Anda di halaman 1dari 7

Perlunya Gelar/Sebutan SARJANA Untuk Lulusan D4-POLITEKNIK

Oleh: Forum Direktur Politeknik Negeri

I. Pendahuluan

Pendidikan Tinggi Politeknik di Indonesia sejak pertama kali didirikan di era tahun 70an, dewasa
ini sudah sampai pada titik kemajuan yang bisa disetarakan dengan Pendidikan Tinggi Teknik yang lain
yang ada di Universitas, Institut maupun Sekolah Tinggi di Indonesia. Peranan utama Pendidikan
Politeknik di Indonesia adalah sebagai pemasok tenaga kerja terampil sekaligus berkualifikasi Pendidikan
Tinggi Formal, kedalam dunia usaha dan dunia industri di Indonesia. Bahkan dalam perkembangannya
dewasa ini sudah banyak sekali para lulusan Politeknik yang bekerja di negara maju sebagai tenaga kerja
”kerah putih”

Salah satu bagian dari UU No:20/2003 perihal SISDIKNAS menyebutkan bahwa proses pendidikan
dapat dilakukan secara formal, nonformal maupun informal. Pendidikan formal dilakukan terstruktur,
berjenjang yang didalamnya terdapat juga unsur pelatihan untuk mendapatkan ketrampilan, serta
ditandai kelulusannya dengan ijazah serta gelar/sebutan yang mengimajinasi bahwa yang bersangkutan
telah menyelesaikan pendidikan formal pada jenjang tertentu. Sedangkan nonformal adalah berupa
pelatihan – pelatihan diluar pendidikan formal guna mendapatkan ketrampilan untuk melengkapi proses
pendidikan formal. Selanjutnya proses pendidikan informal dapat dilakukan lebih fleksibel dilingkungan
keluarga.

II. Program D4 Politeknik sudah dalam jalur yang benar

Pelatihan-pelatihan didalam proses pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi profesi


peserta didik. Untuk menjadi sesorang yang kompeten terhadap suatu bidang tertentu diperlukan
proses pendidikan yang dilengkapi dengan pelatihan-pelatihan yang memadai.

Berdasarkan UU no:20/2003 tentang SISDIKNAS, sesuai dengan sebutannya, yakni Pendidikan Tinggi
Vokasi, maka perbedaannya yang utama dengan Pendidikan Tinggi Akademik adalah pada Pendidikan
Tinggi Vokasi jumlah jam-jam pelatihan yang harus diselesaikan adalah lebih banyak. Pendidikan Tinggi
D4 Politeknik (Sarjana Sains Terapan) adalah Program Sarjana yang dilaksanakan di lingkungan
Pendidikan Tinggi Politeknik. Dengan demikian dalam proses pendidikannya, Program Sarjana Sains
Terapan D4 Politeknik ini harus menyediakan perangkat kurikulum yang mengakomodasi jam pelatihan
lebih besar dibandingkan Program Sarjana yang dari jalur Pendidikan Tinggi Akademik.

Pada kesempatan ini kami ingin juga memaparkan beberapa thesis tentang pentingnya sistem
pembelajaran berbasis pelatihan/praktik yang dirangkum dari berbagai sumber[4][5][6], untuk contoh
kasus pada Program Studi Elektronika. Dewasa ini peralatan-peralatan elektronik membanjiri pajanan
dan lapang pandang kita. Hal ini besar sekali pengaruhnya terhadap mahasiswa untuk tidak sabar belajar
teori dengan tanpa sentuhan praktik. Dalam banyak kasus di Amerika Serikat, persoalan ini banyak
merupakan sumber kegagalan studi[4]. Sehingga tema “Penyediaan Informasi Dalam Bentuk Konteks
Praktik Laboratorium” menjadi wacana utama dalam menyusun kurikulum pendidikan Bachelor di
Amerika Serikat

Hasil penelitian mengenai proses belajar[4], menyimpulkan bahwa teori-teori lebih mudah diajarkan
kepada mahasiswa, jika mereka (mahasiswa) terlebih dahulu mempunyai pengalaman-pengalaman
berkenaan dengan variabel maupun elemen yang menjadi objek teori yang sedang diajarkan.
Pengalaman-pengalaman nyata akan sangat membantu pemahaman bagaimana suatu teori bisa
dimanfaatkan untuk kasus-kasus berbeda. Hal penting untuk memperdalam kompetensi peserta didik.

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran berbasis laboratorium.
Teori dasar harus disampaikan memakai strategi berurutan. Artinya bahwa teori dasar disampaikan
sesaat sebelum mahasiswa memerlukan teori tersebut untuk mendasari pelaksanaan praktikum.
Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa memahami makna praktikum
dengan cara memahami fenomena fisik yang sesungguhnya terjadi. Dengan demikian pada saat
pelajaran teori, mereka juga diajari urutan observasi pelaksaan praktikum. Hal ini tentu saja diperlukan
langkah koordinasi teori-praktek yang seksama untuk membuat sistem pembelajaran berjalan efektif.

III. Aspek Legal, Gelar serta Kesetaraan Akademik dan Administratif

Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa salah satu ciri Pendidikan Tinggi formal adalah
dianugerahkannya gelar/sebutan didepan atau dibelakang nama yang bersangkutan sesuai dengan
jenjang program Pendidikan Tinggi formal yang telah diselesaikannya. Gelar/sebutan tersebut haruslah
mengimajinasi sebagai gelar pendidikan formal yang mempunyai kesetaraan di dunia pendidikan
Internasional, utamanya untuk gelar kesarjanaan. Hal ini penting sebagai pengakuan administratif saat
yang bersangkutan akan bergabung dengan dunia usaha dan dunia industri atau pada saat yang
bersangkutan ingin melanjutkan studi di dalam negeri atau keluar negeri.

Dibawah ini adalah beberapa regulasi pemerintah yang telah mengatur keberadaan program
Sarjana Sains Terapan D4 Politeknik, serta Program Sarjana dari jalur Akademik:

1. KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000


TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI.

Pasal 1 ayat 16. Program Diploma IV selanjutnya disebut Program D IV adalah jenjang pendidikan
profesional yang mempunyai beban studi minimal 144 satuan kredit semester (sks) dan maksimal 160
sks dengan kurikulum 8 semester dan lama program antara 8 sampai 14 semester setelah Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas.

Pasal 1 ayat 17. Program Sarjana selanjutnya disebut Program S1 adalah jenjang pendidikan akademik
yang mempunyai beban studi antara minimal 144 satuan kredit semester(sks) dan maksimal 160 sks
dengan kurikulum 8 semester dan lama program antara 8 sampai 14 semester setelah Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas.
1. KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGIDAN
PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA

Pasal 3 ayat 2: Program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki sebagai berikut:

a. menguasai dasar-dasar ilmiah dan ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga
mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah
yang ada di dalam kawasan keahliannya;

b. mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang
keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap
dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama;

c. mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya
maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat

d. mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang


merupakan keahliannya.

Pasal 4

1. Pendidikan profesional terdiri atas program diploma I, diploma II, diploma III, dan diploma IV.

2. Program diploma I diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau memecahkan masalah yang sudah akrab
sifat-sifat maupun kontekstualnya di bawah bimbingan.

3. Program diploma II diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau memecahkan masalah yang sudah akrab
sifat-sifat maupun kontekstualnya secara mandiri, baik dalam bentuk pelaksanaan maupun
tanggungjawab pekerjaannya.

4. Program diploma III diarahkan pada lulusan yang menguasai kemampuan dalam bidang kerja
yang bersifat rutin maupun yang belum akrab dengan sifat-sifat maupun kontekstualnya,
secara mandiri dalam pelaksanaan maupun tanggungjawab pekerjaannya, serta mampu
melaksanakan pengawasan dan bimbingan atas dasar ketrampilan manajerial yang
dimilikinya.

5. Program diploma IV diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu,
termasuk ketrampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah
dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial,
serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang
keahliannva.

Pasal 5 ayat 1 : Beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat)
SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan)
semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dan 8 (delapan) semester dan selama- lamanya
14 (empat belas) semester setelah pendidikan menengah.

Pasal 6 ayat 4: Beban studi program diploma IV sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat)
SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan)
semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 8 (delapan) semester dan selama-lamanya
14 (empat belas) semester setelah pendidikan menengah.

3. PERATURAN PEMERINTAH NO:60 TAHUN 1999 TENTANG

PENDIDIKAN TINGGI

Pasal 22 (Perihal Gelar lulusan Politeknik)

1. Gelar akademik Sarjana dan Magister ditempatkan di belakang nama pemilik hak atas
penggunaan gelar yang bersangkutan dengan mencantumkan huruf S. untuk Sarjana dan huruf
M. untuk Magister disertai singkatan nama kelompok bidang ilmu.

2. Gelar akademik Doktor ditempatkan di depan nama pemilik hak atas penggunaan gelar yang
bersangkutan dengan mencantumkan huruf Dr.

3. Sebutan profesional Ahli Pratama bagi lulusan Program Diploma I, Ahli Muda bagi lulusan
Program Diploma II, Ahli Madya bagi lulusan Program Diploma III dan Sarjana Sains Terapan
bagi lulusan Program Diploma IV ditempatkan di belakang nama pemilik hak atas penggunaan
sebutan yang bersangkutan.

Berdasarkan 3 regulasi pemerintah seperti diatas inilah kami dengan bangga mendidik 3235 mahasiswa
D4 PTN dan 8260 dari PTS[1]. Kami bangga menjalankan proses belajar mengajar di lingkungan
Politeknik. Banyak diantara mahasiswa yang memang sengaja memilih Politeknik dibanding Pendidikan
Tinggi yang lain karena selain bisa memperolah ketrampilan pada jenjang pendidikan D3, merekapun
berkesempatan untuk memperoleh gelar Sarjana jika meneruskan ke jenjang D4 yang masih dalam
lingkungan yang sama. Dengan demikian kami Politeknik saat ini mulai bisa memperolah calon
mahasiswa dengan kemampuan akademik yang menonjol. Selain daripada itu, Politeknik sudah bisa
merekrut lulusan Sarjana terbaik untuk bergabung sebagai dosen di lingkungan Politeknik. Hal ini
disebabkan karena mereka mempunyai kebanggaan sebagai dosen yang tidak saja mendidik mahasiswa
menjadi tenaga kerja kompeten dan terampil namun juga mendidik menjadi seorang sarjana. Para
dosen Politeknik itu merasa sejajar dengan para koleganya yang ada pada pendidikan jalur akademik.

IV. Peranan di Dunia Industri dan Dunia Usaha

Sejak diberi amanah oleh DEPDIKNAS untuk menyelenggarakan program D4-Politeknik, kami tidak
henti-hentinya menyosialisasikan keberadaan program D4-Politeknik ini kepada dunia usaha dan dunia
industri maupun ke instansi-instansi pemerintah di Indonesia. Kami menjelaskan kepada mereka perihal:

1. Aspek legal D4.

2. Gelar/sebutan Sarjana untuk para lulusannya program D4

3. Proses belajar mengajar program D4

4. Karakter kompetensi para lulusan D4

5. dll.

Memerlukan proses yang panjang untuk bisa meyakinkan dunia usaha dan dunia industri bahwa sarjana
lulusan D4 Politeknik mempunyai kompetensi sejajar atau bahkan lebih jika dipekerjakan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketrampilan teknis. Saat ini proses sosialisasi itu sudah mulai
menuai hasil. Banyak perusahaan swasta nasional maupun asing sudah mulai bersedia merekrut para
sarjana lulusan program D4 itu untuk dipekerjakan sesuai level kesarjanaannya. Berikut ini daftar
perusahaan swasta asing dan nasional yang telah merekrut para sarjana program D4 Politeknik: Epson,
Kinden, Mitsuba, LG, Schlumberger, Total, Sampurna, Cipta Visi Globalindo, Info Global, IBM, Toa Galva,
Garuda Maintanance Center(GMF), Schnider, Mobile-8, Axis, Trans TV, Polytron, Komatsu.

Yang sampai saat ini belum bersedia merekrut para sarjana program D4 tersebut adalah justru dari
perusahaan-perusahaan dari jajaran BUMN. Rasanya sayang sekali bahwa para lulusan Sarjana Sains
Terapan hasil proses pendidikan program sarjana Politeknik (D4) yang memakan subsidi besar dari
pemerintah tersebut sampai saat ini belum bisa dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di jajaran
BUMN.

V. Peranan Dalam Pergaulan Akademik Internasional

Dewasa ini Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) sedang giat menggalakkan Seluruh Institusi
Pendidikan Tinggi di Indonesia untuk lebih mengitensifkan upaya membuat jejaring akademik dengan
Perguruan Tinggi di Dunia. Untuk itulah DIKTI c/q Direktorat Kelembagaan setiap tahun mereview semua
Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia untuk dapat dikatagorikan menjadi “Promising Universities in
Indonesia”. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendorong kompetisi antar perguruan tinggi
Indonesia untuk terus menerus berupaya mempertahankan dan memperbaiki kinerja serta
mempertahankan citranya di khalayak nasional maupun internasional. Beberapa Politeknik Negeri telah
masuk dalam katagori ini.
Untuk dapat bekerja sama atau berkolaborasi dengan Institusi Pendidikan Tinggi Formal yang ada di
dunia, tentu modal utama yang harus dimiliki adalah kesetaraan kelembagaan antara Perguruan Tinggi
yang ingin berkolaborasi secara Internasional dengan Perguruan Tinggi Luar Negeri yang dituju. Dari
pengalaman, minimum Perguruan Tinggi luar negeri menyatakan bersedia berkolaborasi dengan kita
adalah penyelenggara program sarjana. Dari pengalaman menunjukkan pada saat para Perguruan Tinggi
Luar Negeri itu akan menerima lulusan Sarjana Sains Terpanan D4-Politeknik, mereka masih harus
bertanya kesana kemari untuk bisa teryakinkan bahwa itu adalah program sarjana. Salah satu
konsideran utama kenapa mereka bisa teryakinkan, adalah gelar/sebutan Sarjana bagi para lulusan D4-
Polteknik yaitu Sarjana Sains Terapan.

Beberapa negara Eropa Barat sudah meniadakan dikotomi Pendidikan Tinggi Diploma Politeknik dengan
Universitas Tradisional. Negara-negara seperti Belanda, Jerman dan Inggris telah mengubah Pendidikan
Tinggi Politekniknya menjadi Universitas yang mereka sebut sebagai practice-focussed University of
Applied Science. Universitas-universitas itu menyelenggarakan pendidikan teknik minimum program
Sarjana dengan gelar/sebutan para lulusannya adalah Bachelor of Applied Scicence.

Di Jepang juga demikian adanya. Pada masa sesudah perang dunia ke 2 mereka mempunyai sistem
Pendidikan Tinggi Sarjana Muda Teknik yang dilaksanakan 5 tahun setelah lulus SMP, yang mereka
namakan sebagai KOSEN (Koto Senmon Gakko) atau College of Technology. Dewasa ini mereka sudah
diberi hak untuk menyelenggarakan Program Sarjana dengan gelar yang sejajar dengan program sarjana
di Universitas maupun Institut di Jepang. Program Sarjana di College of Technology ini mereka sebut
sebagai program SENKOKA yang lulusannya mempunyai sebutan/gelar Sarjana/Bachelor serta
mempunyai hak yang sama seperti teman-teman mereka yang menyelesaikan pendidikan sarjana di
Universitas maupun Insitut.

Para lulusan sarjana dari University of Applied Science tersebut dengan bebas memilih masuk ke pasar
kerja atau melanjutkan ke jenjang Master dengan tanpa diskriminasi. Untuk malanjutkan ke jenjang
Master maupun Doktor bisa dilakukan dengan pindah ke Universitas lain yang mempunyai reputasi riset
lebih baik. Di negara-negara yang sudah kami sebut diatas, skema ini berjalan tanpa ada aturan khusus
maupun pembatasan akibat dikotomi asal Universitas. Dengan demikian aliran SDM dalam menempuh
proses Pendidikan Tinggi di negara-negara tersebut berjalan dengan alami.

V1. Kesimpulan

1. Kualitas pendidikan teknik di beberapa Politeknik dengan program D4 yang mendidik menjadi
seorang Sarjana Sains Terapan, sudah bisa mempunyai kualitas yang sejajar dengan pendidikan sarjana
teknik yang ada di Universitas maupun Institut.

2. Berdasarkan KEPMENDIKNAS 234/U/2000, KEPMENDIKAS 232/U/2000 serta PP 60 tahun 1999,


menjelaskan bahwa, lulusan S1 dan D4 mempunyai beban studi yang sama yakni 144 SKS, serta
mempunyai beban tanggung jawab yang sama di dunia kerja.

3. Ciri Pendidikan Tinggi formal adalah dianugerahkannya gelar/sebutan didepan atau dibelakang
nama yang bersangkutan sesuai dengan jenjang program Pendidikan Tinggi formal yang telah
diselesaikannya. Gelar/sebutan tersebut haruslah mengimajinasi sebagai gelar pendidikan formal yang
mempunyai kesetaraan di dunia pendidikan Internasional, utamanya untuk gelar kesarjanaan. Hal ini
penting sebagai pengakuan administratif saat yang bersangkutan akan bergabung dengan dunia usaha
dan dunia industri atau pada saat yang bersangkutan ingin melanjutkan studi di dalam negeri atau
keluar negeri.

4. Kerjasama Internasional yang sudah dilakukan beberapa Politeknik adalah atas dasar
pengembangan pendidikan Sarjana (Bachelor).

5. Gelar Sarjana Sains Terapan (SST) untuk para lulusan D4 Politeknik seperti yang termaktub dalam
Peraturan Pemerintah No:60 Tahun 1999 Pasal 22 ayat 3 adalah sudah benar adanya. Gelar ini sama
dengan gelar Bachelor of Applied Science untuk lulusan University of Applied Science di negara-negara
maju seperti yang sudah disebut diatas.

VII. Permohonan kami

1. Kepada Yang Terhormat, Bapak Mentri Pendidikan Nasional, Bapak Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi, para perancang RPP Pendidikan Tinggi, kami mengusulkan untuk tidak mengubah sebutan/gelar
Sarjana Sains Terapan (SST) untuk para lulusan D4 Politeknik seperti yang telah termaktub didalam
Peraturan Pemerintah No:60 Tahun 1999 Pasal 22 ayat 3.

2. Kami juga berharap bahwa Bapak Mentri Pendidikan Nasional serta Bapak Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi lebih menggiatkan sosialisasi kepada khalayak dunia industri dan dunia usaha
utamanya kepada jajaran BUMN perihal keberadaan sistem pendidikan Politeknik (utamanya
keberadaan Program D4-Polteknik yang sejajar dengan program Sarjana S1), seperti halnya pada
sosialisasi Sekolah Menengah Kejuruan.

VIII. Sumber bacaan

1. Undang-undang No:20 tahun 2003 Perihal Sistem Pendidikan Nasional.

2. Simpson, “Learning Domains or Bloom’s Taxonomy”, 1972

3. L.Richard Carley dkk, “Teaching Introduction to Electrical and Computer Engineering in Context”,
Proceeding of The IEEE, January 2000.

4. Fawwaz T. Ulaby and Bryan l. Hauck, “Undergraduate Electromagnetics Laboratory: An Invaluable


Part of the Learning Process”, Proceeding of The IEEE, January 2000.

5. Nggandi Katu.Dr, “Beda Pemahaman Konsep-konsep Sains”, Majalah Prestasi, Juli 2002.

Anda mungkin juga menyukai