PPE
EED
DDO
OOM
MMA
AAN
NN P
PPE
EEN
NNG
GGE
EEL
LLO
OOL
LLA
AAA
AAN
NN L
LLI
IIM
MMB
BBA
AAH
HH
I
IIN
NND
DDU
UUS
SST
TTR
RRI
II K
KKE
EEL
LLA
AAP
PPA
AA S
SSA
AAW
WWI
IIT
TT
S
SSU
UUB
BBD
DDI
IIT
TT P
PPE
EEN
NNG
GGE
EEL
LLO
OOL
LLA
AAA
AAN
NN L
LLI
IIN
NNG
GGK
KKU
UUN
NNG
GGA
AAN
NN
D
DDI
IIR
RRE
EEK
KKT
TTO
OOR
RRA
AAT
TT P
PPE
EEN
NNG
GGO
OOL
LLA
AAH
HHA
AAN
NN H
HHA
AAS
SSI
IIL
LL P
PPE
EER
RRT
TTA
AAN
NNI
IIA
AAN
NN
D
DDI
IIT
TTJ
JJE
EEN
NN P
PPP
PPH
HHP
PP,
,, D
DDE
EEP
PPA
AAR
RRT
TTE
EEM
MME
EEN
NN P
PPE
EER
RRT
TTA
AAN
NNI
IIA
AAN
NN
J
JJA
AAK
KKA
AAR
RRT
TTA
AA,
,, T
TTA
AA 2
220
000
006
66
i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Naha Kuasa karena atas
perkenanNya maka penyusunan buku Pedoman Pengelolaan Limbah !ndustri Ke-
lapa Sawit" dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk memberikan panduan kepada
aparat pemerintah, pengusaha ataupun masyarakat luas dalam pengelolaan lim-
bah kelapa sawit, sehingga diharapkan limbah buangan Pabrikf!ndustri Kelapa Sa-
wit akan memenuhi baku mutu lingkungan yang ada serta mendapatkan nilai tam-
bah berupa produk samping yang bernilai ekonomi.
Akhirnya semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pekembangan perkela-
pasawitan di !ndonesia dan menjawab tantangan !ndustri Kelapa Sawit di masa
depan yaitu mengembangkan !ndustri Kelapa Sawit yang lebih berwawasan ling-
kungan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini
diucapkan terimakasih.
Wassalam,
Tim Penyusun
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor Pertanian umumnya dan sektor perkebunanan khususnya memiliki
peran yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam kondisi pere-
konomian !ndonesia sekarang ini, akibat nilai tukar dolar terhadap rupiah yang
cenderung meningkat dan tidak menentu, maka harga berbagai kebutuhan impor
kebutuhan konsumsi maupun bahan baku industri nasional semakin mahal,
berbagai jenis industri yang berbahan baku impor terancam bangkrut, bahkan
banyak yang gulung tikar. Untuk itu kita perlu bekerja sama dalam rangka
menggairahkan roda perekonomian nasional yang berdasarkan pada pemanfaatan
sumber daya alam secara lebih produktif dan ekonomis, serta memperhatikan
aspek kelestarian lingkungan.
Nanajemen bisnis yang menggabungkan efisiensi ekonomi dan ekologi
atau lebih dikenal dengan ekoefisiensi merupakan salah satu solusi dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Prinsip ekoefisiensi adalah memanfaatkan pela-
yanan ekologi lingkungan sebagai masukan produksi sehingga biaya produksi
menjadi lebih rendah, meningkatkan keuntungan dan daya saing terhadap industri
lain yang sejenis.
Saat ini sektor pertanian lebih diwarnai oleh skala usaha yang lebih besar.
Permodalan yang kuat, penggunaan teknologi maju, sistem pengolahan modern,
jangkauan pemasaran yang luas dan adaptif terhadap perubahan-perubahan ke
arah kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, hal strategis
bagi Perkembangan !ndustri Kelapa sawit adalah pembangunan sistem agribisnis
dengan penekanan pada efisiensi produksi pada sistem agroindustri. Agroindustri
adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan ke belakang (industri
hulu) dan kaitan ke depan (industri hilir) yang erat dan langsung dengan
pertanian. Kaitan dengan industri hulu merupakan persyaratan-persyaratan awal
dalam kegiatan pembudidayaan pertanian.
2
Disamping itu, melihat perkembangan harga minyak sawit di pasaran
internasional yang cenderung membaik, industri minyak sawit akan menjadi
andalan devisa di masa depan. Untuk bisa bersaing di pasar global, perkem-
bangan dan persyaratan perdagangan internasional perlu di antisipasi. !ndustri
kelapa sawit nasional mengalami perkembangan menggembirakan. Terbukti dalam
20 tahun terakhir (1985-2005), pertambahan kebun kelapa sawit mencapai lima
juta hektar atau meningkat 837 persen, dan hal itupun dibuktikan juga oleh
kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional yang mencapai enam persen,
komoditas ini juga nomor satu dari produksi !ndonesia. Selama tahun 2005, mi-
nyak sawit telah menjadi minyak makan terbesar di dunia. Konsumsi minyak sawit
dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan dunia. Pasokan
crude palm oil (CPO) untuk produksi dalam negeri juga meningkat menjadi 12,8
juta ton pada tahun 2005, bila dibandingkan dengan 12,5 juta ton pada tahun
200+. Diperkirakan, pada tahun 2010, perkebunan kelapa sawit dapat menyerap
hingga 500 ribu tenaga kerja dan menghasilkan 2,7 juta TBS (tandan buah segar)
per tahun dan diperkirakan akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia
(Ditjenbun, 2006).
Namun seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dam-
pak positif dari perkembangan Seperti sektor agroindustri umumnya dan
perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negatif
terhadap lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat dan gas dari
kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Untuk itu tindakan pence-
gahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan Perkebunan
Kelapa Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dam-
pak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan per-
aturan perundang-undangan saja tetapi perlu juga didukung oleh penga-
turan sendiri secara sukarela dan pendekatan instrumen-instrumen ekono-
mi. Pengaturan seperti ini dikenal sebagai mixed policy tools.
Kenyataan menunjukkan bahwa sejak masalah lingkungan hidup
mulai diangkat kepermukaan, !ndonesia memiliki berbagai macam prog-
ram yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak mencapai sasaran se-
3
cara optimal. Hal ini disebabkan antara lain oleh pendekatannya yang ber-
sifat "pemaksaan" melalui berbagai peraturan perundang-undangan
dengan ancaman sanksi. Belajar dari hal ter
-
sebut, dewasa ini telah terjadi
perkembangan pemikiran dimana limbah yang dulunya dikategorikan
sebagai produk samping yang menimbulkan masalah dan selayaknya ha-
rus ditanggulangi (end-of-pipe), saat ini dianggap sebagai indikator tidak
efisiennya proses produksi. Pemikiran inilah yang mendorong perubahan
strategi penanganan limbah.
Pada awalnya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada
pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Akibat
terbatasnya daya dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pence-
maran yang semakin meningkat, upaya mengatasi masalah pencemaran
berkembang ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end--
of-pipe treatment). Pendekatan ini terfokus pada pengolahan dan pembu-
angan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Namun pada kenyataannya pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap
terjadi dan cenderung terus berlanjut, karena dalam prakteknya pende-
katan melalui pengolahan limbah menghadapi berbagai kendala. Seperti:
Bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk.
Tidak efektif dalam memecahkan masalah pencemaran lingkungan
karena mengolah limbah hanyalah mengubah bentuk limbah dan
memindahkannya dari satu media ke media lain.
Biaya investasi dan operasi pengolahan dan pembuangan limbah bi-
asanya mahal, yang mengakibatkan biaya proses produksi meningkat
dan harga jual produk juga naik. Hal ini yang menjadi salah satu
alasan pengusaha untuk tidak memasang alat pengolah limbah atau
mengoperasikan sekedarnya saja.
Peraturan perundang-undangan yang menetapkan persyaratan limbah
yang boleh dibuang setelah dilakukan pengolahan pada umumnya cen-
derung untuk dilanggar bila pengawasan dan penegakan hukum ling-
kungan tidak efektif dijalankan
4
Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih mening-
katkan kualitas lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dapat terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif.
Suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu
perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup
produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Dalil dasar konsep ini menyatakan bahwa proses industri seharusnya tidak
menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupa-
kan bahan baku bagi industri lain. Nelalui penerapan konsep ini, proses-
proses industri akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta
mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Penggunaan bahan baku secara maksimal berarti penciptaan industri
baru dan lapangan kerja sejalan dengan meningkatnya produktivitas dan
mendukung usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa me-
ngurangi kemampuan produksi sumber daya alam bagi generasi di masa
depan.
Ketergantungan proses produksi terhadap bahan baku impor dapat
menghambat kontinuitas produksi suatu kegiatan usaha. Oleh sebab itu
perlu ditemukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan nilai tambah
material yang tidak termanfaatkan, sehingga dapat menjadi bahan baku bagi
industri lain dan mendorong industri untuk menggunakan bahan baku yang
berasal dari kandungan lokal.
1.2. Tujuan
Tujuan Penyusunan dan Penggandaan Pedoman Pengelolaan Limbah !n-
dustri Kelapa Sawit adalah:
Nenyediakan dan menyebarkan Buku Pedoman Pengelolaan Limbah !ndustri
Kelapa Sawit.
Nemberikan arahan kepada Pelaku !ndustri Kelapa Sawit, Aparat Pembina
Perkebunan dan lingkungan hidup mengenai pengelolaan limbah !ndustri Kela-
pa Sawit.
5
Berupaya mewujudkan pembangunan industri pertanian yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan.
Nembina Pelaku !ndustri Kelapa Sawit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah.
1.3. Ruang Lingkup Panduan
Berisikan tuntunan atau arahan dalam pemanfaatan limbah industri kelapa
sawit pada skala industri dan kelampok tani. Naterinya merupakan kumpulan hasil
penelitian dari pusat-pusat penelitian dan perguruan tinggi yang terkait dengan;
Tekhnologi pemanfaatan limbah !ndustri Kelapa Sawit yang telah teraplikasi
dan teruji dilapangan.
Tekhnologi baru pemanfaatan limbah !ndustri Kelapa Sawit yang belum secara
umum dikenal oleh masyarakat perkelapa sawitan di !ndonesia.
Konsep-konsep tekhnologi pemanfaatan limbah !ndustri Kelapa Sawit yang
dimungkinkan pengembangannya di masa datang demi keberlanjutan kegiatan
tersebut.
6
II. KEGIATAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi
Pabrik Ninyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam
Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada
jembatan penimbangan (Weighing Brigae) . Perlu diketahui bahwa kualitas hasil
minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisis buah (TBS) yang
diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi
menekan kehilangan didalam pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak sema-
ta-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam Pabrik. Secara garis besar
diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit dan neraca material balance
pengolahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 1 dan 2.
!nformasi diagram alir tersebut sebagai berikut:
2.1. Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam
lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung
dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap
air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kgfcm
2.
Proses perebusan ini
dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas
minyak.
Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya
dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji.
Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air
yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kgfton TBS. Dengan proses ini dapat
dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5 minyak ikutan pada temperatur
tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah
yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan Hois-
ting Crane.
2.2. Perontokan Buah dari Tandan
Padatahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipi-
sahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut
7
terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester.
Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang
digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher). Hasil
stripping tidak selalu 100, artinya masih ada brondolan yang melekat pada
tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem "Double Threshing". Sisitem ini bekerja
dengan cara janjang kosongfEFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari
thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang
selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan
sebagai produk samping.
TANDAN BUAH SEGAR
PEREBUSAN
(Sterilizer)
PERONTOKAN
(Threser)
PENGADUKAN
(Digester)
PENGEPRESAN
(Screw Presser)
Mulsa/Pupuk
Tandan Kosong
PENYARINGAN PEMISAHAN AMPAS
Vibrating Screen
PENGENDAPAN
PEMURNIAN
PENGERINGAN
PENYIMPANAN
CPO
Clarivication Tank
Centrifugal Purifier
Oil Vacum Dryer
Depericarper
PENGERINGAN
PEMECAHAN
PEMISAHAN
PENGERINGAN
PENYIMPANAN
KERNEL
Nut Silo
Nut Cracker
Dry Separator
Winnowing Kernel
hydrocyclon
Cangkang
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit
8
2.3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasuk-
kan ke dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan
supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini
digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80
-
90C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasuk-
kan ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan
fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10 sfd 15
terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh
minyak kasar dan ampas serta biji
Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus
dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian
dilakukan penyaringan (vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang
masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji
(Depericarper).
Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air
panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Ninyak kasar (Crude
Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid dan
Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan
ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan
pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung
ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk
memisahkan minyaknya.
2.4. Proses Pemurnian Minyak
Ninyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk me-
misahkan kotoranfsolid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke
vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian
melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil
Storege Tank).
9
2.5. Proses Pengolahan lnti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke
dalam Depericaper melalui Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan
uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press
Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan. Pada Depericaper
terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat
perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo
yang dialiri dengan udara panas antara 60 - 80
C sefama 18 - 2+ jam
agar kadar air turun dari sekitar 21 menjadi + .
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di
dalam Nut Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya
TBS 100% PEREBUSAN
PERONTOKAN
Tandan Rebus 88,5 %
PENGADUKAN
Tandan Kosong 21,5%
Mulsa/Pupuk
PENGEPRESAN
Buah 67%
PENYARINGAN
DEPERICARTER I
23,5
KLARIFIKASI
DEPERICARTER II
BOILLER
Ampas 12,9%
10,6%
PEMECAHAN
PEMISAHAN ANGIN
CANGKANG
PENGERINGAN
PEMISAHAN
DENGAN AIR
4,2%
1,2%
4,2%
2,2%
PENYIMPANAN
KERNEL
5,0%
DECANTER
Dikeringkan
Pupuk
VACUM
DRYER
Minyak
Air 9,7%
Air
7,9%
Sludge 26,3%
Minyak
Limbah
Padat
PURIFIER
26,0%
Air
14,4%
TANGKI
PENGUMPULAN
LIMBAH CAIR
39,4%
Air Kondensat 11,1%
Limbah Cair
9,7%
Minyak 0,2%
CPO
22,5%
UNIT INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH (IPAL)
Limbah cair 60%
Minyak
1,0%
Penguapan 0,4%
Air kondensat 11,1%
Tangki
Timbun
CPO
Gambar 2. Naterial Balance Proses Pengolahan Ninyak Sawit
Tangki
Timbun
CPO
10
biji yang disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian
dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Nasa biji pecah
dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang
halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan
cangkangfinti. Nasa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam
Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. !nti
dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai
kadar airnya mencapai 7 dengan tingkat pengeringan 50C, 60C dan
70C dalam waktu 1+ - 16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran,
maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum
diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya.
Untuk mendapatkan mutu minyak CPO yang baik, maka mutu
tandan yang diolah harus berdasarkan kriteria kematangan yang optimal.
Pada kondisi kandungan minyak dalam TBS relatif tinggi dengan kadar
garam asam lemak bebas (FFA) yang rendah. Pada tandan buah yang
masih mentah kandungan minyak CPO sangat rendah, sedang bila TBS
terlalu matang maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar asam
lemak bebasnya tinggi. Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak
CPO yang baik, maka dibutuhkan koordinasi yang baik antara permanen,
pengawas lapangan, bagian fraksi dan staf pabrik. Tandan buah segar
yang telah dipanen harus segera ditangani dan diusahakan secepatnya
diproses dalam pabrik.
11
III. Limbah Kelapa Sawit
3.1. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah
padat yang terdiri dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.
Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping. Limbah
padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada
Gambar 3. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi
pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah
berikutnya. Pada Gambar + dan Tabel 1 terlihat potensi limbah yang
dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak
sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan
sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis
(Ure, TSP dan lain-lain).
Tabel 1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit
Jenis
Potensi per ton
TBS {%)
Manfaat
Tandan kosong 23,0 Pupuk kompos, pulp kertas,
papan partikel, energi
Wet Decanter Solid 4,0 Pupuk, kompos, makanan
ternak
Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan
partikel
Serabut (fiber) 13,0 Energi, pulp kertas, papan,
partikel
Limbah cair 50,0 Pupuk, air irigasi
Air kondensat
Air umpan broiler
Sumber: Tim PT. SP (2000)
12
KelapaSawit
Daging Buah
Biji Sawit
Tandan Kosong
Minyak sawit
Sludge
Serat/sabut
Minyak kasar
Padatan
Sabun
Pakan ternak
Pengisi bahan bangunan
Bahan bakar
Papan partikel
Inti
Tempurung
Bahan organik
Briket
Pakan ternak
Bahan bakar
Pupuk
Mulsa
Industri kimia
Tepung tempurung
Arang
Bricket
Karbon aktif
Asap air
Bahan bakar
Industri pangan
Industri kimia
Industri kimia
Minyak
Bungkil
Minyak goreng
Margarin
e
Salad
dll.
Pakan ternak
Gambar 3. Pohon !ndustri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
13
Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang
jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun
200+, namun pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini
dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa. Persentase
Tankos terhadap TBS sekitar 20 dan setiap ton Tankos mengandung unsur
hara N, P, K, dan Ng berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg C!RP;
12 Kg NOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas
olah 30 ton TBSfjam atau 600 ton TBSfhari akan menghasilkan pupuk N, P,
K, dan Ng berturut-turut setara dengan 360 Kg Urea, 72 Kg C!RP; 1.++0 Kg
NOP; dan 2+0 Kg Kiserit (Lubis dan Tobing, 1989). Potensi dan pemanfaatan
TKS dari limbah PKS sebagai hara dalam suata luasan areal tertentu dapat kita
lihat pada Tabel 2 dibawah ini:
TANDAN BUAH
SEGAR (100 %)
PENGUAPAN 0,4%
BLOWDOWN 11,1%
BRONDOLAN
67 %
CPO KASAR
43,5 %
BIJI DAN AMPAS
23,5 %
TANDAN KOSONG
21,5 %
UNSUR N 1,5 %
UNSUR P 0,5 %
UNSUR K 7,3 %
UNSUR Mg 0,9 %
CPO 22,5 %
SOLID 4,1 %
AIR 16,9 %
BIJI 10,4 %
KERNEL 5 %
CANGKANG
5,4 %
AMPAS 12,9 %
SERAT 11,5 %
AIR 1,4%
Gambar +. Fraksionasi Hasil Pengolahan Tandan Buah Segar
14
Tabel 2. Potensi dan pemanfaatan TKS dari limbah PKS sebagai hara dalam suatu
luasan.
Kapasitas Pabrik
(Tonfjam)*
TKS
{tonJth)**
Luasan yang dapat
Diaplikasi TKS {haJth)***
30 31.200 7S0
+5 46.S00 1.170
60 62.400 1.560
Keterangan: * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari,
** = 20 TBS merupakan TKS
*** = dosis +0 ton TKSfha
Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta
ton dan 3,7+ juta ton. Dari hasil perhitungan untuk setiap hektar tanaman
memberikan gambaran dan informasi untuk rnenentukan kelayakan daur ulang
limbah sawit sebagai pupuk tanaman. Pada Tabel 3 dibawah ini disajikan
potensi limbah padat kelapa sawit sebagai hara.
Tabel 3 Potensi limbah padat kelapa sawit sebagai hara
No
Bobot dalam Kgfha tanaman
Limbah Kelapa Sawit dari
Peremajaan dan Bobot
Keringfha tanaman
N P K Mg Ca
1. Batang sawit 7+,+8 ton 36S,2 35,5 527,4 S2,3 166,4
2.
3.
Pelepah 1+,+7
Pangkasan 10,+0 tonfthn
150,1
107,9
13,9
10,0
193,9
139,4
24,0
17,2
35,7
25,6
+. Serat buah 1,63 ton
5,2 1,3 7,6 2,0 1,S
5. Cangkang 0,9+ ton
3,0 0,1 0,S 0,2 0,2
Satu hektar tanaman kelapa sawit rnenghasilkan pelepah daun dengan
bobot kering 1+,+7 ton sekali dalam 30 tahun (peremajaan) dan 10,+0 ton dari
pangkasan setahun. Produksi TBS setahun sekitar 20,08 ton dengan bobot
15
kering 10,59 ton dan tandan kosong 22 dari jumlah TBS yaitu +,+2 ton
dengan bobot kering 1,55 ton.
Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk
setiap kasus, perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonamis, sosial dan ling-
kungan seperti berikut:
Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepan-
jang tahun atau musim.
Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomasa, kebutuhan tenaga kerja, pe-
ralatan, kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan.
Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.
Struktur fsik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor
bakar) bahan limbah.
Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya
dan nilai produk yang dihasilkan.
Tingkat pcncemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk keles-
tarian lingkungan hidup.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka pemanfaatan
limbah dapat dilakukan secara optimal.
3.2. Karakteristik Limbah Kelapa Sawit
Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat
mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketa-
hui karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu :
Dari Bal ance sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah
air imbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton
disajikan pada Tabel-1.
16
Tabel + Komposisi jumlah air limbah dari 1 ton CPO
No. URAIAN KAPASITAS
1.
Air 2.35 ton
2.
NOS (Non Oil Solid) 0,13 ton
3.
Ninyak 0,02 ton
Jumlah 2,50 ton
Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian
Decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,+ ton untuk
setiap 1 ton TBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat
ditekan hanya 2+ tonfjam atau 1,667 m
3
per 1 ton CPO yang dihasilkan. Lim-
bah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa
sawit diperkirakan maksimal 60 dari seluruh tandan buah segar yang di-
olah.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP (dianggap
mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia diketahui bahwa kualitas lim-
bah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima
limbah adalah seperti yang disajikan pada Tabel-5 berikut.
Tabel 5 Kualitas limbah cair (inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS
LIMBAH CAIR
No.
PARAMETER
LINGKUNGAN
SAT.
KISARAN
RATA-RATA
BAKU MUTU
MENLH
1. BOD mgfl S.200 - 35.000 21.2S0 250
2. COD mgfl 15.103 - 65.100 34.720 500
3. TSS mgfl 1.330 - 50.700 31.170 300
+. Nitrogen
Total
mgfl 12 - 126 41 20
17
LIMBAH CAIR
No.
PARAMETER
LINGKUNGAN
SAT.
KISARAN
RATA-RATA
BAKU MUTU
MENLH
5. Ninyak dan
Lemak
mgfl 190 - 14.720 3.075 30
6. PH - 3,3 - 4,6 4.0 6 - 9
Kandungan hara spesifik dari limbah kelapa sawit secara keseluruhan
dapat kita lihat pada Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6 Kandungan hara limbah kelapa sawit
Kandungan atas dasar % berat kering
No.
Limbah Kelapa
Sawit N P K Mg Ca
1. Batang pohon 0,4SS 0,047 0,699 0,117 0,194
2. -Pelepah
-Daun
2,3S
0,373
0,157
0,066
1,116
0,S73
0,2S7
0,161
0,56S
0,295
3. Tandan Kosong 0,350 0,02S 2,2S5 0,175 0,149
+. Serat buah 0,320 0,0S0 0,470 0,020 0,110
5. Cangkang 0,330 0,010 0,090 0,020 0,020
Kandungan hara dalam abu hasil pembakaran tandan kosong dan serat
serta cangkang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7 Kandungan Tandan Kosong, Serat dan Cangkang
Kandungan hara {%)
Abu hasil pembakaran
P K Ca
Tandan kosong 1,25 - 2,1S 24,9 - 33,2 5,4
Serat dan cangkang 1,74 - 2,61 16,6 - 24,9 7,1
18
Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar atau kualitas
penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat
menjadi bahan baku mebel yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun
mengatakan bahwa produk tersebut selama ini banyak dicari pembeli dari luar
negeri, karena selain corak kayunya unik juga memiliki kekuatan yang cukup
bagus. Sehingga batang kelapa sawit ini layak disejajarkan dengan kayu
komersial lain yang harganya lebih mahal. Beliau juga mengatakan bahwa
penggunaan resin dalam pengolahan batang atau kayu kelapa sawit sangat
murah dan mudah digunakan dibandingkan dengan bahan impor yang umum
digunakan dalam modifikasi kayu
Diketahui dari uji panjang serat dan diameter serat metode Franklin dari sifat
fisik dan morfologi serat, serat janjang kosong termasuk serat pendek <1
mm. Kadar selulose 45,19%, menunjukkan bahwa janjang kosong
cukup baik untuk dibuat pulp. Rendemen +5, derajat putih 82, derajat
giling 33-+3
0
SR dengan kondisi optimum, !ndeks retak, tarik, cukup tinggi,
indeks sobek masih dalam batas yang diijinkan.
19
IV. PENGELOLAAN LIMBAH PKS
Konsep Zero Emissions seyogyanya dapat diterapkan pada !ndustri Kelapa
sawit, karena konsep ini mempunyai falsafah dasar yang menyatakan bahwa pro-
ses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena
limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain. Nelalui penerapan
konsep ini, proses-proses industri akan menghemat sumber daya alam, memper-
banyak ragam produk, menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta
mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Zero Emissions menggambar-
kan perubahan konsep industri dari model linier dimana limbah dipandang sebagai
norma, sistem terintegrasi yang memandang kepada nilai gunanya. Zero Emi-
ssions mengawali revolusi industri selanjutnya, dimana industri meniru siklus ber-
kelanjutan alam dan manusia dan tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara
terus menerus.
Zero Emissions memperlihatkan keseluruhan input yang dipakai atau
dicetak dalam produk akhir sehingga memiliki nilai tambah sebagai input untuk
industri atau proses lain. Dengan cara ini, industri akan mengorganisasikan
kembali sistemnya menjadi kelompok-kelompok" yang akan menerima masukan
produk sampai atau limbah yang dihasilkan proses sebelumnya. Secara keselu-
ruhan proses ini menjadi proses yang terintegrasi tanpa limbah. !lustrasi yang
terlihat pada Gambar 5 dan 6 dibawah ini dapat menggambarkan perbedaan linear
konvensional dengan model Zero Emissions.
Dari sudut pandang lingkungan, konsep eliminasi limbah Zero Emissions
merupakan solusi akhir dari permasalahan pencemaran yang mengancam eko-
sistem baik dalam skala lokal maupun dalam skala global. Selain itu, penggunaan
maksimal bahan mentah yang dipakai dan sumber-sumber yang terbaharui
(renewable) menghasilkan keberlanjutan (sustainable) penggunaan sumber daya
alam dan penghematan (efisiensi) terutama bagi limbah yang masih mempunyai
nilai ekonomi.
20
B Ba ah ha an n b ba ak ku u
Input
Industri
Produk
Output
polutan
limbah
Gambar 5 Nodel Linier Konvensional
Industri I
(Proses I)
Industri III
(Proses III)
Industri II
(Proses II)
Sumber Daya Alam
(Bahan Baku)
Eco-products
Gambar 6 Nodel Zero Emissions.
21
Aplikasi Zero Emissions pada !ndustri Kelapa Sawit berarti meningkatkan
daya saing dan efisiensi karena semua sumber daya digunakan secara maksimal
yaitu memproduksi lebih banyak dengan dengan bahan baku yang lebih sedikit,
oleh sebab itu Zero Emissions dapat dipandang sebagai suatu standar efisiensi.
Kegiatan kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang
sangat memungkinkan penerapan konsep Zero Emissions, dimana hampir semua
limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali mulai dari pelepah sampai
limbah cair.
Penggunaan bahan baku secara maksimal berarti penciptaan industri baru
dan lapangan kerja sejalan dengan meningkatnya produktivitas, dan mendukung
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengurangi kemam-
puan produksi sumber daya alam bagi generasi dimasa depan. Secara garis besar,
penerapan konsep Zero Emissions ini akan menyebabkan perubahan pola industri-
alisasi menjadi:
1. Lebih peduli lingkungan (eko product): Dengan mengefisienkan penggunaan
bahan baku dan memaksimalkan nilai gunanya, secara otomatis, emisi gas,
limbah padat dan cair ke lingkungan akan berkurang.
2. Terciptanya lapangan kerja baru: Nelalui proses siklus, limbah suatu proses
menjadi input bagi proses lainnya dan seterusnya. Sehingga akan terjadi
ekspansi dan diversifikasi industri, dimana dampaknya adalah munculnya ke-
butuhan tenaga dan terciptanya lapangan kerja baru.
Keuntungan perusahaan meningkat; Pergeseran paradigma dari share-holders
menjadi stake-holders mengakibatkan suatu produk akan dikonsumsi jika meme-
nuhi norma yang dipakai oleh konsumen. Penerapan konsep Zero Emissions akan
meningkatkan daya saing produk tersebut, karena konsumen hijau akan memilih
memakai produk-produk ramah lingkungan.
Konsep Zero Emissions, yang hakekatnya sejalan dan merupakan kelan-
jutan pelaksanaan program Produksi Bersih yang merupakan bukti penge-
jawantahan pembangunan berwawasan lingkungan. Produksi Bersih adalah suatu
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu
22
diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produksi
dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Produksi Bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya
perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan
ekonomi, karena Penerapan Produksi Bersih dapat:
1. Nemberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam Produksi Bersih ter-
dapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan
in process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, yang da-
pat mengurangi biaya terbentuknya limbah secara dini, yang dapat mengurangi
biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaik-
an lingkungan.
2. Nencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengu-
rangan limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan yang aman.
3. Nemelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang me-
lalui penerapan proses produksi dan penggunaan bahan baku dan energi yang
lebih efisien (konservasi sumberdaya, bahan baku dan energi).
+. Nendukung prinsip enviromental equity" dalam rangka pembangunan berke-
lanjutan dimana kita harus memelihara lingkungan agar dapat diwariskan ke-
pada generasi mendatang.
5. Nencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan memanfa-
atkan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses,
yang pada akhirnya menuju upaya konservasi sumberdaya untuk mencapai tu-
juan pembangunan berkelanjutan.
6. Nemelihara ekosistem lingkungan.
7. Nemperkuat daya saing produk di pasar internasional.
Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena di dalam-
nya termasuk upaya pencegahan, pencemaran melalui pilihan jenis proses yang
akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup, dan teknologi bersih.
Dengan adanya perkembangan dan perubahan cara pandang dalam pengelolaan
23
limbah, konsep Produksi Bersih menjadi pilihan kebijaksanaan pemerintahan untuk
mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Untuk mengaplikasikan
konsep produksi Bersih, strategi pencegahan pencemaran perlu diprioritaskan
dalam upaya mewujudkan industri berwawasan lingkungan, tetapi bukanlah
merupakan satu-satunya strategi yang harus diterapkan. Strategi lain seperti
program daur ulang, pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan
sehingga dapat saling melengkapi satu dengan lainnya.
Upaya-upaya penerapan program Zero Emissions telah cukup banyak
dikembangakan oleh !ndustriawan perkelapasawitan di !ndonesia seperti yang
dilaksanakan di PT. Agricinal, dimana salah satu upayanya adalah melakukanf-
menerapkan Sistem !ntegrasi Sapi-Kelapa Sawit (S!SS). Dalam S!SS kegiatan
pada Pabrik Ninyak Kelapa Sawit (PNKS) dengan mengutip materi organik
tersuspensi pada limbah cair yang keluar dari Continous Settling Tank PNKS untuk
kemudian difermentasikan menjadi pakan ternak. Dan produk samping dari
kegiatan perkebunan, yaitu pelepah dan saun sawit dapat digunakan sebagai pa-
kan ternak. Pakan ternak yang dihasilkan tidak untuk dijual, tetapi digunakan un-
tuk memenuhi kebutuhan pakan ternak di perkebunan kelapa sawit PT. Agricinal
untuk mendukung S!SS yang diterapkan di Agricinal dan perkebunan plasma
masyarakat binaan PT. Agricinal. Sehingga ternak sapi dapat dijadikan sumber
investasi dan tambahan pemasukan bagi pemilik sapi, dimana pada perkebunan
PT. Agricinal dan plasmanya, pemanen adalah pemilik sapi. Saat ini ternak sapi
yang dimiliki PT. Agricinal sebanyak 3.800 ekor, dengan rincian 3000 ekor milik
inti dan 800 ekor tersebar pada plasma. Ternak yang dipelihara oleh pekerja
perkebunan selanjutnya digunakan sebagai alat angkut TBS ke tempat pengum-
pulan hasil. Secara ekonomis, perusahaan diuntungkan dengan luas area yang
bisa digarap setiap pemanen bertambah dari 10 menjadi 15 ha. !ni berarti
pengurangan tenaga kerja yang berdampak bagi pengurangan biaya operasional
untuk pengadaan perumahan, pelayanan kesehatan, penyediaan sarana sosial
seperti sekolah, dll. Hasil penghematan ini sebagian dikembalikan kepada para
pemanen berupa upah dan tunjangan kesejahteraan karyawan. Perdagangan sapi
dan produk hilirnya adalah peluang diversifikasi usaha.
24
Secara sosial, cakupan area kerja yang bertambah luas sehingga dapat
meningkatkan pendapatan pemanen setiap bulannya, penambahan pemasukan
juga didapat dari mengelola peternakan skala kecil dengan ongkos operasi yang
minim karena pakan di diperoleh secara gratis dari kebun dan PKS secara gratis,
pedet (anak sapi ) yang dihasilkan setiap tahunnya merupakan profit bagi para
pemanen yang juga merupakan pemilik sapi. Secara ekologis, sistem pencernaan
sapi akan mempercepat proses dekomposisi material organik dalam limbah cair
yang akan mempercepat atau membuat siklus material menjadi siklik dan cepat.
Sebagian energi pada afdeling yang sebelumnya menggunakan energi fosil
sekarang dapat tergantikan dengan methane yang dihasilkan digester biogas. PT.
Agricinal bekerjasama dengan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi-Bogor dan
Lembaga penelitian dan Pemberdayaan Nasyarakat !TB (LPPN-!TB) menghasilkan
kegiatan yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan produk samping sawit sebagai
pakan sapi serta pupuk organik yang dapat dimanfaatkan kembali ke dalam
kegiatan perkebunan. Kegiatan yang dilakukan oleh PNKS Agricinal akan
menghasilkan 2 jenis komoditas yaitu minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO)
dan minyak inti sawit atau Palm Kernell Oil (PKO). Produk samping yang dihasilkan
dari kegiatan tersebut adalah pelepah daun, daun, serabut, tandan kosong, pupuk
organik, cangkang, limbah cair. Pada proses pengelolaan limbah yang baru ada +
unit pengolahan limbah (decanter dan membran keramik untuk pengolahan heavy
phase, inti penukar panas dan tangki pengendap kontinyu untuk pengolahan
kondensat) serta 2 unit kegiatan baru yang ditambahkan, yaitu pabrik pakan
ternak dan pabrik PKO. Produk yang dihasilkan dari kegiatan perkebunan sawit
PT. Agricinal adalah CPO, PKO dan pakan ternak. Di dalam decanter, terjadi
pengutipan padatan (solid) dan light phase dari limbah heavy phase yang keluar
dari continous settling tanks, sehingga dapat mengurangi komposisi bahan
pencemar dalam limbah sebanyak 17,6 (minyak dalam light phase dan cake).
Non Oil Solid (blondo) yang dikutip decanter dapat dijadikan sumber pakan
ternak. Dari setiap 30.000 TBS setiap jamnya dapat dihasilkan NOS yang terdapat
pada cake (236,2+ Kg) dan heavy phase 537,51 Kg.
25
Heavy phase yang keluar dari decanter yang memiliki ukuran solid yang sangat
halus dapat dikutip dengan menggunakan membran keramik. Solid yang didapat
dari pengutipan dengan decanter akan difermentasi dengan menngunakan
Aspergilus niger sehingga ada peningkatan kadar protein, penurunan kadar air
dan pengawetan bahan.
PT. Agricinal telah membuat pabrik ferlawit skala pilot project dengan
kapasitas produksi 500 kgfhari. Bahan-bahan yang digunakan untuk ferlawit
adalah solid (hasil dari decanter), bungkil inti sawit dan mineral. Direncanakan
tahun depan PT. Agricinal mulai mengoperasikan pembuatan pellet full-feed dari
sisa industri sawit yang berupa campuran ferlawit, daun dan pelepah. Pabrik pa-
kan sapi skala penuh direncanakan untuk memproduksi 27,595 ton ferlawit setiap
harinya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Balitnak pada sapi dengan bobot
hidup 132 12 kg didapatkan bahwa pertumbuhan optimal didapatkan pertum-
buhan optimal dari pemberian ransum 33 pelapah, 33 ferlawit setiap harinya
dengan jumlah +,73 kg ransum setiap harinya dapat memenuhi kebutuhan pakan
sapi (dengan bobot hidup 132 12 kg) sejumlah 17.577 ekor. Produksi pakan sa-
pi ini akan didistribusikan kepada pemanen baik dari kebun inti, maupun kebun
plasma yang telah mengirimkan sawit untuk diolah di PNKS PT. Agricinal.
Secara sosial, cakupan area kerja yang bertambah luas sehingga dapat
meningkatkan pendapatan pemanen setiap bulannya, penambahan pemasukan
juga didapat dari mengelola peternakan skala kecil dengan ongkos opeasi yang
minim karena pakan di diperoleh secara gratis dari kebun dan PKS secara gratis,
pedet (anak sapi ) yang dihasilkan setiap tahunnya merupakan profit bagi para
pemanen yang juga merupakan pemilik sapi.
Secara ekologis, sistem pencernaan sapi akan mempercepat proses
dekomposisi material organik dalam limbah cair yang akan mempercepat atau
membuat siklus material menjadi siklik dan cepat. Sebagian energi pada afdeling
yang sebelumnya menggunakan energi fosil sekarang dapat tergantikan dengan
methane yang dihasilkan digester biogas.
26
Pada akhirnya melalui penerapan konsep Produksi Bersih maupun Zero
Emissions diharapkan terjadi efisiensi dalam proses produksi yang senantiasa
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Dalam kondisis krisis moneter se-
perti saat ini, sektor agroindustri yang merupakan salah satu tulang punggung
pertumbuhan ekonomi dapat lebih berdaya saing dalam menghadapi era perda-
gangan bebas.
Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan
yang sangat memungkinkan untuk menerapkan konsep Zero Emissions, karena
hampir semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena
itu pemerintah dewasa ini sangat memperhitungkan dan memprioritaskan pene-
rapan Produksi Bersih pada komoditi kelapa sawit. Karena dengan semakin
tingginya kesadaran masyarakat dunia tentang pelestarian lingkungan hidup serta
adanya persaingan pada pasar global, maka mutu produk tidak hanya dilihat dari
aspek fisik dan kimianya saja, tetapi juga aspek lingkungannya. Eco products akan
menjadi parameter baru pada mutu produk dimasa depan. Pada prinsipnya
persyaratan untuk mendapatkan eco products adalah proses produksi yang
menerapkan:
Ninimalisasi limbah
Pemanfaatan kembalifrecycle nutrisi
Penggunaan energi terbarukan (biomassa)
Limbah yang dihasilkan oleh !ndustri kelapa sawit terdiri dari limbah cair,
limbah padat, dan limbah gas. Oleh karena itu, berikut ini di uraikan teknik
pengelolaannya.
+.1. Pengelolaan Limbah Cair
Dalam pengolahan limbah cair pada !ndustri Kelapa Sawit dapat
menerapkan teknik sebagai berikut:
+.1.A. Sistem Kolam Stabilisasi Biasa
Berkaitan dengan pengolahan limbah cair terdapat beberapa penelitian yang
dilakukan untuk menurunkan kadar limbah agar memenuhi baku mutu lingkungan
yang disyaratkan. Proses pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (LPKS) terdiri
27
dari perlakuan awal dan pengendalian lanjutan. Perlakuan awal meliputi segre-
gasi aliran, pengurangan minyak di tangki pengutipan minyak (fat-pit), penu-
runan suhu limbah dari 70-80
C menjadi +0-+5
A
i
r
r
e
b
u
s
a
n
L
i
m
b
a
h
K
l
a
r
i
f
i
k
a
s
i
A
i
r
h
i
d
r
o
s
i
k
l
o
n
A
l
a
t
p
e
n
g
u
k
u
r
a
l
i
r
a
n
D
a
s
a
r
P
e
r
a
n
c
a
n
g
a
n
:
K
a
p
.
O
l
a
h
P
K
S
3
0
t
o
n
T
B
S
/
j
a
m
P
e
n
g
o
p
e
r
a
s
i
a
n
m
a
k
s
.
2
0
j
a
m
/
h
L
a
j
u
a
l
i
r
l
i
m
b
a
h
=
1
,
0
m
3
/
t
o
n
T
B
S
L
u
a
s
a
r
e
a
l
p
e
n
g
o
l
a
h
a
n
l
i
m
b
a
h
=
5
0
.
0
0
0
m
2
V
o
l
u
m
e
l
i
m
b
a
h
=
6
0
0
m
3
/
h
a
r
i
G
a
m
b
a
r
7
D
a
s
a
r
P
e
r
a
n
c
a
n
g
a
n
S
i
s
t
e
m
K
o
l
a
m
A
n
a
e
r
o
b
i
k
A
e
r
a
s
i
.
K
a
p
.
P
K
S
3
0
t
o
n
T
B
S
/
j
a
m
3
0
m
1
2
0
m
8
m
6
0
m
8
m
1
0
0
m
8
m
8
m
1
0
m
1
0
m
B
O
D
=
2
5
.
5
0
0
m
g
/
l
1
2
0
m
3
/
/
h
4
5
0
m
3
/
/
h
3
0
m
3
/
/
h
W
P
H
2
h
B
u
a
n
g
k
e
S
u
n
g
a
i
B
O
D
=
5
0
m
g
/
l
(
3
0
x
3
0
x
2
)
m
3
R
e
s
i
r
k
u
l
a
s
i
5
0
%
L
u
m
p
u
r
p
e
n
g
e
n
d
a
p
a
n
K
o
l
a
m
A
n
a
e
r
o
b
i
k
(
3
0
x
2
0
x
0
,
5
)
m
3
B
i
o
s
o
l
i
d
s
d
i
k
e
r
i
n
g
k
a
n
8
m
3
0
m
1
0
m
B
a
k
P
e
n
g
u
t
i
p
a
n
B
a
k
P
e
n
g
a
s
a
m
a
n
K
.
P
e
n
g
e
n
d
a
p
a
n
30
Tabel S Baku Mutu Limbah Industri Minyak Sawit
Debit limbah maksimum sebesar 2,5 m
3
per ton CPO
Parameter Kadar
Maks.
Satuan Beban
Penc.
Maks.
Satuan
BOD 100 mgfl 0,25 kgfton
COD 350 mgfl 0,88 kgfton
TSS 250 mgfl 0,63 kgfton
Minyak &
Lemak
25 mgfl 0,0631 kgfton
Total N 50 mgfl 0,125 kgfton
pH 6-9 - - kgfton
Sumber: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Air, Bapedal (1995)
Adapun Komposisi nutrisi dari LPKS sebelum dan setelah diolah disajikan Pada
Tabel 9 dibawah ini:
Tabel 9 Kisaran Komponen Kimia Limbah Cair PKS Sebelum dan
Setelah Penanganan
Uraian
WPH
{hari)
BOD
{mgJl)
P
{mgJl)
N
{mgJl)
K
{mgJl)
Mg
{mgJl)
Limbah
(fat-pit)
- 25.000 500-900 90-1+0 1.000-1.975 250-3+0
Kolam
pengasaman
5 25.000 500-900 90-1+0 1.000-1.975 250-3+0
Kolam
Anaerob
Primer
75 3500-5000 675 90-110 1000-1850 250-320
Kolam
Anaerob
Sekunder
35 2.000-3.500 +50 62-85 875-1250 160-215
Kolam
Aerobik
15-21 100-200 80 5-15 +20-670 25-55
Kolam
Pengendapan
2 100-150 +0-70 3-15 330-650 17-+0
Sumber: Pamin, Siahaan, dan Tobing (1996)
31
+.1.A.ii. Proses Biologis Anaerobik-Fakultatif
Proses ini merupakan pilihan kedua yang mempunyai biaya operasi dan
pemeliharaan relatif rendah. Hanya saja diperlukan energi untuk memindahkan
pompa untuk mengalirkan limbah dan pembuangan lumpur. Jika kolam sudah
penuh, dan alirannya secara gravitasi, pemakaian energi menjadi berkurang
namun biaya operasi dan pemeliharaan secara periodik masih diperlukan Jika
biaya pembebasan lahan tidak termasuk dalam pembangunan UPL tersebut, maka
biaya investasi dengan cara ini sebanding dengan alternatif pertama. Proses Anae-
robik-Fakultatif kurang mantap dalam penurunan kualitas air limbah, terutama pa-
da panen puncak dan kondisi fluktuasi, dan hal ini merupakan salah satu kerugian
yang ditimbulkan oleh sistem tersebut. Pengamatan lainnya yang menimbuikan
kerugian adalah luas areal yang diperlukan untuk UPL. Oleh karenanya dianjurkan
proses anaerobik-fakultatif digunakan hanya untuk mengolah limbah PKS saja.
Proses yang berlangsung dalam sistem ini sama dengan PBAn-Aerasi lanjut.
Peralatan dan komponen yang diperlukan adalah seperti berikut:
1) Fasititas pengukur aliran
2) Bak pengutipan minyak, 1 unit dengan WPH selama 2 jam
3) Kolam pengasaman 2 unit paralel dengan WPH selama 2,5 hari
+) Kolam anaerobik primer, dan sekunder masing-masing 2 unit dengan W.PH
berturut-turut selama +0 dan 20 hari
5) Kolam fakultatif, 1 unit dengan WPH selama 15 hari
6) Kolam algafaerobik, 3 unit dengan WPH masing-masing 7 hari
7) Bak penampung dan pengering lumpur
Secara umum skematis Gambar Dasar Perancangan Sistem Kolam Anaerobik
Fakultatif disajikan pada gambar 8 berikut:
3
2
W
P
H
2
,
5
h
W
P
H
2
,
5
h
(
3
0
x
1
0
x
3
)
m
3
K
.
A
n
a
e
r
o
b
i
k
P
r
i
m
e
r
1
W
P
H
=
4
0
h
(
1
2
0
x
3
0
x
5
,
5
)
m
3
K
.
A
n
a
e
r
o
b
i
k
P
r
i
m
e
r
2
W
P
H
=
4
0
h
K
.
A
n
a
e
r
o
b
i
k
S
e
k
u
n
d
e
r
2
W
P
H
=
2
0
h
K
.
A
n
a
e
r
o
b
i
k
S
e
k
u
n
d
e
r
1
W
P
H
=
2
0
h
(
6
0
x
2
0
x
5
,
5
)
m
3
K
.
F
a
k
u
l
t
a
t
i
f
W
P
H
=
1
5
h
(
1
2
5
x
4
0
x
2
,
5
)
m
3
W
P
H
2
h
(
1
0
x
4
x
1
,
5
)
m
3
4
1
2
3
A
i
r
r
e
b
u
s
a
n
L
i
m
b
a
h
K
l
a
r
i
f
i
k
a
s
i
A
i
r
h
i
d
r
o
s
i
k
l
o
n
A
l
a
t
p
e
n
g
u
k
u
r
a
l
i
r
a
n
D
a
s
a
r
P
e
r
a
n
c
a
n
g
a
n
:
K
a
p
.
O
l
a
h
P
K
S
3
0
t
o
n
T
B
S
/
j
a
m
P
e
n
g
o
p
e
r
a
s
i
a
n
m
a
k
s
.
2
0
j
a
m
/
h
L
a
j
u
a
l
i
r
l
i
m
b
a
h
1
,
0
m
3
/
t
o
n
T
B
S
L
u
a
s
a
r
e
a
l
p
e
n
g
o
l
a
h
a
n
l
i
m
b
a
h
8
3
.
0
0
0
m
2
V
o
l
u
m
e
l
i
m
b
a
h
6
0
0
m
3
/
h
a
r
i
G
a
m
b
a
r
8
D
a
s
a
r
P
e
r
a
n
c
a
n
g
a
n
S
i
s
t
e
m
K
o
l
a
m
A
n
a
e
r
o
b
i
k
F
a
k
u
l
t
a
t
i
f
.
K
a
p
.
P
K
S
3
0
t
o
n
T
B
S
/
j
a
m
3
0
m
1
2
0
m
8
m
6
0
m
8
m
1
2
3
m
8
m
8
m
8
m
1
0
m
1
0
m
B
O
D
=
2
5
.
5
0
0
1
2
0
m
3
/
/
h
4
5
0
m
3
/
/
h
3
0
m
3
/
/
h
K
.
A
l
g
a
7
h
K
.
A
l
g
a
2
7
h
K
.
A
l
g
a
3
7
h
B
u
a
n
g
B
O
D
=
5
0
m
g
/
l
(
9
0
x
3
0
x
2
)
m
3
R
e
s
i
r
k
u
l
a
s
i
5
0
%
l
u
m
p
u
r
d
a
r
i
k
o
l
a
m
A
n
a
e
r
o
b
i
k
(
3
0
x
2
0
x
0
,
5
)
m
3
B
a
k
p
e
n
g
e
r
i
n
g
a
n
l
u
m
p
u
r
8
m
9
0
m
9
0
m
1
0
m
8
m
B
a
k
P
e
n
g
u
t
i
p
a
n
B
a
k
P
e
n
g
a
s
a
m
a
n
33
+.1.B. Proses Biologis Anaerobik-Aplikasi Lahan
Proses bologis dan aplikasi lahan (Land Appl i cati on System=LAS), me-
rupakan salah satu sistem yang mernberikan keuntungan dalam Penanganan
limbah. Limbah yang diolah dengan cara tersebut dapat dimanfaatkan seba-
gai bahan pupuk. Air limbah yang langsung keluar dari fat-pit tidak sesuai untuk
diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit, karena menimbulkan masalah ter-
hadap lingkungan seperti timbulnya bau yang tajam, meningkatnya populasi ulat
dan lalat, tertutupnya pori-pori tanah oleh padatan tersuspensi, minyak dan lain
sebagainya.
Pada Prinsipnya konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa sawit
adalah pemanfaatan dan bukan pembuangan atau mengalirkan sewenang-we-
nang. Pemanfaatan ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal,
agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak
yang merugikan (Huan, 1987).
Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman keiapa sawit sangat
tergantung kepada kondisi dan luas areal yang tersedia maupun faktor berikut:
Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,
Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman Kelapa
Sawit,
Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air
sungai atau pemukirnan penduduk.
Tekhnik aplikasi lahan telah banyak dikembangkan di beberapa negara.
Pemilihan teknik aplikasi tergantung kepada kondisi topografi areal kebun. Ditjen
PPHP, Dit. Pengolahan hasil Pertanian subdit Pengelolaan Lingkungan
menganjurkan teknik aplikasi sebagai berikut:
4.1.B.a). Teknik penyemprotanJsprinkler. Limbah cair yang sudah diolah
dengan PBAn dengan WPH selama 75-80 hari diaplkasikan ke areal tanaman
kelapa sawit dengan penyemprotanfsprinkler berputar atau dengan arah pe-
34
nyemprotan yang tetap. Sistem ini dipakai untuk lahan yang datar atau sedikit
bergelombang, untuk mengurangi aliran permukaan dari limbah cair yang di-
gunakan. Setelah penyaringan limbah kemudian dialirkan ke dalam bak air yang
dilengkapi dengan pompa setrifugal yang dapat memompakan lumpur dan me-
ngalirkannya ke areal melalui pipa PvC diameter 3". Kelemahan sistem ini adalah
sering tersumbatnya nozzle sprinkler oleh lumpur yang dikandung limbah cair
tersebut. Disamping itu biaya pembangunan instalasi sistern sprinkler relatif
mahal.
4.1.B.b). Sistem Flatbed atau teknik parit dan teras. Sistem ini digunakan
di lahan berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi diantara baris
pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan limbah
dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini dibangun mengikuti
kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah
(kadar BOD 3.500-5.000 mgfl), dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak
distribusi, berukuran +m x +m x 1m, ke parit sekunder (flatbed) berukuran 2,5m
x 1,5m x 0,25m, yang dibuat setiap 2 baris tanaman.
Gambar 9 Bak Distribusi +m x +m x 1m
35
Gambar 10 Parit Sekunder (flatbed) 2,5m x 1,5m x 0,25m
Sistem ini dapat dibangun secara manual atau dengan mekanis menggunakan
back-hoe. Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair
yang akan diaplikasi dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak
distribusi. Setelah penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing
teras atau flatbed diisi sampai ke tempat yang paling rendah. Seperti pada gam-
bar dibawah ini aplikasi tergantung kepada kecepatan alir, dan dapat dialirkan
secara simultan melalui beberapa baris flatbed dalam areal tanaman. Dengan
teknik pengaliran ini, secara periodik lumpur yang tertinggal pada flatbed dikuras
agar tidak tertutup lumpur.
36
Parit Utama LPKS
Jalan Panen
Gambar Pengaliran limbah cair pada areal kebun kelapa sawit dengan Sistem flat bed
daerah perakaran
10 cm
15 cm
A
A
7,7 m
Gambar Pengaliran limbah cair pada areal kebun kelapa sawit dengan Sistem flat bed
37
a) Teknik parit atau alur {long bed). Ada dua pola parit yang digunakan
untuk distribusi limbah yaitu parit yang lurus, dan berliku-liku. Parit berliku-
liku digunakan untuk lahan yang curam atau berbukit. Teknik seperti ini dila-
kukan dengan memompakan limbah ke tempat yang tinggi, lalu dialirkan ke
bawah dengan kemiringan tertentu di dalam alur. Parit dibangun dengan
kedalaman dan lebar tertentu. Kecepatan aliran diatur agar perlahan-lahan,
untuk memungkinkan perkolasi ke dalam tanah. Dengan aliran larnbat juga
dapat rnencegah erosi. Parit yang lurus memanjang dapat dibangun di lahan
sedikit miring, dan limbah dialirkan hingga ke ujung parit. Jadi seperti aplikasi
flatbed, limbah cair dipompakan melalui pipa ke tempat yang relatif tinggi dan
didistribusikan ke dalam parit primer. Jumlah parit tergantung kepada
tropografi. Teknik aplikasi seperti ini biayanya lebih murah, tetapi masalah
yang ditimbulkan ialah distribusi aliran tidak sama rata, kemiringannya ter-
batas, dan akhirnya parit tertimbun lumpur. Pembangunan parit tidak terlalu
dalam, sekitar 20cm atau 30cm dengan lebar sekitar 30cm. Parit ini dapat
Gambar Penampang flatbed berukuran 2,5 x 1,25 x 0,1 m
10 cm
A
A
38
dibangun secara manual atau mekanis di sepanjang baris tanaman, namun
tidak mengganggu jalan pemanenan dan transportasi TBS.
b) Teknik traktor-tanki. Sistem aplikasi limbah dengan cara ini yaitu dengan
mengangkut limbah cair dari !PAL (!nstalasi Pengolahan Air Limbah) atau UPL
(Unit Pengolahan Limbah) ke areal tanaman dengan menggunakan traktor
yang menarik tangki. Limbah berbentuk cair Limbah cair diaplikasikan dengan
bantuan Pompa sentrifugal yang dihubungkan dengan lobang (Chasis) ke
tangki. Peralatan yang digunkan adalah traktor, tangki, dan pompa setrifugal.
Untuk mengurangi biaya transportasi aplikasi limbah, areal tanaman sebaiknya
berdekatan dengan !PALfUPL.Traktor berjalan pada jalan pikul dan lirnbah
disemprotkan sepanjang baris pohon tempat tumpukan pelepah yang
dipangkas. Gambaran Aplikasi limbah cair PKS dengan traktor tangki sebagai
berikut:
Gambar . Aplikasi limbah cair PKS dengan cara traktor-tangki
guwungun
guwungun
Truktor meIuIui guIun punen
Truktor meIuIui guIun punen
39
Pada saat ini di !ndonesia Proses Biologis An-Aplikasi Lahan digunakan
dengan teknik parit dan teras, maupun teknik parit panjang-alur. volume limbah
cair yang dialirkan disesuaikan dengan curah hujan sepanjang tahun dan
kandungan unsur hara terkandung. Dasar disain proses disajikan pada gambar
disamping. Hasil Penelitian di Nalaysia menunjukkan adanya kenaikan produksi
TBS hingga 2+ dengan mengaplikasikan limbah ke tanaman kelapa sawit.
Kecepatan optimum aplikasi adalah sekitar 36 cm curah hujan pertahun. Namun
karena kondisi tanah yang berbeda, dapat dilakukan percobaan untuk
menetukan frekuensi aplikasinya per tahun. Di !ndonesia dengan dosis 15,2 cm
curah hujan Pertahun dengan frekuensi aplikasi sekali dalam dua hulan dan dosis
pupuk 50 dari pemberian rekomendasi, menunjukkan adanya kenaikan
produksi antara 10-15.
Aplikasl limbah cair dengan kecepatan aliran yang optimum tanpa pemu-
pukan, rnemberikan praduksi yang lebih tinggi dari pada areal tanaman kelapa
sawit yang dipupuk. Kenaikan produksi tersebut berkaitan dengan pengaruh
nutrisi terkandung di dalarn air limbah.
Keuntungan pemanfaatan timbah cair PKS secara umum adalah seperti
berikut:
Nemperbaiki struktur fisik tanah
Neningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban.
Neningkatkan perkembang-biakan dan perkembangan akar.
Neningkatkan kandungan organik tanah, pH tanah dan kapasitas tukar kation
tanah.
Neningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya.
(Huan, 1987).
Untuk rnenentukan kecepatan aliran yang optimum ke areal tanaman,
terlebih dahulu dilakukan pengamatan tentang kondisi lokasi dan lingkungan
lahan setempat oleh para pakar Agronomi di !ndonesia.
40
Pertama-tama ditentukan curah hujan pertahun, kebutuhan nitrogen oleh
tanaman dan jenis teknik aplikasinya. Sebagai indikator pembatas aplikasi adalah
jumlah maksimum nitrogen sebanyak 650 kgfhafthn untuk tanaman kelapa
sawit.
Tabel Baku mutu limbah cair untuk aplikasi limbah cair
No. Uraian Batasan Kepekatan
1. BOD (mgfl) < 3.500
2. Ninyak dan lemak (mgfl) < 3.000
3. pH 6.0
Sumber: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Air, Bapedal (1995)
Pemanfaatan limbah cair sebagai pupukfbahan pembenah tanah di
pertanaman kelapa sawit sangat dimungkinkan atas dasar adanya kandung-
an hara dalam limbah tersebut. Pemanfaatan limbah ini, disamping sebagai
sumber pupuk bahan organik, juga akan mengurangi biaya pengolahan
limbah, biaya tersebut diperkirakan dapat diturunkan sebesar 50 - 60.
Penurunan biaya ini disebabkan limbah cair yang digunakan adalah limbah
yang masih memiliki nilai BOD antara 3.500 - 5.000 mgf! yang berasal dari
kolam anaerobik primer. Hal tersebut masih memenuhi persyaratan yang
telah diatur dalam Peraturan Nenteri Pertanian No. KB.310f+52fNENTANf-
X!!f95 tentang standarisasi pengolahan limbah PKS terutama untuk aplikasi
lahan (land application) sebagai sumber air dan pupuk (Tabel di atas).
Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh menyebabkan penurunan
mutu air tanah, kerusakan tanah, dam penurunan mutu air tanah pada
sumber-sumber air yang berasal dari air larian dari kegiatan pernanfaatan
pupuk tersebut, sehingga diperlukan sumur pantau yang berfungsi untuk
memantau kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tanah. Penetapan
41
titik sumur pantau dilaksanakan dengan melibatkan instansi terkait seperti
Bapedalda dan dicantumkan dalam suatu berita acara.
Gambar contoh sumur pantau
Gambar skema contoh sumur pantau
60 cm
Paralon 6''
Penampang
tanah
Kedalaman
sampai
air tanah
Max 0,25''
Lubang
pori uJ
rembesan
air
Dasar sumur
sampai air
permanen
Permukaan tanah
42
+.1.C. Proses Biologis Tangki Anaerobik-Aerasi lanjut
Gasbio merupakan gas yang dihasilkan dengan proses biologis dalam
kondisi anaerobik. Gas yang dihasilkan berupa karbondioksida dan metan. Kom-
posisi rata-ratanya adalah 60-70 gas metan, 20-+0 gas karbondioksida,
antara 0,2-0,3 hidrogen sulfida, dan gas lainnya. Proses produksi gasbio ini se-
cara mikrobiologis dikenal dengan istilah fermentasi metan. Bakteri yang berpe-
ran dalarn proses tersebut adalah bakteri metan, terutama Nethanobacillus
omelianskii, dan bakteri metan lainnya sepe.rti Nethanobacterium formicum,
Nethanosarcina methanica, dan methanococcusmazeki (Djokowibowo, 1992).
Pemilihan teknik ini memberikan keuntungan seperti pemanfaatan gasbio dan
lahan tidak perlu luas. Jika sistem tangki tertutup dan proses biologis menggu-
nakan bakteri termofil pada suhu 50-57
0
C, reaksi biologis berlangsung lebih
cepat dibandingkan dengan proses biologis menggunakan bakten mesofil. Nasa
retensi dengan sistem tangki antara 10-17 hari. Kecepatan aliran dengan bahan
organik > +,8 kg padatan mudah menguap (volatile solids =vS) m
3
fhari atau 2,5
kg BODfm
3
fhari dengan ukuran tangki antara 1500-+200 m
3
.
Pengadukan di dalam tangki dilakukan dengan resirkulasi gasbio sebagai
pengganti pengaduk mekanis dan temasuk penghematan biaya sekitar 12
kwf1000 m
3
kapasitas tangki anaerobik. Pengadukan dengan, mengalirkan
atau resirkulasi gasbio hanya memerlukan 1,8 kwf1000m
3
kapasitas tangki.
Produksi gasbio diperkirakan 28 m
3
per ton limbah yang diolah.
Banyaknya gasbio yang dihasilkan dari perombakan limbah merupakan
sumber energi yang potensial. Jumlah gasbio yang dihasilkan oleh PKS
kapasitas olah 60 ton TBSfjam dengan waktu operasi 20 jamfh dengan
siklus 10 hari akan menghasilkan 20.000 m
3
fhari atau +,5 juta meterkubik
pertahun. Apabila gasbio langsung dibakar, setara dengan 3 juta liter bahan
bakar solar perrtahun (nilai kalor 5.300 kkalfm
3
). Gasbio juga dapat diguna-
43
WPH
1 h
(16x10x3) m
3
4
1
2
3
Air rebusan dr oil trap (5 jam)
Limbah Klarifikasi dr oil trap (8
jam)
Air hidrosiklon
Alat pengukur aliran
Dasar Perancangan :
Kap. Olah PKS 30 ton TBS/jam
Pengoperasian maks. 20 jam/hari
Laju alir limbah dari St. Klarifikasi & air kondensat 0.8 m3/ton TBS
C mulai terjadi
peruraian selulosa. Destilat mengandung asam organik dan sedikit metanol.
Asam cuka terbentuk pada suhu 220-270
o
C.
Pada suhu 270-310
0
C reaksi eksotermik berlangsung yaitu peruraian selulosa
secara intensif rnenjadi larutan pirolginat, gas kayu dan sedikit tar. Asam pirilgi-
nat merupakan asam organik dengan titik didih rendah, sedangkan gas kayu
terdiri dari CO dan CO
2
.
Pada suhu 310-500
0
C, terjadi peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak tar, se-
dangkan larutan pirolginat menurun. Gas CO
2
menurun sedangkan gas CO, CH
+
,
dan H
2
meningkat.
Pada suhu 500-1000
0
C mcrupakan tahap pemurnian arang atau peningkatan
kadar karbon. Teknik pembakaran pertama-tama, lubang udara, lubang asap
dan cerobong dibuka. Kayu dimasukkan ke dalam alat setelah terlihat bahan
terbakar seluruhnya, pembakaran kayu umpan dihentikan. Selanjutnya lubang
pembakaran ditutup sebagian, dan ditinggalkan sedikit tcrbuka atau 5 x 5 cm.
Lubang udara yang berdekatan dengan cerobong asap ditutup sampai bara api
kelihatan pada lubang udara yang berdekatan dengan lubang pcmbakaran.
Apabila terlihat asap hitam tebal, lubang penguapan ditutup agar seluruh asap
keluar mclalui cerobong asap. Waktu yang diperlukan rnulai pernbakaran hingga
keluar asap hitam adalah 8 jarn. Selanjutnya dilakukan pengaturan lubang
udara berdasarkan pengamatan terbakarnya bahan rnelalui lubang udara. Salah
satu cara untuk mengetahui proses pembakaran berlangsung sempurna yaitu
dengan mengambil sampel asap dan dimasukkan ke dalam kantung plastik
tembus pandang. Jika pada waktu 10 menit asap tidak mengembun, maka
proses pembakaran telah sempurna. Tahap berikutnya adalah menutup seluruh
77
lubang udara, lubang pembakaran, dan cerobong asap agar proses
pengarangan berlangsung sempurna. Setelah selesai, arang dikeluarkan dari
alat (tanur) dan segera disiram dengan air agar tidak terbakar. Setelah arang
bongkah menjadi dingin, dilanjutkan dengan proses pengaktifan yaitu
penghancuran bongkahan rnenjadi granular, perendeman dengan bahan
pengaktif dan pemberian uap panas.
Pembuatan arang rnenjadi arang aktif. Pada prinsipnya adalah membu-
ka pori-pori arang agar rnenjadi luas yaitu dari luas 2 m2fg pada arang yang
sifatnya inert menjadi 300-2000 m
2
fg pada arang aktif. Arang aktif disusun
oleh atom karbon yang terikat secara kovalen dalam kisi heksagonal di mana
molekulnya berbentuk amorf yaitu merupakan plat datar. Kanfigurasi molekul
herbentuk plat ini bertumpuk satu sama lain dengan gugus hidrokarbon pada
permukaannya. Dengan menghilangkan hidrogen dari gugus hidrokarbon maka
permukaan dan pusat menjadi iuas. Dikenal dua cara untuk pengaktifan arang
yaitu proses oksidasi lemah dengan menggunakan uap air pada suhu 900-
1000
C.
Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit
Arang aktif atau karbon aktif adalah karbon dengan struktur amorf yang
dengan perlakuan khusus akan memiliki luas permukaan yang besar sehingga
memiliki kemampuan penyerapan lebih besar dibandingkan dengan arang biasa.
Luas permukaan arang biasa 2 x 10
+
cm
2
fgr.
Arang aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon baik organik
maupun anorganik asal bahan tersebut memiliki struktur berpori. Adapun tahapan
pembuatan arang aktif dengan memanfaatkan cangkang kelapa sawit sebagai
berikut:
A. Proses Karbonasi
78
Tujuan: Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam
bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.
1. Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukan ke dalam drum atau
kaleng yang telah dibuang tutup bagian atasnya dan diberi lubang sebanyak +
buah dengan jarak yang sama pada tutup bagian bawahnya.
2. Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara masuk.
3. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.
+. Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit sampai
setinggi permukaan drumfkaleng.
5. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil.
6. Setelah itu drumfkaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah
dan dilapisi dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat.
7. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.
Catatan: Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin
cepat pemanasan semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendeman
arang yang dihasilkan lebih rendah sedangkan semakin tinggi tekanan
semakin besar rendeman arang.
B. Proses Aktifasi
Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak
dapat dihilangkan pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan
secara kimia menggunakan aktifator HNO
3
1 atau dapat juga dilakukan
proses dehidrasi dengan garam mineral seperti NgCL
2
10 dan ZnCL
2
10.
1. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150 m.
2. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang
cangkang sawit, material direndam dengan HNO
3
1 atau NgCL
2
10 dan
ZnCL
2
10 selama 3 jam.
3. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.
+. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.
C. Manfaat dan Kegunaan Arang
79
Bahan bakar alternatif
Zat penghilang bau
Pengontrol kelembaban yang efektif
!ndustri rumah tangga
Pemanasan di industri peternakan
Contoh gambar :
+3. Limbah Gas
Limbah udara berasal dari pembakaran solar dari generating set dan
pembakaran janjang kosong dan cangkang di incenerator. Gas buangan ini
dibuang ke udara terbuka. Umumnya limbah debu dan abu pembakaran janjang
kosong dan cagkang sebelum dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan
pemasangan dust collector, untuk menangkap debu ikutan dalam sisa gas pem-
bakaran, kemudian dialirkan melalui cerobong asap setinggi 25 meter dari
permukaan tanah. Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan dibu-
ang ke lapangan untuk penimbunan daerah rendahan sekitar kebun.
Cangkang
Limbah Kelapa Sawit
Arang Aktif Cangkang
Limbah Kelapa Sawit
80
DAFTAR PUSTAKA
Bapedal. 1995. Keputusan Nenteri Negara Lingkungan Hidup No. 51fKep-NenLHf-
10f1995. Jakarta. Lampiran B.!v
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Kelapa Sawit 2005. Departemen
Pertanian.
Dolman, N.T., K. H. Lim, Z. Z. Zakaria, dan A. H. Hasan. 1987. Recent studies on
the effect of land application on palm oil mill effluent on oil palm
and environment. Proc. POR!N oil palmfpalm oil international.
Guritno, P., Darmoko, P.N. Naibaho dan W. Pratiwi. 1995. Produksi pulp dan
kertas cetak dari Tandan Kosong Sawit pada skala pilot. Jurnal
Penelitian Kelapa Sawit, 3(l): 89-100
Goenadi, D. H., Y. Away, Y. Sukin, H. H. Yusuf, Gunawan and P. Aritonang (1998).
Teknologi produksi kompos bioaktif Tandan Kosong kelapa sawit.
Dalam Pertemuan teknis bioteknogi pewrkebunan untuk praktek,
Bogor 6-7 Nei 1998. Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan,
Bogor.
Huan, Lim Kim. 1987. Trial on longterm effects of application of PONE on soil
properties, oil palm nutrition and yields. Proc. Of the 1987
!nternational Oil PalmfPalm Oil Conference POR!N.
Kepala Direktorat Pengendalian Pencemaran Air dan Tanah BAPEDAL 1999.
Peraturan perundang-undangan dan prosedur pengurusan ijin
penerapan Land Application di perkebunan kelapa sawit.
Loong, S.G., N. Nazeeb, A. Letchumanan, dan B. J. Wood. 1989. Underplanting as
a means to shorten the non-productive period of oil palm. !n
Proceedings of the 1989 POR!N !nternational Palm Oil
Development Conference, Nodule !! -Agriculture (Jalani, S.
et.al., eds). Palm Oil Research !nstitute of Nalaysia, Kuala
Lumpur.
81
Pamin, K., N. N. Siahaan, dan P. L. Tobing, 1996. Pemanfaatan limbah cair PKS
pada perkebunan kelapa sawit di !ndonesia. Lokakarya Nasional
Pemanfaatan Limbah Cair cara Land Application.
Schuchardt, F., E. Susilawati, dan P. Guritno. 1998. !nfluence ef CfN ratio and
inoculum. Upon rotting characteristics ef oil palm empty fruit
bunch. Proc. 1998 !nternational Oil palm Conference. Bali,
!ndonesia.
Singh, Gurmit., S. Nanoharan, dan T. T. San. 1989. United Plantation approach to
palm oil mill by product management and utilization. Proc. Of
palm oil, POR!N !nternasional Development Conference.
Tang, N. K., N. Nazeeb, dan S.G. Loong,.1999. An !nsight !nto Fertilizer Type and
Application Nethods in Nalaysian Oil Palm Plantation. The
Planter, 75 (876): 115-137. Kuala Lumpur.
Tim PT SP. 2000. Produksi bersih pengolahan tandan buah segar di pabrik kelapa
sawit (pengalaman PT Salim !ndoplantation di Riau). Nakalah
Lokakarya Pelaksanaan Produksi Bersih pada !ndusti Ninyak
Sawit. Pekanbaru, 2-3 Naret 2000.