Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam perusahaan yang tengah

bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan bisnisnya untuk menjadi yang terbaik. Dunia bisnis ritel di Indonesia akan semakin ramai dengan semua tantangan dan peluang yang ada. Hingga saat ini sudah banyak pemain dalam bisnis ritel ini dari mulai kelas mini market, convenience store, supermarket hingga hypermarket. Tidak hanya ritel lokal saja, ritel asing yang masuk melalui sistem kewaralabaan juga sudah bermunculan. Salah satu perusahaan ritel terbaru yang telah masuk Indonesia adalah 7-Eleven. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2006 asosiasi perusahaan ritel Indonesia (Aprindo), menyatakan bahwa sektor ritel merupakan sektor kedua penyerap tenaga kerja terbesar Indonesia, dengan kemampuan sebesar 18,9 juta orang, di bawah sektor pertanian yang mencapai 41,8 juta orang. Industri ritel berkembang seiring dengan perubahan pada masyarakat dan dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia. Tingkat pendapatan masyarakat yang terus berkembang menyebabkan terciptanya segmen konsumen yang menginginkan adanya perubahan pengelolaan industri ritel. Produsen pun kini menganggap ritel sebagai

tempat strategis pemasaran barang secara tepat waktu, lokasi dan konsumen (ITB Business Review). Dalam hitungan tahun, mini market telah menyebar ke berbagai daerah seiring dengan perubahan orientasi konsumen dalam pola berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Dulu konsumen hanya mengejar harga murah, sekarang tidak hanya itu saja tetapi kenyamanan berbelanja pun menjadi daya tarik tersendiri. Bisnis mini market melalui jejaring waralaba atau franchise berkembang biak sampai pelosok kota kecamatan kecil. Khususnya mini market dengan brand yang sudah terkenal hingga kini seperti Indomaret, Alfamart dan Circle K. Merk ini dimiliki oleh kumpulan perusahaan yang sudah sangat kuat dalam bisnisnya di Indonesia. Situasi yang ada menunjukkan betapa sengitnya persaingan di bisnis ritel khususnya Indomaret dan Alfamart sebagai market leader minimarket, apalagi jika adanya pendatang baru yang ikut bersaing dalam bisnis ini mungkin akan mengalami kesulitan. Salah satu faktor yang sangat sengit persaingannya adalah dalam hal perebutan lokasi. Setiap pemain memperebutkan lokasi-lokasi yang dinilai strategis. Apalagi di bisnis ini lokasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Perebutan lokasi strategis ini, bisa juga berpengaruh terhadap harga property. Bisa saja harga ruko jadi naik karena tingginya demand terhadap mini market. Hampir di setiap komplek perumahan / pemukiman pasti akan berdiri salah satu minimarket waralaba tersebut. Sudah tidak mungkin pedagang eceran tradisional akan mampu mencari lokasi strategis lagi untuk saat ini dan di masa mendatang. Jika dibandingkan dari modal saja, pedagang eceran sudah sulit untuk bergerak

(http://kolumnis.com/2008/07/05/peritel-kecil-mati-berdiri/).

Untuk perkembangan industri ritel seperti Indomaret, Alfamart dan Circle K sudah dapat dilihat dari data data secara pasti. Indomaret pada tahun 2009 sudah memiliki 3892 total gerai di Indonesia (http://indomaret.co.id/about/gerai/). Sedangkan Alfamart memiliki kurang lebih 3000 gerai yang berkembang di Jawa dan Sumatra (http://indocashregister.com/2009/06/29/miliki-3-000-gerai-alfamart-raup-

rp-8-triliun/). Lalu Circle K memiliki 100 gerai lebih di Jakarta, Bandung, Yogya, dan Bali pada 2009

(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/02/15/EB/mbm.20100215.EB1327 64.id.html). Hal ini jika dilihat dari yang sebelum sebelumnya sudah menunjukkan perkembangan industri ritel yang sangat meningkat. Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 2/2002 tentang Perpasaran Swasta maka pasar dapat digolongkan berdasar luas lahan. Untuk minimarket luas lantai usaha memiliki maksimal sebesar 200 m2. Sedangkan untuk supermarket luas lantai usahanya paling besar 4000 m2. Lalu Hypermarket harus memiliki luas lantai lebih dari 4000 m2 dan paling besar 8000 m2. Sedangkan untuk 7-Eleven yang tergolong convenient store termasuk kedalam minimarket dalam hal luas lahannya, hanya saja perbedaannya 7-Eleven tidak hanya menjual barang sehari hari, tetapi juga banyak menjual makanan siap santap. Pada tahun 1980-an dan 1990-an 7-Eleven sudah pernah masuk ke Indonesia yaitu di Jakarta. Pada saat itu tidak di pegang oleh PT Modern Group melainkan oleh perusahaan lain, namun 7-Eleven mengalami kegagalan dalam mengembangkan bisnisnya dan memutuskan untuk menghentikan bisnisnya di Indonesia. Lalu menjelang 2009 setelah menjadi milik perusahaan Jepang sepenuhnya, 7-Eleven

kembali untuk mencoba memasuki pasar Indonesia kembali. Melalui kerja sama antara perusahaan Jepang dengan PT Modern International, maka 7-Eleven dapat dikembangkan usahanya di Indonesia. 7-Eleven merupakan convenience store yang dibuka selama 24 jam dan berasal dari Amerika Serikat. Namun sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang oleh Seven & I Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000 gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara dan pasar terbesarnya berada di Amerika Serikat dan Jepang. Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas, nama "7-Eleven" mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi hingga 11 malam, dan karena itu namanya menjadi "7-Eleven" (7 - Sebelas). Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Di tiap Negara maka akan berbeda beda konsep yang akan digunakan, begitu juga di Indonesia. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee, sejenis minumas es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran besar. Gerai 7-Eleven sudah tersebar di 19 negara di dunia dengan jumlah lebih dari 36.000 gerai. Untuk Kawasan Asia dan Australia sudah terdapat di 12 negara termasuk Indonesia. Sempat tersebar berita bahwa masuknya 7-Eleven ke Indonesia terganjal aturan bahwa untuk Convenient Store masuk dalam DNI (Daftar Negative Investasi) bidang yang terlarang untuk investor asing masuk ke Indonesia. Tujuannya

untuk

melindungi

bidang

atau

industri

tersebut

di

dalam

negeri

(http://www.detikfinance.com/read/2006/11/18/152220/709617/4/masuk-daftarnegatif-investasi-7-eleven-tak-bisa-masuk-ri). Pada tahun 2009 7-Eleven telah berhasil masuk ke dalam industri ritel Indonesia. Tepatnya 7 November 2009 dengan diguntingnya pita seremonial, gerai 7 Eleven pertama di Indonesia telah resmi dibuka di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Sejak saat ada di Indonesia, maka produk - produk terbaik convenience store 7-Eleven telah dapat dinikmati konsumen sepanjang hari. Slurpee dan Big Gulp hanyalah segelintir dari produk 7-Eleven yang ada. Masih banyak variasi hidangan dan minuman yang tersedia, termasuk juga barang barang kebutuhan sehari hari yang tersebar di penjuru gerai. Gerai 7 Eleven ini beroperasi selama 24 jam, 7 hari seminggu, siap melayani kebutuhan pelanggan Persaingan yang ketat merupakan suatu masalah yang harus dihadapi oleh 7Eleven. Seperti kita tahu banyak bisnis ritel sejenis yang sudah memiliki pasar untuk saat ini, seperti Circle K, Indomaret, Alfamaret, dan lain lainnya. Namun saat ini karena 7-Eleven buka selama 24 jam dan 7-Eleven selain menjual barang barang kebutuhan sehari hari banyak pula menjual makanan siap saji seperti Slurpee, Big Gulp, Big Bite, dan lainnya, maka sudah mulai memiliki banyak pelanggan, khususnya pelanggan yang ingin membeli makanan siap saji. Hal ini menunjukkan bahwa 7-Eleven telah berhasil menarik pelanggan, bahkan diseluruh gerainya di Jakarta selalu ramai di kunjungi pelanggan. Penulisan mengenai keberanian PT. Modern International sebagai master franchise 7-Eleven di Indonesia dapat dijadikan

tesis studi kasus yang menarik dan akan dibahas apa saja rencana rencana mereka dalam mengembangkan bisnisnya dari segi pemasaran.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan

dianalisa adalah perlunya menganalisa perkembangan yang dilakukan PT Modern terhadap 7-Eleven yang telah berhasil memiliki pangsa pasar di Indonesia dan akan dianalisa dengan Porter Five Forces, SWOT, TOWS, Ansoff Matriks dan Marketing Mix.

1.3

Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui strategi pemasaran 7-Eleven agar dapat ikut mendapat pangsa pasar sebagai pemain baru di dalam industri peritelan. Mengidentifikasi kasus secara menyeluruh dari segi pemasaran. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: Memberikan pengetahuan mengenai strategi pemasaran yang baik yang dapat menjadi contoh bagi pemain baru dalam bisnis ritel. Sebagai bahan analisa bagi para mahasiswa dalam proses pembelajaran contoh kasus bisnis nyata yang terjadi di Indonesia.

1.4

Ruang Lingkup
Pembatasan masalah dibutuhkan untuk menjaga pembahasan dan pemecahan

masalah agar lebih terarah, selain itu juga dikarenakan pada keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan informasi. Ruang lingkup persoalan yang ada dibatasi sebagai berikut: Pembahasan masalah hanya akan dilakukan pada 7-Eleven beserta gerai gerainya di Jakarta. Penelitian akan dibahas dengan menggunakan analisis strategi pemasaran (marketing strategy), yaitu Porter Five Forces, SWOT, matriks TOWS, Ansoff Matriks dan Marketing Mix,. Disaat 7-Eleven baru masuk ke Indonesia tahun 2009 sampai tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai