Anda di halaman 1dari 5

Abortus spontan Srikandi terbangun dari tidurnya. Perutnya terasa melilit, dan dari kemaluannya terasa cairan mengalir.

Bergegas ia pergi kekamar mandi untuk melihat. Darah! Hatinya berkecamuk. Ia memang merasa haidnya terlambat 2 bulan, dan tes urin menyatakan bahwa dirinya hamil. Tak tega hatinya untuk mengutarakan kejadian tersebut kepada Arjuna, suaminya. Dengan hati-hati ia memasang kain untuk menampung darah yang semula mengalir deras, dan mulai mereda, lalu kemnbali tidur. Esok harinya ia pergi ke tabib yang tersohor di seantero kerajaan Hastanipura. Setelah memeriksa dengan perangkat canggih bernama kiai sono, si tabib duduk dengan wajah murung. Baginda hamil. Dan sekarang terdapat tanda keguguran. Bagaimana mungkin? Tanya Srikandi, Saya tidak campur dengan Arjuna semenjak tes urin saya positif, dan saya beraktifitas seperti biasa. Berkuda, memainkan busur dan panah serta berlatih tombak? Tanya si tabib. Iya, jawab Srikandi dengan tersipu-sipu. Sekarang baginda kembali ke keratin, dan beristirahat di tempat tidur samapi kemaluan baginda bersih dari darah selama 3 hari, dan rasa melilit di perut baginda hilang. Tidak boleh berkuda, memanah, dan bertombak sebelum bayi ini lahir! tambah si tabib. Dengan bersingut, Srikandi kembali ke Keraton Hastanipura. Di benaknya terbayang bagaimana suaminya, Arjuna yang halus, akan murka oleh kenyataan bahwa ia tetap berlatih perang walaupun telah mengetahui dirinya hamil/ Dan ini adalah ketiga kalinya ia mengalami hal yang sama. Dua kehamilan sebelumnya berakhir dengan keguguran. Ia cukup yakin Arjuna akan murka. Dalam kisah Bharatayudha versi Jawa, Srikandi meninggal di tangan Aswatama tak lama setelah perang Bharatayudha berakhir. Pemilihan tokoh Srikandi sebagai ilustrasi dalam tulisan ini ialah untuk memberikan gambaran mengenai apa yang dirasakan oleh seseorang ketika mengalami proses abortus, atau dalam masyarakat lebih dikenal dengan keguguran. Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas ( sebelum janin dapat hidup diluar kandungan ), janin belum mampu hidup diluar rahim, jika beratnya kurang dari 500gr dan atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu (1). Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hamper selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim. Abortus yang terjadi secara tidak sengaja dan berlangsung tanpa adanya usaha atau tindakan untuk menggugurkan kandungan disebut sebagai aboertus spontan. Sedangkan abortus yang terjadi karena adanya tindakan untuk menggugurkan kandungan disebut abortus provokatus (abortus buatan)(1), baik atas indikasi medis (abortus provokatus terapeutik) maupun tanpa adanya suatu indikasi medis yang dikenal dengan abortus provokatus kriminalis. Abortus provokatus inilah yang lebih sering dikenal di masyarakat dengan istilah aborsi. Hal ini akan dibahas dibagian lain dari tulisan ini.

Frekuensi abortus secara umum di Indonesia sulit ditentukan karena abortus provokatus jarang dilaporkan, kecuali apabila timbul komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan sehingga sering kali dianggap sebagai haid yang terlambat.diperkirakan bahwa frekuensi abortus spontan di Indonesia berada pada kisaran 1015%(1). Sementara kepustakaan lain menyebutkan bahwa sampai dengan 30% kehamilan berakhir sebagai abortus, dengan 80% dari kasus terjadi pada satu pertiga pertama dari waktu kehamilan, atau 13 minggu pertama. Frekuensi ini akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan(3) Penyebab Secara garis besar, hal-hal yang dapat menyebabkan abortus adalah factor-faktor ovovetal (factor janin) dan ibu(4). A. Factor oovetal (factor janin) meliputi : 1. Kelainan petumbuhan hasil konsepsi Adanya kelainan pada pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kecacatan sampai dengan kematian janin. Factor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan hasil konsepsi antara lain : a. Kelainan kromosom Kelainan kromosom yang sering menyebabkan abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks. b. Lingkunagan yang kurang sempurna. Bila lingkungan disekitar endometrium tempat melekatnya (implatasi) plasenta kurang sempurna akan menyebabkan ganguan transport nutrisi kepada hasil konsepsi. c. Pengaruh dari luar. Radiasi infeksi virus dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya di uterus. 2. Kelainan plasenta Adanya proses radang pada pembuluh darah hilir (endartitis) dalam vili koriales dapat mengakibatkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. B. Factor ibu

Keadaan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya abortus antara lain : 1. Penyakit pada ibu Penyakit akut pada ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan sebagainya dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta dan mencapai janin akan mengakibatkan kematian janin dan terjadi abortus. Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis dan penyakit menahun sperti brusselosis, mononucleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus. 2. Kelaina saluran reproduksi (traktus genitalis) Suatu keadaan yang menyebabkan uterus melekuk ke belakang (inversion uteri gravid inkarserata), tumor jinak dari lapisan otot uterus yang menjorok kedalam rongga uterus ( mioma uteri submukosa) atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah kegagalan mulut rahim (serviks) untuk tetap tertutup dan mempertahankan kehamilan di dalam uterus (serviks inkompeten) yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, tindakan konisasi (dimana bagian berbentuk kerucut dari serviks diambil), amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit. 3. Manipulasi traktus genitalis pada abortus provokatus Manipulasi pada traktus genitaslis untuk menggugurkan kandungan sering menyebabkan berbagai komplikasi yang serius seperti perdarahan, infeksi, syok sampai menyebabkan kematian ibu.

a. Reaksi imunologis dari ibu terhadap janin karena ketidakcocokan rhesus darah antara ibu dan janin.

Proses terjadinya abortus Pada awal abortus terjadi perdarahan di dalam desidua basalis yang diikuti oleh kematian (nekrosis) jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan janin terlepas sebagian atau seluruhnya dari dinding dalam uterus. Janin yang terlepas akan dianggap sebagai benda asing di dalam

uterus, sehingga lapisan otot uterus akan berkontraksi untuk berusaha mengeluarkannya(??). Pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, biasanya hasil konsepsi dikeluarkan secara utuh, mengingat villi koriales (lapisan yang membentuk selaput janin dan plasenta) belum menembus desidua secara mendalam(??). Pada kehamilan 8-14 minngu villi koriales menembus desidua secara mendalam. Abortus pada usia kehamilan ini akan berakibat tidak terlepasnya plasenta secara sempurna, sehingga perdarahan yang terjadi relative banyak Pada kehamilan diatas 14 minggu, akan terjadi pecahnya selaput janin, yang diikuti pengeluaran plasenta beberapa waktu kemudian. Selain kesemua hal di atas, hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam bentuk kantong janin yang kosong (blighted ovum), atau dapat sebagai janin yang telah mati, yang disebut sebagai missed abortion(1)

Klasifikasi Secara klinik abortus spontan dapat dibedakan antara abortus iminens, abortus insipiens, abortus incomplete, dan abortus complete. Selanjutnya, dikenal pula abortus servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosa, dan abortus septic, yang akan dibahas didalam bab lain.

A. Abortus iminens Abortus iminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa dilatasi serviks(1). Diagnosis abortus iminens ditegakkan ketika pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui muara luar seviks (ostium uteri eksternum), dengan atau tanpa disertai mules. Uterus membesar sesuai dengan usia kehamilan, serviks belum membuka, dan test kehamilan positif. Pada beberapa wanita, hal ini kadang dirasakan sebagai perdaraan sedikit pada haid yang semestinya dating. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi hasil konsepsi di dinding dalam uterus. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules. Penanganan abortus iminens terdiri atas : 1. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsure penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekank.

2. Pemeriksaan denyut nadi

Anda mungkin juga menyukai