Anda di halaman 1dari 7

MEKANISME

MEKANISME DAN PROSEDUR BINTEK/FASILITASI


Mekanisme pelaksanaan Bintek/Fasilitasi adalah hubungan timbal balik antara pemberi tugas dan pemerintah daerah yang menjadi sasaran Bintek, dengan pelaksana pekerjaan dan intern konsultan. Hubungan timbal balik yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut: Kegiatan Bintek/Fasilitasi ini akan melibatkan tiga pihak, yaitu Pemerintah Pusat yang diwakili oleh Tim Supervisi. Pemerintah Propinsi dan Kabupaten yang menerima Bintek/Fasilitasi yang tergabung di dalam Tim Teknis Daerah, serta TimPelaksana Bintek/Fasilitasi (Konsultan); Dalam pelaksanaa Bintek/Fasilitasi, Pemerintah Pusat hanya bertindak sebagai fasilitator, untuk mendorong Pemerintah Daerah penerima Bintek/Fasilitasi agar berperan aktif bersama-sama konsultan pelaksana yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat untuk membantu Pemerintah Daerah dalam merumuskan tujuan, konsep, strategi dan pengembangan tata ruang di wilayahnya; Pihak Konsultan akan selalu mengadakan hubungan kerja dengan pihak pertama, khususnya adalah tim ahli yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pelaksana pekerjaan yang diperbantukan pada pekerjaan ini. Hal ini sangatlah diperlukan terutama dalam melakukan hubungan dengan para Stakeholders di daerah, seperti Pemerintah Propinsi, Kabupaten yang menerima Bintek, Perguruan Tinggi atau Organisasi Kemasyarakatan yang berhubungan dengan Penataan Ruang. Konsultasi ini diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan bermanfaat untuk saling mengisi dalam menyelesaikan pekerjaan dimaksud.

PRINSIP PELAKSANAAN BINTEK/FASILITASI


Dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bintek)/Fasilitasi, dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. mendorong dan memfasilitasi pelaksanaan penataan ruang di daerah sebagai amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, 2. Meningkatkan kemampuan daerah, peran masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya dalam penyelenggaraan penataan ruang dalam rangka mendukung otonomi daerah.

METODE PELAKSANAAN BINTEK/FASILITASI


Ceramah Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi yang ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, diskusi, pleno, penugasan, studi kasus,dll). Diskusi Umum (Diskusi di Kelas) Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Curah Pendapat (Brainstorming) Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Diskusi Kelompok Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Simulasi Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Demontrasi (Peragaan) Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Praktek Lapangan Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Lokakarya Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan bagi pengembangan kegiatan Fasilitasi Penyusunan RTRW Provinsi/Kabupaten selanjutnya sesuai dengan potensi dan permasalahan yang dihadapi.

TAHAP FASILITASI PENDAMPINGAN TEKNIS PENYELESAIAN PERDA RTRW PROVINSI/KABUPATEN


1. Pelaksanaan Koordinasi Dan Konsultasi Koordinasi dan konsultasi terlebih dahulu melakukan persiapan bahan koordinasi dan konsultasi, setelah persiapan selesai lalu dilakukan koordinasi dan konsultasi penyiapan PERDA RTRW Kabupaten dan menyimpulkan hasil koordinasi dan konsultasi. Penyusunan Tipologi Pendampingan Tipologi tersebut meliputi: Tipologi I : Proses Persetujuan Substansi; Sedang Penyelesaian Peta; Tipologi II, yaitu Persetujuan Dewan : Pengajuan evaluasi ke Provinsi; Sedang melakukan kesepakatan antara DPRD dan PEMDA; Tipologi III, yaitu Proses Legalisasi : Penyampaian Draft Raperda ke Gubernur; Penyelesaian dan Kelengkapan PERDA; Dari ketiga tipologi tersebut diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan terkait dengan evaluasi dan penetapan PERDA RTRW (Depdagri).

2.

LANJUTAN...
3. Pemberian Materi dan Evaluasi Tim Pelaksana (Tenaga Ahli/Narasumber) memberikan penjelasan kriteria atau pokokpokok pikiran dalam melakukan evaluasi terhadap PERDA RTRW Kabupaten dan Materi Teknis RTRW Kabupaten; Tim Pelaksana (Tenaga Ahli/Narasumber) menjelaskan sistem Nasional yang telah ditetapkan dalam PP 26/2008 tentang RTRWN serta kebijakan-kebijakan sektor nasional; Tim Pelaksana (Tenaga Ahli/Narasumber) menyampaikan hasil evaluasi terhadap Materi RTRW Kabupaten serta Ranperda RTRW Kabupaten kepada Pemerintah Daerah; Menetapkan kesimpulan dan komitmen bersama dengan Pemerintah Daerah terhadap hasil evaluasi untuk dapat disepakati bersama; Diskusi dan Tanya Jawab. 4. Diskusi dan Pemantapan Tim Pelaksana (Tenaga Ahli/Narasumber) memberikan penjelasan materi proses dan prosedur penetapan PERDA RTRW Kabupaten; Tim Pelaksana (TenagaAhli/Narasumber) menyampaikan hasil evaluasi penyesesuaian terhadap RTRW Kabupaten serta Raperda RTRW Kabupaten yang telah disepakati sebelumnya, terhadap sisitem nasional serta NSPM Bidang Penataan Ruang; Menetapkan kesimpulan dan komitmen bersama dengan Pemerintah Daerah terhadap hasil penyesuaian untuk disepakati bersama; Diskusi dan Tanya Jawab.

LANJUTAN...
5. Evaluasi Kegiatan Hasil diskusi dan tanya jawab; Melakukan korektif dan memberi masukan untuk percepatan legalisasi PERDA RTRW Kabupaten; Perumusan hasil diskusi dan tanya jawab, sebagai bahan masukan penyempurnaan dalam penyelsaian dan mekanisme legalisasi PERDA RTRW Kabupaten; Kesimpulan dan kesepakatan terhadap permasalahan proses percepatan penyelesaian PERDA RTRW Kabupaten. 6. Pendampingan Melakukan pendampingan dalam pelaksanaan konsultasi publik; Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukan konsultasi dan asistensi dengan pejabat terkait ditingkat provinsi dan kabupaten untuk menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam proses legalisasi PERDA RTRW Kabupaten; Mendapingi Pemerintah Daerah Provinsi dalam melakukan pendampingan dalam percepatan penyelesaian legalisasi PERDA RTRW Kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai