Anda di halaman 1dari 16

Hukum Pers dan Iklan

(Pertemuan 6)
Amira Paripurna S.H.,LL.M.
FH-UMJ
2009
Pokok Bahasan

Delik Pers dalam Hukum Positif


 -KUHP
 -UU No. 11/2008 tentang Informasi
Transaksi Elektronik
 -UU No 44/2008 tentang Pornografi
 -UU No. 10/2008 tentang Pemilu
 -UU No.14/2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP)
Tujuan hukum/ pembatasan dalam
kebebasan berekspresi
 Agar tidak sewenang-wenang dalam
menyatakan pendapat/ menentukan bahwa
dirinya tidak melampaui batas dalam
menyatakan pendapat
 Tidak secara sepihak/sewenang2 menyatakan
dirinya sebagai pihak yang menjadi korban
dari pernyataan pendapat
 Tidak ada kesewenang-wenangan dalam
bertindak/menindak bilamana memang terjadi
pelanggaran terhadap kemerdekaan pendapat
pihak lain karena pelaksanaan dari
kemerdekaan menyatakan pendapat itu
Jenis dan Sifat Hukum dalam
kebebasan Menyatakan Pendapat
 Restriksi preventif justisial (preventieven maatregel) tindakan
pembatasan yang didasarkan oleh hukum yang dilakukan, yang
telah dilaksanakan atau telah bergerak sebelum tindakan
penyebaraluasan, publikasi, pemberitaan pendapat
dilaksanakan.
 Ditemukan dalam bentuk sensor (censuur preventieven
maatregel) yaitu tindakan melarang untuk
menerbitkan,mempublikasikan,menyebarluaskan sebagian atau
seluruh pendapat;pemberangusan atau pembreidelan;larangan
untuk menerbitkan suratkabar sementara waktu dan pembatasan
sumber berita
 Semua tindakan preventif justisial terlarang karena dipandang
telah meniadakan essensi terhadap pelaksanaan kemerdekaan
menyatakan pendapat atau pers yang bebas
 Restriksi represif justisial (represssieven maatregel) tindakan
pembatasan dalam bidang hukum yg akan dilaksanakan atau
baru akan bergerak setelah tindakan penyebarluasan, publikasi,
pemberitaan pendapat dilaksanakan
- Represif dalam ketentuan pidana : terlarang untuk melakukan
tindakan hukum yang sifatnya preventiftetapi diperbolehkan
dilakukan langkah represif justisial sebagai restriksi yang sah
terhadap kebebasan pers. Dalam hal ini berupaperaturan pidana
dengan penciptaan delik-delik pers.

- Represif dalam ketentuan administratif : tindakan hukum dalam


bidang administrasi yang dilaksanakan setelah publikasi atau
pemberitaan dilakukan dan ternyata melanggar ketentuan-
ketentuan atau tidak sesuai dengan syarat dalam lingkup bidang
administrasi.
 Tindakan represif yang menyimpang
- Tindakan pencampuradukan dalam arti
ketentuan untuk persoalan yang berhubungan
dengan perusahaan publikasi ditujukan
terhadap persoalan publikasi disebut sebagai
tindakan represif administratif yg menyimpang
- Tindakan untuk persoalan isi publikasi atau
pemberitaan yang kemudian ditujukan untuk
persoalan yang berhubungan dengan
publikasi sebagai usaha (perusahaan
publikasi)
Tindak Pidana Pers dalam KUHP
No Tindakan Pasal
1. Pembocoran rahasia negara Ps. 112, 113
2. Penghinaan terhadap pemerintah, Ps. 154,207
lembaga negara
3. Penghinaan terhadap agama Ps. 156 a
4 Penawaran tindak pidana Ps. 162
5 Penghasutan Ps. 160
6 Penyerangan terhadap kesehatan Ps 282, 283
mental dan kesusilaan
7 Penghinaan terhadap : nama baik Titel V,XVI Buku
dan kehormatan seseorang, II Pasal 310-321,
presiden dan wapres, wakil negara 134, 136 bis, 142,
asing, golongan 143, 156
8 Pelanggaran ketertiban umum Ps. 519 bis, 533
Tindak Pidana Pers dalam UU ITE
 BAB VII PERBUATAN YANG DILARANG
Pasal 27 (1) Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
yang melanggar kesusilaan. (2) Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik. (4) Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau
pengancaman.
 Pasal 28 (1) Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik. (2) Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian
atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA).
 KETENTUAN PIDANA
Pasal 45
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Tindak Pidana Pers dalam UU
Pornografi
 Pasal 29 “Setiap orang yang memproduksi, membuat,
memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan,
menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan
pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar
rupiah)”.
 Pasal 40
(1) Dalam hal tindak pidana pornografi dilakukan oleh atau atas nama suatu
korporasi, tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap
korporasi dan/atau pengurusnya.
(2) Tindak pidana pornografi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana
tersebut dilakukan oleh orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja
maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi
tersebut, baik sendiri maupun bersama-sama.
(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, korporasi
tersebut diwakili oleh pengurus.
(4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat diwakili oleh orang lain.
(5) Hakim dapat memerintahkan pengurus korporasi supaya pengurus
korporasi menghadap sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan
pengurus korporasi supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang
pengadilan.
(6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk
menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada
pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.
(7) Dalam hal tindak pidana pornografi yang dilakukan korporasi, selain pidana
penjara dan denda terhadap pengurusnya, dijatuhkan pula pidana denda
terhadap korporasi dengan ketentuan maksimum pidana dikalikan 3 (tiga)
dari pidana denda yang ditentukan dalam setiap pasal dalam Bab ini.
 Pasal 41
Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (7), korporasi dapat
dikenai pidana tambahan berupa:
a. pembekuan izin usaha;
b. pencabutan izin usaha;
c. perampasan kekayaan hasil tindak pidana;
dan
d. pencabutan status badan hukum.
Tindak Pidana Pers dalam UU
Pemilu
 Pasal 99 ayat (1) menyatakan izin
penerbitan pers bisa dicabut jika berita
dan wawancara serta pemasangan iklan
kampanye bagi peserta pemilu tidak
menyediakan halaman dan waktu yang
adil dan berimbang.
Tindak Pidana Pers dalam UU KIP

 Pasal 5
Pengguna informasi publik wajib menggunakan
informasi publik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pengguna informasi publik wajib mencantumkan
sumber dari mana ia memperoleh informasi
publik,baik yang digunakan untuk kepentingan
sendiri maupun untuk keperluan publikasi
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
 Pasal51
Setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan informasi publik secara
melawan hukum dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 tahun dan/
pidana denda paling banyak 5 juta
rupiah

Anda mungkin juga menyukai