Anda di halaman 1dari 6

DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PENGENDALI TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KONVERTER BUCK-BOOST DAN INVERTER FULL-BRIDGE PADA PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA ANGIN Ahmad Fauzan A.


Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111 Email : fwzn_ee@yahoo.co.id Abstrak : Pembangkit listrik tenaga angin merupakan salah satu sumber energi alternatif terbarukan (renewable) yang pemanfaatannya bisa dimaksimalkan ditengah krisis energi saat ini. Permasalahan yang dihadapi adalah daya yang dihasilkan oleh turbin angin tidak selalu maksimum. Solusi saat ini untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pengatur sudu. Namun pengaturan tersebut dilakukan secara mekanik dan terlalu rumit. Pada tugas akhir ini akan dibahas bagaimana memaksimalkan daya yang dihasilkan oleh turbin angin sebagai salah satu solusi permasalahan di atas. Pengaturan yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah pengaturan dengan menggunakan konverter buck-boost. Daya maksimum diperoleh dengan mengatur besarnya duty cycle sebagai kontrol dari rangkaian buckboost. Penambahan konverter buck-boost pada sistem dapat menghasilkan daya yang lebih besar dibanding tanpa konverter buck-boost dengan prosentase kenaikan rata-rata 15.6 % untuk beban 5 ohm dan 8.3 % untuk beban 10 ohm. Kata kunci : tenaga angin, renewable, buck-boost, duty cycle Sedangkan rasio kecepatan : 1. Pendahuluan Pada saat ini, banyak Negara yang mulai gencar menggalakkan program untuk menjaga kelestarian lingkungan. Mulai dari pengembangan teknologi yang ramah lingkungan, sampai pada pengurangan pemanfaatan bahan bakar fosil sebagai sumber energi dan beralih pada sumber energi alternalif yang terbarukan (renewable). Indonesia termasuk salah satu Negara yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Sumbar daya alam yang sangat melimpah sangat mendukung untuk pemanfaatan energi alternatif yang terbarukan (renewable). Pembangkit Listrik Tenaga Angin merupakan salah satu pembangkit energi alternatif terbarukan (renewable) yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi ditengah krisis energi yang melanda dunia saat ini. Permasalahan yang dihadapi adalah daya yang dihasilkan oleh turbin angin tidak selalu maksimum. Sehingga diperlukan sebuah sistem pengendali agar diperoleh daya yang selalu maksimum. Solusi saat ini untuk mengatasi ............ (2.4) dimana : r = jari-jari turbin angin P = energi kinetik (watt) m = massa udara (kg) = kecepatan angin (m/detik) ) A = luas area = kepadatan udara (kg/ ) = koefisien daya, tergantung jenis rotor Setiap jenis kincir angin mempunyai Cp yang menyatakan efisiensi aerodinamik dari rotor tersebut dalam menerima angin pada luas penampangnya [3]. Koefisien daya tiap-tiap kincir angin merupakan perbandingan daya yang dapat diambil kincir angin dengan daya angin yang masuk ke penampang kincir angin. Kurva untuk dan diperlukan untuk koefisien menyimpulkan nilai dari untuk berdasarkan kecepatan angin pada waktu tersebut seperti terlihat pada gambar 2.1 permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pengatur sudu. Namun pengaturan tersebut dilakukan secara mekanik dan terlalu rumit. Pada tugas akhir ini akan dibahas bagaimana memaksimalkan daya yang dihasilkan turbin menggunakan konverter buck-boost. 2. Teori Penunjang 2.1 Turbin Angin [1][4] Energi kinetik angin diperoleh berdasarkan energi kinetik sebuah benda dengan massa m, kecepatan v, maka rumus energi angin dapat dirumuskan sebagai berikut: ............ (2.1) E = 0.5 m v2 Sedangkan jumlah massa yang melewati suatu tempat per unit waktu adalah: m=Av ............ (2.2) dimana : A = luas penampang (m2) = kerapatan (kg/m3) Maka energi angin yang dihasilkan persatuan waktu adalah : ............ (2.3)

1
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

3. Pemodelan Sistem 3.1 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Gambar 2.1 Kurva

2.2 Konverter Buck-Boost [1] Konverter buck-boost adalah sebuah rangkaian DC-DC yang dapat menaikkan dan menurunkan tegangan keluarannya sesuai dengan persamaan : ............ (2.5) Ripple tegangan keluaran peak-peak, . Dari keterangan dari arus kapasitor , , kita dapat . menentukan ............ (2.6) Apabila frekuensi switching f dan resistansi beban R telah ditentukan, arus induktor minimal yang dibutuhkan untuk CCM adalah : ............ (2.7) 2.3 Inverter Full-Bridge [1][2] Inverter satu fasa gelombang penuh terdiri dari empat buah gate dimana tiap gate disusun berpasangan. Proses switching gate memerlukan gelombang triangle (Vtriangle) atau gelombang segitiga dengan frekuensi (fs) tertentu yang nantinya akan menghasilkan gating tertentu pada suatu inverter. Sinyal kontrol yang dapat juga disebut tegangan referensi (Vreferensi) digunakan untuk modulasi kerja dari inverter menggunakan frekuensi fundamental (f1) tertentu, yang nantinya frekuensi tegangan keluaran dari inverter diharapkan sama dengan fundamental. Indeks modulasi (M) dari tipe ini didefinisikan sebagai : V referensi ma = ........... (2.8) V triangle Dimana Vreferensi merupakan amplitudo dari sinyal tegangan referensi. Amplitudo dari Vtriangle pada umumnya dibuat konstan. Indeks dari frekuensi modulasi (Mf) didefinisikan : fs m f = ............ (2.9) f1 Dengan Vo adalah gelombang output dan besarnya puncak dari frekuensi fundamentalnya adalah Vo1 = ma Vdc (ma 1 ) ............ (2.10)

Gambar 3.1 Diagram sistem pembangkit listrik tenaga angin Gambar 3.1 menjelaskan sistem pembangkit listrik tenaga angin yang akan dibahas pada tugas akhir ini, mulai dari turbin angin sampai ke beban. Konverter buck-boost berfungsi sebagai pengendali tegangan agar diperoleh daya yang selalu maksimum. 3.2 Pemodelan Turbin Angin Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh sebuah turbin angin dengan diameter blade r adalah : ............ (3.1) Sedangkan rasio kecepatan : ............ (3.2) dimana : r = jari-jari turbin angin P = energi kinetik (watt) m = massa udara (kg) = kecepatan angin (m/detik) ) A = luas area = kepadatan udara (kg/ ) = 1.22 kg/ = koefisien daya, tergantung jenis rotor Pada tugas akhir ini digunakan Cp maksimum = 0.47 Direncanakan diameter dari turbin angin adalah 5 meter, sehingga dapat ditentukan :

3.3 Pengaturan Tegangan DC Menggunakan Buck-Boost Converter Konverter yang digunakan adalah jenis konverter Buck-Boost, konverter ini memiliki kelebihan yaitu tegangan keluaran dapat diatur lebih besar atau lebih kecil dari tegangan masukan . Pada dasarnya converter buck-boost tidak mampu mengubah daya dari sisi masukan. Agar dapat diperoleh daya yang maksimal maka daya keluaran dari buck-boost harus sama dengan daya dari turbin angin.

2
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Gambar 3.2 Rangkaian Konverter Buck-Boost Berikut adalah persamaan tegangan buck-boost :

Gambar 3.4 menggambarkan flow chart algoritma untuk kontroller rangkaian buck-boost yang digunakan pada tugas akhir ini. Berdasarkan flow chart, hal pertama yang dilakukan adalah menghitung daya maksimum yang dihasilkan oleh turbin angin. Kemudian dengan mengetahui beban (R), dapat dihitung tegangan keluaran dari buckboost (Vout). Setelah mengetahui tegangan output dari buck-boost, dengan mengukur Vin buck boost dapat diperoleh duty cycle (k).

............ (3.3) Gambar 3.5 Sistem dengan Buck-Boost Daya turbin dijaga tetap, sehingga Pturbin = Pout ............ (3.4) Sehingga ............ (3.5) Berdasarkan persamaan diatas, nilai dari k (duty cycle) dapat diperoleh dengan memasukkan nilai dari kecepatan angin saat itu serta parameter yang lain sehingga didapatkan nilai k. Adapun gambar rangkaian control untuk buck-boost diperlihatkan pada gambar 3.3 3.6 Pengaturan Tegangan dengan Inverter Satu Fasa Metode SPWM Bipolar Pada metode ini, inverter satu fasa gelombang penuh terdiri dari empat buah gate dimana tiap gate disusun berpasangan. Indeks modulasi (M) dari tipe ini didefinisikan sebagai : V referensi ma = ........... (3.6) V triangle Dimana Vreferensi merupakan amplitudo dari sinyal tegangan referensi. Amplitudo dari Vtriangle pada umumnya dibuat konstan. Indeks dari frekuensi modulasi (Mf) didefinisikan : fs m f = .......... (3.7) f1

Gambar 3.3 Model rangkaian kontrol buck-boost Algoritma dari kontroller buck-boost digambarkan pada flow chart berikut. dapat

Gambar 3.6 Rangkaian Inverter Satu Fasa dengan kontrol PWM generator Dengan Vo adalah gelombang output dan besarnya puncak dari frekuensi fundamentalnya adalah Vo1 = ma Vdc (ma 1 ) ............. (3.8)

Nilai rms dari tegangan fundamental (V01) keluaran inverter didefinisikan : Gambar 3.4 Flow chart algoritma kontroller

V 01

_ rms

= 0 , 707 V o 1
3

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

4. Pengujian Sistem dan Analisa Data 4.1 Pengujian Sistem Tanpa Konverter BuckBoost Pengujian pertama yang dilakukan adalah pengujian sistem tanpa buck-boost. Tujuannya adalah untuk mengetahui daya maksimum yang mampu dihasilkan sistem sebelum diberi buckboost konverter. Beban dan kecepatan angin yang digunakan pada pengujian ini besarnya berubah. Tabel 4.1 Daya maksimum tanpa buck-boost Kec. angin Beban R P maks (m/s) (Ohm) (W) 5 273 10 289 3.8 15 288.2 5 615 10 664.6 5.07 15 617.3 5 1830 10 1984 7.49 15 1966 Sehingga berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat digambarkan kurva daya vs pembebanan dan daya vs kecepatan angin pada gambar 4.1 dan 4.2

4.2 Pengujian Sistem dengan Konverter Buck-Boost Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian sistem dengan buck-boost konverter, dengan kecepatan dan pembebanan seperti pada sistem tanpa buck-boost. Pengujian pada kecepatan angin 3.8 m/s sesuai dengan persamaan (3.4) maka : Daya beban agar maksimum, sehingga Pturbin = Pload dengan mengetahui nilai , Cp, dan A maka

Jadi daya maksimum yang mampu dihasilkan turbin adalah 308.74 W Untuk menghitung duty cycle, maka sesuai dengan persamaan (3.5) dijabarkan sebagai berikut :

Dengan mengetahui tegangan input (Vin) 10 volt dapat dihitung k : - R = 5 ohm

R = 10 ohm

R = 15 ohm

Gambar 4.1 Grafik hubungan daya turbin dengan pembebanan tanpa buck-boost

Dengan cara yang sama dapat dihitung daya maksimum turbin dan duty cycle (k) untuk kecepatan yang lainnya. - Pengujian dengan Kecepatan Angin 3.8 m/s dan Pembebanan 5 Ohm Adapun daya pada saat diberi beban 5 ohm untuk kecepatan angin 3.8 m/s terlihat pada gambar 4.3

Gambar 4.2 Grafik daya turbin vs kecepatan angin Jika dilihat dari gambar 4.1 dan 4.2, maka diperoleh kesimpulan bahwa daya yang dihasilkan turbin tidak selalu maksimum pada pembebanan yang berbeda untuk setiap kecepatan angin.

Gambar 4.3 Daya maksimum saat kec. angin 3.8 m/s dengan pembebanan 5 Ohm Untuk hasil simulasi dengan kecepatan angin yang lain dengan perubahan pembebanan tercantum pada

4
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

tabel 4.3 Tabel 4.2 Hasil simulasi pengujian dengan konverter buck-boost Kec. angin Beban R P maks (W) (m/s) (Ohm) 5 293.5 10 297.9 3.8 15 300 5 710.5 10 716 5.07 15 719.4 5 2278 10 2285 7.49 15 2280 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dibuat grafik perbandingan daya maksimum yang dihasilkan tanpa dan dengan buck-boost

Vw = 7.49 m/s

R= 10 ohm Vw = 3.8 m/s Vw = 5.07 m/s Vw = 7.49 m/s

4.3 Performansi Inverter Full-bridge Untuk pembebanan yang berbeda akan diperoleh tegangan output buck-boost yang berubah sebagaimana dijabarkan pada perhitungan berikut ini. - Vw = 3.8 m/s R = 5 ohm

R= 41 ohm Gambar 4.4 Grafik perbandingan daya maksimum pada pembebanan 5 ohm

Gambar 4.5 Grafik perbandingan daya maksimum pada pembebanan 10 ohm Dengan melihat gambar 4.4 dan 4.5 dapat disimpulkan bahwa sistem dengan menggunakan buck boost dapat menghasilkan daya yang lebih maksimum dari pada tanpa buck-boost dengan prosentase kenaikannya sebagai berikut : - R = 5 ohm Vw = 3.8 m/s Vw = 5.07 m/s

Dengan cara yang sama dapat diperoleh tegangan output buck-boost pada kecepatan serta pembebanan yang lain. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh tegangan output buck-boost diperlihatkan pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Tegangan output buck-boost Vw R Vout 5 39.28 10 55.5 3.8 15 68.05 41 112.4 5 60.54 10 85.6 5.07 15 104.87 41 173 5 108.7 10 153.75 7.49 15 188.3 41 311.2 Ditentukan tegangan output inverter adalah 220 V rms, dengan mengambil tegangan output buckboost 311.2 volt pada kecepatan angin 7.49 m/s

5
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

maka diperoleh : Vo_rms = 0.707 x Vo Vo Vo = Vo rms / 0.707 = 220 / 0.707 = 311 volt

9. DAFTAR PUSTAKA [1]. Rashid M.H, Power Electronics Circuit, Devices, And Applications , edisi ketiga , United States of America, 2004 [2]. Acha, V.G.Agelidis, O-Anaya Lara, T.J.E. Miller Power Electronic Control In Electrical System Newnes Power Engineering Series, 2002 [3]. Wirawan, Kartika, Studi Penerapan IGBT Inverter untuk Pengendali Frekuensi dan Tegangan pada pemanfaatan tenaga angin sebagai pembangkit tersebar, Surabaya, 2008 [4]. Hunt, V, D, Wind Energy. A handbook on Wind Energy Conversion Sistems, New York, 1981 [5]. Marsudi, Djiteng, Pembangkit Energi Listrik , Erlangga, 2005

sehingga ma = Vo / Vdc ma = 311 / 311.2 ma = 0.999 Dengan demikian, indeks modulasi yang digunakan adalah 0.999 pada tegangan output buck-boost 311.2 volt. Hasil simulasi yang diperoleh pada kecepatan angin 7.49 m/s dengan tegangan output buck-boost 311.2 diperlihatkan pada gambar 4.6

10. BIOGRAFI PENULIS Fauzan Ahmad Amirullah dilahirkan di Lumajang, 5 Agustus 1989. Penulis adalah putra sulung dari dua bersaudara pasangan Ahmad Taufiq dan Winarti. Mulai tahun 2009 penulis aktif sebagai asisten untuk praktikum di laboratorium Konversi Energi. Pada bulan Juni 2010 penulis mengikuti seminar dan ujian Tugas Akhir di Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Surabaya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro. Riwayat pendidikan penulis adalah sebagai berikut : TK Dharma Wanita Klakah ( 1992-1994) SDN 1 Duren ( 1994-2000) SLTP Negeri 2 Klakah ( 2000-2003) SMA Negeri 2 Lumajang ( 2003-2006) Teknik Elektro ITS Surabaya (2006-sekarang)

Gambar 4.7 Arus Beban dan Tegangan Inverter 8. PENUTUP 8.1 Kesimpulan 1. Sistem dengan menggunakan konverter buckboost dapat menghasilkan daya maksimum yang lebih besar dari pada sistem yang tidak menggunakan buck-boost dengan prosentase kenaikan rata-rata 15.6 % untuk pembebanan 5 ohm, sedangkan untuk pembebanan 10 ohm kenaikan rata-ratanya adalah 8.3 %. 2. Semakin besar nilai kecepatan angin maka daya yang dihasilkan turbin juga akan semakin besar. Begitu juga dengan besarnya kenaikan daya maksimum setelah sistem diberi rangkaian buck-boost, pada kecepatan 3.8 m/s kenaikannya sangat sedikit tetapi semakin besar kecepatan angin maka semakin besar juga kenaikan dayanya. 3. Untuk tegangan output buck-boost 311.2 volt, dengan sistem tegangan 220 volt rms maka indeks modulasi yang harus dihasilkan oleh rangkaian kontrol inverter adalah 0.999.

6
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai