Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PNEUMONIA BY: KEL 2

SATIA PRAWANI M KHAIRINAWATI ERLINA WIRDANIS SITI ASMIRAINI MASUDATUL ISNAINI ISNAINI YULIANTI ROBBY FURWANTO MIRA

BAB II TINJAUAN TEORITIS


Pengertian Pneumonia merupakan suatu penyakit peradangan pada parenkim paru yang umunya disebabkan oleh infeksi.

Pneumonia pada anak sering kali bersamaan terjadinya proses infeksi akut pada broncus dan disebut bronchopneumonia. Dalam pelaksanaan program ISPA semua bentukpneumonia ( baik pneumonia maupun bronchopneumonia) disebut pnomonia juga.

Etiologi
Penyebab pneumonia dpt disebabkan bermacam-macam seperti:

Bakteri : stapilokokus, streptokokus,aerogenesis,eneterobacter. Virus : virus influenza, adenovirus Micoplasma pneumonia Jamur : candida albicans Aspirasi : lambung

Klasifikasi pneumonia.
a. Pembagian anatomis: Pneumonia laboris Pneumonia loburalis ( bronkopneumonia ) Pneumonia intersitialis ( bronkioloitis ) b. Secara etiologis: Bakteria Virus Mycoplasma pneumonia Jamur Aspirasi Pneumonia hipostastik Sindrom loeffler

patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infeksi. Ada bbrpa mekanisme yang pada kedaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengn magrofak alveolur dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Bayi pada bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dn organisme infeksius.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defesiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalmi aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran nafas.

Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagain atas. Virus tersebut dapat menyebar kesaluran nafas bagian bawah dn

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respon inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit dan fibrin, infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infiltrasi makrofak. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsilidasi lobaris yng khas foto thorax.

Manifestasi klinis
- Secara khas diawali dengan awitan menggil, demam yang timbul dengan cepat ( 39,5c sampai 40,5C). - Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk - Takipnea (25-45 X/I ) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping hidung. - Nadi cepat dan bersambung - Bibir dan kuku sianosis - Sesak nafas

Komplikasi.
Efusi pleura Hipoksia Pneumonia kronik Bronkaltasis Atelaktasis Komplikasi sistemik

Pemeriksaan penunjang
Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural Pemeriksaan gram/kultur ,sputum dan darah : untuk mengindentifikasi semua organisme yang ada. Pemeriksaan serelogi: membantu dalam membedakan diagnoosis organisme khusus. Pemeriksaan fungsi paru Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis Spirometric static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

penatalaksanaan
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococus Amantanidine, rimantanidine,: untuk infeksi pneumonia virus Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin : untuk infeksi pneumonia mikroplasma Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkn tanda-tanda Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia Bila terjadi gagal nafas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

Kasus..
An. Derel (3,5 th) dirawat di Ruang anak dengan keluhan sesak nafas, batuk, demam serta keadaan umum menurun. Hasil pemeriksaan fisik: Nadi = 102 x/menit, RR = 54 x/mnt, S = 39,6o C; BB = 14 kg; anak tampak gelisah dan rewel; terlihat ada tarikan dinding dada ke dalam pada saat inspirasi; jg terdengar adanya stridor; menurut ibunya, sejak sakit anakknya susah untuk makan. Hasil X-Ray memperlihatkan adanya bercak infiltrate pada beberapa lobus. Diagnosa medis pada an. Derel diketahui Pnemonia.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia


a. Pengakajian
1. Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.


2. Sirkulasi Gejala : riwayat adanya Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.

3. Makanan/cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).

4. Neurosensori Gejala: sakit kepala daerah frontal (influenza) Tanda : perusakan mental (bingung)

5. Nyeri/kenyamanan Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia. Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

6. Pernafasan Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea. Tanda :
sputum: merah muda, berkarat perpusi: pekak datar area yang konsolidasi premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi Bunyi nafas menurun Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

7. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar 8. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.

B. Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Infeksi Paru Defisit Volume Cairan b.d Penurunan intake cairan

intervensi
Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Infeksi Paru Karakteristik : Batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis, leukositosis. Tujuan : Anak akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :
Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi Suhu tubuh dalam batas 36,5 37,2OC Laju nafas dalam rentang normal Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dan diaphoresis

Intervensi
Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan napas. R : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan. Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal R : Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan terapi R : Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai order, kaji keefektifan dan efek samping (ruam, diare)

R : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan


Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks R : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan paru Lakukan suction secara bertahap

R : Membantu pembersihan jalan nafas - Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 4 jam R : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan.

2. Defisit Volume Cairan b.d Penurunan intake cairan

Karakteristik : Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine. Tujuan Anak mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :
Intake adekuat, baik IV maupun oral Tidak adanya letargi, muntah, diare Suhu tubuh dalam batas normal Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 1,020

Intervensi :
Catat intake dan output, berat diapers untuk output R : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line R : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu

R : Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan


Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam R : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum.

Sekian

Anda mungkin juga menyukai