telah semakin membuka peluang peran penting pertanian yang lain, yaitu sebagai penyedia energi (bioenergi) yang terperbaharui. Kembali mencermati perkembangan di AS, minyak kedele telah diarahkan untuk dikembangkan sebagai sumber bio-fuel / bio-diesel dengan investasi milyaran dolar dalam bentuk riset dan pengembangan. Dibeberapa negara bagian AS telah dilakukan uji coba untuk menerapkan hukum yang mengharuskan penggunaan bio-diesel tersebut karena dinilai lebih ramah lingkungan dan mengurang ketergantungan terhadap negara pengekspor minyak. Di Jepang diberitakan bahwa kebutuhan bio-diesel telah mencapai 2 juta ton per tahun. Dalam hal ini, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara produsen bio-diesel utama, karena minyak sawit (CPO) dapat memiliki keunggulan kompetitif yang lebih besar dari minyak nabati lainnya. Belum lagi potensi pengembangan bio-energi dari singkong dan umbi-umbian lain atau dari rumput laut dan berbagai produk lain. Peran pertanian sebagai penyedia bahan-bakar-bio ini kembali akan menempatkan pertanian dalam perspektif yang semakin penting di masa yang akan datang. Pertanian (budidaya) mungkin hanya memberi kontribusi kecil dalam nilai PDB atau jumlah kesempatan kerja dinegara maju, tetapi produk pangan dikonsumsi oleh 100 persen penduduk, dengan sifat konsumsi yang semakin menentukan, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubsitusi. Produk pangan juga memiliki nilai elastisitas pendapatan yang tinggi. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula permintaan masyarakat akan pangan, baik dalam jumlah maupun jenis serta penyajiannya. Hal ini menyebabkan industri pangan tumbuh sangat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam hal kesempatan kerja, dengan tingkat produktivitas yang tinggi dan perkembangan sistem produksi dan distribusi yang luas, satu kesempatan kerja di pertanian budidaya ternyata akan terkait dengan sekitar 20 kesempatan kerja diberbagai aktivitas hulu hilirnya, termasuk jasa distribusi, industri, hingga kegiatan pelayanan konsumen seperti rumah makan dan supermarket. Belum lagi peran multifungsi dari pertanian

52

Arti Penting Pertanian: Masa Lalu dan Masa Depan

53

dikaitkan dengan aspek kelestarian lingkungan, bahkan eksistensi nilai-nilai sosial budaya masyarakat. Jepang dan Uni-Eropa sangat memperhatikan peran pertanian secara sosial budaya ini. Di AS pun pertanian berperan penting sebagai identitas masyarakat, seperti halnya negara bagian Texas atau Colorado yang tetap dikenal sebagai negeri para cowboy walaupun wilayah itu menjadi kaya karena minyak atau kegiatan ekonomi lain. Dan di Indonesia telah diindikasikan adanya kaitan yang erat antara berbagai nilai positif dalam masyarakat (social capital) dengan keberadaan pertanian, seperti gotong-royong, musyawarah rembug-desa, sikap hidup yang melestarikan sumberdaya alam, dan sebagainya. Dengan demikian arti penting pertanian itu jauh berada diatas perannya dalam pangsa PDB atau pangsa kesempatan kerja dibandingkan dengan sektor lain. Peran pertanian sebagai penyedia pangan dan berbagai produk lain tersebut tidak tergantikan oleh kegiatan apapun lainnya, sehingga arti penting pertanian tersebut tidak dapat dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini diungkapkan dengan perumpamaan seperti tidak dapat dibandingkannya mana yang lebih penting mesin atau ban dalam sebuah mobil karena keduanya dibutuhkan agar mobil tersebut dapat berfungsi. Dengan demikian, walaupun harga ban memang lebih murah dari mesin, tidak berarti ban kurang penting dibandingkan mesin. Sejalan dengan pemikiran tersebut, argumentasi perkembangan ekonomi dan perkembangan pertanian didalamnya tidak dapat lagi dilihat dalam perspektif anak tangga: dari pertanian naik ke industri lalu naik lagi ke jasa. Pada kenyataannya, semakin jarang ditemui kegiatan yang benar-benar hanya pertanian atau kegiatan yang hanya industri atau hanya jasa. Melalui sistem rangkaian pasokan (supply chain system), produk kelapa sawit harus diolah lebih dahulu menjadi CPO (kegiatan industrial), lalu diangkut, distribusikan, dan diperdagangkan keseluruh dunia (kegiatan jasa). Demikian juga dengan tebu dan gula, kedele, beras, daging, susu, dan sebagainya. Kaitan pertanian, industri, dan jasa tersebut semakin menentukan dalam industri rokok, minyak goreng, industri makanan olahan, atau industri jamu, kosmetik dan obat. Seluruh rantai pasokan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan apabila salah satu kegiatan menjadi lemah maka lemahlah seluruh kegiatan tersebut. Dengan demikian, dalam perspektif pembangunan, memang benar bahwa kegiatan ekonomi yang hanya berupa kegiatan budidaya pertanian tidak akan memberi tanda kemajuan. Semakin kuat integrasi antara kegiatan budaya, industri (manufaktur), dan aktivitas jasa dan pelayanannya 53

54

Agro-Ekonomika N0.2 Tahun XXXIV Oktober 2004

maka akan semakin maju kegiatan itu. Oleh sebab itu, kemajuan ekonomi harus dilihat dalam perspektif kombinasi pertanian-dan-industri-dan-jasa, bukan pergeseran dari pertanian-ke-industri-ke-jasa. Dalam perspektif ini, pertanian tidak ditempatkan sebagai sektor inferior tetapi sebagai mitrasejajar sektor industri dan jasa. Sehingga tidak ada lagi ancaman cara berpikir yang akan meninggalkan pertanian di landasan pada saat ekonomi tinggal landas. Dengan cara berpikir ini, peran pertanian dalam PDB dan kesempatan kerja memang tetap harus berkurang, tetapi keberadaanya tidak menjadi lebih tidak penting. Jumlah petani padi di Karawang memang harus dikurangi, beberapa petani difasilitasi untuk memiliki dan mengembangkan integrated rice industry yang mengolah padi dan beras Karawang sendiri menjadi berbagai produk akhir. Jumlah petani beras Karawang berkurang, tetapi jumlah kesempatan kerja sistem industri beras Karawang meningkat. Pangsa budidaya padi dari PDRB Karawang berkurang, dan terjadi peningkatan peran industri berbasis beras, dan peningkatan nilai PDRB secara keseluruhan. Ilustrasi ini dapat diulang untuk berbagai contoh kaitan pertanian-dan-industri-dan-jasa di berbagai daerah (bahkan negara). Pendekatan tersebut membuka kesempatan bagi kemajuan dan perkembangan, peningkatan produktivitas, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan pengurangan kemiskinan. Sebuah strategi yang sangat berpotensi menyelesaikan banyak masalah, yang kuncinya berawal pada perubahan cara berpikir yang mendasar. Sebagai indikator keberhasilan, dapat ditetapkan sasaran perubahan struktur perekonomian seperti (misalnya) tertera pada tabel berikut. Tabel 1. Proyeksi Struktur Perekonomian Indonesia
(persen) Pangsa Pertanian - Dalam kesempatan kerja - Dalam GDP Pangsa Industri - Dalam kesempatan kerja - Dalam GDP Jasa - Dalam kesempatan kerja - Dalam GDP 2002 44,7 17,5 18,0 32,5 24,7 38,2 2022 20 12 35 35 35 40

54

Arti Penting Pertanian: Masa Lalu dan Masa Depan

55

Tanpa usaha sungguh-sungguh untuk keluar dari jebakan cara berpikir, tampaknya kita masih akan berputar-putar pada masalah yang sama. Marjinalisasi petani dan pertanian akan tetap terjadi, perlindungan dan keadilan tidak akan kunjung menghampiri petani karena posisinya yang selalu akan inferior. Yang dibutuhkan adalah keberanian dan kemampuan untuk merdeka dalam berpikir, khususnya diantara mereka yang menjadi pengambil keputusan.

55

Anda mungkin juga menyukai