Anda di halaman 1dari 20

HAKIKAT ANAK DIDIK SEBAGAI MANUSIA

A.HAKIKAT ANAK DIDIK SEBAGAI MANUSIA

Hakikat anak didik adalah manusia dengan segala dimensinya seperti diuraikan melalui berbagai pandangan tentang manusia seperti di atas. Manusia adalah sentral dalam setiap aktivitas. Oleh karena dalam kegiatan belajar, manusia adalah subjek belajar. Dari ke empat pandangan manusia tersebut ada beberapa pengertian pokok yang sangat relevan untuk memahami hakikat anak didik sebagai subjek belajar. Pengertian-pengertian pokok itu adalah sebagai berikut: a. Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya. b. Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu. c. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya sendiri. d. Manusia pada hakikatnya dalam proses menjadi, akan berkembang terus. e. Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik. f. Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Tetapi potensi itu bersifat terbatas. g. Manusia adalah makhluk tuhan, yang sekaligus mengandung kemungkinan baik dan buruk. h. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan kemampuan yang dipelajari.

B. ANAK DIDIK SEBAGAI SUBJEK BELAJAR Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Didalam proses belajarmengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa atau anak didik itu akan

menjadi faktor penentu sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Pandangan yang menganggap siswa atau anak didik itu sebagai objek, sebenarnya pendapat usang yang terpengaruh oleh konsep tabulasi bahwa anak didik diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh para guru/pengajarnya. Dalam konsep ini berarti siswa hanya positif seolah-olah barang, terserah mau diapakan, mau dibawa ke mana, terserah kepada yang akan membawanya/guru. Sebaliknya guru akan sangat dominan, ibarat raja di dalam kelas.

C. KEBUTUHAN SISWA 1. Kebutuhan jasmaniah Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olahraga menjadi materi utama. Disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian. 2. Kebutuhan sosial Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan berpartisipasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. 3. Kebutuhan intelektual Ada beberapa hal developmental tasked yang harus dipenuhi oleh setiap individu manusia subjek belajar. a. b. c. d. e. f. g. Memahami dan menerima baik keadaan jasmani Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan orang dewasa. Mencapai kematangan emosional. Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial. Mencapai kematangan intelektual. Membentuk pandangan hidup.

h.

Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.

D.

PENGEMBANGAN INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK SISWA Sudah populer di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional pada

khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah persona atau individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpaku baik unsur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan ( cipta, rasa, dan karsa), jasmani maupun rohani, yang berkembang secara penuh. Karekteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Mengenai pembicaraan karakteristik siswa ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: a. Karakteristik atau keadaan yang berkenan dengan kemampuan awal atau

prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor. b. c. Karakteristik yang berhubungan dengan latar-belakang dan status sosial. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian

seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain. Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Latar-belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan. Gaya belajar. Usia kronologi. Tingkat kematangan. Spektrum dan ruang-lingkup minat. Lingkungan sosial ekonomi. Hamatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan.

8) 9)

Intelegensia. Keselarasan dan attitude.

10) Prestasi belajar. 11) Motivasi dan lain-lain. Disamping data atau keterangan-keterangan diatas, guru dalam perannya sebagai pendidik, pembimbing dan pengganti orang tua disekolah, perlu mengetahui data-data pribadi dari anak didiknya. Data-data pribadi itu misalnya saja: 1. Keterangan pribadi, seperti nama, tanggal dan tempat lahir, alamat, jenis

kelamin, nama orang tua/wali, kebangsaan, agama. 2. Keadaan rumah seperti: pekerjaan orang tua, jumlah adik, pendidikan orang

tua, agama orang tua, suasana rumah, status rumah ( menyewa, indikos, rumah sendiri). 3. 4. Kesehatan seperti penyakit-penyakit tertentu, cacat badan, kebiasaan hidup. Sifat-sifat pribadi.

Cara mendapatkan data atau keterangan mengenai keadaan dan karakteristik siswa antara lain sebagai berikut: 1. Menggunakan berbagai jenis tes. Sebagai contoh misalnya tes penyelidikan

penguasaan bahan pelajaran, bakat anak, tes penyelidikan watak anak. 2. Melakukan observasi. Mengadakan pengamatan terhadap perilaku anak

didik di dalam kelas, merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik.

3.

Mengunjungi rumah. Kunjungan rumah dari guru ke orang tua murid/siswa,

dapat mengungkap keterangan bagaimana keadaan latar belakang keluarga, mungkin juga soal keadaan sosial ekonomi siswa, bagaimana keadaan lingkungannya. 4. Menggunakan angket. Untuk mengetahui data pribadi dan latar-belakang

serta bakat dan minat dapat juga dilakukan dengan cara pengisian angket.

Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.

SUMBER

Sardiman.2007.Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada

KEDUDUKAN GURU A. Kedudukan guru Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar (Sardiman, A.M, 2007:125)

Adapun syarat-syarat yang akan membedakan antara guru dan manusiamanusia lain pada umumnya, menurut Sardiman, A.M (2007:126) terdiri atas: 1.Persyaratan administratif Syarat-syarat administratif ini antara lain meliputi kewarganegaraan (warga negara Indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18 tahun), berkelakuan baik, mengajukan permohonan, disamping itu masih ada syarat-syarat lain yang telah ditentukan sesuai dengan kebijakan yang ada. 2.Persyaratan teknis. Dalam persyaratan teknis ini terdapat aturan yang bersifat formal, yakni harus berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seorang guru yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar, terampil merancang program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan pendidikan. 3.Persyaratan psikis

Persyaratan psikis meliputi sehat rohani, dewasa dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian. Di samping itu, guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis dan realistis, tetapi juga memiliki norma dan nilai yang berlaku serta memiliki semangat membangun. Ini menunjukkan pentingnya guru harus memiliki panggilan hati nurani untuk mengabdi demi anak didik. 4.Persyaratan fisik Persyaratan fisik ini antara lain meliputi berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejalagejala penyakit yang menular. Dalam persyaratan ini juga menyangkut kerapihan dan kebersihan, termasuk cara berpakaian. Sebab guru akan selalu dilihat, diamati dan bahkan dinilai oleh para siswa.

Untuk melaksankan tugasnya secara profesional, seorang guru memiliki bebarapa peranan. Mengenai peranan guru itu terdapat beberapa pendapat dari buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Sardiman, A.M) yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihatnasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. (Prev Katz). 2. Peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. (James W Brown). 3. Peranan guru di sekolah tidak hanya sebagai transmiter dari ide, tetapi juga berperan sebagai transformer dan kasalitator dari nilai dan sikap. (Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia).

Dari beberapa pendapat di atas, peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat disebutkan, antara lain adalah informator, organisator, fasilitator, mediator, konselor, dan evaluator. Dalam kaitan ini perlu diciptakan hubungan baik antara guru dan siswa, termasuk pengembangan hubungan-hubungan secara informal. Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan di samping memahami hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi edukatif dalam kelas dalam pencapaian tujuan pembelajaran yakni prestasi belajar yang maksimal. Dari beberapa persyaratan yang telah dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa guru menempati bagian tersendiri dengan berbagai ciri kekhususannya kalau dikaitkan dengan tugas keprofesionalannya.

PENGELOLAAN KELAS
A. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, itu merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Prinsip Penggunaan 1. Kehangatan dan keantusiasan 2. Tantangan 3. Bervariasi 4. Keluwesan 5. Penekanan pada hal-hal yang positif 6. Penanaman disiplin diri. Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi, lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.

Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Peran guru pada pada kegiatan belajar siswa sangat menentukan prestasi siswa, pada pembahasan pengelolaan kelas yang lalu menekankan sangat pentingnya pengelolaan kelas khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan

mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. Proses belajar mengajar di dalam kelas hakikatnya akan melibatkan semua unsur yang ada di dalam sekolah yang bersangkutan akan tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut : a. Guru sebagai pendidik b. Murid sebagai yang dididik c. Alat-alat yang dipakai d. Situasi dalam dan lingkungan kelas e. Kelas itu sendiri f. Dan lain-lain yang sewaktu-waktu terjadi.

Dalam pengelolaan kelas selanjutnya, maka guru melalui pimpinan sekolah harus mengadakan kegiatan-kegiatan antara lain : 1. Menyusun kelasnya dengan baik 2. Menyusun jadwal pelajaran 3. Merencanakan aktifitas kelas bagi murid dengan bimbingan guru 4. Guru dalam melaksanakan tugas harus terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan bahan bahan pelajaran sebelum berdiri di depan kelasnya 5. Guru menciptakan situasi kelas yang baik.

B. Hakikat Guru Sebagai Pembina Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki Kepribadian guru, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus memiliki kepribadian. Guru adalah sebagai seorang yang memiliki kiat. Dalam hubungannya dengan fungsinya sebagai pendidik, maka menjadi guru berarti menjadi pribadi yang terintegrasi. Selanjutnya sebagai kelanjutan atau penyempurnaan fungsi guru sebagai pendidik, maka harus berfungsi pula sebagai pembimbing atau Pembina. Pengertian pendidik dalam hal ini lebih luas dari fungsi membimbing/membina. Bimbingan adalah termasuk sarana dan serangkaian usaha pendidikan. Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi Pembina/pembimbing. Sebagai contoh guru yang berfungsi sebagai pendidik dan pengajar seringkali akan melakukan pekerjaan bimbingan (bimbingan belajar, bimbingan tentang keterampilan dan sebagainya. Jadi dalam proses pendidikan kegiatan mendidik, mengajar dan membina/ membimbing sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Membina dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus berlaku membina, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan

perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik. Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik secara umum untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani dan rohani dan pembinaan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik/ siswa. Adapun perana guru sebagai Pembina, tercermin dalam sikap dan perilaku terhadap siswa sebagai berikut ; 1. Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri. 2. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa 3. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati dan menyenangkan.

4. Pemahaman siswa secara empatik. 5. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu. 6. Penampilan secara ikhlas (genuine) di depan siswa. 7. Kekongkritan dalam menyatakan diri. 8. Penerimaan siswa secara apa adanya 9. Perlakuan terhadap siswa secara terbuka. 10. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantunya untuk menyadari perasaannya itu. 11. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa. 12. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar

merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan seharihari, mudah dihayati oleh siapa saja. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing atau pembina dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut : A. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. B. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapankecakapan, sikap, minat dan pembawaannya. C. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik. D. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. E. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya.

Peranan guru sebagai pembimbing/pembina harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.Tanpa bimbingan dan binaan anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

C. Fungsi Dan Kedudukan Guru Sebagai Pembina Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan Pembina, minimal ada 2 fungsi : Fungsi moral Fungsi kedinasan. Tinjauan secara umum, guru dengan segala peranannya akan kelihatan lebih menonjol fungsi moralnya, sebab walaupun dalam situasi kedinasan pun guru tidak dapat melepaskan fungsi moralnya. Oleh karna itu, guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan Pembina juga diwarnai oleh fungsi moral itu, yakni dengan wujud bekerja secara sukarela, tanpa pamrih dan sematamata demi panggilan hati nurani. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa jiga di masjid, di musholla, di rumah dan sebagainya. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga diluar sekolah. Pembinaan yang harus diberikan pun tidak hanya kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Dengan kata lain guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah. Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses pendidikan terutama dalam pendidikan di sekolah. Peranan yang sedemikian itu akan makin tampak, kalau dikaitkan dengan kebijaksanaan program pembangunan dalam bidang pendidikan dewasa ini, yaitu yang berkenaan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Dalam rangka memfasilitasi terwujudnya kebijakan ini, guru dituntut menampilkan peranan, baik sebagai pengajar maupun pembimbing/ pembina secara terpadu dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan kompetensi yang dituntutnya. Peran guru tersebut seyogyanya terefleksikan dalam kinerja (perilaku yang

ditampilkannya) dari mulai perencanaa (perumusan pengajaran), pelaksanaan, sampai evaluasi dan follow up (tindak lanjut). Erick Hoyle (Rochman Natawidjaja, 1988: 32-33) mengemukakan seperangkat peranan guru yang sekaligus ditampilkannya di dalam kelas. Perananperanan itu sebagai berikut : 1. Wakil masyarakat. 2. Hakim (memberi nilai). 3. Sumber (proses, pengetahuan dan keterampilan). 4. Penolong (memberi bimbingan bagi kesulitan siswa). 5. Detektif (menemukan pelanggar aturan). 6. Pelerai (menyelesaikan perselisihan diantara siswa). 7. Obyek identifikasi bagi siswa. 8. Penawar kecemasan (membantu siswa mengendalikan nafsu). 9. Penunjang kekuatan ego (membantu siswa untuk memiliki kepercayaan pada diri sendiri). 10. Pemimpin kelompok (membentuk iklim kelompok). 11. Pengganti orang tua (bertindak sebagai tempat mengeluh anak-anak muda). 12. Sasaran kemarahan siswa (bertindak sebagai obyek agresi yang timbul dari frustasi yang diciptakan orang dewasa). 13. Teman dan kepercayaan (membangun hubungan yang hangat dengan anak dan saling mempercayai). 14. Obyek perhatian (mematuhi kebutuhan psikologi anak).

Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa peranan guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya menyangkut kegiatan instruksional, tetapi juga interaksional. Dengan perkataan lain, dalam proses belajar mengajar itu, guru telah menampilkan peranannya sebagai pengajar dan pembimbing atau pembina secara terpadu. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid diruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan

guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri taulada, di tengah-tengah membangun, dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi (Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani). Kedudukan guru yang demikian itu senantiasa relevan dengan zaman dan sampai kapan pun diperlukan. Kedudukan seperti itu merupakan penghargaan masyarakat yang tidak kecil artinya bagi guru, sekaligus merupakan tantangan yang menuntut prestise dan prestasi yang senantiasa terpuji dan teruji dari setiap guru. Jadi kesimpulannya dalam pengelolaan kelas yang dilakukan oleh seorang guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu : Tujuan umum : Pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khusus : Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Membina dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus berlaku membina, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

B. Pengorganisasian Siswa Pengorganisasian siswa dalam belajar terdiri dari 3 metode yaitu: 1. Pembelajaran individual 2. Pembelajaran kelompok 3. Pembelajaran kelas

1. Pembelajaran secara individual Adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Cirri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individu dapat di tinjau dari segi: a. Tujuan pengajaran - Pemberian kesempatanan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri.

- Pengembangan kemampuan tiap-tiap individu secara optimal. b. Siswa - Kedudukan siswa bersifat sentral yaitu sebagai pusat layanan pengajaran. - Tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Siswa dituntut sadar untuk belajar demi kepentingan dirinya sendiri. c. Guru - Kedudukan guru bersifat membantu. Bantuannya berupa perencanaan kegiatan belajar, pengorganisasian kegiatan belajar, penciptaan pendekatan antara guru dengan siswa, dan fasilitas yang mempermudah siswa dalam belajar. - Memonitor dan mengatur kegiatan belajar dari awal sampai akhir. - Sebagai fasilitator(membimbing,menyediakan sumber beljar,member motivasi, memberi kesempatan untuk mempernaiki diri. d. Program pembelajaran - Sebagi usaha memperbaiki pembelajaran klasikal. - Diberlakukan untuk siswa SMP ke atas. - Tidak semua bidang studi cocok diterapkan pembelajaran individual - Berlangsung efektif jika kemampuan siswa, tujuan

pembelajaran,prosedurnya, criteria keberhasilan, dan keterlibatan guru dalam evaluasi semuanya dimengerti oleh siswa. e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan - Agar siswa dapat belajar secara mandiri.

2. Pembelajaran kelompok (kelompok kecil) Adalah kegiatan mengajar yang menitikberatkan pada keberhasilan kelompok dalam belajar. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individu dapat di tinjau dari segi: a. Tujuan -Member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional. -Mengembangkan sikap social dan semangat gotong royong. -Mendinamiskan kegiatan kelompok sehingga tiap anggota merasa sebagai bagian dari kelompok. - Mengembangkan kemampuan kepemimpinan kepada setiap anggota kelompok. b. Siswa - Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok.

c. Guru - Guru berperan sebagai pembentuk kelompok, perencana tugas kelompok, pelaksanaan, dan evaluasi. d. Program pembelajaran - Peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok. e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan - Peningkatan kemampuan kerja kelompok. 3. Pembelajaran secara klasikal Adalah pengutamaan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar.

Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individu dapat di tinjau dari segi: a. Tujuan - Efisiensi dalam pembelajaran. b. Siswa - Indiviu yang belajar didalam kelas yang telah dikondisikan sesuai keinginan guru. - Belajar sesuai tata tertib yang ditetapkan guru. c. Guru - Kedudukan guru bersifat sentral, guru melakukan 2 kegiatan sekaligus yaitu melakukan pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. d. Program pembelajaran - Peningkatan kemampuan individu siswa sebagai bagian dari kelas. e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan - Peningkatan kemampuan dan keterampilan seluruh kelas.

Anda mungkin juga menyukai