Anda di halaman 1dari 64

BAB 25 KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

BAB 25

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA I. PENDAHULUAN Masalah-masalah pokok di bidang kependudukan dan keluarga berencana dalam Repelita IV terutama berupa jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang tidak merata, dan struktur umur yang kurang seimbang serta masalah kualitas penduduk yang perlu ditingkatkan. Keadaan penduduk yang demikian, disatu pihak memberi peluang bagi peningkatan pembangunan disegala bidang tetapi di lain pihak memberi tantangan-tantangan permasalahan yang perlu diatasi. Dalam rangka menangani masalah-masalah pokok kependudukan dan keluarga berencana tersebut, Garis-garis Besar Haluan Negara memberikan pengarahan sebagai berikut : a. Kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu

perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan, serta diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya. b. Pelaksanaan kebijaksanaan dan program-program kependudukan yang meliputi antara lain pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-anak, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang, perlu lebih ditingkatkan. c. Program keluarga berencana bertujuan ganda, ialah untuk

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan 279

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan pengendalian kelahiran, dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia. d. Dalam rangka pengendalian pertumbuhan penduduk perlu diambil langkah-langkah untuk mempercepat Turunnya tingkat kelahiran. Untuk itu pelaksanaan program keluarga berencana makin diperluas dan diintensifkan keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat termasuk daerah-daerah pemukiman baru. e. Jumlah peserta keluarga berencana perlu makin ditingkatkan atas dasar kesadaran dan secara sukarela dengan mempertimbangkan nilai-nilai Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu tetap dipelihara kelestarian peserta keluarga berencana yang telah ada. Untuk itu perlu ditingkatkan tersedianya fasilitas keluarga berencana yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Demikian pula perlu makin didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat dan pemuka-pemuka masyarakat, dalam rangka mensukseskan program keluarga berencana. f. Penerangan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan

bagi seluruh lapisan masyarakat baik wanita maupun pria, terutama generasi muda, perlu ditingkatkan dan lebih diperluas agar makin disadari mendesaknya masalah kependudukan serta pentingnya keluarga kecil sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang tinggi dan struktur umur yang muda berarti tersedianya penduduk usia kerja yang berumur muda dan penuh vitalitas serta keterbukaan

280

bagi perubahan-perubahan dalam rangka meningkatkan pencapaian sasaran-sasaran pembangunan. Demikian pula, penyebaran penduduk Indonesia diantara pulau-pulau yang lebih seimbang akan memberi peluang bagi pemanfaatan sumber alam dan lingkungan yang lebih optimal serta pembauran berbagai suku bangsa yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan modal budaya bangsa bagi pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menuntut usaha besar dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan pokok khususnya di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Usaha yang lebih besar lagi akan dibutuhkan bilamana kesejahteraan dan pemerataannya ingin ditingkatkan terus. Dalam maka perlu rangka meningkatkan taraf hidup dan memanfaatkan pengembangan

jumlah penduduk yang besar sebagai potensi pembangunan bangsa ditingkatkan usaha-usaha pembinaan, dan pemanfaatan potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan pembangunan di berbagai sektor antara lain dengan mengutamakan pembangunan yang meningkatkan perluasan lapangan kerja, meningkatkan pengadaan pangan dan mutu gizi, memperluas fasilitas dan memperbaiki mutu pendidikan dan latihan kerja serta meningkatkan pelayanan kesehatan. Dengan usahausaha tersebut diharapkan dapat tercipta manusia-manusia pembangunan yang tangguh, berbudi luhur, cakap, terampil, percaya pada diri sendiri dan bersemangat membangun. Sebagian besar penduduk berada di pulau Jawa yang merupakan sebagian kecil wilayah Indonesia. Dalam pada itu, pertumbuhan penduduk kota relatif lebih cepat dibanding penduduk desa, walaupun jumlah penduduk desa melebihi jumlah penduduk kota. Penyebaran penduduk yang tidak merata mengurangi pelu-

281

ang untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Sedangkan kepadatan penduduk yang tinggi didaerah mengakibatkan pengurasan sumber daya alam secara berkelebihan. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan langkah-langkah dan kebijaksanaan dalam berbagai bidang pembangunan seperti transmigrasi, pembangunan daerah, dan lain-lain. Langkah-langkah di bidang kependudukan dan keluarga berencana dalam Repelita IV merupakan bagian dari usaha jangka panjang dalam pembinaan kependudukan. Pembinaan kependudukan diarahkan agar mereka merupakan modal yang efektif dan menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan. Dalam kaitan ini, maka kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu ditujukan bagi peningkatan mutu penduduk disatu pihak dan pengendalian jumlahnya dilain pihak. Usaha-usaha peningkatan mutu penduduk dan pengendalian jumlah penduduk merupakan usaha yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam hubungan ini pelaksanaan keluarga berencana yang

telah memberikan hasil-hasil yang cukup membesarkan hati perlu terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Melalui usaha pengendalian kelahiran, maka bukan saja kelahiran dapat dicegah tetapi sumber daya manusia dapat ditingkatkan. Dengan demikian penduduk yang besar jumlahnya dapat dijadikan modal yang bermanfaat bagi pembangunan. Pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan dalam kaitan de-

ngan lingkungan hidup, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, tetap memegang teguh pelaksanaan prinsip keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Penduduk perlu ditingkatkan kemampuannya untuk memanfaatkan alam dan lingkungan guna kepentingan pembangunan, sementara lingkungan hidup perlu di-

282

tingkatkan pula kemampuannya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Dengan ditanganinya masalah-masalah kependudukan baik dalam jumlah, mutu, dan penyebarannya dalam rangkaian kebijaksanaan kependudukan yang bersifat menyeluruh dan terpadu, diharapkan potensi penduduk sebagai modal dasar pembangunan dapat dikembangkan kearah peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan nasional lainnya. II. KEADAAN DAN MASALAH Masalah kependudukan yang dihadapi dalam Repelita IV terutama mempunyai dua ciri pokok. Pertama, keadaan dan masalah kependudukan dalam Repelita IV merupakan bagian dari masalah jangka panjang, yang pemecahannya hanya dapat terlaksana dalam waktu melebihi satu atau dua Repelita. Kedua, sebagaimana yang ditegaskan dalam GBHN, berbagai segi masalah dan keadaan kependudukan amat erat kaitannya satu dengan yang lain. Oleh karena itu langkah-langkah kebijaksanaan menanggulangi masalah-masalah kependudukan perlu dilaksanakan secara lebih terpadu dan terkoordinasi dalam perspektif jangka panjang. Sejalan dengan pokok pikiran diatas maka dapatlah dikemukakan bahwa masalah kependudukan dalam Repelita IV sesungguhnya bersumber dari dua ciri pokok kependudukan Indonesia dewasa ini yaitu pertumbuhan yang masih relatif belum cukup rendah, dan penyebaran yang tidak seimbang antar daerah, serta kualitas (mutu) penduduk yang perlu ditingkatkan. 1. Pertumbuhan Penduduk Pada akhir tahun 1983 penduduk Indonesia diperkirakan 28 3

berjumlah sekitar 158,1 juta. Pada akhir tahun 1988 penduduk Indonesia diperkirakan akan berjumlah 175,6 juta. Dengan demikian berarti bahwa selama Repelita IV pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun diperkirakan sekitar 2%. Dalam tahun terakhir Repelita IV. pertumbuhan penduduk diperkirakan berada dibawah 2% yaitu sebesar 1,97% (lihat Tabel 25 - 1). Tingkat pertumbuhan penduduk ini lebih kecil dari tingkat rata-rata pertumbuhan penduduk selama 1971 - 1980 yaitu sebesar rata-rata 2,3% dan tahun 1980 - 1983 rata-rata sebesar 2,2% per tahun. Pertumbuhan penduduk sekitar 2% per tahun selama Repelita IV adalah hasil akhir dari dua hal penting, yaitu jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi internasional dianggap tidaklah begitu besar untuk mempengaruhi pertambahan penduduk. Pada tahun 1983, jumlah kelahiran kasar per seribu penduduk diperkirakan 33,46 dan jumlah kematian kasar adalah 11,69 per seribu. Dengan demikian pertumbuhan penduduk secara alami adalah 2,177%. Pada tahun 1988, angka kelahiran, kematian, dan pertumbuhan penduduk masing-masing adalah 31,02 per seribu penduduk, 10,12 per seribu penduduk dan 2,0%. Perkiraan-perkiraan mengenai tingkat kelahiran dan tingkat kematian seperti yang dikemukakan diatas didasarkan kepada kecenderungan penurunan besaran-besaran tersebut pada tahun-tahun sebelumnya. Kecenderungan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi terutama disebabkan oleh tingkat kelahiran yang masih tinggi dan tingkat kematian yang menurun lebih pesat, terutama dalam dekade 1970-an.

284

2. Struktur Umur Penduduk Tingkat kelahiran berhubungan erat dengan masalah struktur umur penduduk. Tingkat kelahiran yang tinggi akan menghasilkan penduduk dengan struktur umur muda. Walaupun tingkat kelahiran sudah menurun dalam satu dekade terakhir, tetapi pengaruh terhadap struktur umur penduduk belum begitu berarti. Diperkirakan pada tahun 1983 jumlah penduduk berumur 0 14 tahun berjumlah 62,6 juta atau 39,6% dan pada tahun 1988 menjadi 67,2 juta atau 38,3% dari seluruh penduduk. Perubahan yang nyata dari struktur umur penduduk diperkirakan akan terlihat dalam jangka panjang, berupa pergeseran struktur penduduk yang berangsur-angsur menjadi lebih tua. Tingkat kelahiran pada waktu itu diperkirakan akan berada relatif jauh di bawah 2% (Tabel 25 - 2). Masih besarnya penduduk berumur muda membawa akibat antara lain pada peningkatan kebutuhan pangan. Peningkatan jumlah pangan bukan hanya karena adanya unsur pertambahan penduduk tetapi juga penduduk usia muda membutuhkan lebih banyak pangan bagi pertumbuhan fisiknya. Dalam pada itu, besarnya penduduk dalam usia dibawah lima tahun (Balita) akan meningkatkan kebutuhan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi dan pelbagai kebutuhan hidup lainnya. Dengan demikian usaha-usaha pembangunan di bidang pangan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya perlu ditingkatkan dalam Repelita IV. Masalah lain yang dihadapi sebagai akibat besarnya penduduk berusia muda adalah peningkatan jumlah angkatan kerja. Pada tahun 1983 jumlah angkatan kerja, yaitu penduduk berumur 10 tahun atau lebih yang bekerja atau mencari pekerjaan adalah 63,5 juta orang dan pada tahun 1988 meningkat menjadi

285

TABEL 25 - 1 PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA, 1983 - 1988 (juta) Tahun 1983 19 84 1985 1986 1987 1988 Jumlah 158,1 161.6 165.2 168.7 172.2 175.6

TABEL 25 - 2 PERKIRAAN PENDUDUK MENURUT GOLONGAN UMUR, 1983 - 1988 (dalam juta) Kelompok umur 0 5 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 + Jumlah : 4 9 Jumlah Penduduk 1983 23,1 20,8 18,7 16,6 14,7 12,7 51,5 158,1 Jumlah Penduduk 1988 24,3 22,4 20,5 18,4 16,3 14,4 59,3 175,6 Prosentase Pertambahan Penduduk 1983 - 1988 5,2 7,7 9,6 10,8 10,9 13,4 15,1 11,1

286

N O+ Oo O O O O O ________________1____________________________1___________________________1__________________________1

C O

00
00

00

72,8 juta atau meningkat dengan rata-rata 2,8% per tahun, jauh diatas perkiraan pertumbuhan penduduk. Dengan demikian salad satu masalah pokok yang dihadapi dalam Repelita IV adalah penyediaan lapangan kerja bagi sekitar 9,3 juta tambahan angkatan kerja. 3. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Salah satu ciri lainnya daripada penduduk Indonesia adalah penyebarannya yang tidak merata, khususnya antara pulau Jawa dengan pulau-pulau lainnya. Jumlah penduduk pulau Jawa dalam tahun 1983 adalah kira-kira 96,9 juta orang dan meningkat menjadi 106,0 juta pada tahun 1988, suatu peningkatan sebesar 1,8% per tahun. Kepadatan penduduk di pulau ini meningkat dari 733 orang per kilometer persegi pada tahun 1983 menjadi 801 orang pada tahun 1988. Penduduk Sumatera diperkirakan akan meningkat dari 31 juta pada tahun 1983 menjadi 36 juta pada tahun 1988, suatu peningkatan sebesar 3%; penduduk Kalimantan meningkat dari 7,4 juta menjadi 8,4 juta atau 2,6% per tahun; Sulawesi dari 11,1 juta menjadi 12,3 juta atau 2,1% per tahun; Bali dan Nusa Tenggara dari 8,9 juta menjadi 9,8 juta atau 1,9% per tahun; Maluku dan Irian Jaya dari 2.8 menjadi 3,1 juta atau meningkat dengan 2,1% per tahun selama Repelita IV. Kepadatan penduduk di Sumatera meningkat dari 66 orang per km2 pada tahun 1983 menjadi 76 orang per km2 pada tahun 1988, Kalimantan dari 14 menjadi 16, Sulawesi dari 59 menjadi 65, Bali dan Nusa Tenggara dari 101 menjadi 111, Maluku dan Irian Jaya dari 5 menjadi 6 orang per km2 pada jangka waktu yang sama. Untuk seluruh Indonesia kepadatan penduduk meningkat dari 82 orang pada tahun 1983 menjadi 92 orang per kilometer persegi pada tahun 1988. Dengan demi-

288

kian

kepadatan

penduduk

daerah

luar

Jawa

lebih

rendah

baik

dari kepadatan penduduk pulau Jawa maupun kepadatan penduduk secara nasional (lihat Tabel 25 - 3). Ketimpangan kepadatan penduduk ini mempunyai pengaruh

terhadap luas pemilikan tanah pertanian yang cenderung semakin berkurang dan menyempit terutama di Jawa. Sebagai akibatnya, penyediaan lapangan kerja pertanian di pulau Jawa semakin terbatas. Petani penggarap dan petani yang mempunyai sedikit lahan pertanian semakin besar jumlahnya. Sementara itu, di luar Jawa tenaga kerja masih langka dan sumber alam masih cukup tersedia. Lahan pertanian dan sumber-sumber alam lainnya banyak yang belum dimanfaatkan. Selain itu penyebaran yang kurang serasi dan kurang seimbang akan menyebabkan usaha pemeliharaan kelestarian dan pengaturan ekosistem menjadi sulit. Kepadatan penduduk di Jawa dan kelangkaan penduduk di luar Jawa pada hakekatnya mempunyai pengaruh langsung terhadap keserasian hubungan antara manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Masalah kurang penting lainnya kota adalah dan penyebaran desa. penduduk yang

seimbang

antara

Tingkat

pertumbuhan

penduduk di kota lebih cepat dari pada di desa, namun jumlah penduduk desa jauh lebih besar dari pada penduduk kota. Pada tahun 1971 penduduk desa adalah 83% dan penduduk kota adalah 17% dari seluruh penduduk Indonesia, dan pada tahun 1980, prosentase tersebut berubah menjadi 78% dan 22%. Dalam Repelita IV diperkirakan jumlah penduduk kota akan meningkat dari 37,9 juta pada tahun 1983 menjadi 48,4 juta pada tahun 1988 (lihat Tabel 25 - 4).

289

TABEL 25 - 3 PENYEBARAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA, 1983 dan 1988

Daerah

Luas (ribu km2)

Jumlah Penduduk (juta) 1983 1988 (4) 3,2 10,1 4,0 2,7 1,9 5,9 1,1 7,1 36,0 33,4 8,8 28,5 3,0 32,3 106,0 2,4 1,2 2,9 1,9 8,4 6,9 1,7 1,2 2,5 12,3 2,8 3,1 3,2 0,7 9,8 1,7 1,4 3,1 175,6

Kepadatan Penduduk Pertumbuhan (orang per km2) Rata2 setahun ( % ) (5) 2,7 2,1 2,1 2,4 3,5 3,0 4,1 5,2 3,0 2,4 3,8 1,4 1,4 1,1 1,8 1,8 1,8 1,4 6,3 2,6 1,5 4,0 3,7 1,7 1,7 1,5 2,1 2,0 3,1 1,9 2,5 1,5 2,1 2,1 1983 (6) 51 129 72 25 36 49 43 165 66 641 12.167 778 875 637 733 58 7 18 7 14 88 20 36 121 59 473 59 144 40 101 20 3 5 82 1988 (7) 58 143 80 29 42 57 52 213 76 721 14.667 833 938 674 801 64 8 20 9 16 95 24 43 132 65 509 65 158 47 111 23 3 6 92

(1) D.I. Aceh 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Jambi 6. Sumatera Selatan Bengkulu 8. Lampung SUMATERA 9. Jawa Barat 10. DKI Jakarta 11. Jawa Tengah 12. D.I. Yogyakarta 13. Jawa Timor J A W A 14. Kalimantan Selatan 15. Kalimantan Tengah 16. Kalimantan Barat 17. Kalimantan Timor KALIMANTAN 18. Sulawesi Selatan 19. Sulawesi Tengah 20. Sulawesi Tenggara 21. Sulawesi Utara SULAWESI 22. B a 1 1 23. Nusa Tenggara Timor 24. Nusa Tenggara Barat 25. Timor Timur BALI DAN NUSA TENGGARA 26. Maluku 27. Irian Jaya MALUKU DAN IRIAN JAYA INDONESIA

(2) 55,4 70,8 49,8 94,6 44,8 103,7 21,2 33,3 473,6 46,3 0,6 34,2 3,2 47,9 132,2 37,7 152,6 146,8 202,4 539,5 72,8 69,7 27,7 19,0 189,2 5,5 47,9 20,2 14,9 88,5 74,5 421,9 496,4 1.919,4

(3) 2,8 9,1 3,6 2,4 1,6 5,1 0,9 5,5 31,0 29,7 7,3 26,6 2,8 30,5 96,9 2,2 1,1 2,7 1,4 7,4 6,4 1,4 1,0 2,3 11,1 2,6 2,8 2,9 0,6 8,9 1,5 1,3 2,8 158,1

290

Tabel 25 - 4 JUMLAH DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA DAN DESA, 1971, 1980, 1983 dan 1988 (juta)

1971 1/ (1) Kota Desa 20,7 98,5 (17%) (83%)

1980 1/ (2) 32,8 113,9 (22%) (78%) 37,9 120,2

1983 2/ (3) (24%) (76%)

1988 2/ (4) 48,4 127,2 (28%) (72%)

Jumlah

119,2 (100%)

146,7

(100%)

158,1

(100%)

175,6

(100%)

1/ Berdasarkan Sensus 1971 dan 1980

2/ Perkiraan

291

GRAFIK 25 - 2a JUMLAH PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA, 1983 dan 1988

1983

1988

Jawa

Luar Jawa

Indonesia

29 2

GRAFIK 25 - 2b KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA, 1933 dan 1988

(orang per km2).

1983

1988

Indonesia

Jawa

Luar Jawa

293

Lebih cepatnya pertumbuhan penduduk kota antara lain disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Adanya pemusatan penduduk pada beberapa daerah yang relatif kecil menimbulkan berbagai masalah. Masalah ini menyangkut lingkungan hidup, keadaan pemukiman yang kurang sehat dan kebutuhan pembukaan lapangan kerja yang semakin mendesak. Selain perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bersifat permanen, perpindahan penduduk yang bersifat non-permanen juga memerlukan perhatian. Perpindahan penduduk yang non-permanen dapat mengambil bentuk perpindahan musiman. Penduduk pedesaan dalam musim tidak sibuk di daerah pedesaan pindah ke kota untuk mendapatkan lapangan kerja yang pada umumnya di sektor "informal" di kota. Selain itu, dengan meningkatnya pertumbuhan kota maka jumlah angkatan kerja yang bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di luar kota bersangkutan akan semakin besar. Dengan demikian gejala perpindahan yang bersifat ulang-alik akan membutuhkan lebih banyak perhatian. Pertumbuhan penduduk dan penyebarannya mempengaruhi secara langsung masalah-masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan mutu dan pemanfaatan sumber daya manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan sumber utama peningkatan jumlah sumber daya manusia yang memerlukan pembinaan, pengembangan serta pemanfaatan. Masalah-masalah yang timbul oleh karena penyebaran sumber daya manusia yang kurang seimbang dipertajam dengan adanya pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, termasuk masalah tekanan kepada sumber daya alam dan lingkungan hidup. Perusakan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup baik lingkungan hidup fisik maupun sosial bukan hanya berkai-

294

tan dengan bertambahnya jumlah manusia, tetapi juga dengan belum meluasnya kesadaran dan penghayatan mengenai azas keseimbangan dan keselarasan dalam peri kehidupan bermasyarakat. Masih belum meluasnya kesadaran ini antara lain disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai berbagai segi kependudukan, lingkungan hidup dan keserasian kependudukan dan lingkungan hidup serta terbatasnya penyebaran informasi yang ada. Oleh karena itu pendidikan di bidang kependudukan penting peranannya dalam upaya menanggulangi masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Selain dari pada itu penelitian di bidang kependudukan terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup baik fisik maupun sosial juga perlu dikembangkan dalam usaha meningkatkan kesadaran dan pengetahuan di bidang kependudukan dan lingkungan hidup, dan sekaligus dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan pembangunan. Pertumbuhan penduduk berperan besar dalam keseluruhan

usaha pembangunan. Dalam kaitan inilah pentingnya peranan keluarga berencana sebagai bagian usaha untuk mengendalikan kelahiran dan mutu sumber daya manusia dan lingkungan hidup. 4.Kualitas Penduduk Dengan pertumbuhan penduduk

yang

relatif

masih

tinggi

dan jumlah penduduk yang besar serta penyebaran yang tidak marata, maka kualitas penduduk menjadi masalah yang makin meningkat. Untuk dapat mendayagunakannya bagi pembangunan, penduduk perlu mempunyai produktifitas dan kualitas yang memadai, baik dari segi fisik dan non fisik. Tanpa peningkatan ini, penduduk yang besar akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan di masa depan dan merupakan beban pembangunan. 295

Kualitas fisik menyangkut kualitas fisik manusia itu sendiri dan indikator-indikator fisik kependudukan lainnya seperti angka kematian, harapan hidup dan sebagainya. Angka kematian kasar dan kematian bayi Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya dikawasan Asia Tenggara ini. Hal ini disebabkan oleh lemahnya kondisi kualitas fisik penduduk, belum sehatnya lingkungan sehingga menimbulkan penyakit menular, sehingga hal ini memerlukan penanganan yang makin meningkat dalam Repelita IV. Kualitas non fisik menyangkut segi-segi produktifitas penduduk, kesetiakawanan sosial, martabat dan kemampuan penduduk untuk hidup dalam hubungan keselarasan dengan lingkungan. Dalam Repelita IV berbagai segi kualitas non fisik kependudukan ini perlu ditingkatkan. Proses pembangunan disamping menghasilkan dampak yang positif, juga dapat menghasilkan dampak negatif pada kehidupan sosial. Begitu pula pembangunan membawa perobahan yang berlangsung cepat, sehingga memerlukan penyesuaian sosial budaya dalam masyarakat. Dalam hubungan ini perlu diadakan penelitian dan pengkajian secara cermat tentang hal-hal tersebut, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong dampak positif pembangunan dan mengurangi atau memperkecil dampak negatif pembangunan kepada kehidupan penduduk dan masyarakat. 5.Keluarga Berencana Dalam GBHN dikemukakan bahwa program keluarga berencana

296

bertujuan

ganda,

yakni

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

ibu

dan anak serta mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Dalam ta III tiga tu Repelita I jumlah peserta baru, secara kumulatif selama adalah

adalah 4 juta, dalam Repelita II, 8,8 juta, dan dalam Repeliberjumlah sekitar jumlah 14,6 juta. baru Dengan demikian secara kumulatif Repelita, peserta terus

27,4 juta orang. Dalam pada itu, jumlah peserta lestari, yaipeserta yang secara menerus melaksanakan keluarga berencana, dalam Repelita I adalah 1,7 juta, dalam Repelita II 5,5 juta, dan dalam Repelita III sekitar 12,3 juta orang. Selama tiga Repelita, jumlah peserta lestari secara kumulatif adalah 19,5 juta. Semakin banyak jumlah peserta semakin besar kemungkinan kelahiran dapat dicegah. Dalam Repelita III diperkirakan dapat tercegah 13,9 juta kelahiran. Sasaran program keluarga berencana ke seluruh wilayah Indonesia dilakukan setahap demi setahap. Dalam Repelita I program ini hanya dilaksanakan di Jawa dan Bali, dalam Repelita II diperluas kesepuluh propinsi di luar Jawa dan Bali, dan dalam Repelita III diperluas lagi kesebelas propinsi yang belum di jangkau oleh program keluarga berencana sebelumnya. telah meliDengan demikian program keluarga berencana kini

puti seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Pelaksanaan program keluarga berencana mempunyai pengaruh yang berarti ri pada angka Sensus kelahiran, perubahan 1971 dan struktur umur, diperkirakan usia kawin, angka kematian dan harapan hidup waktu lahir. Dahasil-hasil Penduduk 1980 bahwa angka kelahiran kasar pada tahun 1971 adalah 44 per se-

297

ribu penduduk dan pada tahun 1980 turun 18% yaitu menjadi 36 per seribu penduduk. Jumlah angka kelahiran pada tahun 1971 sebesar 5,6 per wanita dan pada tahun 1980 turun 18% menjadi 4,6 per wanita. Perubahan struktur umur dimana penduduk usia muda kurang dari 15 tahun yang pada tahun 1971 sebanyak 44% dari seluruh penduduk maka pada tahun 1980 turun menjadi 41%. Rata-rata usia perkawinan pertama untuk daerah kota naik dari 21,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 21,8 pada tahun 1980, dan di daerah pedesaan naik dari 18,8 menjadi 19,4 tahun selama jangka waktu yang sama. Sebagai akibatnya prosentase wanita kawin umur 15 - 49 tahun pada tahun 1971 sebesar 72% dari seluruh jumlah wanita pada kelompok umur yang sama telah turun menjadi 70% pada tahun 1980. Sementara itu, angka kematian kasar pada tahun 1971 sebesar 19,0 per seribu penduduk telah turun 34% menjadi 12,5 pada tahun 1980. Angka kematian bayi yang pada tahun 1971 sebesar 140 per seribu telah turun 29% menjadi 100 pada tahun 1980. Penurunan angka kematian diatas membawa pengaruh pada peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang dalam tahun 1971 adalah 46 tahun maka pada tahun 1980 telah naik menjadi 53 tahun. Program keluarga berencana telah memberikan sumbangan besar bagi tercapainya hasil-hasil yang dikemukakan diatas. Hasil ini dimungkinkan karena adanya peningkatan dalam sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan program, baik langsung maupun tidak secara langsung, dan juga adanya mekanisme koordinasi yang mantap di semua tingkatan pelaksanaan. Serta adanya kegiatan penunjang lainnya seperti usaha dibidang kesehatan, gizi, dan lain-lain. Namun masih banyak masalah yang

298

dihadapi, baik masalah yang baru muncul maupun masalah lama yang belum sepenuhnya terselesaikan. Pertama, walaupun tingkat pertumbuhan penduduk cenderung menurun tetapi pertambahan jumlah penduduk secara alamiah masih tetap besar. Adanya pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan pertambahan pada jumlah pasangan usia subur yaitu wanita kawin yang berumur antara 15 - 44 tahun. Pasangan usia subur diperkirakan IV. bertambah adanya dari kira-kira 24,6 juta pada usia tahun pertama Repelita IV menjadi 27,5 juta pada akhir tahun Repelita Dengan penambahan jumlah pasangan subur berarti adanya penambahan kebutuhan pelayanan keluarga berencana. Kedua, pengalaman keberhasilan pelaksanaan program keluarga berencana dalam hal penurunan kelahiran di Jawa dan Bali pada dasawarsa tujuh puluhan merupakan suatu hasil yang menggembirakan. Namun di beberapa daerah Jawa dan Bali jumlah mereka yang pernah menjadi peserta kini dikhawatirkan cenderung mendekati titik jenuh. Dalam rangka mempertahankan kelanggengan para peserta diperlukan usaha yang lebih besar, baik di bidang program keluarga berencana, maupun di bidang kependudukan pada umumnya serta sektor-sektor pembangunan lainnya. Ketiga, jangkauan pelayanan keluarga berencana dalam awal dasawarsa delapan puluhan telah mulai dikembangkan ke seluruh wilayah Indonesia, namun di beberapa daerah di luar Jawa dan Bali masih mengalami masalah keterbatasan sarana, prasarana dan komunikasi. Keempat, dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat di dalam pelaksanaan keluarga berencana, masalah yang dihadapi adalah pemantapan kelembagaan untuk mendapatkan peserta 299

keluarga berencana baru dan menjaga kelangsungan peserta lestari, serta membantu meningkatkan koordinasi di lapangan. Kelima, dalam rangka memantapkan azas sukarela dan kesadaran di dalam pelaksanaan keluarga berencana diperlukan peningkatan penerangan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan berikut cara-cara pemecahannya. Kegiatan ini perlu didorong mengingat di beberapa daerah masih terdapat adat istiadat masyarakat yang kurang mendukung nilai keluarga kecil yang bertanggung jawab. Keenam, dengan semakin meningkatnya sasaran-sasaran keluarga berencana dan semakin meluasnya jangkauan wilayah pelaksanaan, maka diperlukan pengembangan sistem pengumpulan, pengolahan, penyajian dan pemanfaatan informasi kependudukan dan keluarga berencana dalam rangka mewujudkan sistem pelaksanaan yang terpadu.

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH 1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah di Bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan, serta diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya. Pelaksanaan kebijaksanaan dan program-program kependudukan yang meliputi antara lain pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian anak-anak, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang, pengem-

300

bangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan perlu makin ditingkatkan. Dengan demikian maka arah dan sasaran-sasaran pokok kebijaksanaan kependudukan dalam jangka panjang meliputi : 1) Menurunkan langsung. tingkat kelahiran langsung yang akan dilaksanakan antara lain

melalui usaha-usaha langsung maupun usaha-usaha tidak Usaha-usaha meliputi kegiatan-kegiatan penyebar luasan dan penyediaan sarana-sarana keluarga berencana serta usaha meningkatkan pengetahuan dan praktek pelaksanaan keluarga berencana. arga Usaha-usaha untuk tidak langsung norma meliputi keluarga antara kecil, lain sehat berbagai kegiatan dan usaha yang mendorong para kelumelaksanakan dan sejahtera. 2) Menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-anak yang akan dilaksanakan melalui berbagai upaya yang meliputi upaya dibidang kesehatan, pangan dan gizi, pendidikan, perumahan dan penyediaan air bersih dan lain-lain. Usaha-usaha menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-anak berkaitan erat, dengan upaya menurunkan tingkat kelahiran. 3) Meningkatkan tingkat harap4n hidup, yaitu meningkatkan umur rata-rata penduduk Indonesia. Hal ini akan dapat dicapai dengan berhasilnya dilaksanakan penurunan tingkat kematian dan tingkat kelahiran yang kesemuanya itu merupakan basil upaya pembangunan di berbagai bidang.

301

4) Menyebarkan penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang yang akan dilaksanakan melalui berbagai usaha dibidang jasa transmigrasi, angkutan, dan pembangunan penyebaran daerah, kegiatan pembangunan kota dan desa, pembangunan prasarana perhubungan lain. Disamping untuk itu kebijaksanaan peningkatan kependudukan hidup, juga diarahkan dan dan pembangunan antar daerah yang lebih serasi, dan lain-

menunjang

taraf

kesejahteraan

kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya melalui pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang yang meliputi antara lain bidang pendidikan, kesehatan, pangan dan gizi, pertanian, industri, perhubungan, pariwisata, koperasi, pengembangan dunia usaha nasional dan golongan ekonomi lemah, tenaga kerja, transmigrasi, pembangunan daerah, sumber alam dan lingkungan hidup, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian, perumahan dan pemukiman, kesejahteraan sosial, generasi muda, peranan wanita, hukum, penerangan dan media massa, dan pendidikan P-4. Dengan demikian arah dan sasaran kebijaksanaan kependudukan dalam jangka panjang juga meliputi usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas kependudukan. Kualitas kependudukan perlu dikembangkan supaya penduduk Indonesia memiliki ketangguhan menanggapi dampak pembangunan terhadap lingkungan sosial-budaya serta memanfaatkan perkembangan-perkembangan yang menguntungkan bagi pembangunan. Dalam kaitan ini perlu dikemukakan bahwa sasaran-sasaran

302

ini erat hubungannya satu dengan lainnya sehingga pencapaian sasaran di berbagai bidang pembangunan akan sangat membantu pencapaian sasaran di bidang kependudukan dan keluarga berencana. Umpamanya, dengan semakin menurunnya tingkat kematian, meningkatnya umur untuk suatu perkawinan, meningkatnya peranan wanita dalam pembangunan maka tingkat kesuburan dan kelahiran akan cenderung semakin menurun. Di lain pihak dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan biaya bagi pembinaan sumber daya manusia baik bagi keluarga maupun masyarakat, langsung maupun tidak langsung, akan meningkat. Hal ini antara lain disebabkan semakin tingginya tingkat ketrampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Di samping itu, pendidikan minimum yang semakin tinggi akan semakin dapat dipenuhi. Hal ini dimungkinkan oleh karena meningkatnya pendapatan keluarga dan kemampuan pembiayaan pendidikan. Selain itu, peranan anak sebagai sumber tenaga kerja berkurang. Jumlah angkatan kerja di bawah umur 15 tahun akan berkurang. Hal ini mengurangi dorongan untuk mempunyai jumlah anak yang besar. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa tercapainya

berbagai sasaran pembangunan secara langsung menyumbang tercapainya sasaran jangka panjang di bidang kependudukan yaitu menurunkan tingkat kelahiran dengan 50% dari keadaan 1971, yakni dari 44 per seribu menjadi 22 per seribu penduduk. Demikian pula dengan berhasilnya pelaksanaan berbagai

upaya pembangunan akan sangat membantu di dalam penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang. Pembangunan pedesaan dan pembangunan kota-kota sedang dan kecil akan men-

303

dorong penyebaran penduduk yang lebih seimbang. Hal ini akan mengurangi kesenjangan tingkat hidup diantara kota dan desa dan diantara kota-kota besar, sedang dan kecil. Berkurangnya kesenjangan tingkat hidup diantara kota dan desa dan diantara berbagai kota pada gilirannya akan membantu tercapainya sasaran penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang secara berlanjut. Demikian pula dengan tumbuh dan berkembangnya masyarakat daerah transmigrasi maka berbagai sasaran transmigrasi akan dapat dicapai. Sasaran ini meliputi peningkatan pembangunan daerah baik secara ekonomi maupun sosial-budaya. Daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja tetapi mempunyai potensi akan semakin mampu berkembang dan menarik tenaga kerja dari daerah-daerah yang padat penduduknya. Dengan demikian keseimbangan antar daerah dan diantara sumber daya manusia dan alam khususnya pertanian akan semakin baik. Selain itu, perluasan areal dan peningkatan produksi pertanian dapat dilaksanakan. Demikian pula pertahanan keamanan akan dapat lebih terpelihara. Walaupun secara keseluruhan tingkat harapan hidup meningkat, tingkat kematian khususnya kematian bayi menurun, tingkat kesuburan menurun dan mutu pemanfaatan sumber daya manusia meningkat, sasaran namun perbaikan-perbaikan dan ini tidaklah sama derajatnya di semua daerah. Oleh karena itu usaha-usaha pencapaian kependudukan keluarga berencana selama Repelita IV perlu memperhatikan keadaan masing-masing daerah dan pemerataan antara daerah. Dalam Repelita IV secara keseluruhan tingkat kematian ka-

304

sar diharapkan dapat diturunkan dari 11,69 per seribu penduduk pada akhir Repelita III menjadi 10,12 per seribu pada akhir Repelita IV. Tingkat kematian bayi diharapkan dapat diturunkan dari 90,3 per seribu kelahiran pada akhir Repelita III menjadi setinggi-tingginya 70 per seribu kelahiran pada akhir Repelita IV. Kematian anak Balita (1 - 4 tahun) diharapkan akan turun dari 17,8 per seribu anak Balita pada akhir Repelita III menjadi 14,0 anak Balita pada akhir Repelita IV. Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran diatas maka dalam Repelita IV dilaksanakan usaha-usaha dalam rangka peningkatan pelayanan upaya kesehatan. Usaha-usaha dan ini upaya meliputi peningkatan peningkatan kesehatan kesehatan masyarakat

kerja, khususnya bagi tenaga kerja yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan kerja yang ada, misalnya tenaga kerja di bidang pertanian, perikanan, konstruksi, industri rumah tangga dan industri jasa. Dalam hubungan ini maka jumlah Puskesmas maupun fungsinya ditingkatkan. Puskesmas dikembangkan menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Diharapkan pemerataan derajat kesehatan melalui Puskesmas akan dapat diusahakan dengan peningkatan fungsi Puskesmas maupun peranserta masyarakat. Peningkatan fungsi Puskesmas dilakukan melalui berbagai

kegiatan pokok yang meliputi kesejahteraan ibu dan anak; keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya melalui imunisasi; penyuluhan kesehatan masyarakat; pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan; kesehatan sekolah; perawatan kesehatan masyarakat; kesehatan gigi dan mulut; kesehatan jiwa;

305

dan

lain-lain.

Kegiatan-kegiatan

pokok

Puskesmas

ditujukan

untuk meningkatkan kesehatan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat di wilayah kerjanya. Dalam rangka peningkatan kesehatan lingkungan maka dalam Repelita IV dilaksanakan usaha-usaha bagi peningkatan mutu lingkungan di pedesaan dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa. Dalam kaitan ini akan terus diusahakan agar semakin besar jumlah relatif penduduk pedesaan mendapatkan air bersih, menggunakan sarana jamban keluarga, dan mengelola air limbah. Peningkatan status gizi penduduk amat penting peranannya dalam pencapaian sasaran-sasaran kependudukan. Kebijaksanaan dibidang pangan dan gizi secara umum ditujukan bagi peningkatan upaya penyediaan pangan dan penganeka ragaman pola konsumsi pangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan gizi penduduk yang semakin bermutu secara merata. Namun secara khusus dalam rangka menurunkan tingkat kematian dan memperpanjang tingkat harapan hidup, maka kebijaksanaan pangan dan perbaikan gizi ditujukan bagi peningkatan keadaan gizi kelompok-kelompok tertentu yang mengalami penyakit kurang gizi, yaitu, penyakit kurang kalori protein, kekurangan vitamin A, gondok endemik dan anemi gizi besi. Sasaran kelompok tertentu tersebut adalah golongan penduduk rawan gizi termasuk secara khusus anak balita, ibu hamil dan menyusui, dan anak-anak sekolah dasar, baik di kota maupun di desa, serta golongan masyarakat berpendapatan rendah. Kegiatan penanggulangan kurang kalori protein (KKP) pada anak balita akan dilaksanakan melalui perluasan dan pening-

306

katan

mutu

Usaha

Perbaikan

Gizi

Keluarga

(UPGK).

Kegiatan

UPGK terdiri dari penimbangan balita secara berkala dan teratur dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS), penyuluhan gizi dan perawatan bayi serta anak termasuk segi kebersihan, pemberian makanan tambahan, pemberian paket pertolongan gizi berupa kapsul vitamin A, pil zat besi, preparat campuran gula dan garam (Oralit) untuk diare; pemanfaatan pekarangan air dan lain-lain. Pelaksanaan kegiatan ini dipadukan dengan berbagai kegiatan pembangunan lainnya seperti penyediaan bersih, imunisasi, keluarga berencana, intensifikasi pekarangan, aneka ternak kecil, dakwah keagamaan, PKK dan upaya pembangunan desa lainnya. Dalam rangka menanamkan pengetahuan gizi dan kebiasaan

makan yang sehat pada masyarakat, maka disamping penyuluhan gizi masyarakat secara luas akan diberi perhatian lebih khusus terhadap pendidikan gizi kepada anak-anak sekolah terutama di tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Untuk itu pelajaran tentang gizi pada sekolah-sekolah tersebut akan lebih diintensifkan dengan berbagai cara. Pendidikan penting peranannya dalam usaha mencapai sasaran-sasaran kependudukan. Kesadaran dan kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan cara hidup sehat, pengendalian kelahiran dan peningkatan daya mampu sumber daya manusia hanyalah bisa ditingkatkan melalui pendidikan. Bidang pendidikan besar peranannya dalam memasyarakatkan wawasan keserasian kependudukan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam Repelita IV, sejalan dengan semakin meningkatnya penduduk usia sekolah, usaha-usaha di bidang pendidikan akan terns ditingkatkan.

307

Salah satu masalah yang dihadapi dalam Repelita IV adalah meningkatkan kesempatan belajar pada pendidikan SD dan sekolah menengah. Dalam hubungan ini, maka perluasan kesempatan memperoleh pendidikan di dalam dan di luar sekolah pada tingkat pendidikan dasar dilakukan dalam rangka melaksanakan wajib belajar. Perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan menengah dilakukan dengan meningkatkan daya tampung di dalam maupun di luar sekolah dan meningkatkan partisipasi perguruan swasta. Jumlah murid tingkat sekolah dasar 7 - 12 tahun sepenuhnya perlu ditampung. Pada tingkat SLP dan SLA, dan perguruan tinggi tingkat partisipasi kasar, yaitu jumlah murid sebagai prosentase dari seluruh penduduk usia yang bersangkutan akan ditingkatkan. Dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia dan memenuhi kebutuhan tenaga profesional dalam berbagai sektor pembangunan dan sekaligus untuk meningkatkan produktivitas serta mutu dan efisiensi kerja maka pendidikan politeknik dan kejuruan akan dikembangkan. Bidang yang dikembangkan dalam pendidikan politeknik antara lain adalah bidang teknologi dan bidang tata niaga. Pengembangan bidang-bidang ini merupakan sebagian dari usaha pelaksanaan perencanaan tenaga kerja nasional. Usaha untuk meningkatkan penghayatan mengenai norma keluarga kecil dan pelembagaan etika lingkungan dilakukan melalui pendidikan kependudukan. Usaha di bidang pendidikan kependudukan yang telah dimulai sejak Repelita II dan dilanjutkan dalam Repelita III, dalam Repelita IV akan ditingkatkan terus. Unsur pendidikan kependudukan diintegrasikan kedalam berbagai pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan, pendidi308

kan formal, dan pendidikan non-formal. Dengan makin meluasnya pendidikan kesadaran dan anak tang kependudukan akan di diharapkan akan semakin meluas pula dan pentingnya hayatinya usaha-usaha keserasian pengendalian sikap kelahiran

semakin didik

kependudukan kesadaran, kehidupan

lingkungan hidup. Melalui pendidikan kependudukan maka setiap diharapkan memiliki pengertian, pada sikap dan tingkah laku yang rasional serta bertanggung jawab tenpengaruh pertambahan penduduk manusia yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang meningkat sehubungan dengan meningkatnya jumlah penduduk amatlah penting untuk mengembangkan sikap kemandirian, kewiraswastaan dan swakarsa di kalangan generasi muda, khususnya di kalangan anak didik. Oleh karena itu metode dan isi pendidikan akan lebih diarahkan bagi pengembangan sikap yang demikian. Laju pertumbuhan penduduk dikendalikan melalui usaha penurunan yang tingkat kelahiran penghayatan dan dan pengembangan pelaksanaan program norma lainnya keluarga mendukung

kecil, sehat dan sejahtera. Penurunan tingkat kelahiran dilakukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat dengan mempertimbangkan nilai-nilai Agama serta Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan kegiatan penurunan tingkat kelahiran dijaga agar tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama maupun adat istiadat setempat. Penentuan jumlah anak untuk masing-masing keluarga tetap diserahkan sepenuhnya kepada keluarga yang bersangkutan. Yang perlu diusahakan adalah adanya

309

pengertian dari setiap keluarga akan pentingnya usaha-usaha pengendalian kelahiran dalam rangka membentuk tingkah laku kependudukan yang bertanggung jawab. Sehubungan dengan usaha-usaha penurunan tingkat kelahiran maka dalam Repelita IV ditingkatkan jangkauan program keluarga berencana serta pembinaan dan pelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Peningkatan jangkauan dan kegiatan akan mencakup semua lapisan masyarakat termasuk WNI keturunan Cina. Usaha-usaha menurunkan tingkat kelahiran dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga khususnya ibu dan anak. Oleh karena itu maka penurunan tingkat kelahiran diintegrasikan dengan usaha-usaha menurunkan tingkat kematian terutama kematian di kalangan anak-anak serta usaha-usaha lain yang ditujukan untuk memperpanjang harapan hidup. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berkeluarga kecil yang' bahagia, sejahtera dan bertanggung jawab maka diusahakan agar program keluarga berencana benar-benar merupakan gerakan yang meluas dalam masyarakat. Untuk maksud itu maka usaha-usaha meningkatkan motivasi kearah keluarga kecil dilanjutkan dan diintegrasikan dengan usaha-usaha pembangunan lainnya. Dalam kaitan ini kebijaksanaan dan langkah-langkah yang memberikan dorongan bagi pelaksanaan norma keluarga kecil, langsung maupun tidak langsung, di sektor Pemerintah maupun swasta, akan terus dikembangkan selama Repelita IV. Usaha-usaha penerangan mengenai kemanfaatan keluarga kecil yang bertanggung jawab baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun bagi pembangunan bangsa dan negara akan terus ditingkatkan.

310

Usaha-usaha

peningkatan

pendidikan

dan

ketrampilan

di-

arahkan untuk meningkatkan perluasan lapangan kerja dan partisipasi produktif angkatan kerja guna mengurangi beban ketergantungan khususnya wanita dan pemuda. Usaha-usaha pemerataan pendapatan dan kesempatan kearah kerja diharapkan mempunyai akan anak dapat dalam mengurangi motivasi keinginan

jumlah yang banyak. Juga pemerataan dibidang kesehatan, peningkatan pelayanan dibidang gizi dan kesehatan lainnya secara terpadu diharapkan akan dapat mengurangi tingkat kematian anak. Oleh karena itu langkah-langkah dan kebijaksanaan pembangunan bagi perluasan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan dilanjutkan dan ditingkatkan antara lain dalam rangka pengendalian kelahiran. Penundaan usia bagi suatu perkawinan baik bagi pria maupun wanita akan memperlambat kelahiran. Kawin pada usia muda cenderung mempunyai tingkat kelahiran yang tinggi dan masa waktu reproduksi yang lebih lama. Oleh karena itu berbagai usaha kearah peningkatan umur bagi suatu perkawinan terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Diusahakan agar laki-laki menempuh hidup baru serendah-rendahnya pada usia 19 tahun dan wanita pada usia 16 tahun sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan. Dalam hubungan ini usaha-usaha penerangan dan konsultasi perkawinan akan terus ditingkatkan. Peningkatan peranan dan status wanita akan berpengaruh

positif pada penundaan usia perkawinan dan ini berarti akan menurunkan tingkat kelahiran. Oleh karena itu kebijaksanaan dan usaha peningkatan status dan peranan wanita dalam pembangunan terus dilaksanakan. Dalam kaitan ini maka partisipasi organisasi-organisasi wanita yang ada dalam berbagai aspek pembangunan akan terus didorong. 311

Usaha-usaha dibidang kesehatan dan gizi dimaksudkan untuk menurunkan angka kematian khususnya dikalangan anak-anak yang sekaligus akan memperlemah keinginan untuk memiliki anak banyak. Peningkatan pelayanan kesehatan akan meningkatkan motivasi para pasangan usia subur untuk melaksanakan keluarga berencana. Dalam hubungan ini maka kebijaksanaan nasional mengintegrasikan kegiatan keluarga berencana kedalam tiap bagian di tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik terus ditingkatkan pelaksanaannya. Dalam rangka meningkatkan kelestarian peserta keluarga

berencana serta meningkatkan kesejahteraan keluarga, kegiatan terpadu penyuluhan gizi dan keluarga berencana dalam wadah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) akan ditingkatkan dan dimantapkan dengan koordinasi dan tats kerja yang lebih baik. Sasaran utama usaha perbaikan gizi secara langsung adalah golongan anak usia 0 - 5 tahun, wanita hamil dan menyusui, dan golongan penduduk di daerah rawan pangan. Dalam rangka peningkatan dan pemantapan keterpaduan tersebut, tenaga lapangan keluarga berencana akan dilengkapi dan diperkuat dengan tenaga yang paham dan trampil dalam bidang gizi. Ketimpangan penyebaran penduduk didaerah mengakibatkan

bahwa didaerah padat penduduk sumber daya alam menderita tekanan eksploitasi berlebihan, sedang didaerah jarang penduduk sumber daya alam tidak dikelola secara efektif. Oleh karena itu kebijaksanaan penyebaran penduduk tertuju pada tercapainya perimbangan penduduk terhadap sumber daya alam yang lebih serasi supaya memungkinkan pendayagunaannya secara optimal. Peningkatan pembangunan didaerah jarang penduduk dapat

memperbesar arus perpindahan penduduk. Oleh karena itu pemba312

ngunan dan pengembangan sumber daya alam didaerah jarang penduduk akan lebih ditingkatkan dengan mendorong peran serta masyarakat yang lebih besar dan memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif pembangunan kepada lingkungan. Sejalan dengan itu pemilihan lokasi pengembangan central pembangunan seperti perkebunan inti rakyat dan pengembangan kawasan industri akan memperhitungkan kepentingan penyebaran penduduk yang makin seimbang. Sasaran seimbang jangka panjang yang ingin dicapai jumlah dalam rangka yang

penyebaran penduduk dan angkatan kerja yang lebih serasi dan adalah mengurangi prosentase penduduk berada di daerah-daerah padat penduduk dan meningkatkan prosentase jumlah penduduk yang mendiami daerah-daerah yang penduduknya masih langka. Dalam hubungan ini maka berbagai kebijaksanaan pembangunan antara lain yang menyangkut pembangunan daerah, transmigrasi, dan usaha-usaha perluasan lapangan kerja di daerah ditujukan dalam rangka memperbaiki pola penyebaran penduduk dan angkatan kerja diantara berbagai pulau. Peningkatan pembangunan di daerah yang langka penduduknya akan memperbesar arus perpindahan penduduk. Oleh karena itu berbagai usaha yang telah di laksanakan dalam Repelita III dalam rangka pembangunan daerah yang langka penduduknya akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Dalam hubungan ini maka pembangunan dan pengembangan dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam di daerah langka penduduk dilanjutkan dan ditingkatkan dalam Repelita IV. Pengembangan ini dilaksanakan dengan memperhatikan dampak kehidupan lingkungan hidup dan dengan meningkatkan peran serta masyarakat setempat. Salah satu kegiatan penting dalam rangka pembangunan dae-

313

rah adalah pelaksanaan program transmigrasi. Pelaksanaan program transmigrasi di tujukan untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di daerah-daerah yang tenaga kerjanya langka tetapi memiliki potensi alam untuk dikembangkan. Dengan demikian program transmigrasi sekaligus juga ditujukan bagi penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang diantara berbagai pulau. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan program transmigrasi dalam Repelita IV akan ditingkatkan dan terus disempurnakan. Kebijaksanaan perpindahan (migrasi) penduduk akan selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, seperti daya dukung alam, kemampuan ruang untuk menampung penduduk dan keadaan sosial budaya penduduk. Dalam hubungan ini maka kebijaksanaan transmigrasi perlu mempertimbangkan lingkungan fisik maupun sosial, sehingga mempermudah usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan para transmigran ditempat baru. Dengan mempertimbangkan lingkungan sosial di daerah penerima disatu pihak bangsa. Dalam rangka penyebaran penduduk, maka dalam Repelita IV ditingkatkan usaha pemukiman kembali penduduk yang hidupnya terpencar-pencar. Usaha pemukiman kembali penduduk juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan keserasian hubungan antara manusia dengan alam. Kegiatan antar kerja antar daerah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja di daerah-daerah tipis penduduk. Tujuan dari kegiatan antar kerja antar daerah adalah untuk mempertemukan permintaan dengan penawaran tenaga kerja 314 dapat dihindarkan pembenturan-pembenturan sosial dan dipihak lain dapat ditingkatkan rasa kesatuan dan persatuan

melalui penyebar luasan informasi pasar kerja dan bantuan kepada badan-badan atau lembaga-lembaga yang membutuhkan tenaga kerja. Selain itu dilaksanakan langkah-langkah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan mobilitas tenaga kerja. Dengan demikian diharapkan penyebaran tenaga kerja dari daerah banyak tenaga kerja ke daerah yang kurang tenaga kerja akan dapat terlaksana dengan lebih lancar. Usaha penyebaran penduduk dan angkatan kerja yang lebih seimbang dan serasi juga menyangkut usaha pengarahan arus perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dalam kaitan ini akan diusahakan agar arus perpindahan penduduk tidak tertuju kepada beberapa kota besar saja tetapi ke banyak kota-kota kecil. Langkah dan kebijaksanaan dalam rangka mengusahakan tercapainya sasaran diatas akan diserasikan dengan pembangunan pedesaan, pembangunan perkotaan dan kaitan diantara keduanya. Berbagai langkah dan kebijaksanaan meningkatkan pemerataan pembangunan di pedesaan dan perkotaan diharapkan akan mendorong tumbuhnya kota-kota sedang dan kecil. Peningkatan pembangunan pertanian akan meningkatkan pendapatan dan produktifitas tenaga kerja di sektor pertanian dan dengan demikian memperkuat daerah belakang dari kota-kota kecil. Demikian pula kebijaksanaan meningkatkan pembangunan industri kecil di pedesaan dan industri pertanian mendorong pertumbuhan perkotaanyang lebih merata. Pemerataan dibidang pembangunan perkotaan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan banyak kota dan tidak terbatas kepada beberapa kota besar saja. Dalam hubungan ini penting untuk ditingkatkan kemampuan kota-kota kecil didalam pengelolaan kota. Usaha-usaha perluasan lapangan kerja di kota-kota kecil 315

melalui pembinaan sektor industri kecil di perkotaan dan usaha-usaha kecil lainnya dibidang perdagangan dan jasa akan mendorong pertumbuhan kota-kota kecil. Dalam rangka penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang maka pembangunan bagi kota-kota yang langsung merupakan pusat-pusat pengembangan daerah

transmigrasi dan sekitarnya ditingkatkan dalam Repelita IV. Dalam rangka penyebaran penduduk secara lebih terarah ke banyak kota maka pengembangan kota akan memperhatikan fungsi dan hierarki kota-kota bersangkutan. Pengembangan kota-kota sedang dan kecil akan mengutamakan kota-kota dengan potensi pengembangan yang besar. Untuk meningkatkan daya guna dan basil guna daya tampung penduduk, maka pengembangan daerah perkotaan perlu memperhatikan tata ruang, baik untuk kawasan pemukiman maupun untuk kawasan kegiatan kerja penduduk. Penataan perumahan penduduk diarahkan pada perumahan yang bersih dan sehat. Dalam pembangunan hasilan pemukiman rendah. kepada di perkotaan, akan diutamakan pemukiman untuk pembangunan kota akan yang perumahan yang murah dan terjangkau oleh masyarakat berpengPembangunan pembangunan lingkungan pemukiman diarahkan penduduk

berpendapatan rendah yang merupakan bagian terbesar dari penduduk kota. Pembangunan perkotaan juga akan memperhatikan kebutuhan para migran agar dapat berperanserta secara lebih berarti dalam pembangunan. Dalam kaitan ini maka sektor-sektor informal di perkotaan akan dikembangkan. Dalam rangka pemecahan masalah peningkatan jumlah penduduk kota, maka pengembangan kota-kota besar dilaksanakan secara lebih terkoordinasi dengan kota-kota lebih kecil di se316

kitarnya. Pengembangan kota-kota satelit dilanjutkan dan ditingkatkan. Penelitian dan pengkajian masalah-masalah perkotaan termasuk penelitian mengenai cara-cara meningkatkan peranserta penduduk kota dalam ikut serta memecahkan masalahmasalah perkotaan ditingkatkan dalam Repelita IV. Kebijaksanaan itan ini dan langkah-langkah dibidang hukum dibidang dalam kependudukan mendukung

perlu didukung oleh pembangunan di berbagai bidang. Dalam kapembangunan rangka kebijaksanaan dibidang kependudukan dilanjutkan dalam Repelita IV. Selain itu dalam Repelita IV terus dikembangkan penelitian dan kebijaksanaan-dibidang kependudukan. Bidang-bidang kebijaksanaan yang perlu dikembangkan antara lain menyangkut cara-cara mempercepat penurunan tingkat kelahiran, cara-cara meningkatkan peranserta masyarakat didalam memecahkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup serta pelembagaan etika sosial, cara-cara mendorong terwujudnya sikap kemandirian, kewiraswastaan dan swakarsa masyarakat, dan lainlain. Dalam Repelita IV pelaksanaan program keluarga berencana ditujukan untuk : 1. Membantu tercapainya sasaran penurunan tingkat kelahiran

dalam jangka panjang, yaitu menurunnya dengan 50% tingkat kelahiran dalam jangka panjang. Dalam kaitan ini maka dalam Repelita IV tingkat kelahiran diperkirakan akan turun dari 33,46 per seribu penduduk menjadi 31,02 per seribu penduduk. 2. Meningkatkan jumlah peserta keluarga berencana atas dasar kesadaran dan sukarela dengan mempertimbangkan nilai-ni-

317

lai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta memelihara peserta keluarga berencana lestari. 3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan tahun, ibu dan anak, memperpanjang ibu harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak dibawah lima serta memperkecil kematian karena kehamilan dan persalinan. 4. Menghimpun bahan-bahan bagi penyusunan kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu baik tingkat nasional maupun daerah yang diarahkan untuk mewujudkan penduduk Indonesia dengan ciri perilaku demographist yang menguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan nasional. 5. Meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat terhadap masalah kependudukan yang menjurus kearah penerimaan dan penghayatan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab. 6. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita serta generasi muda dalam pelaksanaan upaya-upaya untuk menanggulangi masalah kependudukan. 7. Meningkatkan kesadaran, peranan dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat dalam pengelolaan program keluarga berencana. 8. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya

manusia untuk perbaikan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam rangka mempercepat pelembagaan nilai-nilai keluarga kecil. 9. Meluaskan dan mengintensifkan program keluarga berencana di seluruh wilayah tanah air dan lapisan masyarakat ter-

318

masuk masyarakat di daerah pemukiman baru dan masyarakat Indonesia keturunan asing. Secara operasional tujuan-tujuan diatas dapat dicapai dengan cara : 1. Mendorong pasangan usia subur yang istrinya belum mempunyai anak maksimal 2 orang. 2. Membantu pasangan usia subur yang istrinya lebih dari 30 tahun atau anaknya 3 orang atau lebih agar tidak menambah anak yang dimilikinya. 3. Mengarahkan generasi muda untuk menghayati nilai keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera serta mendorong mereka untuk lebih banyak bergiat dalam bidang pendidikan, ketrampilan, kepramukaan, olah raga, kesenian dan sebagainya. 4. Memperkuat proses pelembagaan secara fisik dalam usaha keluarga berencana sehingga secara kelompok proses penanganan program semakin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan masyarakat sendiri. 5. Memperkuat proses pelembagaan yang bersifat mental spiritual dan lebih bersifat dukungan psikologis. Adapun jumlah peserta baru keluarga berencana yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam Repelita IV adalah sekitar 24,7 juta. Jumlah ini merupakan lebih dari 63% pasangan usia subur pada akhir Repelita IV. Perincian peserta baru keluarga berencana per pulau adalah Sumatera 3,2 juta, Jawa 17,8 juta, berusia

30 tahun dan atau jumlah anak kurang dari 3 orang agar

319

Nusa Tenggara 1,4 juta, Kalimantan 0,7 juta, Sulawesi 1,3 juta dan Maluku dan Irian Jaya 0,3 juta. Dalam rangka menjaga kelestarian peserta keluarga berencana maka usaha pembinaan program akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Jumlah peserta lestari pada akhir Repelita IV diperkirakan mencapai 17,2 juta. Perincian peserta lestari per pulau adalah Sumatera 2,8 juta, Jawa 12,0 juta, Nusa Tenggara 0,8 juta, Kalimantan 0,6 juta, Sulawesi 0,9 juta, dan Maluku dan Irian Jaya 0,1 juta (lihat Tabel 25 5). Bilamana dilihat dari komposisi pemakaian kontrasepsi maka mereka yang menggunakan IUD rata-rata 35%, pil 44%, suntikan 12%, kondom 4%, dan lain-lain 5%. Pemakai-pemakai IUD, suntikan, dan lain-lain cenderung meningkat, sedangkan pemakai pil dan kondom cenderung menurun. 2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah yang Menunjang Pelaksanaan Keluarga Berencana. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa dalam rangka mengendalikan pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera maka program keluarga berencana yang telah menunjukkan hasil-hasilnya yang positif perlu diperluas, diintensifkan dan dipercepat pelaksanaannya. Demikian pula makin ditingkatkan dan diperluas kebijaksanaan-kebijaksanaan program keluarga berencana. Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang berkelanjutan. Dewasa ini pencapaian hasil program keluarga berencana yang telah mulai dirayang dapat menunjang pelaksanaan

320

TABEL 25 - 5 PERKIRAAN PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU DAN PESERTA KELUARGA BERENCANA LESTARI MENURUT PROPINSI, 1984/85 - 1988/89 ( ribu ) 1984/85 Propinsi Peserta KB Baru 41 180 72 33 31 94 23 81 555 241 1.003 798 109 908 3.059 57 153 44 12 246 60 7 31 22 120 42 10 156 18 226 26 23 49 4.255 Peserta KB Lestari 164 618 251 101 92 344 68 441 2.049 611 2.747 2.713 312 3.574 9.957 309 249 102 12 672 183 39 181 71 474 174 84 331 30 789 46 33 79 14.020 1984/85 Peserta KB Baru 238 1.046 423 191 185 547 134 473 3.237 1.402 5.822 4.633 636 5.271 17.764 334 776 257 75 1.442 353 42 183 128 706 248 60 907 109 1.324 153 139 292 24.765 - 1988/89 Peserta KB Lestari 234 807 321 157 125 465 83 589 2.781 705 3.537 3.316 347 4.140 12.045 338 280 166 20 804 217 57 214 94 582 210 79 570 41 900 73 55 128 17.240

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

D.I. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Sumatera

9. 10. 11. 12. 13.

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa

14. 15. 16. 17.

Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Timor Timur Nusa Tenggara

18. 19. 20. 21.

Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan

Barat Tengah Selatan Timur

22. 23. 24. 25.

Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi

Utara Tengah Selatan Tenggara

26. Maluku 27. Irian Jaya Maluku dan Irian Jaya I N D O N E S I A

321

sakan perlu lebih dimantapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dalam rangka pemantapan dan pelembagaan ini program keluarga berencana dipadukan dengan program-program pembangunan lainnya. Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan yang direncanakan dan dilaksanakan guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Pemerataan kegiatan dan basil pembangunan mempunyai pengaruh yang positif terhadap usaha pengendalian kelahiran. Berbagai usaha pemerataan di berbagai bidang pembangunan secara tidak langsung telah membantu usaha keluarga berencana. Pemerataan dibidang kebutuhan pokok khususnya pangan dan pelayanan kesehatan akan meningkatkan mutu gizi dan derajat kesehatan di kalangan keluarga yang kurang mampu yang pada umumnya adalah keluarga-keluarga dengan tingkat kelahiran relatif tinggi. Bilamana perbaikan dan kesehatan ibu meningkat maka diperkirakan akan mengurangi keguguran kandungan. Bilamana terdapat peningkatan gizi maka kesehatan anak cenderung meningkat dan hal ini akan mengurangi tingkat kematian anak. Keadaan ini semua akan membawa kepada pengurangan kebutuhan kelahiran yang lebih sering dan memungkinkan penjarangan kelahiran sehingga pada akhirnya tingkat kelahiran akan dapat dikurangi. Begitu pula halnya dengan usaha pemerataan dibidang lapangan kerja dan pendapatan yang diperkirakan akan berpengaruh positif kepada usaha pengendalian pertumbuhan penduduk. Semakin luas lapangan kerja produktif akan semakin merata pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat. Bilamana pendapatan sudah relatif merata dan meningkat maka hal ini berarti akan

322

memperbesar kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik dan makanan yang lebih bergizi. Dalam pada itu, meluasnya lapangan kerja khususnya bagi wanita akan merupakan pula pilihan penggunaan waktu yang produktif dan hal ini memperkecil tingkat ketergantungan. Semakin banyak wanita yang bekerja akan semakin besar pendapatan keluarga, dan semakin banyak kesibukan wanita di luar rumah akan cenderung semakin turun tingkat kelahiran. Dalam Repelita IV usaha keluarga berencana di daerah rawan dan padat penduduk akan dipadukan dengan usaha-usaha perluasan kesempatan kerja produktif. Kegiatan ini penting artinya bagi kelestarian peserta keluarga berencana mengingat salah satu alasan ingin mempunyai anak banyak bagi suatu keluarga adalah untuk membantu meningkatkan tambahan pendapatan bagi keluarga yang bersangkutan. Pemerataan kesempatan pendidikan penting artinya bagi usaha pengendalian kelahiran. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka biasanya semakin sedikit jumlah anggota keluarganya. Dengan adanya peningkatan pendidikan berarti adanya peningkatan mutu dan kegunaan anak didik serta adanya penurunan jumlah buts huruf. Dengan dipenuhinya sarana dan fasilitas pendidikan bagi seluruh anak didik di semua tingkatan diharapkan akan meningkatkan umur perkawinan dan meningkatkan pengertian serta kesadaran mengenai perlunya dilaksanakan pengaturan kelahiran. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan akan berarti juga adanya pemerataan di bidang lapangan kerja dan pendapatan bagi semua generasi. Dengan demikian pemerataan di bidang pendidikan mempunyai pengaruh yang berarti pada pelaksanaan keluarga berencana didalam pengendalian pertumbuhan penduduk baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 323

Pengembangan agar jumlah

dibidang buruh

kesejahteraan yang mendapat

sosial

dimaksudkan jaminan

keluarga

fasilitas

sosial dapat meningkat dan merata. Oleh karena itu, program asuransi tenaga kerja untuk buruh swasta yang telah dimulai sejak Repelita-Repelita yang lalu akan terus dilanjutkan dalam Repelita IV. Diharapkan semakin meratanya jaminan sosial akan membantu usaha pengendalian kelahiran. Program kebudayaan dapat mempunyai peranan panting dalam usaha pengendalian kelahiran. Dalam hubungan ini program kebudayaan akan diarahkan antara lain untuk menyebar luaskan ide keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui penyampaian pesan yang berisi cara-cara penjarangan kelahiran, cara-cara meningkatkan kesehatan anak melalui gizi yang sehat dan pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain. Melalui pesan-pesan yang tepat akan dikembangkan suasana pendapat umum terutama di pedesaan bahwa kawin muda kurang tepat bagi pembangunan dan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian umur bagi suatu perkawinan akan dapat ditingkatkan baik bagi laki-laki maupun wanita. Pengembangan di bidang lingkungan hidup akan mempengaruhi pola pertumbuhan penduduk di daerah yang bersangkutan. Dalam Repelita IV akan ditingkatkan usaha-usaha untuk menghindarkan dampak negatif dari kerusakan-kerusakan lingkungan yang disebabkan adanya pembangunan seperti di bidang industri, pertambangan, pertanian, dan juga karena kurang diperhatikannya pengembangan lingkungan pemukiman di kota dan di desa. IV. PROGRAM-PROGRAM 1. Program Kependudukan Kegiatan dan usaha program kependudukan dalam Repelita IV 324

ditujukan dukan dalian

untuk

menunjang

pelaksanaan

kebijaksanaan

kependu-

dalam

rangka

mempercepat

terwujudnya kematian

sasaran-sasaran anak-anak per-

jangka panjang kependudukan yang meliputi antara lain pengenkelahiran, penurunan tingkat panjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang dan pengembangan kualitas hidup manusia. Adapun kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah dibidang

ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di berbagai sektor yang mendorong penurunan tingkat kelahiran dan tingkat kematian dan mendorong penyebaran penduduk dan tenaga kerja ke daerah langka penduduk dan tenaga kerja, serta kegiatan yang meningkatkan antara Keluarga ngunan lain kualitas berupa hidup penduduk. Kegiatan-kegiatan dalam Pangan dan ini Gizi, dan kegiatan-kegiatan Kesehatan, program-program

Berencana, Daerah,

Pendidikan,

Transmigrasi, Perhubungan, Lingkungan Hidup, Industri, PembaKesempatan Kerja, Kesejahteraan Sosial, lain-lain. Untuk duk, akan mengatasi ketimpangan berbagai penyebaran penelitian penduduk dan antara

satu daerah padat penduduk dengan daerah yang jarang pendudilaksanakan pengkajian yang dapat menghasilkan masukan bagi perencanaan kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk mempengaruhi gerak pindah penduduk melalui program pembangunan daerah, industri, pertanian, transmigrasi, pemukiman kembali penduduk, tenaga kerja, perhubungan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Disamping itu akan diusahakan pula bahwa melalui berbagai kebijaksanaan dan program tersebut dapat dikendalikan

325

pula pengembangan ulang-alik dan migrasi musiman dan migrasi tetap. Pengembangan tiap pola hari untuk ulang-alik mengurangi diarahkan beban kota, untuk dengan mempengaruhi mengusahakan diluar kota, untuk

arus gerak penduduk (mobilitas) yang terjadi secara rutin seangkutan si, ulang-alik, dan rangsangan Usaha bermukim ini

pengembangan kota sesuai dengan rencana tata ruang yang serasebagainya. direncanakan dilaksanakan di beberapa kota besar yang sudah berat beban penduduknya sePengendalian perti Jakarta. migrasi musiman dimaksud untuk mengurangi

dampak negatif dan memperbesar dampak positif bagi kesejahteraan rakyat. Migrasi musiman terutama berkaitan dengan perkembangan sektor informal, sehingga peningkatan ketrampilan migran ini dapat membantunya masuk sektor formal. Pengendalian migrasi tetap dari daerah pedesaan ke perkotaan sebagai bagian dari urbanisasi dimaksud untuk mempengaruhi arus gerak pindah ini ke kota-kota besar, sehingga terhindar terjadinya kelebihan beban bagi kota-kota besar ini. Daya tarik kota-kota besar diusahakan untuk dialihkan ke kota-kota sedang dan kecil, sedangkan daya dorong penduduk di desa-desa untuk pindah ke kota-kota diusahakan untuk dikurangi, sehingga penyebaran penduduk antara kota dan desa dan diantara kota besar, sedang dan kecil diharapkan akan lebih merata. Dalam rangka pengembangan kualitas penduduk akan dilaksanakan berbagai kegiatan penelitian, pengkajian dan pengembangan tentang unsur yang berperan dalam pengembangan kualitas

326

penduduk. Hasil penelitian dan pengkajian ini merupakan bahan masukan bagi perumusan atau penyempurnaan kebijaksanaan dan pelaksanaan pembangunan berwawasan kependudukan. Kegiatan ini mencakup penelitian dan pengkajian tentang pengembangan kualitas fisik penduduk, pengembangan kualitas non fisik penduduk, dan analisa sosial serta monitoring indikator kependudukan. Untuk meningkatkan kualitas fisik penduduk akan dilaksanakan kegiatan berbagai program antara lain program-program yang berkaitan dengan pengadaan pangan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, peningkatan kegiatan olah raga dan sebagainya. Dalam hubungan ini akan diadakan penelitian dan pengkajian tentang dampak pembangunan terhadap kualitas fisik penduduk. Hasil kegiatan akan dipergunakan sebagai bahan masukan untuk perumusan dan penyempurnaan kebijaksanaan pembangunan, dampak pelaksanaan kegiatan sektor kepada kualitas fisik penduduk akan memperoleh perhatian khusus untuk bahan masukan bagi penyempurnaan kebijaksanaan pembangunan. Disamping itu akan dikaji pula norma-norma kualitas fisik penduduk yang diperlukan mengiringi proses pembangunan. Untuk meningkatkan kualitas non fisik penduduk akan dikaji hal-hal yang meningkatkan penduduk, perumusan produktifitas penduduk, menumsosial buhkan han martabat bagi memperluas dan kesetiakawanan

dan mengembangkan etika lingkungan, untuk dapat diperoleh bamasukan penyempurnaan kebijaksanaan pembangunan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat sektoral. Selanjutnya juga akan dirangsang peran serta masyarakat, khususnya lembaga swadaya masyarakat, untuk turut aktif mengembangkan berbagai segi kualitas non fisik penduduk ini.

327

Untuk memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif pembangunan analisa dampak pada kehidupan mencakup sosial akan dan dikembangkan identifikasi Analisa sosial pengkajian

unsur-unsur yang menimbulkan dampak sosial, pengenalan unsur pencegah dampak negatif dan cara-cara mengatasinya. dampak sosial akan diterapkan terutama di daerah-daerah dan sektor-sektor yang memerlukannya. Untuk dikembangkan kematian, tingkat pelayanan mengikuti indikator tingkat buta perkembangan kependudukan bayi, kualitas yang harapan penduduk mencakup hidup, akan

tingkat tingkat protein, fasilitas

kematian keadaan dan

kelahiran, tingkat kesehatan

fertilitas, konsumsi sebagainya.

kalori dan keadaan

huruf,

pendidikan,

Indikator

kependudukan

ini akan di monitor dan dikaji perkembangannya untuk bahan masukan kebijaksanaan pembangunan berwawasan kependudukan. Selanjutnya dalam program kependudukan ini juga akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan untuk pengkajian dan pengembangan jaringan informasi kependudukan, pengembangan perangkat lunak kependudukan dan perangkat lainnya, yang mencakup antara lain tenaga ahli kependudukan, sarana hukum kependudukan, aparatur kependudukan serta pengembangan komunikasi dan peranserta masyarakat. Disamping itu akan dikembangkan lebih lanjut pendidikan kependudukan baik dari segi pendekatan dan metodik mengajar maupun materi pendidikan kependudukan itu sendiri. Selain itu perangkat pelaksana kebijaksanaan kependudu-

kan, baik pemerintah maupun swasta, di pusat maupun didaerah akan terus ditingkatkan efektivitas dan efisiensinya. Dalam

328

hubungan ini kerja sama diantara semua jajaran pelaksana tersebut terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Dengan kerjasama antara segenap pihak yang berkepentingan dengan penanggulangan masalah kependudukan, akan makin memperlancar pencapaian tujuan akhir kebijaksanaan dan program kependudukan modal dasar yakni mengembangkan untuk potensi penduduk taraf sebagai hidup, pembangunan meningkatkan

kesejahteraan dan kecerdasan bangsa. 2. Program Keluarga Berencana Dalam rangka meningkatkan pelayanan keluarga berencana

kepada masyarakat dengan cara yang mudah, murah dan aman maka akan ditingkatkan terus kerjasama dengan semua lembaga fungsional dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan cara-cara dan pendekatan yang luwes, saling pengertian dan penuh penghargaan diantara satu sama lain. Dalam rangka mendorong dalam masyarakat untuk lebih mengambil maka tanggung jawab pelaksanaan keluarga berencana kegiatan-kegiatan

melalui pendekatan wilayah dan kemasyarakatan akan terus ditingkatkan. Kegiatan han, dan usaha keluarga program keluarga berencana meliputi

bidang-bidang penerangan dan motivasi, pendidikan dan latipelayanan berencana, pelayanan kependudukan, perlengkapan dan perbekalan, pelaporan dan dokumentasi, serta penelitian dan penilaian. a. Penerangan dan Motivasi Tujuan penerangan dan motivasi keluarga berencana dalam Repelita IV adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana sehingga tercapai penambahan pe-

329

serta baru melalui perluasan penerangan dan motivasi di perkotaan dan di pedesaan, membina kelestarian peserta keluarga berencana, dan meletakkan dasar bagi mekanisme sosio kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Berdasarkan tujuan di atas maka penerangan dan motivasi diarahkan untuk memberikan pesan-pesan yang lebih khusus tentang cara-cara keluarga berencana dan pesan-pesan program lain yang mendukungnya. Kegiatan penerangan dan motivasi disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan edukatif persuasif dalam rangka menimbulkan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat terhadap pemecahan masalah kependudukan. Dalam pencapaian sasaran diutamakan sasaran dengan umur muda sehingga akan diperoleh penurunan kelahiran yang berarti. Dalam memberikan penerangan dan motivasi keluarga berencana, di samping petugas resmi dari pelaksana keluarga berencana juga diikut sertakan tenaga para ulama yang sebelumnya telah memahami dan menghayati dasar tujuan keluarga berencana serta pelaksanaannya. Dalam hubungan ini, melalui dakwah, pengajian, dalam serta lembaga keagamaan masing-masing keluarga agama, para alim ulama dan pemuka agama lainnya mempunyai peranan penting mengajak masyarakat yang akan melaksanakan berencana. pendidikan Untuk meningkatkan ketrampilan para pelaksana dan memperbaiki mutu penerangan disampaikan, diberikan dan latihan bagi para pelaksana lapangan, khususnya Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD), para motivator, dan lain-lain.

330

b. Pendidikan dan Latihan Dengan makin meningkatnya kebutuhan perkembangan program keluarga berencana maka meningkat pula peranan pendidikan dan latihan. Peranan pendidikan dan latihan muncul dalam bentuk pemberian bekal pengetahuan dan ketrampilan kepada pengelola dan pelaksana program keluarga berencana agar mereka lebih trampil dalam melaksanakan tugasnya. Dalam 175.300 yang Repelita IV akan dididik bidan, dan dilatih tenaga sejumlah sukarela tenaga

tenaga

keluarga tenaga

berencana

termasuk

meliputi

dokter,

pembantu

bidan,

lapangan keluarga berencana, staf kependudukan dan lingkungan hidup di daerah-daerah, dan lain-lain. Selain itu direncanakan pula akan dididik dan dilatih ulang sejumlah 43.100 tenaga keluarga berencana. Pendidikan dan latihan tenaga keluarga berencana diadakan dalam rangka meningkatkan ketrampilan teknis mereka dan untuk mendapatkan peserta baru, membina peserta pada lestari melembagakan kegiatan keluarga berencana

masyarakat (lihat Tabel 25 - 6). Di samping itu juga terus dikembangkan pendidikan kependudukan pada sekolah-sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah atas, di luar sekolah dan generasi muda melalui kursus-kursus, maupun di perguruan tinggi dan pasca sarjana. Untuk maksud tersebut, dalam Repelita IV akan dilatih guru-guru pendidikan kependudukan dari berbagai tingkatan dan dan tenaga pencinta pelaksana lainnya meliputi lebih dan dari 173.000 hidup orang. Kegiatan lainnya adalah membentuk kelompok tenaga ahli pendidikan kependudukan lingkungan yang mampu menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan program keluarga berencana.

331

TABEL25-6 PENDIDIKAN/LATIHAN TENAGA KELUARGA BERENCANA, 1984/85 - 1988/89

1984/85 I. Pendidikan/Latihan Tenaga-tenaga Keluarga Berencana 1. 2. 3. 4. 5. Dokter Bidan Pembantu Bidang Tenaga lapangan keluarga berencana Lain-lain 72.521 632 1.115 640 8.450 61.684

1984/85 - 1988/89 175.300 8.200 8.200 9.000 19.000 130.900 43.100

II. Pendidikan/Latihan Ulang (Penyegaran) 1. 2. 3. 4. 5. Dokter Bidan Pembantu Bidang PLKB Lain-lain .Z.4..q

240

1.500 1.600 1.700 5.000 33.300 173.357 64.320 26.530 16.005 1.001 18.740 46.761 391.757

III. Pendidikan/Latihan Tenaga Pendidikan Kependudukan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Guru SD/Ibtidaiyah Guru-guru SLP/Tsanawiyah Guru-guru SLA/Aliyah Dosen Pendidikan Tinggi/LAIN/APDN Guru untuk Pendidikan Luar Sekolah Tenaga Lapangan (lain-lain) Jumlah I, II dan III :

17.239 4.320 1.530 2.005 381 2.740 6.263 90.000

332

c. Pelayanan Keluarga Berencana Sistem pelayanan keluarga berencana yang kini sudah berjalan ke akan ditingkatkan sehingga dan dimantapkan dapat dalam Repelita IV. Peningkatan pelayanan mencakup daerah-daerah perkotaan sampai pedesaan masyarakat memperoleh rangka pelayanan keluarga berencana sebaik-baiknya. Pelaksanaan pelayanan ditujukan untuk memberikan dukungan dalam memantapkan penerimaan gagasan keluarga berencana yaitu dihayatinya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Dalam kaitan ini maka secara khusus pelayanan keluarga berencana ditujukan untuk menurunkan secara berarti angka kelahiran. Sasaran-sasaran yang hendak dicapai dalam pelayanan keluarga berencana adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna klinik keluarga berencana sebagai pusat pelayanan medis keluarga nik berencana, yang pusat pengumpulan Selain itu informasi pelayanan dan juga pelaporan, ditujukan serta pusat penerangan dan motivasi di daerah jangkauan klibersangkutan. agar cara-cara keluarga berencana baik bagi wanita maupun laki-laki dapat lebih mantap sesuai dengan pola kebijaksanaan keluarga berencana nasional, dan mengembangkan cara-cara pelayanan keluarga berencana yang bersifat klinis maupun nonklinis. Dalam Repelita IV fasilitas keluarga berencana akan terus ditingkatkan rencana. pada guna menjamin keluarga dan rumah kelestarian peserta berencana sakit tersebut serta keluarga beditempatkan melalui Fasilitas

klinik-klinik

pelayanan

team keluarga berencana keliling. Jumlah klinik keluarga berencana akan ditingkatkan dari 7.505 pada tahun pertama Repelita IV menjadi 10.000 pada tahun terakhir Repelita IV. Rumah

333

Sakit yang memberi pelayanan keluarga berencana juga ditingkatkan jumlahnya dari 465 pada tahun pertama Repelita IV menjadi 685 pada tahun terakhir Repelita IV. Untuk melayani para peserta keluarga berencana di daerah-daerah yang masih terpencil akan ditingkatkan kegiatan team keluarga berencana keliling (lihat Tabel 25 - 7). Pelayanan keluarga berencana kepada para calon peserta keluarga berencana dilakukan dengan terlebih dahulu diadakan pemeriksaan badan sebelum diberikan obat-obatan atau sebelum pemasangan alat kontrasepsi. Dalam pilihan pemakaian kontrasepsi dihindarkan adanya pemaksaan. Pemakaian ulang alat kontrasepsi dimantapkan dengan rumusan-rumusan yang sederhana, mudah diingat dan dilaksanakan oleh masyarakat biasa, khususnya di pedesaan. Bagi masyarakat perkotaan yang keadaan sosial-ekonominya baik telah disediakan pelayanan keluarga berencana melalui saluran niaga, dokter dan bidan swasta. d. Perlengkapan dan Perbekalan Tujuan pengelolaan perlengkapan dan perbekalan adalah untuk menyediakan sarana, fasilitas dan perbekalan dalam jumlah jenis dan mutu yang baik serta pada waktu dan lokasi yang tepat bagi para peserta keluarga berencana. Oleh karena itu, penyelenggaraan bagian perlengkapan dan perbekalan haruslah sejalan dan mengikuti perkembangan program keluarga berencana. Dalam Repelita IV, sistem pengelolaannya ditingkatkan terus mulai dari kebutuhan, pengadaan barang, penyimpanan, penyaluran sampai pada pelaporan. Cara-cara penyaluran dilakukan lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga alat-alat kontrasepsi tersedia pada waktunya, ditempat yang dibutuhkan, dan dengan mutu yang baik.

334

TABEL 25 - 7 PERKIRAAN JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU, PESERTA KELUARGA BERENCANA LESTARI, KLINIK KELUARGA BERENCANA, DAN RUMAH SAKIT KELUARGA BERENCANA, 1984/85 - 1988/89

Tahu n

Peserta

Peserta Klinik Kel Keluarga Keluarga uar Berencana Berencana ga Lestari (ribu) 14.020 14.838 15.654 16.470 17.240 7.505 8.125 8.750 9.375 10.000

Rumah Sakit Keluarga Berencana (buah)

1984/8 5 1985/8 6 1986/8 7 1987/8 8 1988/8

4.275 8.877 13.851 19.150 24.765

465 520 575 630 685

335

GRAFIK 25 - 3a PERKIRAAN JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU, PESERTA KELUARGA BERENCANA LESTARI, 1984/85 - 1988/89

1984/85

1985/86

1986/87

1987/88

1988/89

1984/85

1985/86

1986/87

1987/88

1933/89

336

GRAFIK 25 3b PERKIRAAN JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA, DAN RUMAH SAKIT KELUARGA BERENCANA, 1984/85 - 1988/89

1984/85 (buah ) 750 600 -

1985/86

1986/87.

1987/88

1988/89

Rumah S a k i t Keluarga Berencana 6311 575 520 465

685

450_

300 -

150 _

0 1984/8 5 1985/8 6 1986/87 1988/89

337

Sumber-sumber pengadaan kebutuhan barang diutamakan berasal dari dalam negeri, tetapi masih ada barang-barang tertentu yang karena persediaan terbatas terpaksa masih mendatangkan dari luar negeri. Untuk mengurangi ketergantungan dari luar negeri khususnya alat kontrasepsi, secara bertahap telah mulai diusahakan mem produksinya sendiri di dalam negeri. Dalam Repelita IV akan ditingkatkan usaha-usaha untuk mewujudkan berdirinya pabrik IUD dan kondom serta pengadaan bahan baku kontrasepsi dalam negeri. Dengan demikian diharapkan program keluarga berencana pada suatu saat dapat ditunjang seluruhnya dengan penyediaan barang basil produksi dalam negeri. Dalam pada itu, pengadaan dan penyaluran alat-alat kontrasepsi masyarakat. e. Pelaporan dan Dokumentasi Tujuan kegiatan pelaporan dan dokumentasi adalah untuk dilaksanakan agar tetap berada dalam jangkauan

menyediakan data pelaksanaan program secara cepat, tepat, dan dapat dipercaya sebagai bahan mengambil keputusan. Dalam hubungan ini maka dalam Repelita IV dilaksanakan pemantapan sistem pelaporan keluarga berencana serta peningkatan pendayagunaan data dan informasi yang tersedia dari sistem pelaporan dan dokumentasi tersebut. Sistem pelaporan diselenggarakan secara periodik sehingga hasil-hasil dan perkembangan program dapat diikuti dengan saksama. Sistem pelaporan dilaksanakan secara seragam di seluruh wilayah pelaksanaan program keluarga berencana. Ruang lingkup pelaporan dan dokumentasi berisi data masukan dan hasil-hasil kegiatan seluruh program keluarga berencana. Bentuk dan isi serta jadwal laporan disesuaikan dengan kebutuhan penilaian, pengambilan keputusan dan 338

perencanaan program keluarga berencana pada berbagai tingkat pimpinan baik di pusat maupun di daerah. f. Penelitian dan Penilaian Tujuan kegiatan penelitian dan penilaian adalah untuk menunjang para mengambil kebijaksanaan dengan menyediakan berbagai informasi data yang diperlukan guna penyempurnaan dan pengembangan program keluarga berencana. Kebutuhan akan data yang dapat digunakan baik di pusat maupun di daerah akan dipenuhi dengan mengadakan penelitian-penelitian ke arah identifikasi berbagai masalah di lapangan. Termasuk kedalam kategori ini adalah penelitian-penelitian yang mencakup masalahmasalah efektivitas penggunaan kontrasepsi, kebenaran pencatatan dan pelaporan, dan penjajagan penelitian ke daerah-daerah Baru serta kegiatan-kegiatan uji coba seperti pengembangan keluarga berencana dan gizi di pedesaan. Penelitian juga meliputi identifikasi dan pengembangan proses perubahan sikap dan tingkah laku dalam penerimaan keluarga kecil, pengelolaan pusat studi reproduksi manusia, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan di atas adalah dalam rangka lebih meningkatkan pengembangan program keluarga berencana dan program kependudukan.

339

TABEL 25 - 8 PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT, 1984/85 - 1988/89 (dalam j ut a a n r u p i a h ) KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA No. Kode SEKTOR/SUS SEKTOR/PROGRAM 1984/85 1984/85(Anggaran (Anggaran Pembangunan Pembanguna ) n)

10

SEKTOR KESEHATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, PERANAN WANITA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA Sub Sektor Kependudukan dan Keluarga B e rencana Program Keluarga Berencana Program Kependudukan

407.998,0

3 .5 1 6 .5 1 5 ,

10.3 10.3.01 10.3.02

96.961,0 93.401,2 3 . 5 5 9 ,8

1 .0 21 .20 4 , 4 1 .0 00 .14 5 , 6 21.058,8

340

Anda mungkin juga menyukai