Anda di halaman 1dari 5

A.

Struktur Dari Uji diagnosik Sama dengan lain lain jenis studi observasional, studi dari uji diagnostik mempunyai struktur yang terdiri dari variabel predikator (hasil uji) dan variabel keluaran (ada atau tidaknya penyakit). 1. Nilai variabel predikator :dikotom, kategorial atau bersinambungan

(continuous) 2. Variabel keluaran : ada atau tidaknya penyakit, sebagaimana ditentukan dengan baku emas (gold standard, yang selalu positive pada pasien dengan penyakit dan negative pada mereka yang tidak berpenyakit). Pada studi uji prognostik, variabel keluaran adalah keluaran dari suatu penyakit (rawat inap, kematian). Dalam hal keluaran yang demikian itu sulit untuk memilih standard emas. Dalam menilai uji diagnostik yang baru dimulai dengan identifikasi suatu kelompok pasien yang diketahui mempunyai penyakit yang dituju, dengan menggunakan uji rujukan yang disepakati yang dikenal sebagai baku emas (gold standard). Keterbatasan dari baku emas adalah : Baku emas merupakan yang paling menggandung resiko, secara teknis sulit, mahal atau tidak praktis (contoh postmortem biopsi otak). Untuk beberapa keadaan (seperti angina pektoris)tidak didapatkan baku emas. B. C. Dd D. Dd E. Dd

F. Dd G. Uji Multiple Karena kebanyakan dari uji diagnostik yang digunakan kurang sempurna, suatu uji diagnostik tunggal yang baru sering kali tidak cukup untuk membuat diagnostik yang pasti. Sebab itu para klinisi sering menggunakan uji diagnostik mutiple, yang dapat dilakukan secara paralel atau seri. Dengan uji mutiple, probabilitas posterior dari penyakit (nilai prediksi postif) dapat dirubah suatu gaya (mode) yang terprediksi. Contoh ECG (T1) dan Ekokardiogram (T2) merupakan 2 prosedur dalam diagnostik defek septal ventrikel (VSD) Jenis Uji Hasil Uji Seri T1+,T2T1-, T2+ T1+,T2+ T1-,T2Negatif Negatif Positif Negatif paralel Positif Positif Positif Negatif (D+) 15 20 60 5 ((D-) 20 15 5 60 35 35 65 65 VSD + VSD Total

Hasil gabungan dari 2 uji (T1 dan T2) untuk VSD 1. Uji Paralel Rentetan uji dilakukan serempak (concurrent) Dilakukan apabila diperlukan penilaian yang cepat (misal : kedaruratan atau pemeriksaan fisik rutin). Hasil positif salah satu uji merupakan pernyataan adanya penyakit.

VSD+ (D+) T+ TTotal 95 5 100

VSD- (D-) 40 60 100

Total 135 65 200

Tabel 2x2 hasil uji paralel Sensitivitas Spesifisitas NPP NPN = P(T+/D+) = 95/100 = 0.95 = P (T-/D-) = 60/100 = 0.60 = P(D+/T+) = 95/135 = 0.70 = P(D-/T-) = 60/65 = 0.92

A B C -

Uji A atau uji B atau uji C adalah positif Sensitivitas

Spesifisitas

Uji paralel (Fletcher RH, 1998) Uji multiple dalam bentuk paralel meningkatkan sensitivitas dan dengan demikian meningkatkan pula nilai prediksi negatif. Dilain pihak, spesifisitas dan nilai prediksi positif menurun. Dengan uji ini,penyakit jarang luput dalam deteksinya, tetapi diagnosis positif semu menjadi lebih mungkin dibuat.

2. Uji Serial

Dalam uji serial, rangkaian uji dilakukan secara beruntun (sequential) sampai suatu diagnosis yang jelas dapat dibuat. Uji serial dilakukan apabila tidak diperlukan penilaian cepat atau apabila beberapa uji uji yang ada harganya mahal atau mengandung resiko. Apabila uji uji yang ada semuanya mahal dan mengandung resiko, maka uji yang paling spesifik harus dipakai terlebih dahulu. Untuk dinatakan positif, semua uji yang dilakukan harus memberikan hasil positif (T1+, T2+). VSD+ (D+) Profit uji + T+ Profit uji - TTotal 60 40 100 VSD- (D-) 5 95 100 Total 65 135 200

Tabel 2x2 hasil uji serial Sensitivitas Spesifisitas NPP NPN = P(T+/D+) = 60/100 = 0.60 = P (T-/D-) = 95/100 = 0.95 = P(D+/T+) = 60/65 = 0.92 = P(D-/T-) = 95/135 = 0.70

Uji multiple bentuk seri memaksimalkan spesifisitas dan nilai prediksi positif, tetapi menurunkan sensitivitas dan nilai prediksi negatif. Uji ini memberikan kepastian bahwa nilai hasil uji positif menyatakan adanya penyakit tetapi meningkatkan resiko bahwa penyakit luput dari pemeriksaan. Uji A dan Uji B dan Uji C adalah positif A + B + C + -

Gambar Uji Seri 3. Likelihood ratio secara seri H.

Anda mungkin juga menyukai