Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Trauma Buli-buli Foto pelvis/ foto polos perut terdapat fraktur tulang pelvis Katerisasi dikerjakan bila

la klinis tidak terdapat darah menetes sari urethra. Bila terdapat darah menetes dari urethra, harus dibuat uretrogram untuk memastikan adanya ruptur uretra. Pada katerisasi sering didapatkan gross hematuria Trauma VU ditegakkan dengan Sistogram: untuk mengetahui adanya ruptur VU dan lokasi ( intra/ ekstra) Sistografi : nampak kebocoran berupa ekstravasasi kontras dalam rongga perivesica (tidak dianjurkan) Cara: masukan kontras 300- 400 ml ke VU Foto antero-posterior (AP) Kosongkan VU kemudian bilas dan foto lagi Dengan hasil: a. Tidak ada ekstravasasi merupakan diagnosa dari kontusio buli-buli b. Ekstravasasi seperti nyala api pada daerah perivesikal menunjukkan ruptur ekstraperitoneal c. Kontras masuk rongga abdomen menunjukkan ruptur intraperitoneal Trauma Urethra Colok dubur: prostat seperti mengapung karena tida terfiksasi lagi pada diagram . Hatihati karena fragmen tulang dapat mencederai rektum Pemeriksaan radiologi: uretrogram retrogad untuk mengetahui letak/ tipe ruptur Ruptur posterior curiga kalau ada darah sedikit di meatus uretra disertai patah tulang pelvis trauma uretra posterior: LAB: anemia, urin tidak ada karena retensi RADIO: fraktur pelvis

Klasifikasi : Buli-buli: Kontusio buli-buli, hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin didapatkan hematoma vesikel, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urin ke luar buli-buli. Cedera buli-buli ekstraperitoneal, terjadi akibat trauma pada saat buli-buli kosong. Dapat diakibatkan oleh fraktur pelvis. Cedera buli-buli intraperitoneal, terjadi akibat trauma pada saat buli-buli sedang terisi penuh. Uretra: Cedera uretra posterior

Terletak di proksimal diafragma urogenital, hampir selalu disertai fraktur tulang pelvis. Akibat fraktur tulang pelvis, terjadi robekan pars membranasea karena prostat dengan uretra prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek sehingga buli-bulidan prostat terlepas ke kranial. Cedera uretra anterior Terletak di distal dari diafragma urogenital. Terbagi atas 3 segmen, yaitu: _ Bulbous urethra _ Pendulous urethra _ Fossa navicularis Namun, yang paling sering terjadi adalah rupture uretra pada pars bulbosa yang disebabkan oleh Saddle Injury, dimana robekan uretra terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya.

Indikasi Cystotomi Operasi cystotomy biasanya dilakukan apabila terjadi:


Kalkuli yang ada pada kantong kencing Tumor kandung kemih Trauma akibat kecelakaan atau tetusuk benda runcing Tujuan biopsy Memperbaiki ureter ektopik dan kandung kemih pecah Membantu dalam diagnosis untuk mengobati infeksi saluran kencing

Dalam beberapa kasus yang parah, infeksi non-responsif saluran kemih mungkin perlu untuk membuka kandung kemih untuk mendapatkan contoh jaringan untuk dikultur. Tehnik Operasi Secara singkat tehnik dari sistostomi trokar dapat dijelaskan sebagai berikut: Posisi terlentang Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.

Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril. Dengan pembiusan lokal secara infiltrasi dengan larutan xylocain di daerah yang akan di insisi. Insisi kulit di garis tengah mulai 2 jari diatas simfisis ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 1 cm. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai linea alba. Trokar set, dimana kanula dalam keadaan terkunci pada Sheath ditusukkan melalui insisi tadi ke arah buli-buli dengan posisi telentang miring ke bawah. Sebagai pedoman arah trokar adalah tegak miring ke arah kaudal sebesar 15-30%. Telah masuknya trokar ke dalam buli-buli ditandai dengan: - Hilangnya hambatan pada trokar - Keluarnya urin melalui lubang pada canulla Trokar terus dimasukkan sedikit lagi. Secepatnya canulla dilepaskan dari Sheathnya dan secepatnya pula kateter Foley, maksimal Ch 20, dimasukkan dalam buli-buli melalui kanal dari sheath yang masih terpasang. Segera hubungkan pangkal kateter dengan kantong urin dan balon kateter dikembangkan dengan air sebanyak kurang lebih 10 cc. Lepas sheath dan kateter ditarik keluar sampai balon menempel pada dinding bulibuli. Insisi ditutup dengan kasa steril, kateter difiksasi ke kulit dengan plester. Secara singkat tehnik dari sistostomi terbuka dapat dijelaskan sebagai berikut: Posisi terlentang Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril. Dengan pembiusan lokal secara infiltrasi dengan larutan xylocain di daerah yang akan di insisi. Insisi kulit di garis tengah mulai 2 jari diatas simfisis ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 10 cm. Disamping itu dikenal beberapa macam irisan yaitu transversal menurut Cherney. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fasia anterior muskulus rektus abdominis. Muskulus rektus abdominis dipisahkan secara tumpul pada linea alba. Sisihkan lipatan peritoneum diatas buli-buli keatas, selanjutnya pasang retraktor. Buat jahitan penyangga di sisi kanan dan kiri dinding buli. Lakukan tes aspirasi buli dengan spuit 5 cc, bila yang keluar urin, buat irisan di tempat titik aspirasi tadi lalu perlebar dengan klem. Setelah dilakukan eksplorasi dari buli, masukkan kateter Foley Ch 20-24. Luka buli-buli ditutup kembali dengan jahitan benang chromic catgut. Bila diperlukan diversi suprapubik untuk jangka lama maka dinding buli digantungkan di dinding perut dengan jalan menjahit dinding buli-buli pada otot rektus kanan dan kiri. Jahit luka operasi lapis demi lapis. Untuk mencegah terlepasnya kateter maka selain balon kateter dikembangkan juga dilakukan penjahitan fiksasi kateter dengan kulit.

Penatalaksanaan Trauma Buli-buli : Bila penderita datang dalam keadaan syok, harus diatasi dulu dengan memberikan cairan intravena atau darah. Bila sirkulasi telah stabil, lakukan reparasi buli-buli. Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan kateter dengan tujuan untuk memberikan istirahat pada buli-buli. Diharapkan buli-buli sembuh setelah 7-10 hari. Pada cedera intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk mencari robekan pada buli-buli serta kemungkinan cedera organ lain. Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2 lapis, kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan diluar sayatan laparotomi. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana dianjurkan untuk memasang kateter 7-10 hari tetapi dianjurkan juga untuk melakukan penjahitan disertai pemasangan kateter sistostomi. Untuk memastikan buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra atau kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi untuk melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin. Sistografi dibuat pada hari ke 10-14 pasca trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan sampai 3 minggu. Penatalaksanaan Trauma Uretra : - Jika dapat kencing dengan mudah, lakukan observasi saja. - Jika sulit kencing atau terlihat ekstravasasi pada uretrogram usahakan memasukkan kateter foley sampai buli-buli. Jika gagal lakukan pembedahan sistostomi untuk manajemen aliran urin. - Bila rupture uretra posterior tidak disertai cedera organ intrabdomen, cukup dilakukan sistostomi. Reparasi uretra dilakukan 2-3 hari kemudian dengan melakukan anastomosis ujung ke ujung dan pemasangan kateter silicon selama 3 minggu. Bila disertai cedera organ lain sehingga tidak mungkin dilakukan reparasi2-3 hari kemudian, sebaiknya dipasang kateter secara langsir. - Pada rupture uretra anterior total, langsung dilakukan pemulihan uretra dengan anastomosis ujung ke ujung melalui sayatan perineal. Dipasang kateter silicon selama 3 minggu. Bila rupture parsial dilakukan sistostomi dan pemasangan kateter foley di uretra selama 7-10 hari, sampai terjadi epitelisasi uretra yang cedera. Kateter sistostomi baru dicabut bila saat kateter sistostomi diklem ternyata penderita bias buang air kecil.

Anda mungkin juga menyukai