Anda di halaman 1dari 19

Kelahiran seorang anak menyebabkan timbulnya suatu tantangan mendasar terhadap struktur interaksi keluarga yang sudah terbentuk.

Menjadi orang tua menciptakan periode ketidakstabilan yang menuntut perilaku yang meningkatkan transisi untuk menjadi orang tua. Pengetahuan orangtua terhadap anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orangtua yang rendah, sehingga anak-anak bertengkar, berebut mainan, atau berebut perhatian. Orangtua menganggap bahwa itu hal yang biasa, padahal anak tersebut mengalami sibling rivalry (kecemburuan antar saudara kandung). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan Ibu tentang sibling rivalry berdasarkan karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) di BPS Siti Alfirdaus Tuban. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasinya adalah seluruh Ibu yang memeriksakan kehamilan dan yang melahirkan di BPS Siti Alfirdaus Tuban pada Mei 2010. Sampelnya adalah sebagian ibu yang memeriksakana kehamilan dan yang melahirkan di BPS Siti Alfirdaus Tuban pada saat penelitian, pada Mei 2010. Pengumpulan data adalah dengan menggunakan data primer dengan kuesioner, sedangkan analisa data dengan menggunakan rumus proporsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu dengan pengetahuan tentang sibling rivalry di BPS Siti Alfirdaus Tuban yang berusia 18-40 tahun, dengan pendidikan SD-SMP dan bekerja mempunyai pengetahuan kurang hendaknya untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan. Untuk mengurangi kecemburuan antar saudara kandung dan perselisihan yang berkepanjangan satu sama lain dalam keluarga, tenaga kesehatan memberikan informasi pada saat pemeriksaan ibu hamil, sehingga pada saat kelahiran anak berikutnya, anak yang lebih tua sudah bisa menerima. Kata kunci : Pengetahuan, Sibling Rivalry, Umur, Pendidikan, Pekerjaan Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2052834tingkat-pengetahuan-ibu-tentang-sibling/#ixzz2GhjNOxyd
Saudaraku, Autis... --> Sibling Rivalry

09/12/2008

----- Original Message ----From: Dyah Puspita To: peduli-autis Puterakembara Subject: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Kemarin ini rame juga pada ngomongin kakak / adik si anak autis yang protes dan berulah

macam-macam. Ada yang sampai sesenggukan menangis karena merasa terluka hatinya, ada yang complain karena merasa "jadi adik lebih enak", ada yang dilibatkan sekalian diberi tanggung jawab. Saya sih, merasa kok, bapak / ibu tetap tidak memberikan porsi yang sewajarnya buat si anak yang tidak SN deh. (Sebut saja, siblings yang artinya kakak /adik ). Si siblings: 1. tidak pernah minta dilahirkan 2. punya hak mendapatkan kasih sayang dan penghargaan terhadap dia sebagai individu dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri 3. tidak pernah minta atau mengatur punya saudara yang SN 4. tidak seharusnya "dicabut" masa kanaknya karena dia punya saudara yang SN Saya banyak berkaca pada pengalaman teman-teman saya yang "alhamdulillah sukses" menangani siblings-siblingsnya. Antara lain yang dilakukan adalah: 1. orangtua menyempatkan diri untuk meluangkan waktu berdua saja dengan si siblings ini, tanpa dibarengi dengan si adik / kakak yang SN, tanpa ada agenda mengurusi keperluan si adik / kakak tersebut.. Pokoknya, bener2 buat si anak yang ini deh (atau anak-anak yang ini, kalau seperti pak Emil 'kan siblingsnya TIGA).... 2. orangtua tidak memberikan tanggung jawab penanganan si adik / kakak kepada anak-anak (siblings) selama mereka belum paham / muncul kesadaran sendiri.. Biasanya kalau sudah SMA baru tuh, ada kesadaran. Sukur kalau sebelumnya sudah muncul. Tapi kalau masih SD sih, jangan deeehhh.. Biar mereka have fun dulu laaahhh.... 3. perhatikan protes anak. Lakukan sesuatu. Kalau mengatakan "enak jadi si adik", berarti Anda sudha memberikan terlalu banyak porsi kepada adik... Kalau mengatakan "mau pergi saja", berarti dia sudah tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtuanya... Nah lho... Kalau mengatakan "sakit hati", nah...berarti ada yang sudah dikerjakan oragntua yang tidak berkenan baginya... Intinya, anak-anak yang kebetulan terlahir di dalam keluarga dengan adik / kakak yang punya kebutuhan khusus, butuh didampingi. Bukan diserahi tanggung jawab. Itu gak adil. Wah, bu...jadi kami dong yang setengah mati, mungkin begitu komentar Anda?

Ya memang. Yang orangtua, sapa??? Yang memutuskan untuk punya anak lebih dari satu, sapa? Yang harus bertanggung jawab atas kesejahteraan anak, sapa?? Mosok anak juga (meski anak yang lain) yang musti tanggung jawab??? Hm... Coba deh, direnungkan. Ini urusannya bisa jadi panjang banget, karena semua anak membentuk konsep diri, acceptance, security, dari rumah. Jadi kalau rumah tidak bisa memberikan hal ini karena orangtua kurang 'peka'...wadoh...be careful laaahhh.... semoga berkenan... --dp

----- Original Message ----From: Didin m To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Ibu Dyah yang bijak dan tidak sombong..... wah...baca penjelasan dari ibu jadi kyk ditelanjangi ( husss...porno...saru...). Bu DP saya sendiri udah mulai coba untuk adil (????) untuk adib (autis) dan Azka 2 th, normal), tapi kalo saya kok suka cenderung belain adib ( azka kan normal, jd mesti lebih ngerti dong....), saya dulu pas hamil anak kedua juga dengan pikiran nanti bisa saya titipin kakaknya yg autis.... ampun bu DP saya tau itu salah....tapi gimana ya bu.... Kalo ada rejeki lebih....yang kepikiran juga untuk suplemen adib lah, alat u belajar adib lah, sementara azka sibuk nglungsuri ( bhs belanda = mewarisi ) punya kakaknya....padahal azka kan cewek.....kali dia pengen boneka.... GIMANA TO BU.......?? BERI DAKU PENCERAHAN .... Bu skalian nanya, ada ortu yg menyarankan agar anak normal (si siblings ) lebih baik jangan

dijadikan satu lingkungan sekolah dengan sodaranya yg Autis, mohon saran bu

salam sesenggukan didin (mama adib 9 th, azka 2,5 th)

----- Original Message ----From: Duma_H To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Saya mengalami problem ini, waktu itu saya memberikan tanggungjawab kelewat besar buat adiknya Jogi. Saya jadikan dia mata dan tangan saya selama disekolah, akibatnya malah ngga baik. Adiknya tumbuh jadi anak yang "terlalu" ngatur ke abangnya, malah kebawa-bawa ke teman-temannya juga. Karena dia jadi ngerasa lebih kakak dari yang lain. Awalnya cuma pengen "nitip" sama si adik ternyata muncul problem yang lebih besar :-( Akhirnya kami berdiskusi dengan psikolog sekolah juga teachers, tugas itu secara pelan-pelan kami hilangkan dari adiknya seiring dengan semakin mandirinya Jogi. Ternyata pepatah jaman dulu banyak anak banyak rejeki kurang lengkap, harusnya ada embelembel banyak masalah juga :-) duma (jogi's mum)

----- Original Message ----From: yuyun To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Bu Leny, Masih seputar siblings nih. Sebelum saya nemu web PK saya pernah baca di media (lupa, entah

koran/tabloid), kalo ada semacam komunitas siblings. Mereka adalah anak2 yg saudaranya berkebutuhan khusus, terutama waktu itu yg diliput saudara2 anak autis. Apakah komunitas itu bagian dari PK, atau PK yg menggagas komunitas itu? Liputannya berupa suatu acara semacam gathering. Waktu itu belum marak outbond tp semacam itulah kegiatannya. Kalo betul ada boleh tu bu, saudara2 anak SN ketemuan utk sharing. Adik Hanif masih 3 tahunan. Sejauh ini belum ada masalah sih, tp nantinya barangkali ada konflik2 semacam yg disebutkan Bu Ita..sedikit merepotkan juga ya... Salam, Yuyun

----- Original Message ----From: Dyah Puspita To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Komunitas atau acara yang dibicarakan adalaah acara SIBLINGS WORKSHOP yang secara rutin diselenggarakan oleh Mandiga, sebuah sekolah untuk individu autistik di bilangan Mulawarman no. 3 - jakarta Selatan. Dari teman milis yang suka ikutan, ya ibu Lusiana (anaknya Gabby). Siblings yang dituju yang rata-rata sudah agak besar, usia SD kelas 2 ke atas kayaknya. Yang jadi komandan bukan saya sih, tapi bu Adriana dan bu Unie. Kalau mau tanya2, telpon aja ke bu Unie di 7220153 Mandiga. Kalau tidak salah, yang sudah rutin menyelenggarakan acara serupa adalah bu Mirtasari Bambang di Solo (Torison). Di Bandung juga suka diadakin sih, tapi gak tau nih rutin atau enggak... Segitu dulu? salam, --dp

----- Original Message -----

From: Emil Habli To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Kalau sudah ahlinya yang ngejelasin, tuntas... tas... tas... Thank you Bu. Sangat penting bagi kami nich mengenai issue siblings. BTW, yang dimaksud dikasi tanggung jawab itu kayak mengajarkan arti giliran, aku dan kamu melalui permainan. Jadi kakak dan adiknya ngumpul kemudian dolan-dolanan githu. Hanya ada unsur mencekoki si anak SN dengan hal baru. Tetap fun, makin kompak dan buat si SN bermanfaat. He... saya aja enjoy banget kalau udah acara dolan-dolanan sama semua anak-anak. Bisa rebut-rebutan... teriak-teriak 'ee... giliran ku...!' dst. Kalau ngga ada alasan yang masuk akan buat kita bertingkah kekanak-kanakan khan jadi aneh. Bisa-bisa diseret tetangga ke RSJ. Tapi bener, issue ini perlu diseriusin karena kecenderungan kita terlalu focus ke anak special kita. Soalnya keinginan kita untuk si SN bisa secepatnya mengejar ketertinggalannya luar biasa gede sih. Di satu sisi capek beraaat...! Di sisi lain, membuat hidup jauh lebih hidup...! AlhamdulilLah...! Emil Habli

----- Original Message ----From: yuyun To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... O... Mandiga punya gawe to...? Baiklah bu Ita, tks atas info dan pencerahannya. Bener emang, beda kalo yg nyampein ahlinya, Yuyun

----- Original Message ----From: Emil Habli Hasan Naim To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Boleh dapat programnya ngga Bu? Setidaknya agenda workshopnya. Apa saja yang dilakukan di workshop. Sekali-sekali PSG Balikpapan perlu juga bikin acara seperti ini. Membantu perkembangan anak SN saja sudah beraaaaaaaaat banget, apalagi kalau ditambah bebannya dengan saudaranya yang mulai pada protes. Emil Habli

----- Original Message ----From: Dyah Puspita To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Saudara ku, autis.... Agenda disusun sesuai dengan karakteristik audience. Yang bisa saya tawarkan hanyalah bukunya, sisanya musti disusun sendiri.... Kan beda-beda kebutuhannya... Gak ada yang siap pakai, gitu lho --dp

----- Original Message ----From: Leny Marijani

To: peduli-autis Puterakembara Subject: [Puterakembara] Sibling Rivalry (Re: Saudara ku, autis....) Bu Yuyun dan Rekan milis

Acara sibling support group biasanya diselenggarakan oleh Sekolah Mandiga. Tapi saya pernah baca juga ada satu Yayasan (Pusat Terapi) yang juga mengadakan acara seperti itu. Jadi saya tidak tahu berita yang ada di Media waktu itu, acara siapa, yang pasti bukan dari Puterakembara.

Mengenai sibling ini memang susah-susah gampang..... Kebanyakan teori juga belum tentu bisa efektif, karena sifat dari masing-masing anak berbedabeda.

Menurut saya, dalam mendidik anak (baik anak SN atau anak NT) prinsipnya yang penting naluri kasih sayang kita sebagai orang tua. Tidak usah banyak teori!! Yang paling gampang...., contoh ajah, orang tua kita dulu yang jaraaangg sekali punya anak "hanya satu". Bagaimana mereka mendidik kita dengan segala keterbatasannya, untuk selalu mencintai antar anggota keluarga, jangan saling iri hati, saling membantu kalau ada yang membutuhkan (entah adik/kakak, ayah/ibu) dalam kehidupan sehari-hari!!

Mendidik itu suatu PROSES. Bukan pekerjaan seminggu dua minggu. Memberikan contoh yang baik setiap saat itu juga sangat penting.

Jangan juga sekali-sekali berpikir untuk memberikan "beban" pada siblings, apalagi memindahkan tanggung jawab kita sebagai orang tua. Masalah jealous di antara siblings (sibling rivalry) itu sudah biasa. Bukan hanya terjadi di antara anak SN dan NT. Bahkan anak SN juga bisa jealous pada adik/kakak nya yang NT lho...

Apalagi kalau misalnya anak SNnya anak pertama dan baru punya adik bayi. Melihat sang ibu sibuk menggendong si bayi, memusatkan perhatian pada si bayi, anak SN juga bisa bikin ulah untuk "protes". Gak percaya....? coba tanya yang baru punya bayi..... :-)

Bagi yang anak-anaknya udah mulai "protes" baik dengan curhat (seperti anak bu Yeyen) atau bawa Koper seperti yang diceritakan Pak Emil, malah harus merasa "beruntung" karena sudah disadarkan sebelum si anak keburu frustrasi secara diam-diam. Dengan begitu, kita sebagai orang tua bisa cepet2 introspeksi diri.....

Jadi prinsipnya sekali lagi, untuk menciptakan Sibling Harmony, kita harus juga bersikap balance. Bersikap ADIL, Itu adalah kuncinya!! Jadi.... punya anak banyak....?? sapa takut....?? Punya anak satu, atau bahkan gak punya anak sekalipun bukan berarti kita terlepas dari masalah toh....??

Salam, Leny (emak dari 4 kurcaci)

----- Original Message ----From: endah s To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Sibling Rivalry (Re: Saudara ku, autis....) Nimbrung topik ttg sibling,

Sekedar cerita :

Saya punya tiga anak cowok semua, si sulung ga begitu masalah karna udah gedean , meski masih SD, pengertian banget ttg keadaan adiknya, si tengah punya asma dan sering kumat dulu, karna alerginya tinggi, jadi kami perhatian banget ma dia yang jadinya bkin dia rada manja, dibentak dikit bisa nangis, sebel deh. Nah, begitu si adik ketauan kalo autis, kami kan lebih banyak perhatian ke adik, apalagi kalo lagi tantrum, si tengah ikutan tantrum cari perhatian, duuh rame banget deh. Tapi sering kami jelasin pelan2 dan kami juga tetep perhatian dengan anak2 lain, pernah sampe saya kesel juga, adik saya taro di luar pintu (kami tinggal di apartemen), trus mau dikasihin orang lain aja klo ga sayang dll. Maklum kami juga ga tau ampe harus gimana lagi. Trus ya kami sering ajak kakak2, bergantian ya berdua aja, seperti kata bu DP, ya kita masukin penjelasan ttg keadan si bungsu, juga kita ajak liat video ttg anak2 autis. Akhirnya lama2 dia ngerti, karna kami tetep perhatian ke dia, meski ga manjain kaya' dulu lagi, malah kakak pertama juara kelas lo, dan sekarang alo lagi terapi dirumah, mereka ikut semangatin sibungsu, dan jika ada keberhasiln mereka ikutan bersorak, juga mau lepasin sepatu, ambilin baju dsb. Pokoknya kompak deh keliatannya, (kadang berantem juga sih) dan tambah sayang, paling tutup kuping pake bantal kalo si bungsu nguamuk dini hari, yang Alhamdulilah mulai jarang. Saat waktu belajar, semua belajar termasuk si bungsu, ya belajar buka buku, belajar naik prosotan, dll. Jadi sekarang saya ga terlalu pusying lagi urusan cemburu. Kami sering pergi bareng sekelaurga, ya meski repot dan heboh, tapi seneng banget.

Gitu deh sekedar cerita dari rumah yang ga' pernah rapih. Salam Manis, Endah

----- Original Message ----From: Emil Habli To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Sibling Rivalry (Re: Saudara ku, autis....) Saya jadi tergelitik nich dengan bagaimana memahami secara pas tentang memberi anggungjawab kepada sibling. Pengertiannya seperti apa ya? Karena kalau saya lihat yang terjadi di anak-anak saya, mereka justru merasa lebih exist saat diberi tanggungjawab. Atau mungkin karena saudaranya Ibrahim itu lebih tua sehingga semakin mempertegas ke-kakakannya?

Ngebayangin sibling ngajarin saudara SN-nya jangan serem2 amat ya! Dilibatkan itu misalnya membantu mengambil dan menyusun kembali mainan; dilibatkan dalam game (mengajarkan konsep kepemilikan, aku, kamu, giliran, kalah & menang dll); sesekali diminta mengajarkan sesuatu yang simple dan sederhana. Misalnya pengenalan anggota tubuh, warna dll yang semuanya bisa dikemas sembari bermain bersama sibling-nya.

Di kasus Ibrahim, saat dia minta jadi terapisnya Ilham (adiknya), mungkin karena dia bosen diajarin mulu, justru jadi bagus banget. Lebih banyak kata-kata yang harus dia ucapkan dan berhubung si adik masih cukup banyak yang belum faham, menjadikan pengulangan juga buat Ibrahim. Ke si adik juga demikian. Karena selama ini dia hanya dibolehin jadi penonton yang budiman, begitu dia dilibatkan, sangat antusias. Tapi saya belum tau bagaimana kalau dilakukan cukup sering. Baru 2 kali kami coba dalam sebulan terakhir ini.

Pada akhirnya saya perhatikan memang kembali ke karakter anak juga sih. Yg nomor 2 lebih bisa momong dan jauh lebih sering memasukkan pelajaran saat bermain dengan Ibrahim. Misalnya setelah mereka duduk terengah2 habis kejar-kejaran, sang kakak nanya ke Ibrahim. Im, pegang hidung...! dstnya.

Pemahaman yang tepat tentang keterlibatan sibling Ini saya anggap penting nich. Kalau utk jangka panjang efeknya tidak akan baik, bisa segera di stop sebelum kepala makin punyeng dengan permasalahan baru. Tuluuuung..!

OOT dikit nich: Anak banyak itu seru lho! Istri saya saja yang tadinya ngga terlalu seneng dengan anak, kalau sekarang anaknya nginep di sodara bisa blingsatan tiap 1 jam di telp. He... Bu Ita ngga percaya? Tanya bu Lenny! Ha ha saya dapat temen.

Jarang-jarang ya ada yang masih bisa bangga punya anak banyak. Untuk ukuran sekarang, anak 4 itu sudah cukup bikin orang yang bertanya berapa anaknya terperanjat. Kayak saya kaget denger ada rekan yang saudaranya 10 atau 12. Lama-lama Indonesia bisa krisis penduduk kayak di Jepang lho...! Ortu pada males punya anak sehingga negaranya kekurangan tenaga muda.

Have a nice weekend...!

Emil Habli

Berikut Bacaan akhir pekan:

Subject: KISS

Seringkali kita terkecoh saat menghadapi suatu masalah, dan walaupun masalah tersebut terpecahkan, tetapi pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit.

Mari kita coba lihat dalam tiga kasus di bawah ini :

1. Salah satu dari kasus yang ada adalah kasus kotak sabun yang kosong, yang terjadi di salah satu perusahaan kosmetik yang terbesar di Jepang. Perusahaan tersebut menerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan bahwa ia telah membeli kotak sabun (terbuat dari bahan kertas) kosong.

Dengan segera pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun yang telah dipak ke departemen pengiriman. Karena suatu alasan, ada satu kotak sabun yang terluput dan mencapai bagian pengepakan dalam keadaan kosong. Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut.

Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah mesin sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong. Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.

Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda. Ia membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang melewati kipas angin tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan, karena kotak sabun terbuat dari bahan kertas yang ringan.

2. Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena. Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu dekade dan 12 juta dolar. Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang

dapat berfungsi pada keadaan- keadaan seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius.

Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia ?. Mereka menggunakan pensil!.

3. Suatu hari, pemilik apartemen menerima komplain dari pelanggannya. Para pelanggan mulai merasa waktu tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen itu. Dia (pemilik) mengundang sejumlah pakar untuk men-solve.

Satu pakar menyarankan agar menambah jumlah lift. Tentu, dengan bertambahnya lift, waktu tunggu jadi berkurang. Pakar lain meminta pemilik untuk mengganti lift yang lebih cepat, dengan asumsi, semakin cepat orang terlayani. Kedua saran tadi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Tetapi, satu pakar lain hanya menyarankan satu hal, "Inti dari komplain pelanggan anda adalah mereka merasa lama menunggu". Pakar tadi hanya menyarankan untuk menginvestasikan kaca cermin di depan lift, agar pelanggan teralihkan perhatiannya dari pekerjaan "menunggu" dan merasa "tidak menunggu lift".

-----

Moral cerita ini adalah sebuah filosofi yang disebut KISS (Keep It Simple Stupid), yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya. Cobalah menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah.

----- Original Message ----From: Mieke R To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Sibling Rivalry (Re: Saudara ku, autis....) Pak Emil... 1. Makasih untuk KISS nya... bukan... bukan... maksud saya bukan kiss yang itu... tapi KISS yang ini, "*Keep It Simple Stupid"*.... (ah, pak Emil pake nyebut2 nama tengah saya lagi.... itu loh, "S" yang trakhir... nama tengah saya kan "S" itu juga, ;-p) Anyway... (kenapa tiap orang kalo nulis email selalu pake "anyway" yach... ;-p) Saya sependapat dengan fokus pada solusi tadi... menurut saya apapun jalannya, yang penting khan hasilnya... outputnya.... kalo kita bisa menyederhanakan penyelesaian satu masalah... kenapa harus ribet dengan prosesnya... Saya sedang berfikir... saya termasuk yang "a little bit stupid" dalam hal mengasuh anak2 saya... I mean... I always make it simpel.... stupid... seperti kasus Hiroshi misalnya... Kalo mo ngikutin naluri "Einstain" saya (ceileee... sok pinter lo miek ;-p)... saya akan berusaha cari tahu apa aja sih alergynya dengan segala macam teknologi canggih yang ada... tapi tidak... Saya mencoba menyederhanakan hidup saya dengan cara2 yang sealamiah mungkin... And I made it... Saya bisa tahu dengan detail apa2 aja yang membuat dia alergy dan bisa tahu cara membentuk antibody bagi factor alergynya tersebut.... Cara yang stupid ini menurut saya worth it untuk saya coba, karena beberapa pertimbangan.... Tentu saja masih banyak cara lain yang lebih baik dan lebih canggih yang bisa kita lakukan. Yang penting, apapun caranya... hasil akhirnya adalah.. saya pingin dia tidak terus menerus alergy sampe tua... (duh, ngerti ga sich yang saya maksud.... kok saya sendiri ga ngerti yah, hahaha... ah, mieke... stupid deh ihhh *sambil geleng-gelang kepala*)

Bukannya pelit, tapi saya pikir, sesuatu yang bisa saya lakukan sendiri, kenapa harus saya serahkan pada oranglain, yang tentu saja mengharuskan saya untuk memberikan ekstra effort (baca: UANG) yang banyak... Sementara saya sendiri sebagai "Financial Manager" dalam rumah tangga saya, diharuskan pintar2 mengukur kemampuan saya... Saya harus tahu sejauh mana saya bisa mengusahakan yg terbaik,... tidak juga lalu berarti saya menghindari semua usaha yang kudu ngeluarin duit!... No... Saya melihat segala hal dengan lebih *bijaksana* semenjak saya memutuskan untuk menjadi Ibu tradisional buat anak2 saya.... 2. Kembali ke Laptop.... berhubung ini email judulnya Siblings Rivalry.... So, saya coba cerita dikit tentang ketiga anak2 saya... Aurel, anak yang pendiam, pemalu, namun sangat manis dan penyayang... sejak punya adik Andre, sampai sekarang, dia selalu menyambut kehadiran adik2nya dengan sukacita, mencintai adik2nya dengan tulus, dan benar2 menunjukkan sayangnya pada kedua adik2nya tanpa saya suruh (sekali lagi,... buah jatuhnya ga jauh2 dari pohonnya, hahaha... narsis abisss)... selalu ngajak adiknya bermain, mengajarkan adiknya bernyanyi, dan menjaga adiknya jika saya sedang sibuk bikin susu, misalnya.... So, saya tidak punya kendala apa2 dengan siblings rivalry on Aurel. Yang menjadi kendala justru Andre dan Hiroshi... Halah... ini ampun2 cemburunya... Andre masih menganggap adiknya "Musuh Besar"... sehingga tiap kali saya menyentuh atau menggendong Hiroshi... Andre akan berteriak, "Baby with Sus... Mommy with Andre... Mommy with Andre....Sus.... take the baby... take the baby..." Dia jarang banget mau nyebut nama adiknya, ga tahu kenapa... dia lebih memilih memanggil adiknya dengan sebutan "baby".... seolah Hiroshi ini orang "Asing" buat dia. Tiap kali saya mengendong adiknya, walaupun dia agak jauh dari saya... begitu liat, dia langsung lari menghampiri kami, adiknya langsung digebukin dari belakang... So... Ini yang coba saya lakukan... begitu dia melakukan kesalahan... Saat itu juga saya langsung "bereskan"... Supaya tidak berdampak "negatif" untuk si Hiroshi (ntar dia mikir, "asyik,... emak gue belain gue... bukan si Abang... atau malah sebaliknya, dia ngerasa,... kok abang dibelain, gue ga disayang... masak langsung dikasih ke sus?... dsb) Saya mulai dengan cara yang paling halus... ketika Andre memukul Hiroshi, saya cepat2 nangkap tangannya langsung pura2 main peluk2an... "Oooo, Abang mo peluk adek, ayooo, satu dua tiga..." Sambil tangannya saya pegang erat dan mata saya melotot ke Andre, menyampaikan pesan... "NO Andre, mommy don't like that!!!"... sampai cara yang Keras, saya lepasin Hiroshi, trus tarik andre ke kamar, trus saya sentil pertahan tangan yang dipake mukul adiknya, sambil bilang, "Don't ever do that again on your brother... Mommy don't like that! That's not good... he is your brother, and Mommy love Hiroshi as well as you... So, If

you want me to love you... you have to love your brohter as well... Understand?"... (ga usah diterjemahin yach... menghemat bandwithd... hehehe) Dalam beberapa waktu juga, seperti saran bu Ita... saya menyediakan waktu khusus untuktiap anak. Hiroshi... tiap pagi, sebelum Andre bangun,... saya menyempatkan diri untuk membacakan buku untuk ketika bangun pagi (tiap pagi 10 mnt), dan berjalan kaki keliling kompleks (15mnt... ga perlu waktu banyak kan?), karena kebetulan Hiroshi memang bangunnya selalu pagi sekali, jam 5.30 - 6.00 udah bangun... Demikian juga Aurel... saya selalu menyempatkan diri untuk membaca tulisan2nya yang dia buat setiap hari, menulis bersama... atau sekedar membantu dia bikin PR dsb... dan ada waktu dimana seluruh kurcaci ini saya kumpulkan dalam satu ruangan untuk "bermain bersama".... disaat bermain inilah saya mencoba untuk menjalin interaksi antar mereka supaya tidak saling cemburu... banyak kok permainan yang bisa mempererat hubungan adik kakak ini... walaupun agak sulit, tapi ini pekerjaan yang memang butuh kesabaran dan ketekunan. Bener kata bu Leny... ini bukan pekerjaan sehari dua hari... tapi terus menerus kita usahakan... sampai sekarangpun saya tetap mengalami masalah siblings rivalry ini.... Apalagi nanti kalo Hiroshi udah tambah besar... tidak mungkin dia saya boongin terus bahwa kalo andre mo nabok dia means mo peluk2an ama dia kan?... Kalo udah begini, tiap ngadapin masalah terutama masalah anak2.... biasanya... I'll take my silent moment in the middle of the night (bagus yach kata2nya, kayak lagu)... and ask God, "what should I do God?"... dan biasanya saya menemukan jawabannya melalui bisikan suara hati... (Kata orang, suara hati kita adalah suara Tuhan... So... try to listen to your heart...) Mungkin ada yang bilang... ah, sok lo miek... talk is cheap... tapi ga semudah itu ngejalaninnya.... Bener!... memang tidak mudah... tapi semua yang dilakukan dengan penuh cinta (cieee),... pasti tidak akan terlalu sulit untuk dijalankan (cieeee)... Love (cieee)... empower us to do things that seems too difficult to be done. (Sumpe lo miek... lama2 kayak acaranya tukul, hahaha)... Ini beneran!, Cinta... memberikan kita POWER untuk melakukan sesuatu yang kelihatannya terlalu sulit untuk kita lakukan... so, do everything with LOVE... 3. Pak Emil sapa yang kelitikin???.... (Pak emil wrote : Saya jadi tergelitik nich dengan bagaimana memahami secara pas tentang 'memberi tanggungjawab kepada sibling'. ;-p)... *kabur ahhhh.....* salam hangat, Mieke

----- Original Message ----From: yuyun To: peduli-autis Puterakembara Subject: Re: [Puterakembara] Sibling Rivalry (Re: Saudara ku, autis....) Tks Bu Leny atas tanggapannya. Saya sependapat dgn yg Ibu sampaikan. Mendidik anak adalah suatu proses (seumur hidup mungkin, sama dgn proses penyesuaian diri dgn pasangan-menurut saya). Ketika saya memutuskan utk memberi adik buat Hanif, saya sadar sepenuhnya, pasti di kemudian hari akan terjadi penyesuaian2 ekstra, perhatian2 ekstra, utk kedua anak saya. Ekstra di sini bukan berarti berat, karena saya punya prinsip, ketika saya diberikan sesuatu yg ekstra (termasuk anak SN), berarti itu ladang amalan buat saya, sepanjang saya melakukannya dgn niat karena Allah swt, sepanjang saya menghadapinya sebagai suatu bagian dari ibadah. Ikhlas memang kadang bukan suatu hal yg mudah, tp kalau kita menyadari betul bahwa semua hal sudah ditentukan oleh "dalang" kehidupan ini, saya menjalani sesuatunya dgn ringan. Lelah...? Kadang2 ada, dan itu wajar, karena kita bukan superman kan? Kembali ke soal siblings, saat ini saya belum menghadapi persoalan yg relatif sulit. Saya berusaha adil kepada ke dua anak saya. Metodanya mungkin kurang lebih hampir sama dg yg dilakukan Mbak Mieke. Ketika yg satu tidak berada di rumah/tidur, saya memberi perhatian lebih pada yg lainnya. Ekspresi iri memang ada -terutama dari sang adik, tapi menurut saya masih wajar. Hanya karena Hanif lebih impulsif, ketika dia iri, dan merasa adiknya lebih diperhatikan, dia suka tantrum, suka melakukan hal2 yg nyerempet2 merusak, misal coret2 TV dgn spidol, ketok2 komputer, teriak2, semacam itu deh... Saya selalu berdoa, semoga saya dimudahkan menjalani soal ini, seperti sharingnya Bu Utami, siblings bisa menyadari keberadaan saudaranya yg SN, bahkan berempati kepada temannya yg SN pula. Juga postingan beberapa waktu yg lalu dari saudaranya Nisrin. Mudah2an saya bisa mewujudkan itu, amin... Salam, Yuyun (Mama Hanif)

----- Original Message ----From: Lukie D To: peduli-autis Puterakembara

Subject: Re: [Puterakembara] Sibling Rivalry (Re: Saudara ku, autis....) Aduh jadi pengen nimbrung curhat colongan. Belakangan ini anak2 saya getol minta adik lagi! Gak yang gedhe sampai yang kecil. Dan aseli bikin mata saya melotot heraaaaannnn. Mintanya gak model demo2 gitu, rame2(bareng2), teriak2 dst. Tapi one on one, serius pulak tentusaja dengan versi kekanakannya loh. Termasuk Ismail. Coba simak ini : Imail pulang sekolah, sambil turun tangga menuju laundry room buka kancing bajunya sambil nggremeng .... saya gak denger komplit omongannya lalu nyahut ".... apa Is ? Apa tadi ?? ... ada 2 anak perempuan baru di kelas Ismail ....?? " Ismail menggeleng tersenyum. '... Ismail main dengan dua anak perempuan ?....".. "Bukan... kata Ismail... cuman...... kapan ada dua anak perempuan MENETAS dari perutMU mami ?" .... gak kuat deh .....! "Menetas ?? Emang mami ayam ? mau baby ayam ?" Ismail nyengir "Bukan Ismail gak mau baby ayam, baby orang lahhhh"

Siangnya... (meja makan gw berkursi empat) "... mami kurang satu"... "...apanya ?? " "Orangnya...", kata Rafii'. "Ya dah kita cari orang, mau undang siapa ?" Rafii' senyum "...bukan.... orang dari perut mami..." WOW, akhirnya dia mendown grade dari kepingin punya 100 sodara (Kurawa kaleeeeeeeeee) lalu 12, turun 10, lalu 5 sekarang jadi 4.... (asumsi sesuain jumlah kursi meja makan).

Busyet... napa ya anak2 pengen nambah sodara ????

Apa yang akan dibilang mbakyu Ita kalo gw hamil lagi... orang dulu aja komentar ribet dgn 3 anak berentet gini. Asal tahu aja yah..., saya 4 th nikah gak punya anak. Trus berentet gini bener2 gak nyangkaaaaa dehhh

Tapi belakangan ini walo nano2 asyik juga loh, selalu ada hal2 yang riweh yang bisa ditertawakan :-D

Ismail juga saya kasih tugas ngambilkan celana adiknya kalo pas basah sekalian makaikan :-) Dan Rafii' juga ngingetkan kalo Ismail blum ngerjakan PR (Rafii' yg rajin ngecek PR Ismail .. hahahaha)

Anda mungkin juga menyukai