Anda di halaman 1dari 10

BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TAHU Oleh : Desvia Safitri 25310019- Magister Teknik Lingkungan FTSL, ITB I.

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang


Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa org anik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. EMDI (Enviromental Management Development in Indonesia)Bapedal (1994) melaporkan kandungan rata-rata BOD, COD dan TSS berturut-turut sebesar 3250, 6520 dan 1500 mg/l. Apabila dilihat dari baku mutu limbah cair industri produk makanan dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD5, COD dan TSS berturut-turut adalah 50, 100 dan 200 mg/L, sehingga jelas bahwa limbah cair industri tahu ini telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses pengolahan limbah cair. Ketidak inginan pemilik pabrik tahu untuk mengolah limbah cairnya disebabkan karena kompleks dan tidak efisiennya proses pengolahan limbah, ditambah lagi menghasilkan nilai tambah. Dengan mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu. Pada umumnya, biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar -Dasar Teknik Lingkungan pada Program Pasca Sarja Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung adalah: 1. Memahami pengertian biogas dan teknik pembuatan biogas.

2. Mengetahui proses yang terjadi dalam transformasi limbah industri tahu menjadi biogas. 3. Mengetahui manfaat biogas dalam menangani limbah cair industri dan nilai manfaat hasil pengolahan.

II. Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biogas


Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan -bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Biogas merupakan campuran komponen: 60 % CH (metana), 38 % CO (karbon dioksida), dan 2 % N , O , H , & H S. Sumber energi
4 2 2 2 2 2

Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda. (Workshop CPI- NU, 2009) Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam (Houdkova et.al. dalam Eliantika, 2008). Biogas juga didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi. (Hambali E dalan Eliantika,2009)

2.2 Biogas dari Limbah Industri Tahu


Kapasitas produksi dari sejumlah limbah cair yang dihasilkan mempengaruhi karakteristik limbah (BOD, COD, TSS, DO, pH). Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kirakira 15-20 l/kg bahan baku kedelai. Menurut EMDI (Enviromental Management Development in Indonesia)-Bapedal (1994) kandungan rata-rata BOD, COD dan TSS berturut-turut sebesar 3250, 6520 dan 1500 mg/l. Menurut hasil penelitian Basuki (2008), limbah cair tahu mempunyai kandungan protein, lemak, dan karbohidrat atau senyawa-senyawa organik yang masih cukup tinggi. Jika senyawa-senyawa organik itu diuraikan baik secara aerob maupun anaerob akan menghasilkan gas metana (CH4), karbondioksida (CO2), gas-gas lain, dan air. Gas metana merupakan bahan dasar pembuatan biogas.

2.3 Tipe Alat Pengolahan Biogas


Pembangkit biogas terdiri dari alat yang kedap udara dengan bagian -bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa penyaluran biogas yang terbentuk. Di dalam digester ini terdapat bakteri methan yang mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan dan digunakan untuk berbagai keperluan. Alat yang dirancang untuk menghasilkan biogas terbagi atas tiga tipe yaitu (Pikiran Rakyat,2006): 1. Reaktor Terapung (floating type)

Tipe terapung terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya diletakkan drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Bagian sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah seperti pasir, batu bata, dan semen.

2. Reaktor Kubah Tetap (fixed dome type) Pada reaktor ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentu gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karena menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. B agian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.

3. Tipe Reaktor Balon Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik. Reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. (Steel,2010).

Gambar 3. Reaktor Balon

Kelebihan dan kekurangan ketiga tipe reaktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Tipe Reaktor Biogas Reaktor


Terapung (floating type)

Kelebihan

Kekurangan

y volume gas yang tersimpan y biaya material konstruksi dari drum

pada

drum

dapat

dilihat

lebih mahal
y faktor korosi pada drum sehingga

langsung
y tekanan gas konstan

memiliki umur yang lebih pendek


y seringnya terjadi kehilangan gas pada

Kubah Tetap (fixed dome type)

y biaya konstruksi lebih murah y perawatannya lebih mudah

bagian tetapnya.

kubah

karena

konstruksi

Tipe Reaktor Balon y sehingga lebih efisien dalam penanganan tempat biogas.
Sumber: Pikiran Rakyat,2006

dan

perubahan

III. Pembahasan 3.1 Proses Transformasi Limbah Tahu Biogas


Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi tiga tahap dengan bantuan dua jenis bakteri (metanogenik dan Asidogenik). Proses transformasi limbah industri tahu menjadi biogas terdiri atas 3 tahap meliputi (Eliantika,2009): 1. Proses Hidrolisis, Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dengan bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer). pada proses anaerobik produk akhirnya berupa karbondioksida, etanol dan panas. Pada proses ini, bakteri selulotik mencerna selulosa menjadi gula. 2. Proses Pengasaman (Asidogenik), Pengasaman, pada tahap ini komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pa da tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia. 3. Proses Metanogenik, Metanogenik, yaitu proses pembentukan gas metan oleh bakteri pembentuk metana. Bakteri merombak asetat menjadi metana dan korbon dioksida. pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik.

3.2 Kualitas Biogas Yang Dihasilkan


Kualitas biogas yang dihasilkan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Raliby dkk, 2010 ):
y

Suhu

- untuk mengetahui kemampuan digester tersebut dalam mencerna bahan. Pada temperatur 35o C bahan limbah cair tahu dapat dicerna selama 10 15 hari.

pH - Derajat keasaman dari bahan di dalam digester merupakan salah satu indikator bagaimana
kerja digester (Fry, 1973).

BOD - Pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan
oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai.

COD - Pemeriksaan parameter COD ini menggunakan oksidator potasium dikromat yang
berkadar asam tinggi dan dipertahankan pada temperatur tertentu. Penambahan oksidator ini menjadikan proses oksidasi bahan organik menjadi air dan CO2, setelah pemanasan maka sis a dikromat diukur. Pengukuran ini dengan jalan titrasi, oksigen yang ekifalen dengan dikromat inilah yang menyatakan COD dalam satuan ppm.

TSS - Total Suspended Solid adalah semua zat terlarut dalam air yang tertahan membran saring
yang berukuran 0,45 mikron. Kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 103C 105C, hingga diperoleh berat tetap.

Lama Waktu Fermentasi - Secara Optimum reguler waktu yang diperlukan untuk
memfermentasi limbah cair tahu menjadi gasbio mencapai 3 minggu tergantung pada kual itas limbahnya.

3.3 Keseteraan Energi Yang Dihasilkan Biogas


Biogas berasal dari berbagai macam limbah organik dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi. Komponen biogas tersajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komponen Penyusun Biogas


Jenis Gas Metan (CH4) Karbondioksida (CO2) Air (H2O) Hidrogen sulfide (H2S) Nitrogen (N2) Hidrogen Persentase 50-70% 30-40% 0,3% Sedikit sekali 1- 2% 5-10%

Sumber : Bajracharya, dkk., 1985 Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara dengan 60 100 watt lampu selama 6 jam penerangan. Kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Nilai Kesetaraan Biogas dan Energi yang Dihasilkan 6

Aplikasi

Bahan Bakar lain Elpiji 0,46 kg Minyak tanah 0,62 liter

1 m3 biogas

Minyak solar 0,52 liter Kayu bakar 3,50 kg

Sumber : Wahyuni, 2008

3.4 Manfaat Biogas


Biogas merupakan energi menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah. Manfaat penggunaan biogas:
y

Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah tahu cair adalah biogas. Bio gas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari -hari, misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasole, su plai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain.

Manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai.

Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.

Raliby dkk, 2007, menyebutkan produksi tahu dengan kapasitas hingga 100 kg kedelai perhari menghasilkan limbah cair mencapai 160 liter dengan karakteristik BOD mengandung 334,75 mg/l, COD 1826 mg/l, danTSS 250 mg/l,serta pH 5,4. Apabila dilakukan pengolahan untuk menghasilkan biogas dapat menurunkan karakteristik limbah cair tahu seperti pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Hasil analisa air sebelum dan sesudah Pengolahan secara anaerob (Setelah operasi berjalan 4 minggu)

No.
1 2 3 4

Parameter
BOD COD Total SS (suspended solids) Sulfat

Konsentrasi Limbah Cair (mg/l) Sebelum Diolah Setelah Diolah 334.75 85 1826 450
250 Ttd 40 28.6

Effisiensi (%) 74.5 75.4


84 -

PH

5,4

6,7

Sumber : Ralib dkk,2010

IV. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan


1. Biogas adalah gas bio dari material organik yang mengalami degradasi bantuan bakteri tanpa melibatkan oksigen, disebut anaerobik digestion Gas dengan produk lebih dari 50 % berupa gas metana yang mudah terbakar. 2. Ada tiga tipe reaktor dalam pembentukan biogas yaitu reaktor terapung, raktor kubah tetap, dan reaktor balon. 3. Transformasi limbah cair tahu menjadi biogas terdiri atas tahap hidrolisis dengan bantuan bakteri selulotik, tahap asidogenesi dengan bantuan bakteri pembentuk asam, dan tahap metonogenesis membentuk gas metan dengan bantuan bakteri pembentuk metana. 4. Secara Optimum reguler waktu yang diperlukan untuk memfermentasi limbah cair tahu menjadi gasbio mencapai 3 minggu tergantung pada kualitas limbahnya. 5. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4 -5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari. 6. Biogas merupakan upaya untuk menanggulangi permasalahan limbah tahu dengan nilai tambah dari produk yang dihasilkan berupa biogas, sebagai energi alternatif.

4.2 Saran
1. Pemerintah dan pihak terkait hendaknya terus melakukan sosialisasi kepada pemilik industri tahu tentang pengetahuan dan manfaat yang dihasilkan dari biogas.

2. Pengembangan biogas tidak hanya dari limbah cair tahu tetapi juga dapat menggunakan
kotoran ternak, sehingga diperlukan penelitian berkelanjutan untuk pengembangan reakor biogas untuk skala besar dan luas.

3. Perlu

adanya

kompanye

cara

pembuatan,

pengoperasiaan

dan

pemeliharaan

instalasi/reaktor biogas.

Daftar Pustaka

Bajracharya, T.R., A. Dhungana., N. Thapaliya dan G. Hamal. 1985. Purification and Compression of Biogas : Research Experience. Journal of The Institute of Engineering 7 (1) : 1 9. Direktorat Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009. Statistik Energi Indonesia. Pusat Data dan Informasi ESDM: Jakarta Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi. 2006. Ketersedian Energi Fosil Indonesia: Jakarta Eliantika, F. Efriza. 2009. Biogas Limbah Peternakan Sapi Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan. Fakultas Peternakan dan Lingkungan: Universitas Bengkulu Fry, L. J., 1973, Methane Digesters for Fuel Gas and Fertilizer, The New Alchemy Institute, Massachusetts, 8th Printing. http://journeytoforever.org/biofuel_library/MethaneDigesters/MD1.html , diakses 26 sept 2010. Nandiyanto, D.B, Asep. 2007. Biogas Sebagai Peluang Pengembangan energy alternatif.Pikiran Rakyat. edisi 24 Maret 2006. Benarkah Kita Mengalami Krisis Energi? Prayati, P. Umi, Hasanudin, Udin. 2009. Kajian Proses Pembentukan Gas Metana (CH4) Bedasarkan Nilai COD dan Neraca Massa Karbon Pada IPAL Industri Tapioka dan Kelapa Sawit: Raliby, Oesman., Rusdjijati, Retno., Rosyidin Imron. Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas pada Industri Pengolahan Tahu. Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan. Jawa Tengah: No.2, Vol 7, Desember 2009 Steel, Alpen. 2010. Renewable Energy. Bandung. Alpen Steel

Wahyuni, S. 2008. Biogas. PT. Penebar Swadaya: Jakarta


Workshop PCI-NU. 2009. Pelatihan Pembuatan Biogas, Bioethanol, Biodiesel. PBNU: Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai