Anda di halaman 1dari 5

Ibu paruh baya itu menyerahkan sebuah amplop putih yang terhiasi sebuah gambar bunga mawar kepada

Nian. Ibu itu tersenyum sejenak ketika mereka berdua bertatapan. Nian, yang nama lengkapnya adalah Niandra memegang sambil memandangi amplop itu cukup lama. *** Anggara, seorang pria yang bisa dibilang biasa saja, telah lama menjalin kasih dengan Niandra. Mereka bersama sejak masih SMA. Sekarang mereka kuliah di sebuah universitas ternama di kota Jogjakarta. Anggara yang menekuni di fakultas teknik jaringan tak seperti Niandra yang memilih jurusan pendidikan biologi. Sejak SMA mereka selalu berjalan bersama, entah saat pulang sekolah, ke kantin, dan sering jalanjalan bersama menghabisakan waktu liburan. Terkadang teman-teman mereka iri dengan kebersamaan mereka berdua. Mereka memang sepakat untuk saling bersama. Hubungan yang mesra, penuh canda tawa, namun juga terbumbui dengan pahit dan manisnya hari-hari mereka. Tapi mereka tak pernah saling memarahi jika ada yang salah diantara mereka. Sampai pada akhir masa-masa SMA yang indah untuk mereka berakhir, namun tetap memutuskan ke universitas yang sama meskipun jurusan yang mereka ambil berbeda. Sampai pada suatu saat, sosok pria yang dicintai Nian jauh sebelum bertemu dengan Anggara, mulai membuat hati Nian gelisah. Ia sering mengirim sms kepada Nian meski sms itu hanya singkat, seperti hanya sekedar menyapa dan megucapkan Selamat pagi. Tapi Nian merasa tak enak jika dia abaikan sms itu, toh dia sudah tak mencintai dia lagi. Mungkin. Akhirnya Nian memberanikan diri membalas sebuah sms dari pria itu dengan sebuah pertanyaan. Kamu kuliah dimana sekarang, Hen? Dekat kamu sama Anggara kok, cuma beda univ aja. Oh iya? Dimana? Nian merasa tidak enak, tapi dia penasaran. Meraka melanjutkan perbincangan pesan pendek itu cukup lama, sampai cukup larut. Keesokan paginya, Anggara bangun dan membuka jendela kamarnya dengan semangat. Udara yang lembut subuh itu membelai kulitnya. Dingin. Tapi ia tak boleh lama-lama terkena itu, karena dia sedang tidak baik, segera dia tutup jendela dan mengambil air wudhu. Dia berjalan ke belakang, karena kamar mandi tempat kost nya itu ada di belakang sendiri. Dia melewati kamar-kamar tempat anak-anak dan juga salah satu sahabatnya, tapi belum ada tanda-tanda mereka terlepas dari cengkraman tempat tidur mereka. Hmm.. Dia sejenak bergumam dan melanjutkan langkahnya. Selang beberapa menit, dia sudah siap untuk sholat di kamarnya. Sempat dibukanya handphone miliknya, tapi tidak ia dapati sms dari kekasihnya. Heran. Wajahnya agak mengerut. Kemudian ia menulis sms baru kepada Nian. Selamat pagi, Matahariku. Aku jemput kamu jam 7 ya? Kita berangkat bareng. . Setelah terkirim, ia melanjutkan kegiatannya. Pukul 06.45, Anggara telah selesai dengan persiapannya. Sepeda motornya juga sudah siap. Ketika dia menyalakan motornya. Ra, loe udah mau berangkat jam segini? Tanya Putra, sahabat Anggara dari SMP.

Iya, emang kenapa? Jawab Anggara dengan nada ngeledek. Ngapain? Sama pacar loe kan? lha terus gua gimana? Mau ngojek? Haha.. Dia ada kelas pagi ini. So, kamu berangkat sendiri ya? Urusan naik apa, usaha kamu dah. Haha.. Jawabnya tertawa. Eh, tega ya loe ama sahabat sendiri? Bukannya begitu, Tra. Tadi udah aku bilangi Rio suruh ngajak kamu bareng. Oke? Hahaha.. Ketawa mulu sih? Oke deh, demi sahabat gua yang paling baiiikk sedunia. Jawab Putra dengan nada kesal. Gitu doong, sahabatku yang gendut.. Hahaha.. Ejek Anggara yang langsung meluncur dengan motornya. Awas kalo pulang nanti ya?! Gua gampar pakai sendal loe!! Niandra bangun kesiangan pagi ini, dan ia lupa kalau ada kelas jam delapan. Dia kaget, sudah pukul 7 kurang 10. Dia meloncat dari ranjang setelah membaca sms dari Anggara, mnuju kamar mandi. Untung teman-teman kostnya sudah mandi semua, jadi tidak harus ngantri. Usai mandi, dilihatnya jam dinding, 7.10! Gawat pikirnya. Ia bergegas ganti baju. Nggak biasanya kamu bangun kesiangan. Tanya Riska, teman satu kamarnya. Nggak tau nih, aku sendiri heran. Udah ditunggu Anggara di depan tuh. Udah?! Aduh..! Iya, dia juga sms! Ya buruan, jangan melongo aja dong. Kasihan dia kalo sampai nunggu lama.. Iyaiyaa.. 20 menit kemudian, Nian berlari menhampiri kekasihnya yang cukup lama menunggu di depan. Anggara menatap kekasihnya itu dengan senyuman. Heyh.. Maaf ya lama. Aku kesiangan.. Kesiangan? Tumben? Biasanya lebih awal dariku bangunnya? Nggak tau aku, sayang.. Maaf yah? Iyaa, nggak apa-apa.. Jawabnya senyum. Kamu nggak marah kan? Nggak kok. Ngapain saja semalam hayo? Cuma smsan sama temenku kok, ya emang lumayan cukup larut.. Jelasnya. Temen? Siapa? Tanya Anggara penasaran. Kamu kenal kok.. Ya udah ayo berangkat.. Senyum Niandra lebar, mengalihkan pembicaraan. Sudah sarapan? Mmm.. Belum.. Hehe.. Sarapan dulu gih. Aku tunggu.. Anggara kembali tersenyum. Nggak ah, kamu udah nunggu lama tadi, makan di kampus aja ya? Iya deh.. Ayo cepat naik, pegangan yang kuat.. Kita akan melaju seperti kilat neng.. Haha.. Nggak mau ah, takut.. Ya sudah pokoknya cepat naik.. Iyaa..

Saat Nian baru keluar dari ruangannya, dia bertemu seseorang yang kembali dekat dengannya sekarang, Hendra. Nian kaget. Hai, Nian.. Sapa Hendra dari belakang Nian sambil menepuk pundaknya. Hendra? Kamu ngapain di sini? Kaget ya? Aku juga kuliah di sini kok. Cuma aku sering belajar di area luar. Yah, semacam survey. Ngomong-ngomong mana Anggara? Oh, dia sudah nunggu di depan. Sudah ya? Aku buru-buru. Tanpa menunggu jawaban dari Hendra, Nian langsung beranjak dari hadapan pria itu. Dia tidak ingin Anggara tahu. Hey, maaf ya lama. Nggak apa-apa, aku juga belum lama di sini kok. Masih jam 2, masih sempat kan? Masih kok, biasanya juga jam 3. Oke, ayo pulang. Ayo, tuan putri.. Anggara tersenyum. Di saat sore seperti ini, Anggara selalu enggan jika diajak Niandra jalan. Sejak awal kuliah tahun lalu, Anggara selalu beralasan ada pekerjaan sampingan di saat sore seperti, tapi dia tidak memberitahu Niandra yang sebenarnya. Dia harus pergi ke rumah sakit setiap sore. Harus. Tapi kekasihnya tidak pernah curiga akan hal itu, dia selalu percaya. Hari demi hari berjalan, namun diikuti sedikit demi sedikit perubahan sikap dari Niandra. Bahkan dia lebih dekat lagi dengan Hendra. Tidak jarang mereka berhubungan lewat chat dan sms, tentunya tanpa sepengetahuan Anggara. Nian yang menjadi lebih dingin terhadap Anggara, sering memulai terjadinya perselisihan di antara mereka berdua. Sampai pada suatu hari, ketika Anggara sedang mengunjungi Nian di tempat kostnya, hari itu Anggara berniat mengajak kekasihnya jalan-jalan. Minggu pagi, Anggara selalu memaksimalkan waktu seperti ini. Aku mandi dulu yah? Ucap Nian dengan semangat. Iya, yang bersih dan wangi loh! Tenang, nggak usah khawatir! Ya sudah cepat sana! Nian bergegas menuju belakang. Saat itu, Anggara menunggu di ruang tamu. Tiba-tiba terdengar suara handphone Nian yang dia taruh di meja ruang tamu. Tampak notifikasi dari sebuah aplikasi chat. Anggara langsung membuka notifikasi itu. Pesan itu dari Hendra. Anggara terkejut, dalam hati dia bertanya, Hendra?, pesan itu berisi ucapan selamat pagi. Anggara semakin penasaran, dia membuka obrolan mereka yang kemarin-kemarin. Bahkan ada ucapan selamat malam yang hampir sama Anggara ucapkan sendiri setiap malamnya pada kekasihnya. Dia berpikir, mereka sudah terlalu dekat, selama ini Niandra merahasiakan itu. Dia kembali berpikir, apakah itu yang menyebabkan Nian berubah? Dia lebih berani lagi, dia membuka inbox sms Nian. Nama Hendra ada di daftar inbox itu. Obrolan mereka juga banyak. Anggara semakin curiga. Tapi dia dikagetkan dengan suara pintu kamar Nian, kekasihnya sudah selesai mandi. Dengan cepat dia kembalikan

handphone Nian pada tempat semula. Selang beberapa menit. Nian keluar dari kamarnya meski belum siap sepenuhnya. Mmm.. Aku boleh Tanya sesuatu? Pinta Anggara dengan gugup. Mau tanya apa? Nian kembali bertanya sambil membenahi rambutnya yang masih amburadul. Mmm.. Kamu bilang beberapa hari yang lalu, kamu smsan sama teman kamu. Dia bukan cowok lain kan? Memang kenapa? Kamu curiga? Jawab Nian dengan nada agak tinggi. Ya bukan begitu, a.. Udah deh, jadi jalan nggak ini?! Kenapa malah ngomong smsan sama orang lain sih? Sahut Nian memotong sesuatu yang ingin Anggara katakan. Aku kan cuma bertanya.. Kenapa sih?! Udah, aku nggak mood lagi kalau mau jalan. Kalau mau jalan sendiri, silahkan! Nada marah dari Niandra keluar tanpa terkontrol seperti biasanya, sosoknya yang lembut, majadi pemarah hanya karena pertanyaan seperti itu. Hmm.. Aku minta maaf jika menyinggungmu. Jangan marah.. Anggara agak menundukkan kepalanya. Kemudian dia menatap wajah Niandra dengan penuh senyum, tapi dia dapati mimik wajah gadisnya itu tidak semanis beberapa menit yang lalu. Aku minta maaf, sayang.. Lanjut Anggara lirih. Udah, lebih baik kamu pulang, aku udah nggak mood. Nian berdiri dan menuju kamarnya. Anggara menyesal, kenapa dia harus bertanya seperti itu? Pikirnya. Tapi dia teteap berpikir positif, dia tidak ingin mengganggu kekasihnya. Dia hanya mengirim sms untuk pamit pulang dan menyarankan Nian unutk mengenakkan moodnya. Keesokan harinya, Anggara tidak ada jam kuliah kecuali siang. Dia bermaksud ke tempat kost kekasihnya untuk meminta maaf, dengan membawa coklat dan sepucuk mawar putih yang dia petik di halaman tempat dia kost. Dia sudah siap dan tinggal berangkat, tiba-tiba Putra mendekati Anggara dan berkata sesuatu. Kemarin gua lihat cewek lo jalan sama siapa itu namanya? Hendra kalau nggak salah.. Iya? Anggara terkejut mendengar itu. Iya, kamarin siang waktu gua ngantar Rio beli buku koleksinya di tempat biasa. Anggara seketika terdiam, penuh tanda Tanya dan agak suram. Eh, lo nggak papa kan? Tanya Putra memecah diam Anggara. Nggak papa, makasih ya, Tra Yuurr Anggara dengan cepat menyalakan motornya dan menuju kost kekasihnya. Dia sengaja tidak member tahu Nian terlebih dulu, dia ingin memberi kejutan. Tapi dia terus kepikiran apa yang dikatakan Putra, dan tidak sempat memikirkan apa yang akan dia lakukan untuk member kejutan itu dengan spesial. Sesampainya di kost Nian. Dia langsung bertemu Niandra yang sedang asik membaca majalah di depan rumah itu. Tumben ke sini nggak bilang? Tanya Nian heran, tapi memasang wajah dingin. Bahkan lebih

dingin dari kamrin-kemarin? Aku membawa sesuat unutk kamu. Nih.. Anggara memberikan mawar dan coklat itu. Maaf cuma bisa ngasih itu, aku minta maaf untuk yang kemarin ya? Anggara tersenyum namun tidak merekah seperti biasanya. Makasih. Biasanya kan memang ngasih seperti ini. Ungkapnya lebih dingin lagi. Aku minta maaf.. Apa ada sesuatu dariku yang membuatmu bosan ? Nggak ada. Mmm.. Apa benar kamu kemarin jalan sama Hendra? Ha? Tau darimana kamu? Putra, dia melihatmu kemarin.. Salah lihat mungkin. Oh, iya mungkin.. Anggara tidak berani lagi bertanya, dia tidak ingin kekasihnya marah lagi. Dia tetap berpikir positif dan sabar meski Nian tidak mau mengakuinya. Dia mencoba ikhlas, meski hati tersayat. Antar aku ke supermarket mau? Sekarang? Iya, sekarang. Mereka menuju ke supermarket, tapi ketika berjalan, mereka hanya terdiam seperti es. Meski kadang Anggara mencoba memecah kesunyian, tapi Nian selalu menjawab dengan kata-kata cuek, membuat usaha Anggara gagal. Ketika Nian sudah selesai memilih barang-barang yang dibeli, mereka mengantri di kasir. Dan pada saat Nian mengambil uang di dompetnya, Anggara sempat melihat foto Nian bersama Hendra terpasang di dalam dompet itu. Anggara terkejut, tapi dia memendam nyalinya untuk bertanya, dia tidak ingin kekasihnya mara. Lagi. Dia harus bersabar dan menahan sesuatu yang terasa perih. Dua perih yang dia derita sekaligus saat ini, di hati dan di dadanya. Ayo pulang. Ayo, sayang.. Kali ini senyum Anggara benar-benar hampir datar. Bersambung

Anda mungkin juga menyukai