Anda di halaman 1dari 48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) : a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. (http://www.galeriukm.web.id)

2.1.2

Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah a. Usaha Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Adapun kriteria yang dimaksud usaha mikro dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yakni : - Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau - Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah). b. Usaha Kecil Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

10

cabang perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU No. 20 Tahun 2008 ini. Adapun kriteria yang dimaksud usaha kecil dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yakni : - Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau - Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah). c. Usaha Menengah Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah bahwa usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU No.

11

20 Tahun 2008 ini. Adapun kriteria yang dimaksud usaha menengah dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yakni : Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.00,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (Lima Puluh Milyar Rupiah).

2.2

Sistem Informasi Akuntansi 2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi 1. Sistem Sistem terdiri dari tiga unsur yaitu: input (masukan), proses dan output (pengeluaran). Input merupakan komponen penggerak atau pemberi tenaga di mana sistem itu dioperasikan, sedangkan output adalah hasil operasi. Dalam pengertian sederhana output berarti yang menjadi tujuan sasaran atau target pengoperasian suatu sistem sedangkan proses merupakan aktivitas mentransformasikan input menjadi output. yang dapat

12

Pengertian sistem dikemukakan oleh Mulyadi (2008:5) bahwa: Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan Dari pengertian yang dikemukakan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen yang kemudian bekerja sama satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2. Informasi Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi. (Koniyo, 2007:7) Informasi menurut Azhar Susanto (2008:38) adalah hasil dari pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat. Dari pengertian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa data harus diolah terlebih dahulu agar dapat menjadi informasi yang berguna untuk pemakai informasi. Yang bersumber dari suatu pengolahan data harus merupakan suatu informasi yang memenuhi kriteria tepat waktu, relevan dan handal.

13

Dari uraian tentang informasi, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan menurut Azhar Susanto (2008:38) yaitu sebagai berikut: 1. Informasi merupakan hasil pengolahan data 2. Memberikan makna atau arti 3. Berguna atau bermanfaat. Menurut Mc. Leod dalam Azhar Susanto (2008:38-39) suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Akurat Artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. 2. Tepat Waktu Artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi. 3. Relevan Artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh individu yang ada di berbagai tingkatan dan bagian dalam organisasi. 4. Lengkap Maksudnya informasi harus diberikan secara lengkap.

14

3. Akuntansi Pengertian akuntansi adalah sistem informasi yang

mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuaungan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat pengambil keputusan. (Horngren dalam Barlian Muhammad , 2006:4) Sedangkan pengertian akuntansi menurut Wilkinson dalam La Midjan dan Azhar Susanto (2008:64) adalah: akuntansi sebagai sistem informasi yang menghasilkan informasi atau laporan untuk berbagai kepentingan baik individu atau kelompok tentang aktivitas/operasi/peristiwa ekonomi atau keuangan suatu organisasi. Dari pengertian Akuntansi menurut definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Akuntansi merupakan penyeleksian semua aktivitas ekonomi ke dalam aktivitas yang hanya berkaitan dengan suatu organisasi perusahaan, untuk pengambilan sebuah keputusan.

4. Sistem Informasi Akuntansi Dalam melaksanakan dan mengelola perusahaan seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang tepat di antara alternatif yang akan diproses. Dalam pengambilan keputusan manajemen membutuhkan informasi yang handal mengenai apa

15

yang akan terjadi di dalam perusahaan. Informasi tersebut dapat dipenuhi dengan adanya sistem informasi akuntansi yang telah dirancang dan direncanakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:13), yang

diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf menyatakan bahwa: Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi, informasi tersebut dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan Sedangkan menurut Mulyadi (2008 : 3), Sistem Informasi Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi yang mengumpulkan, memproses, dan menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan transaksi akuntansi perusahaan.

16

2.2.2

Unsur-Unsur Sistem Informasi Akuntansi Mulyadi (2008 : 3-5) menjelaskan unsur-unsur pokok sistem informasi akuntansi yang harus diperhatikan dalam penyusunan sistem informasi akuntansi sebagai berikut : 1. Formulir, merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering disebut juga dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Contoh formulir diantaranya adalah penjualan, bukti kas keluar dan cek. 2. Jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama yang di gunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah transaksi tertentu) kemudian diposting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar. Contoh jurnal diantaranya adalah jurnal

17

penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan dan jurnal umum. 3. Buku Besar (general ledger), terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan. 4. Buku Pembantu. Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan (books of final entry), yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Buku besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan akuntansi akhir juga karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses

18

akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi. 5. Laporan, Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, dan daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.

2.2.3

Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi Manajemen memerlukan sistem informasi akuntansi guna mencapai tujuan perusahaan. Dalam memenuhi fungsinya, sistem informasi akuntansi harus mempunya tujuan-tujuan, baik tujuan khusus maupun tujuan umum yang keduanya dapat memberikan pedoman dalam manajemen untuk merencanakan suatu sistem yang dapat menghasilkan informasi-informasi yang berguna terutama dalam hal perencanaan dan pengendalian. Setiap perushaan memiliki kegiatan operasi perusahaan yang bermacam-macam, arus input dan output yang dikelola dalam jumlah yang besar, mempekerjaan ratusan bahkan ribuan tenaga kerja, serta banyaknya pihak-pihak yang berkepentingan dalam
19

perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mampu dalam merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan, seluruh aktivitas usahanya dengan baik agar tidak terjadi penyimpangan usaha. Menurut Mulyadi (2008: 20), sistem informasi akuntansi memiliki empat tujuan dalam penyusunannya, yaitu : 1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha 2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya. 3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan. 4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi. Jadi tujuan sistem informasi akuntansi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.

Untuk memperbaiki informasi yang diberikan oleh sistem dalam kualitas, ketepatan waktu atau struktur dari informasi tersebut.

2.

Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yang berarti memperbaiki daya andal informasi akuntansi dan

20

menyediakan catatan yang lengkap sebagai pertanggungjawaban dalam melindungi harta perusahaan.
3.

Untuk menurunkan biaya dalam menyelenggarakan catatan akuntansi.

Setiap sistem informasi akuntansi akan melaksanakan lima fungsi utamanya diantaranya :

1.

Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan transaksi perusahaan

2.

Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak manajemen.

3.

Memanajemen data-data yang ada kedalam kelompok-kelompok yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

4.

Mengendalikan kontrol data yang cukup sehingga aset dari suatu organisasi atau perusahaan terjaga.

21

2.3

Sistem Akuntansi Pembelian 2.3.1 Deskripsi Kegiatan Pembelian merupakan suatu kegiatan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan produk atau bahan baku produk yang didapat dari pemasok atau supplier Adapun klasifikasi dari transaksi pembelian yang mendukung sistem informasi pembelian adalah sebagai berikut : 1. Pembelian secara kontan, yaitu pembelian yang dilaksanakan secara cash and carry, kebiasaan yang umum dimasa sekarang yaitu jangka waktu satu bulan pun dianggap kontan. 2. Pembelian secara kredit, yaitu pembelian yang mendapat fasilitas pembayaran lebih dari satu bulan. 3. Pembelian secara tender, yaitu pembelian yang dilaksanakan apabila menyangkut nilai cukup besar. 4. Pembelian dengan cara impor, yaitu pembelian yang menggunakan prosedur impor dengan memanfaatkan letter of credit (L/C). 5. Pembelian secara komisi, yaitu pembelian barang yang bersifat titipan, atas barang-barang yang terjualah yang kemudian dibayar. 6. Pembelian dipasar berjangka/ future trading, yaitu pembelian atas barang-barang yang memiliki standar kualitas yagn ditawarkan dipasar berjangka, selain kuallitas telah terjamin juga dapat menutup kemungkinan kerugian karena adanya kenaikan harga.

22

7. Pembelian secara cicilan pada sewa guna usaha (Leasing), yaitu suatu cara pembelian dimana harga atas barang dibayar secara mencicil setelah diperhitungkan bunga bank. Bentuk lain adalah beli sewa yaitu pembayaran berupa sewa atas barang tersebut dianggap angsuran barang. 8. Pembelian secara kontrak, yaitu suatu pembelian dengan menggunakan prosedur kontrak yang memuat hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak. Biasanya pembelian secara kontrak dilaksanakan apabila terjadi penjualan secara kontrak pula. 9. Pembelian melalui perantara (komisioner, makelar), yaitu suatu jenis pembelian yang menggunakan jasa komisioner atau makelar sebagai perantara dalam pembelian dan untuk jasa yang mereka berikan,mereka menerima komisi atau provisi. 10. Pembelian secara remburs, lebih bersifat cara pembayaran, yaitu pembayaran dilakukan kepada pembawa atau yang mengangkut barang. Sistem akuntansi pembelian digunakan oleh perusahaan untuk

pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan. Transaksi pembelian dapat digolongkan menjadi dua : pembelian local, dan pembelian import. Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam negeri, sedangkan pembelian impor adalah pembelian dari pemasok luar negeri.

23

Menurut Mulyadi, dalam sistem akuntansi pembelian terdapat fungsi-fungsi yang terkait. Fungsi-fungsi tersebut adalah: 1. Fungsi Gudang. Fungsi gudang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan. Untuk barang-barang yang langsung pakai, permintaan pembelian diajukan oleh pemakai barang. 2. Fungsi Pembelian. Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih. 3. Fungsi Penerimaan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang dari pembeli yang berasal dari transaksi retur penjualan. 4. Fungsi Akuntansi. Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi pencatat utang dan fungsi pencatat persediaan. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi pencatat utang bertanggung jawab untuk

24

mencatat transaksi pembelian ke dalam register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber yang berfungsi sebagai catatan utang atau menyelenggarakan kartu utang sebagai buku pembantu utang. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi pencatat persediaan bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan barang yang dibeli ke dalam kartu persediaan. Secara garis besar transaksi pembelian mencakup prosedur berikut ini: 1. Fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian ke fungsi pembelian. 2. Fungsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai pemasok. 3. Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan melakukan pemilihan pemasok. 4. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok yang dipilih. 5. Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh pemasok. 6. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi gudang untuk disimpan.

25

7.

Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi

akuntansi. 8. Fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasok dan atas

dasar faktur dari pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.

2.3.1 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Akuntansi Pembelian Menurut Mulyadi (2008:301) dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansimenyatakan bahwa jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi pembelian adalah: a) Prosedur Permintaan Pembelian. Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi pembelian. Jika barang tidak disimpan di gudang, misalnya untuk barang-barang yang langsung pakai, fungsi yang memakai barang mengajukan permintaan pembelian langsung ke fungsi pembelian dengan menggunakan surat permintaan pembelian. b) Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok. Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk memungkinkan pemilihan pemasok
26

yang akan ditunjuk sebagai pemasok barang yang diperlukan oleh perusahaan. Perusahaan seringkali menentukan jenjang wewenang dalam pemilihan pemasok sehingga sistem akuntansi pembelian dibagi menjadi sebagai berikut: 1. 2. 3. Sistem akuntansi pembelian dengan pengadaan langsung. Sistem akuntansi pembelian dengan penunjukan langsung. Sistem akuntansi pembelian dengan lelang.

Perbedaan di antara sistem akuntansi pembelian tersebut di atas terletak pada prosedur pemilihan pemasok. 1. Sistem akuntansi pembelian dengan pengadaan langsung. Dalam sistem akuntansi pembelian ini, pemasok dipilih langsung oleh fungsi pembelian, tanpa melalui penawaran harga. Biasanya pembelian dengan pengadaan langsung ini meliputi jumlah rupiah yang kecil dalam sekali pembelian. 2. Sistem Akuntansi Pembelian dengan Penunjukan Langsung. Dalam sistem akuntansi pembelian ini, pemilihan pemasok dilakukan oleh fungsi pembelian, dengan terlebih dahulu dilakukan pengiriman permintaan penawaran harga kepada paling sedikit tiga pemasok dan didasarakan pada

pertimbangan harga penawaran dari para pemasok tersebut.

27

3. Sistem Akuntansi Pembelian dengan Lelang. Dalam sistem akuntansi pembelian ini, pemilihan pemasok dilakukan oleh panitia lelang yang dibentuk, melalui lelang yang diikuti oleh pemasok yang jumlahnya terbatas. Prosedur pemilihan pemasok dengan lelang ini dilakukan melalui beberapa tahap berikut ini: Pembuatan rerangka acuan (terms of reference), yang berisi uraian rinci jenis, spesifikasi, dan jumlah barang yang akan dibeli melalui lelang. Pengiriman rerangka acuan kepada para pemasok untuk kepentingan pengajuan penawaran harga. Penjelasan kepada para pemasok mengenai rerangka acuan tersebut. Penerimaan penawaran harga dengan dilampiri dengan berbagai persyaratan lelang oleh para pemasok dalam amplop tertutup. Pembukaan amplop penawaran harga oleh panitia lelang di depan para pemasok. Penetapan pemasok yang dipilih (pemenang lelang) oleh panitia lelang.

28

c) Prosedur Order Pembelian. Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirim surat order pembelian kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit organisasi lain dalam perusahaan (misalnya fungsi penerimaan, fungsi yang meminta barang, dan fungsi pencatat utang) mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan. d) Prosedur Penerimaan Barang. Dalam prosedur ini fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas, dan mutu barang yang diterima dari pemasok, dan kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk menyatakan penerimaan barang dari pemasok tersebut. e) Prosedur Pencatatan Utang. Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa dokumendokumen yang beruhubungan dengan pembelian (surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) dan menyelenggarakan pencatatan utang atau mengarsipkan dokumen sumber sebagai catatan utang. f) Prosedur Distribusi Pembelian. Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebit dari transaksi pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen.

29

2.3.2 Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen Informasi yang diperlukan oleh manajemen dari sistem akuntansi pembelian menurut Mulyadi pada buku nya yang berjudul Sistem Akuntansi (2008 : 303) adalah: Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali

(reorder point). Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok. Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok. Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu. Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu. Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dari pembelian.

2.3.3 Dokumen dalam Sistem Akuntansi Pembelian Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pembelian menurut Mulyadi didalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi (2008 : 304-308) adalah: 1. Surat Permintaan Pembelian. Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi gudang atau fungsi pemakai barang untuk meminta fungsi pembelian

30

melakukan pembelian barang dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang tersebut dalam surat tersebut. Surat permintaan pembelian ini biasanya dibuat 2 lembar untuk setiap permintaan, satu lembar untuk fungsi pembelian, dan tembusannya untuk arsip fungsi yang meminta barang. 2. Surat Permintaan Penawaran Harga. Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang yang pengadaannya tidak bersifat berulangkali terjadi, yang menyangkut jumlah rupiah pembelian yang besar. 3. Surat Order Pembelian. Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok yang telah dipilih. Dokumen ini terdiri dari berbagai tembusan dengan fungsi sebagai berikut: a. Surat Order Pembelian. Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pembelian yang dikirimkan kepada pemasok sebagai order resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan. b. Tembusan Pengakuan oleh Pemasok. Surat ini dikirimkan kepada pemasok, dimintakan tandatangan dari pemasok tersebut dan dikirim kembali ke perusahaan sebagai bukti telah diterima dan disetujuinya order pembelian.

31

c.

Tembusan bagi Unit Peminta Barang. Tembusan ini dikirimkan kepada fungsi yang meminta pembelian bahwa barang yang dimintanya telah dipesan.

d.

Arsip Tanggal Penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian menurut tanggal penerimaan barang yang diharapkan, sebagai dasar untuk mengadakan tindakan penyelidikan jika barang tidak dating pada waktu yang telah ditetapkan.

e.

Arsip Pemasok. Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian menurut nama pemasok, sebagai dasar untuk mencari informasi mengenai pemasok.

f.

Tembusan Fungsi Penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini dikirim ke fungsi penerimaan sebagai otorisasi untuk menerima barang yang jenis, spesifikasi, mutu, kuantitas, dan pemasoknya seperti yang tercantum dalam dokumen tersebut.

g.

Tembusan

Fungsi

Akuntansi.

Tembusan

surat

order

pembelian ini dikirim ke fungsi akuntansi sebagai salah satu dasar untuk mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.

32

4. Laporan Penerimaan Barang. Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu, dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian. 5. Surat Perubahan Order Pembelian. Kadangkala diperlukan perubahan terhadap isi surat order pembelian yang sebelumnya telah diterbitkan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian atau hal lain yang bersangkutan dengan perubahan desain atau bisnis. 6. Bukti Kas Keluar. Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok dan yang sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur mengenai maksud pembayaran.

33

2.3.4 Catatan Akuntansi yang Digunakan Menurut Mulyadi (2008:308) catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah: 1. Register Bukti Kas Keluar (Voucher Register). Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan voucher payable procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah register bukti kas keluar. Berikut ini adalah jurnal pengeluaran kas : a. Jurnal Pengeluaran Kas Dr. Pembelian Cr. Kas 2. Jurnal Pembelian Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan account payable procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah jurnal pembelian. Berikut ini adalah contoh jurnal pembelian : a. Jurnal pembelian tunai Dr. Pembelian Cr. Kas b. Jurnal pembelian kredit Dr. Pembelian xxx Cr. Utang Usaha xxx xxx xxx xxx xxx

34

3.

Kartu Utang Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan account payable procedure, buku pembantu yang digunakan untuk mencatat utang kepada pemasok adalah kartu utang. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan voucher payable procedure, yang berfungsi sebagai catatan utang adalah arsip bukti kas keluar yang belum dibayar.

4.

Kartu Persediaan Dalam sistem akuntansi pembelian, kartu persediaan ini digunakan untuk mencatat harga pokok persediaan yang dibeli.

2.3.5 Unsur Pengendalian Intern Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem akuntansi pembelian dirancang untuk mencapai tujuan pokok

pengendalian intern akuntansi berikut ini: menjaga kekayaan (persediaan) dan kewajiban perusahaan (utang dagang atau bukti kas keluar yang akan di bayar), menjamin ketelitian dan keandalan data akuntansi (utang dan persediaan). Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi (2008:311-318), unsur-unsur pengendalian intern yang diterapkan dalam sistem akuntansi pembelian adalah sebagai berikut : 1. Organisasi

35

Perancangan organisasi harus didasarkan pada unsur pokok sistem pengendalian intern berikut ini: a. Dalam oraganisasi harus dipisahkan tiga fungsi pokok berikut ini: fungsi operasi , fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi b. Tidak ada satu pun transaksi yang dilaksanakan dari awal sampai akhir hanya oleh satu orang atau fungsi saja. Hal ini dimaksudkan agar selalu terjadi pengecekan intern dalam pelaksanaan suatu transaksi, sehingga kekayaan perusahaan terjamin keamanannya dan data akuntansi terjamin ketelitian dan keandalannya. Dalam merancang organisasi yang berkaitan dengan sistem akuntansi pembelian, dua unsur pokok sistem pengendalian intern tersebut dijabarkan sebagai berikut: a) Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan. b) Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi. c) Fungsi penerimaan harus terpisah dari fungsi penyimpanan barang. d) Transaksi pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi penerimaan, fungsi akuntansi. 2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

36

Tidak ada satu pun transaksi yang terjadi yang tidak diotorisasi oleh yang memiliki wewenang untuk itu. Otorisasi terjadinya transaksi dilakukan dengan pembubuhan tandatangan oleh manajer yang memiliki wewenang untuk itu, pada dokumen sumber atau dokumen pendukung. Setiap transaksi yang terjadi dicatat dalam catatan akuntansi melalui prosedur pencatatan tertentu. Dengan demikian karena setiap transaksi terjadi dengan otorisasi dari yang berwenang dan dicatat melalui prosedur pencatatan tertentu, maka kekayaan perusahaan akan terjamin

keamanannya dan data akuntansi yang dicatat terjamin ketelitian dan keandalannya. Unsur pokok dari sistem otorisasi dan prosedur pencatatan adalah sebagai berikut: a) Surat permintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang, untuk barang yang disimpan dalam gudang, atau oleh fungsi pemakai barang, untuk barang lansung pakai. b) Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau pejabat yang lebih tinggi. c) Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang. d) Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang lebih tinggi.

37

e) Pencatatan terjadinya utang didasarkan pada bukti kas keluar yang didukung dengan surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok. f) Pencatatan ke dalam kartu utang dan register bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi. 3. Praktik yang Sehat a) Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi gudang. b) Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan

pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian. c) Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya penerimaan. d) Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari berbagai pemasok. e) Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan jika fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian. f) Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari pemasok dengan cara menghitung dan dipertanggungjawabkan oleh fungsi

38

menginspeksi barang tersebut dan membandingkannya dengan tembusar surat order pembelian. g) Terdapat pengecekan terhadap harga, syarat pembelian, dan ketelitian perkalian dalam faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut diproses untuk dibayar. h) Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara periodic direkonsiliasi dengan rekening control utang dalam buku besar. i) Pembayaran faktur dari pemasok dilakukan sesuai dengan syarat pembayaran guna mencegah hilangnya kesempatan untuk memperoleh potongan tunai. j) Bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya dicap lunas oleh fungsi pengeluaran kas setelah cek dikirimkan kepada pemasok.

39

2.3.6

Bagan Alir Dokumen Sistem Akuntansi Pembelian Gambar 2.1 Bagan Alir Sistem Akuntansi Pembelian Bagian Gudang

MULAI

2 LPB

Membuat surat permintaan pembelian.

Pada saat Reorder point

Surat Order pembelian

Surat Permintaan Pembelian.

kartu gudang

T 40

Keterangan : LPB : Laporan Penerimaan Barang

Bagian Pembelian

Surat Permintaan Pembelian.

1
Membuat surat order pembelian..

PH SPH

Membuat surat permintaan penawaran harga.

SPP 5 4 3 2

Surat Permintaan Penawaran Harga

Dikirim ke pemasok

Surat Order pembelian

Surat Penawaran Harga.

diterima dari pemasok dikirim ke pemasok

Membuat perbandingan harga

2
Perbandingan harga.

41

Bagian Penerimaan

3
Menerima barang dari pemasok yang disertai dengan faktur pembelian 4

Dari pemasok

SOP

Faktur Pembelian.

Memeriksa barang yang dikirim

Membuat laporan penerimaan barang.

FB
SOP 3 2 4

1 LPB

42

N
Dikirim ke bagian Gudang bersamaan Dengan barang

Bagian Akuntansi
Dari Bagian Penerimaan Barang

FB SOP LPB 3 1 4

Menerima informasi tentang faktur pembelian.

SPP

Mengeluarkan sejumlah uang kepada bagian penerimaan barang.

JPK

KP

43

SELESAI

Keterangan : JPK KP : Jurnal Pengeluaran Kas : Kartu Persediaan

2.4

Sistem Akuntansi Persediaan Sistem akuntansi persediaan bertujusn untuk mencatat mutasi tiap

jenis persediaan yang disimpan digudang. System ini berkaitan erat dengan system penjualan, system retur pejualan, sitem pembelian, system retur pembelian, dan system akuntansi biaya produksi. Menurut Mulyadi didalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari : persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persedian bahan penolong, persediaan barang habis pakai pabrik, persediaan suku cadang. Dlam perusahaan dagang persediaan hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual kembali. Fungsi yang dibentuk untuk melaksanakan perhitungan fisik persediaan umumnya bersifat sementara, yang biasanya berbentuk panitia atau komite, yang anggotanya dipilihkan dari karyawan yang tidak menyelenggarakan catatan

44

akuntansi

persediaan

dan

tidak

melaksanakan

fungsi

gudang.

Panitia

penghitungan fisik persediaan terdiri dari : 1. Pemegang kartu penghitungan fisik. 2. Penghitung fisik. 3. Pengecek. Dengan demikian fungsi yang terkait dalam perhitungan fisik persediaan adalah :

1. Panitia penghitungan fisik persediaan Panitia ini berfungsi untuk melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan menyerahkan hasil penghitungan tersebut kepada Bagian Kartu Persediaan untuk digunakan sebagai dasar adjustment terhadap catatan persediaan dalam kartu persediaan. Seperti telah disebutkan diatas, panitia penghitungan fisik persediaan terdiri dari pemegang kartu penghitungan fisik, penghitung, dan pengecek. Pemegang kartu penghitungan fisik bertugas untuk menyimpan dan mendistribusikan kartu penghitungan fisik kepada para penghitung, melakukan pebandingan pengitungan fisik persediaan yang telah dilaksanakan oleh penghitung dan pengecek, dan mencatat hasil penghitungan fisik persediaan dalam daftar hasil penghitungan fisik. Penghitung bertugas melakukan perhitungan pertama terhadap persediaan, dan mencatat hasil penghitungan tersebut ke dalam bagian ke-3 kartu penghitungan fisik, serta menyobek bagian kartu

45

tersebut untuk diserahkan kepada pemegang kartu penghitungan fisik, pengecek bertugas melakukan penghitungan kedua terhadap persediaan yang telah dihitung oleh penghitung dan mencatat hasil penghitungannya ke dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik serta menyobek bagian kartu tersebut untuk diserahkan kepada pemegang kartu penghitungan fisik.

2. Fungsi Akuntansi Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi ini bertanggung jawab untuk : a. Mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang dihitung ke dalam daftar hasil penghitungan fisik. b. Mengalikan kuantitas dan harga pokok per satuan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungsn fisik. c. Mencantumkan harga produk total dalam daftar hasil penghitungan fisik. d. Melakukan adjustment terhadap kartu persediaan berdasarkan data hasil penghitungan persediaan. e. Membuat buku memorial untuk mencatat adjustment data persediaan dalam jurnal umum berdasarkan hasil penghitungan fisik persediaan 3. Fungsi Gudang

46

Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi gudang bertanggung jawab untuk melakukan adjustment data kuantitas persediaan yang dicatat dalam kartu gudang berdasarkan hasil penghitungn fisik persediaan. 2.4.1 Jaringan Prosedur yang Terkait dalam Sistem Akuntansi Persediaan Jaringan prosedur yang membentuk sistem penghitungan fisik persediaan adalah sebagai berikut : 1. Prosedur Penghitungan Fisik Dalam prosedur ini tiap jenis persediaan di gudang dihitung oleh penghitung dan pengecek secara independen yang hasilnya dicatat dalam penghitungan fisik. 2. Prosedur Kompilasi Dalam prosedur ini pemegang kartu penghitungan fisik melakukan perbandingkan data yang dicatat dalam bagia ke-3 dan bagian ke-2 kartu penghitungan fisik serta melakukan pencatatan data yang tercantum dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik ke dalam daftar penghitungan fisik. 3. Prosedur Penentuan Harga Pokok Persediaan Dalam prosedur ini Bagian Kartu Persediaan mengisi harga pokok per satuan tiap jenis persediaan yang tercantum dalam daftar penghitungan fisik berdasarkan informasi dalam kartu persediaan yang bersangkutan serta mengalikan harga pokok per satuan tersebut dengan kuantitas

47

hasil penghitungan fisik untuk mendapatkan total harga pokok persediaan yang dihitung. 4. Prosedur Adjustment Dalam prosedur ini Bagian Kartu Persediaan melakukan adjustment terhadap data persediaan yang tercantum dalam kartu persediaan berdasarkan data hasil penghitungan fisik persediaan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik. Dalam prosedur ini pula Bagian Gudang melakukan adjustment terhadap data kuantitas persediaan yang tercatat dala kartu gudang. 2.4.2 Dokumen dalam Sistem Akuntansi Persediaan Dokumen yang digunakan untuk merekam, meringkas, dan membukukan hasil pengitungan fisik persediaan adalah : 1. Kartu Penghitungan Fisik (Inventory Tag) Dokumen ini digunakan untuk merekam hasil penghitungan fisik persediaan. Dalam penghitungan fisik persediaan, setiap jenis persediaan dihitung dua kali secara independen oleh penghitung (counter) dan pengecek (checker). 2. Daftar Hasil Penghitungan Fisik (Inventory Summary Sheet) Dokumrn ini digunakan untuk meringkas data yang telah direkam dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik. Data yang disalin dari bagian ke-2 kartu pengitungan fisik ke dalam daftar ini adalah : Nomor kartu penghitungan fisik.

48

3.

Nomor kode persediaan. Nama persediaan. Kuantitas. Satuan.

Bukti Memorial Dokumen ini merupakan dokumen sumbe yang digunakan untuk membukukan adjustment rekening persediaan sebagai akibat dari hasil penghitungan fisik ke dalam jurnal umum. Data yang digunakan sebagai dasar pembuatan bukti memorial ini adalah selisih jumlah kolom harga pokok dalam persediaan yang bersangkutan menurut kartu persediaan.

2.4.3

Catatan Akuntansi yang Digunakan dalam Sistem Akuntansi Persediaan Catatan akuntansi yang digunakan dalam system penghitungan

fisik persediaan adalah : 1. Kartu Persediaan Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat adjustment terhadap data persediaan (kuantitas dan harga pokok total) yang tercantum dalam kartu persediaan oleh Bagian Kartu Persediaan, berdasarkan hasil penghitungan fisik persediaan. 2. Kartu Gudang

49

Catatan ini digunakan untuk mencatat adjustment terhadap data persediaan (kuantitas) yang tecantum dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang. 3. Jurnal Umum Dalam sistem perhitungan fisik persediaan, jurnal umum digunakan untuk mencatat adjustment rekening persediaan karena adanya perbedaan antara saldo yang dicatat dalam rekening persediaan dengan saldo penghitungan fisik.

2.4.4

Unsur Pengendalian Intern 1. Organisasi Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang terdiri dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitung, dan fungsi pengecek. Untuk menjamin ketelitian dan keandalan data yang dihasilkan dari kegiatan penghitungan fisik persediaan, panitia yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut harus terdiri dari 3 kelompok : pemegang kartu penghitungan fisik, penghitung, dan pengecek. Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selin karyawan fungsi gudang dan fungi akuntansi persediaan, dan biaya, karena karyawan di kedua bagian inilah yang justru

50

dievaluasi

tanggung jawabnya fisik persediaan

atas

persediaan. untuk

Tujuan memintai

penghitungan

adalah

pertanggungjawaban mengenai barang yang disimpan oleh fungsi gudang dan peranggungjawaban mengenai ketelitian dan keandalan data persediaan yang dicatat pada fungsi akuntansi. 2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan Daftar hasil penghitungan fisik pesediaan ditandatangani oleh ketua panitia penghitungan fisik persediaan. Daftar hasil penghitungan fisik berisi informasi hasil penghitungan fisik persediaan. Daftar ini merupakan dokumen sumber sebagai dasar untuk meng- adjust kartu persediaan, dan kartu gudang, serta merupakan dokumen pendukung bukti memorial yang dicatat dalam jurnal umum. Dengan demikian daftar hasil penghitungan fisik merupakan dokumen penting untuk mengup date catatan akuntansi. Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaan berdasarkan atas kartu penghitungan fisik yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu penghitungan fisik. Pencatatan ke dalam daftar hasil penghitungan fisik harus didasarkan atas dokumen sumber (kartu penghitungan fisik) yang telah diteliti

kebenarannya oleh pemegang kartu penghitungan fisik. Hal ini dimaksudkan agar setiap dokumen sumber dibuat atas dasar data yang dijamin ketelitiannya. Harga satuan yang

51

dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik berasal dari kartu persediaan. Sedangkan adjustment terhadap kartu persediaan didasarkan pada informasi (kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenis persediaan yang tercantum dalam penghitungan fisik. 3. Praktik yang Sehat a. Kartu penghitungan fisik bernomor urut cetak dan penggunaannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi

pemegang kartu penghitungan fisik. b. Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dulakikan dua kali secara independen, pertama kali oleh penghitung dan dua kali oleh pengecek. c. Kuantitas dan data persediaan yang lain tercantum dalam bagian ke-3 dan ke- 2 kartu penghitungan fisik dicocokan oleh pemegang kartu penghitungan fisik sebelum data yang tercantum dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik dicatat dalam daftar hasil penghitungan fisik.

52

2.4.5

Bagan Alir Sistem Persediaan Bahan Baku Gambar 2.2 Bagan Alir Sistem Akuntansi Persediaan Bagian Gudang

53

MULAI

Dari pemasok

Dari bagian pembelian

Menerima barang dari pemasok yang disertai dengan faktur pembelian

SOP

Faktur Pembelian

Memeriksa barang yang diterima

Membuat laporan penerimaan barang

FB SOP 3 2 Laporan Penerimaan Barang 1 N 3

Dikirim ke bagian gudang bersamaan dengan barang

Bagian Kartu Persediaan

54

Dari bagian penerimaan

Dari pemasok via bagian pembelian

SOP

LPB

Faktur Pembelian

Membandingkan faktur dari pemasok dengan SOP &LPB

Membuat Bukti Kas Keluar

FB SOP LPB 3 2 1 Bukti Kas Keluar 1 4

Register Bukti Kas Masuk

Arsip bukti kas yg dikeluarkan

Bagian Kartu Persediaan

55

Bukti Kas Keluar

LPB

Kartu persediaan

Kartu gudang

SELESAI

56

Anda mungkin juga menyukai