Jam dindingpun telah berbicara, bahwa sudah waktunya aku terlelap dan melupakan sejenak mimpiku untuk kuliah. Suara katak bersautan di belakang rumah. Jangkrikpun tak ingin kalah mengeluarkan suaranya yang merdu pada waktu itu. Keduanya seolah memberikan harmoni di keheningan malam ini. Hingga akhirnya aku terlelap dalam dekapan malam yang sunyi. Mungkin saja rembulan di luar sana tersenyum melihat kesabaranku. Atau mungkin riuh angin ingin menyibak pundakku dan mengusapnya supaya aku lebih tenang menghadapi permasalahan hidup. Akh entahlah. *** Kicauan burung bersautan di pekarangan rumah. Rupanya pohon jambu monyet di pekarangan rumah menjadi hunian yang paling nyaman bagi para burung cipou, meskipun hunian pemiliknya hanyalah gubuk dua kamar tidur dan satu ruangan dapur. Lebarnya daun bunga kertas seolah tak sanggup menahan titik-titik air yang jatuh dari langit. Hingga akhirnya iapun menetes dan menyibak kegersangan di bumi. Kupu-kupu menari di atas bunga pohon terong, sang lebah kecilpun sudah bertengger di kelopak bunga tomat. Semua tanaman itu Aku yang memelihara. Hanya berharga lumayan untuk membantu penghasilah Ibu setiap bulannya. Memang alam ini begitu arif, apalagi jika manusia juga arif dalam mengolah dan memanfaatkannya. Mungkin tidak akan ada fenomena-fenomena hebat seperti flood, ataupun longsor, yang kini merajalela. Jika alam sudah menjadi sahabat, maka takkan terjadi malapetaka. Rakyat kecil hanya jadi korban, dan para oknum-oknum itulah yang hanya menonton tanpa mempedulikan nasib kaum lemah. Sungguh yang tetap di dunia ini adalah perubahan. Kubuka jendela kayu yang lagi-lagi jadi hunian nyaman para ngengat-ngengat kecil. Terdengar suara gesekan engsel yang telah lama tidak menerima sentuhan oli ataupun minyak yang melumasinya. Hawa sejuk bau rerumputan seketika menyapaku. Sungguh suatu fenomena alam yang begitu menenangkan. Ni, hari ini bukannya kamu mau ke tempat kerjanya Bang Ipul, ya? tanya Ibu tiba-tiba muncul dari pekarangaan Akh, Ibu membuat saya kaget saja. Oh, ya, Bu. Malah saya yang lupa. Makasih,Bu, udah ngingetin saya. Jawabku tersenyum kecil. Hati-hati, kalau bekerja pada orang. Pandai-pandailah kamu menempatkan diri, Jadilah orang yang jujur, dan harus nurut apa kata majikan. Tutur Ibu yang seolah begitu khawatir pada diriku. Sehelai kain sutera, mungkin tidak bisa menandingi kelembutan hati beliau. Aku sangat bersyukur telah dibesarkan di keluarga yang penuh luapan kasih sayang ini. Meskipun dengan kesederhanaan, tetapi aku bisa belajar memaknai hidup