Anda di halaman 1dari 57

RANCANG BANGUN SISTEM PEMANAS PADA ALAT PENGERING GABAH

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

OLEH :

GLENN GIOVANNI 97-41-023

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA 2004

ABSTRAK

Alat pengering gabah dan palawija adalah sarana yang sangat penting untuk mendapatkan olahan hasil pertanian yang berkualitas unggul. Pada musim penghujan menyebabkan pengeringan gabah tidak baik, hal ini karena mengandalkan sinar matahari. Salah satu bagian utama alat ini adalah sistem pemanas yang berperan menghantarkan panas yang diperlukan dalam proses pengeringan gabah agar memenuhi syarat gabah kering. Air panas dialirkan melalui pipa tembaga yang dirancang berbentuk rangkaian U bertingkat dua. Hawa panas dari pipa akan mengeringkan gabah. Alat pengering ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Setelah diuji coba, alat ini memenuhi target yang ditentukan.

ABSTRACT

IN ORDER TO HAVE THE BEST QUALITY OF AGRICULTURE PRODUCT, THE PADDY AND GRAIN DRIER MACHINE WOULD BECOME VERY IMPORTANT. ESPECIALLY DURING THE RAINY SEASON, COUNT ON THE SUNSHINE TO DRY THE PADDY AND GRAIN IS NOT RECOMMENDED AS IT WOULD NOT BE WELL DRIED. THE MOST IMPORTANT PART OF THIS DRIER MACHINE USING PARAFFIN IS THE HEATER TRANSPORTATION SYSTEM THAT IS NEEDED TO HAVE THE PADDY AND GRAIN WELL DRIED TO FULFIL IT IS HIGHEST STANDARD. HOT WATER FLOWS THROUGH THE U SHAPE BRONZE PIPE DESIGNED IN TWO LEVELS. PADDY AND GRAIN WILL BE WELL DRIED BY THE HEAT COMES OUT OF THE PIPE. AFTER THE MECHANICAL FUNCTION TEST, THIS HEATER TRANSPORTATION SYSTEM IS PROVED AND FULFILLED THE DESIGNATED TARGET.

ii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Batasan Masalah 1.4. Metodologi 1.5. Sistematika Penulisan BAB II TEORI DASAR 2.1. Pengertian Umum 2.2. Klasifikasi Alat Pengering Padi 2.2.1. Dapur Pemanas 2.3. Penggunaan Bahan Komponen 2.4. Klasifikasi Pengelasan 2.4.1 Posisi Pengelasan BAB III PERANCANGAN 3.1. Klarifikasi Tugas 3.2. Perancangan Konseptual 3.2.1. Daftar Spesifikasi 3.2.2. Struktur Fungsi 3.2.3. Menyeleksi Kombinasi Yang Sesuai 3.3. Perancangan Wujud 3.3.1. Kerangka Pipa Pemanas 3.3.2. Kerangka Tabung 3.3.3. Kerangka Pompa 3.4. Perancangan i ii iii v vi

1 2 3 3 4

5 5 6 7 9 13

14 14 14 16 21 22 22 22 22 23

BAB IV PERHITUNGAN 4.1. Spesifikasi sistem pemanas 4.2. Perhitungan pengelasan 4.3. Analisa pengaruh berat pipa tembaga 4.4. Perhitungan biaya bahan 4.5. Perhitungan dasar perpindahan panas pada pipa BAB V PENUTUP 5.1. Analisa 5.2. Kesimpulan 5.3. Saran BAB VI LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

24 26 27 33 38

44 44 45

DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Gambar 3.5. Gambar 3.6. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9. Gambar 4.10. Gambar 4.11. Gambar 4.12. Gambar 4.13. Posisi pipa horizontal Posisi pipa vertikal Daftar Kehendak Fungsi alat pengering gabah Struktur fungsi alat pengering gabah Struktur fungsi terbaik Kombinasi prinsip solusi Selection chart Tabung pemanas Rangkaian pipa Pipa tembaga Pipa diberikan tumpuan Diagram benda bebas pipa Sambungan pipa U Tabung pemanas air Pompa Tabel sifat jenis tembaga Tabung air yang dipanaskan Aliran air didalam pipa Aliran didalam pipa posisi horizontal Tabel pengujian temperatur pada sistem pemanas 43 13 13 16 17 18 19 20 21 24 25 30 30 31 35 35 36 38 39 41 42

DAFTAR NOTASI

Notasi

Keterangan

Satuan

P p l D A d m F h V T ? V
W

Tekanan pompa Panjang Lebar Diameter pipa Luas penampang Berat jenis Massa Gaya Tebal pipa Volume jenis Temperatur Massa jenis Kecepatan aliran air Daya aliran Jumlah panas

Bar mm mm mm mm kg/mm kg kg mm m c Kg/m m/s kW kJ/s

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu negara di asia tenggara terbesar dalam bidang pertaniannya adalah Indonesia. Dimana penghasil beras yang sangat baik sampai diekspor ke negara-negara tetangga. Untuk memperoleh hasil gabah yang baik, harus memperhatikan beberapa hal yaitu; bibit yang unggul, pengolahan tanah, sumber daya pekerja dan alat-alat pertanian yang sesuai. Alat pengering padi dan palawija adalah sarana yang sangat penting untuk mendapatkan olahan hasil pertanian yang berkualitas unggul. Masa panen raya di Indonesia yang sering kali jatuh pada musim penghujan, tidak bisa mengandalkan pengeringan dengan sistem matahari. Pada saat panen raya musim penghujan, banyak daerah yang memiliki lumbung padi mengalami kerugian besar hal ini disebabkan oleh sistem pengeringan padi di lumbung-lumbung tidak memadai yang berakibat kualitas beras rusak. Alat pengering padi yang ada di balai benih dan pembibitan dinas pertanian Indramayu yaitu milik kelompok tani teladan menggunakan sistem tumpuk, dimana alat pengering padi tersebut berbentuk kotak persegi empat yang dibagi dua ruangan.

Kedua ruangan tersebut dipisahkan oleh lembaran plat dari baja berpori-pori. Ruang atas tempat untuk menumpuk padi basah akan dikeringkan dan ruang bagian bawah untuk sirkulasi udara panas dari hasil pembakaran minyak bakar yang ditambah hembusan udara dari blower. Ketebalan tumpukan padi basah pada ruang atas biasanya mencapai satu meter, sehingga proses pengeringan timbul masalah baru, yaitu padi pada bagian atas belum mencapai tingkat pengeringan yang diinginkan. Pengalaman di daerah lumbung padi di Indramayu dan Karawang pada tahun 1999 dimana harga jual gabah jatuh dari harga Rp 1.400,-/Kg menjadi Rp 800,-/Kg, hal ini menunjukkan terjadinya penyusutan harga jual Rp 600,-/Kg yang disebabkan oleh kualitas beras yang rusak karena sistem pengeringan hasil padi yang tidak baik. Dengan maksud untuk mengatasi masalah tersebut diatas, maka diciptakan alat pengering gabah sistem kontinu dengan bahan bakar cair (contoh; minyak tanah) bahan ini karena mudah diperoleh.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dibuatnya alat pengering gabah ini untuk mengatasi padi basah akibat musim penghujan pada saat panen, dimana tidak ada matahari sebagai media pengeringnya.

Alat pengering gabah ini memiliki nilai ekonomis, yaitu: efisiensi tinggi mudah dalam pengoperasiannya serta perawatan masa pakai lama

1.3 Batasan Masalah


Yang dibahas di dalam tugas akhir ini adalah proses pembuatan sistem pemanas pada alat pengering gabah. Dalam hal ini dilakukan perhitungan kekuatan las pada penyambungan pipa pemanas dan perhitungan biaya yang dibutuhkan dalam sistem pemanas pada alat pengering gabah ini dan perhitungan perpindahan panas secara dasar pada pipa pemanas.

1.4 Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Studi kepustakaan Studi lapangan mengenai alat pengering gabah yang telah ada Perancangan alat pengering gabah Pembuatan komponen-komponen alat pengering gabah

5. 6. 7.

Perakitan alat pengering gabah Uji coba alat Penulisan laporan tugas akhir

1.5 Sistematika Penulisan


Sistemtika penulisan tugas akhiir ini dibagi dalam beberapa bab yang meliputi: Bab I : Pendahuluan Membahas latar belakang masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan Bab II : Teori dasar Mengenai proses perancangan aliran kerja selama proses perancangan bahanbahan yang digunakan serta pengelasannya. Bab III : Perancangan wujud Mengenai pemilihan bahan yang sesuai Bab IV : Perhitungan Mencari kekuatan pengelasan pada rangkaian pipa, menghitung biaya yang diperlukan untuk sistem pemanas rangkaian pipa ini dan perhitungan perpindahan panas secara dasar pada pipa pemanas. Bab V : Penutup Membahas hasil rancangan beserta kesimpulan dan saran

BAB II TEORI DASAR

2.1. Pengertian Umum


Pada alat pengering padi ini berhubungan dengan prinsip kerja mesin penggiling padi atau Huler, dimana padi basah diangkat dengan ban berjalan atau Belt Conveyor masuk ke kotak pendistribusi atau Bin yang mempunyai pintu keluaran yang dilengkapi dengan alat pendistribusi keluaran atau feeder agar padi basah yang masuk meja getar bisa terdistribusi secara merata ketebalannya.

2.2. Klasifikasi Alat Pengering Padi


Alat pengering padi ini memiliki bagian-bagian yang dapat diatur sesuai dengan keperluan, dimana terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Sistem alat pengering padi, berupa sistem pemanas serta rangkaian pipa air panas sebagai media pengeringnya. 2. Sistem alat angkut padi , berupa kotak-kotak atau Bucket yang terpaut pada ban berjalan atau belt conveyor yang bergerak secara vertikal dengan alat bantu gerak motor. 3. Sistem mesin Huler, berupa meja getar berpori-pori yang disusun secara vertikal dalam satu rangkaian yang mempunyai dudukan di kerangka utama.

2.2.1 Dapur Pemanas


Dalam hal ini akan dibahas tentang Sistem alat pengering atau dapur pemanas serta bagian-bagian yang berkaitannya. Untuk setiap bagian dari meja getar memiliki rangkaian pipa yang berisi air panas sebagai media pengering. Sistem pemanasan udara pengering padi basah, digunakan bahan bakar cair memiliki beberapa bagian utama, yaitu; bahan bakar, pembakar, dapur dan instalasi pemanas sebagai pengering padi. Nilai ilmiah dari proses pembuatan sistem pemanas pada alat pengering padi ini apabila ditinjau dari peminatan produksi, terdiri atas: 1. Pemilihan material 2. Pembentukan 3. Pengelasan Untuk dapur pemanas ini memiliki komponen-komponen yang sangat penting dalam penggunaannya, yaitu: a. Pembentukan plat baja menjadi tabung dimana tabung ini menjadi pusat tempat air untuk dipanaskan. b. Pembentukan pipa-pipa tembaga yang diatur menyerupai radiator dimana pipa-pipa ini menjadi rangkaian yang berisi air panas dari tabung. Dalam perancangan alat pengering padi ini mengalami beberapa tahap pengerjaan, apabila ditinjau dari segi peminatan produksi terdiri dari; pemilihan bahan dan pembentukan bahan.

2.3. Penggunaan Bahan Komponen


Untuk pembuatan alat pengering ini menggunakan dua jenis logam sebagai komponennya. Logam tersebut, ialah: a. Tembaga ( Cu) Tembaga berwarna merah muda kemerah-merahan bila dipolis tapi terbentuk permukaan coklat bila dipanaskan. Temperatur leburnya 1083C, kekerasannya berubah-ubah dengan derajat dingin. Tembaga mempunyai tahanan korosi yang tinggi terhadap sebagian besar asam tapi diserang dengan dahsyat oleh asam-asam pengoksida seperti nitrat dan hidroklorat. Korosi elektro kimia terjadi apabila dua logam yang tidak serupa bersama-sama dalam suatu larutan yang berasam, menyebabkan logam yang satu merusak dengan merugikan logam yang lain. Salah satu logam bertindak sebagai katoda dan logam yang lain merusak merupakan anoda. Apabila tembaga atau paduan-paduannya dihubungkan dengan logam-logam lain pada lingkungan-lingkungan yang korosif, korosi elektro kimia merupakan factor yang penting. Gabungan aluminium dan tembaga jika mungkin harus dicegah, mengingat tembaga sangat bersifat katoda terhadap aluminium dan menyebabkan aluminium cepat rusak.

Pembentukan tembaga dengan membengkokkan memerlukan pelunakan dengan perlakuan panas pada taraf antara 500-600 dimana untuk menghilangkan efek pengerasan kerja. C

b. Baja Karbon Rendah Baja Karbon Rendah (BKR) merupakan bahan yang sebagian besar digunakan untuk pembuatan umum, baja ini sedehana karena memiliki hampir semua sifat-sifat pengerjaan yang diinginkan. Sifat-sifat tersebut diakibatkan oleh komposisi dari baja ini. Besi (ferit) memberi keuletan, kemampuan tempa, plastisitas, kemagnetan, kelunakan dan sejumlah tertentu elastisitas tapi dengan mudah membentuk oksida yang mengakibatkan karat dan pembentukan kerak yang tebal jika dalam keadaan berpijar. Semua asam dapat menyerang BKR ini dan dimana saja terdapat uap lembab yang dikombinasikan dengan oksigen berlangsung pengkaratan. Garam (klorida sodium) akan mempercepat korosi jika dikombinasikan dengan air contohnya garam untuk jalan pada mobilmobil dan untuk kaki-ki dermaga dalam air. Komposisi khas BKR maksimum C-0,25%, maksimum S0,05%, maksimum P0,05% sisanya Fe (bisa juga disediakan agar mengandung 0,2 sampai 0,5% Cu) C. Daerah temperatur lebur adalah sekitar 1460C sampai 1500

Proses penyambungan dilakukan pengelasan pada BKR ini, dimana untuk penampang yang sangat tebal digunakan metode-metode terak listrik sedangkan pelat-pelat yang relatif tipis disambung dengan memakai busur api metal yang dilindungi gas CO2 dan busur api logam manual. Dalam proses pemotongan BKR adalah bahan yang paling mudah dipotong dengan gas oksi bahan bakar (oxi-fuel gas) karena mengandung besi yang sangat tinggi. Untuk pelat tebal dan bagian-bagian yang berat serta bentuk ya ng ruwet proses pemotongan tersebut paling sering dipakai. Dalam keadaan yang tepat menghasilkan sisi (tepi) potong yang sangat halus dimana karbon cenderung berpindah ke sisi potong dan dalam pendinginan mengakibatkan terbentuknya suatu kulit keras pada sisi potong.

2.4 Klasifikasi Pengelasan


Ada beberapa macam jenis pengelasan, tentunya setiap jenis bahan berbeda pengelasannya. Berikut di bawah ini pengelasan yang dilakukan pada: a. TEMBAGA Pematrian adalah cara penyambungan dengan menggunakan logam pengisi atau logam patri di antara permukaan logam induk yang disambung.

Logam pengisi selalu mempunyai titik cair lebih rendah dari pada logam induk. Ada dua macam logam patri, yaitu: 1. Logam patri lunak, dimana logamnya mempunyai titik cair lebih rendah dari 450C. 2. Logam patri keras, dimana logamnya mempunyai titik cair lebih dari 450C. Karena logam patri pada umumnya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada logam dasar, maka dianjurkan agar rongga antara kedua permukaan logam induk yang akan dipatri diusahakan sekecil mungkin. Oleh AWS dianjurkan agar rongga tersebut terletak antara 5/100 sampai 13/100 inci. Selama proses pematrian suhu harus cukup tinggi agar logam patri cair mempunyai derajat kecairan yang tinggi sehingga dapat mengalir ke dalam rongga aantara kedua logam induk. Sifat-sifat patri dapat diperbaiki dengan menggunakan fluks atau dengan mengatur atmosfir sekitar patrian pada saat pematrian berlangsung. Berdasarkan cara pengadaan energi panasnya, pematrian dibagi: 1) Patri busur, dimana panas dihasilkan dari busur listrik dengan elektroda karbon atau dengan elektroda wolfram. 2) Patri gas, dimana panas ditimbulkan karena adanya nyala api gas. 3) Patri solder, dimana panas dipindahkan dari solder besi atau tembaga yang dipanaskan. 4) Patri tanur, dimana tanur digunakan sebagai sumber panas.

10

5) Patri induksi, dimana panas dihasilkan karena induksi listrik frekwensi tinggi. 6) Patri resistansi, dimana panas dihasilkan karena resistansi listrik. 7) Patri celup, dimana logam yang dicelupkan ke dalam logam patri cair.

b. BAJA KARBON RENDAH Las elektroda terbungkus, las ini menggunakan kawat elektroda logam yang dibungkus fluks. Busur listrik terbentuk diantara logam induk dan ujung elektroda, karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair lalu membeku bersaman. Dalam pengelasan yang terjadi pada dapur pemanas ini harus memiliki ketelitian tinggi atau tidak boleh ada celah sedikit pun, hal ini dapat menyebabkan kebocoran udara panas maupun keluarnya air.

Material yang digunakan pada pipa adalah Tembaga (Cu), sifat umum dari material ini adalah logam yang memiliki daya hantar listrik serta daya hantar panas yang tinggi serta mempunyai daya tahan korosi yang baik terhadap air laut, beberapa zat kimia dan bahan makanan. Sedangkan paduan tembaga mempunyai daya hantar listrik dan daya hantar panas yang lebih rendah dari pada tembaga murni, tetapi kekuatannya lebih baik.

11

Untuk pembuatan saluran pipa adalah suatu alat transportasi untuk memindahkan cairan atau gas seperti minyak mentah, air dan gas. Dalam pembuatan dapur pemanas ini, saluran pipa berfungsi sebagai alat transportasi air yang dipanaskan. Saluran pipa pasti ada pengelasannya, pengelasan saluran pipa adalah pengelasan penyambungan yang dilakukan di lapangan. Pengelasan pipa harus memperhatikan hal berikut ini: 01. Pengelasan hanya dilakukan pada pihak bagian luar, maka mutu dari las harus diperhatikan dengan teliti. 02. Apabila ada kerusakan maka akan mengganggu seluruh sistem, oleh sebab itu harus memperhatikan kemudahan dalam reparasinya. Untuk sistem pemanas pada alat pengering gabah ini menggunakan rangkaian pipa tembaga yang disambung. Jenis pengelasan yang dilakukan adalah las tembaga atau yang sering disebut las patri. Bentuk sambungan yang digunakan adalah las temu ( butt welding ), dimana kedua bagian pipa tembaga disatukan dengan menggunakan las gas ( acetilene + oksigen ) dengan nyala api netral yaitu pada temperatur las sekitar 3000 C. Sebagai bahan pengikat dari penelasan patri ini menggunakan borax.

12

2.4.1. Posisi Pengelasan


Untuk posisi pengelasan tergantung dari penempatan pipanya yaitu penempatan mendatar dan tegak seperti gambar di bawah ini:

a. Pipa datar diam

Gambar 2.1 Posisi Pipa Horizontal

b. Pipa tegak diam

Gambar 2.2 Posisi Pipa Vertikal

13

BAB III PERANCANGAN

3.1. Klarifikasi Tugas Alat pengering gabah ini merupakan prototipe dan digerakkan oleh motor listrik. Dari motor listrik, kecepatan putar motor direduksi oleh speed reducer yang dihubungkan dengan menggunakan sabuk. Kemudian speed reducer menggerakkan poros yang terhubung dengan kem. Kem ini akan menggerakkan meja getar ke atas dan ke bawah. Di bawah meja getar tertentu dipasang pipa-pipa pemanas. Pada saat meja getar naik turun, diberikan kejutan dengan menambahkan pegas tekan pada keempat sudut bagian bawah. Fungsi dari kejutan ini yaitu agar gabah pada meja getar dapat terlempar sehingga pemanasannya dapat terdistribusi dengan merata. Gabah yang terlempar tersebut akan turun ke meja getar berikutnya hingga pada bak penampungan. Gabah tersebut turun dikarenakan meja getar dipasang dengan sudut kemiringan tertentu dan juga karena hentakan atau kejutan yang dihasilkan oleh pegas.

3.2. Perancangan Konseptual 3.2.1. Daftar Spesifikasi Spesifikasi adalah daftar persyaratan kemampuan / performa dan sifatsifat yang harus dimiliki oleh alat yang akan dirancang. Persyaratan dalam spesifikasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu demand dan wish.

14

Tabel 3.1 Daftar Spesifikasi

D/W

DAFTAR KEHENDAK

GEOMETRI D

Dimensi alat : Berbentuk Panjang Lebar Tinggi : persegi panjang : 900 mm : 1600 mm : 2250 mm

KINEMATIKA D D W

Kecepatan putaran 40 rpm Mekanismenya mudah dioperasikan Kecepatan putaran konstan

KESELAMATAN D Bagian yang berbahaya harus ditutup

LINGKUNGAN D Dapat dipergunakan dimana saja

MATERIAL Kerangka Alat: D W W Kokoh, mudah dibongkar pasang, tahan korosi, dan murah Mudah diperoleh, dan mudah diproses Menggunakan produk dalam negeri

15

PRODUKSI W D Dapat dibuat oleh pabrik lokal Suku cadang / komponen mudah diperoleh

ERGONOMI D Alat mudah digunakan

PERAWATAN W Perawatan dilakukan secara teratur dan berkala untuk menghindari terjadinya kerusakan D Penggantian komponen yang rusak dapat dilakukan dengan mudah

BIAYA D Biaya produksi seekonomis mungkin

GAYA W Dapat menahan gaya / beban yang besar Gambar 3.1 Daftar Kehendak Keterangan : D = Demand (keharusan) ; W = Wishes (keinginan)

3.2.2. Struktur Fungsi Fungsi didefinisikan sebagai hubungan secara umum antara input dan output dari suatu sistem teknik yang akan menjalankan suatu tugas tertentu, sedangkan fungsi keseluruhan adalah kegunaan dari suatu alat tersebut. Fungsi keseluruhan diuraikan menjadi beberapa sub fungsi. Rangkaian dari beberapa sub fungsi disebut struktur fungsi. Pembuatan struktur fungsi dari alat pengering gabah ini, terdiri dari :

16

1. Fungsi keseluruhan alat pengering gabah Pada tahap ini jenis mekanisme alat pengering gabah berupa rangkaian pipa pemanas. Masukan energi untuk alat pengering gabah ini dapat berupa energi yang berasal dari motor listrik, motor bakar, mekanis dan juga tenaga manusia. Input sinyal adalah berupa tindakan operator yang bekerja mengoperasikan alat atau bisa disebut juga sebagai tindakan pengendalian. Sedangkan input material berupa gabah basah. Keluaran utama alat pengering gabah ini yaitu gabah dengan kandungan air sebesar 14 %, atau lebih dikenal dengan gabah kering. Keluaran energi menghasilkan getaran pada meja getar dengan perantara pegas yang dihubungkan dengan motor listrik dan juga panas dengan perantara air. Fungsi keseluruhan untuk alat pengering gabah :

ENERGI ALAT GABAH BASAH PENGERING GABAH SINYAL/PENGENDALI

MENGHASILKAN PANAS DAN MENGGERAKKAN MEJA GETAR GABAH KERING

PENDISTRIBUSIAN GABAH PADA MEJA GETAR

Gambar 3.2 Fungsi Keseluruhan Alat Pengering Gabah 2. Sub struktur fungsi Tugas utama yang terdapat pada struktur diuraikan menjadi fungsi bagian. Dengan demikian didapatkan sub struktur fungsi dari alat pengering gabah. Untuk memudahkan proses penggabungan dari berbagai prinsip pemecahan masalah

17

untuk sub fungsi-sub fungsi yang terdapat pada struktur fungsi, maka prinsip pemecahan masalah yang akan dicari terlebih dahulu adalah yang berhubungan langsung dengan penggetaran meja getar dan pengeringan melalui air yang dipanaskan. Struktur fungsi dari alat yang dirancang :

UBAH ENERGI

PUTARAN KEM

MENGHASILKAN PANAS

MENGGERAKKAN MEJA GETAR

GABAH DIAPUNGKAN

GABAH KERING

Gambar 3.3 Struktur Fungsi Alat Pengering Gabah

18

3. Memilih struktur fungsi alat pengering gabah terbaik


TEMPAT PENAMPUNGAN DIMASUKKAN KE

AIR DIPANASKAN

PADI DIPANASKAN

PUTARAN KEMDIAPUNGKAN

ENERGI PANAS DI MEJA GETAR DIDISTRIBUSI ENERGI MEKANIK RUGI ENERGI

UBAH ENERGI

DIANGKUT

GABAH BASAH

E
Gambar 3.4 Struktur Fungsi Alat Pengering Gabah Terbaik

19

4. Pemilihan kombinasi prinsip solusi Prinsip solusi adalah mekanisme yang dapat melaksanakan sub fungsi yang telah ditentukan pada struktur fungsi. Untuk memenuhi fungsi keseluruhan, maka sub fungsi-sub fungsi tersebut harus dikombinasikan.

No 1 2 3 4 5

Prinsip Solusi Sub Fungsi Energi masukan Pengangkut Penerus gerakan Reduksi putaran Pegas

1 Motor Belt Conveyor Vertikal Sabuk Roda gigi Tarik

2 Tenaga manusia Belt Konveyor dengan kemiringan Rantai Puli Tekan

Tenaga manusia

Speed reducer

Pipa pemanas

Varian 1

Varian 2

Gambar 3.5 Kombinasi Prinsip Solusi Varian 1 : 1-1, 2-2, 3-2, 4-2, 5-1, 6-1 Varian 2 : 1-1, 2-1, 3-1, 4-3, 5-2, 6-2

20

3.2.3. Menyeleksi Kombinasi Yang Sesuai Sebagaimana solusi sub fungsi yang telah ada, pemilihan varian yang terbaik harus ditentukan dengan berbagai kalkulasi atau seleksi dari berbagai varian. Varian yang memenuhi kriteria terbaik akan menentukan hasil varian yang terbaik. Penentuan atau seleksi varian ini akan menggunakan selection chart.
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN UNIKA ATMA JAYA

TABEL PEMILIHAN STRUKTUR FUNGSI TERBAIK MESIN PENGERING PADI KEPUTUSAN (KEP) :
(+) solusi yang dicari (-) hapuskan solusi (?) kumpulkan informasi (!) lihat spesifikasi untuk perubahan

KRITERIA PEMILIHAN
(+) ya (-) tidak (?) kurang informasi (!) periksa spesifikasi Memenuhi tugas keseluruhan Memenuhi daftar kehendak

Secara prinsip dapat diwujudkan Efisiensi waktu Sesuai dengan keinginan perancang Perawatan dan keselamatan Biaya yang diijinkan Sv V1 V2 A + + B + + C + + D + E + F + + G + + PENJELASAN tidak sesuai keinginan perancang sesuai keinginan perancang KEP +

Gambar 3.6 Selection Chart

21

3.3. Perancangan Wujud

3.3.1. Kerangka Pipa-pipa Pemanas Kerangka dirancang dengan menggunakan besi profil lingkaran. Antara besi yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan baut. Hal ini bermaksud untuk mempermudah proses bongkar pasang. Untuk membuat dudukan baut digunakan proses pengelasan. Untuk membuat lubang baut digunakan proses pengeboran. Lubang baut yang digunakan yaitu diameter 10 mm.

3.3.2. Kerangka Tabung Kerangka tabung dirancang untuk memegang tabung sehingga dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung dari kerangka utama. Kerangka tabung ini berupa kompor miyak tanah yang telah ada di pasaran.

3.3.3. Kerangka Pompa Kerangka ini dibuat dari kayu yang bentuknya seperti bangku kecil. Pada dasarnya kerangka ini tidak perlu, tetapi karena faktor keamanan pompa dan faktor estetika maka dibuat kerangka pompa ini. Pembuatan dilakukan dengan cara pemotongan dan pemakuan.

22

3. 3.4. Perancangan Proses terakhir dari perancangan alat pengering gabah digambarkan secara terperinci dan pada gambar diberikan ukuran-ukuran sehingga pada akhirnya dilanjutkan pada pembuatan dari alat yang dirancang. Hasil perancangan detail dari komponen-komponen dan gambar susunan alat pengering gabah ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

23

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN SISTEM PEMANAS

4.1 Pada perancangan sistem pemanas ini memiliki beberapa bagian, yaitu: a. Tabung Pemanas Bahan plat baja 0,6 mm, tabung ini terbuat dari bahan baja karbon rendah st-37. Tinggi tabung ( T ) = 450 mm dan Diameter tabung ( D ) = 350 mm.

450

350 Gambar 4.1 Tabung Pemanas

b. Rangkaian Pipa pemanas Pipa-pipa ini terbuat dari bahan tembaga yang disambung satu sama lain dengan menggunakan sambungan union (U) yang berbentuk sudut 180 diatur sedemikian rupa hingga menyerupai rangkaian pipa pada radiator.

24

Untuk 1 set rangkaian pipa, memiliki: Panjang Lebar Diameter Tebal Jumlah pipa Jumlah union (U) (P) (L) (D) (T) = = = = = = 900 mm 450 mm 12,7 mm 0,8 mm 10 batang 9 buah

Gambar 4.2 Rangkaian Pipa

25

4.2 Perhitungan Pengelasan Pengelasan yang dilakukan pada sistem pemanas pada rangkaian pipa dengan bentuk sambungan las Temu (Butt Welding) Pada setiap sambungan pipa berbentuk union (U), maka perhitungan pengelasan secara analitis menjadi: a. Gaya yang bekerja pada sambungan Rumus ; P= f a (1)

Dimana ( P ) merupakan tekanan pompa yaitu tekanan rencana maksimum 7 bar, sedangkan ( A ) merupakan luas penampang pipa. Dengan menggunakan data diatas, maka: A=

.D 4

(2)

Diketahui Diameter pipa = 12,7 mm, maka: A=

.(12, 7 mm ) 4

A = 126,677 mm = 0,126 x 10 m

Sehingga

F=P.A

(3)

Maka gaya yang diperoleh menjadi: F = ( 700 x 10 )Nm ( 0,126. 10 )m = 88,2 N

26

b. Perhitungan Koreksi Dimana tegangan rata-rata pada las temu ( butt welding ) karena pembebanan geser pada pipa tembaga: = F h.l (4)

Dimana dari data diatas diperoleh: Gaya ( F ) = 88,2 N, Tebal pipa ( h ) = 0,8 mm dan Diameter pipa ( l ) = 12,7 mm. Maka:

88,2N ,0 8mm.12,7mm

= 8,681 N/mm

Dari tabel diperoleh tembaga untuk pipa memiliki kekuatan tegangan maksimum sebesar 200 N/mm. Maka dibandingkan dengan hasil perhitungan tegangan rata-rata sebesar 8,681 N/mm < 200 N/mm.

4.3 Analisa pengaruh berat pipa tembaga dan berat ir di dalam pipa pada tumpuan terhadap sambungan las adalah sebagai berikut: a. Pipa Tembaga Untuk mengetahui berat sebuah pipa tembaga: Rumus : pipa = A . d tembaga (5)

Dimana () merupakan berat bahan, (A) merupakan luas penampang dan ( ) merupakan berat jenis bahan.

27

Dari data diperoleh luas penampang (A1) adalah 0,126 x 10 sedangkan berat jenis tembaga ( ) adalah 2,80 x 10 kg/m.

Pipa tembaga ini memiliki diameter (D) 12,7 mm dan memiliki ketebalan (T) 0,8 mm, maka untuk diameter luar pipa tembaga (D1) 12,7 mm sedangkan diameter dalam pipa tembaga (D2) adalah: 12,7 mm (0,8 mm x 2) = 11,1 mm

Untuk luas penampang diameter dalam pipa (D2) adalah: A2 =


( ,11 1mmx 4
,11 1mm )

= 96,72 mm

Maka luas penampang pipa utuh: Rumus : A1 A2 = Au (6)

Dimana luas penampang diameter luar (D1) = 126,677 mm dan luas penampang diameter dalam (D2) = 96,72 mm

Maka luas penampang utuh (Au) dalam persamaan (6) menjadi: 126,677 mm - 96,72 mm = 29,957 mm Dari data tersebut diatas dapat dihitung berat sebuah pipa tembaga dimana panjang pipa 900 mm pada persamaan rumus (5), menjadi:

28

? = ( 29,957 x 10 6 )m x ( 2,80 x 10)Kg/m = 83,88 x 10 Kg/m

b. Air di dalam pipa Untuk mengetahui berat air di dalam pipa tembaga: Rumus : ? air = A . d air (7)

Dimana (A) merupakan luas penampang air di dalam pipa,maka digunakan.

A = 96,72 mm sedangkan berat jenis air ( d ) adalah 10 Kg/m. Dari data diatas maka diperoleh berat air: ? air = ( 96,72 x 10 6 )m x ( 10) Kg/m = 96,72 x 10 Kg/m

Maka dari data-data berat pipa tembaga dan air diperoleh ? tembaga dapat dilambangkan ?1 = 83,88 x 10 Kg/m

sedangkan ? air dapat dilambangkan ?2 = 96,72 x 10 Kg/m Maka dari data-data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

29

?1 ?2

Gambar 4.3 Pipa Tembaga

Gambar diatas menunjukkan berat air dan pipa tembaga menjadi berat terdistribusi, yaitu: (83,88 x 10) Kg/m + (96,72 x 10) Kg/m = 180,6 x 10Kg/m

Pada sebuah batang pipa tembaga yang berisi air apabila diberikan tumpuan, dapat digambarkan sebagai berikut ini:

Gambar 4.4 Pipa diberikan Tumpuan

30

Batang pipa AB dengan bentangan L ditumpu sederhana memikul beban terdistribusi seragam ? . Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa pipa tembaga yang berisi air mengalami pembebanan yang merata pada setiap bidang.

Maka dapat dibuat Diagram Benda Bebas dari keseluruhan pip a dimana dapat ditentukan besarnya reaksi pada penumpu:

Gambar 4.5 Diagram Benda Bebas Pipa

Dimana reaksi penumpu di A dan B: Rumus : Ra = Rb =


.L 2

(8)

Dari data diperoleh, maka berat terkonsentrasi maksimum pada bagian tengah batang pipa adalah: Rumus : ( ?1 + ?2 ) . L (9)

31

Dimana ( ?1 + ?2 ) = 180,6 x 10 Kg/m dan L merupakan panjang pipa = 900 mm = 0,9 m maka rumus persamaan (9) menjadi: (180,6 x 10) Kg/m x 0,9m = 162,54 x 10 Kg Reaksi gaya-gaya pada tumpuan untuk sumbu X : S Fx = 0 Dimana : Fxa = Fxb = 0 (10)

Reaksi gaya-gaya pada tumpuan untuk sumbu Y : S Fy = 0 Dimana : Fya + Fyb (?1+?2)L = 0 (11)

Apabila momen di titik A diperoleh (searah jarum jam), S Ma = 0

( 1 +2 )L /2
Maka: Fyb =

2
L

(12)

Dari persamaan rumus (12) diperoleh :

( 180 ,6 x10 3 )Kg / m (0 ,9 2 )m


Fyb =
2

0,9 m

32

,146 286x10 3 Kg / m 2 0,9 m

81,27 x 10 Kg

Sehingga :

Fya = ( ?1 + ?2 ) L Fyb

(13)

Dimana : Maka :

Fyb = 81,27 x 10 Kg Fya= 162,54 x 10 Kg 81,27x 10 Kg = 81,27 x 10 Kg

Dari perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada bagian kiri, dalam hal ini titik tumpu (a) dengan kanan titik tumpu (b) pada batang pipa memiliki nilai yang sama.

4.4 Perhitunga n Biaya Bahan Dalam perancangan sistem pemanas pada alat pengering gabah ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: a. Pipa tembaga b. Union (U) c. Tabung d. Pompa

33

e. Kompor minyak tanah Adapun jumlah biaya yang diperlukan adalah: 1. Pipa Tembaga a. Untuk 1 buah rangkaian pipa tembaga Jumlah pipa = 10 batang P pipa = 900 mm Jadi panjang pipa seluruhnya 900 mm x 10 batang = 9000 mm Harga untuk 1 m pipa tembaga = Rp 15.500,Maka untuk panjang pipa 9000mm ( 9m ) x Rp 15.500,- = Rp 139.500, Jumlah union (U) = 9 buah Harga 1 buah union = Rp 13.000,Untuk 9 buah union x Rp 13.000,- = Rp 117.000, Maka harga total untuk 1 buah rangkaian pipa tembaga adalah Rp 139.500,- + Rp 117.000,- = Rp 256.500,b. Untuk 2 buah rangkaian pipa tembaga Rp 256.500,- x 2 buah rangkaian pipa = Rp 513.000,c. Pipa-pipa tembaga yang berfungsi sebagai penghubung diperkirakan memiliki panjang 3250 mm. 3,25 m x Rp 15.500,- = Rp 50.375,-

34

d. Sambungan pipa

Gambar 4.8 Sambungan U

10 buah x Rp 10.000,- = Rp 100.000,-

2. Tabung Pemanas

Gambar 4.7 Tabung Pemanas


Tabung ini sudah ada di pasaran seharga Rp 35.000,memiliki dimensi:

35

D T

= =

350 mm 450 mm

3. Pompa

Gambar 4.8 Pompa

Pompa merek DAB tipe AQ UA125 B dengan size 1 x 1 seharga

Rp 250.000,-

36

4. Kompor Minyak Tanah Kompor ini berbahan bakar minyak tanah dilengkapi tabung sebagai penampungan udara yang berfungsi menambah tekanan api. Kompor ini seharga Rp 65.000,

5. Lain-lain Bahan-bahan pendukung, antara lain: borax kran air baut,mur kerangka (pompa,rangkaian pipa)

seharga Rp 150.000,-

** Jadi total pengeluaran sistem pemanas pada alat pengering gabah ini adalah Rp 513.000,Rp 50.375,-

Rp 100.000,Rp 35.000,-

Rp 250.000,Rp 65.000,-

Rp 150.000,-

TOTAL

Rp 1.163.375,-

37

4.5 Perhitungan Dasar Perpindahan Panas Sistem Pemanas Suatu sistem perpindahan panas yang terjadi, terdiri dari oksigen yang berupa bentuk gas, cairan dan padat merupakan bahan murni. Dalam system pemanas ini medianya adalah air. Massa air dengan komposisi kimianya akan memiliki volume tertentu. Dimana tekanan (p), volume jenis (V) dan temperatur (T) dari air dihubungkan secara fungsional yang berbentuk: F (?,V,T) = 0 Dalam hal ini pipa yang digunakan adalah pipa tembaga, maka tabel :

Gambar 4.11 Tabel Sifat Jenis Tembaga

38

4.5.1. Perhitungan Tekanan Air Panas pada Tabung Pada sistem pemanas alat pengering gabah ini, berdasarkan hasil pengujianalat bahwa uap air panas yang dipindahkan serta kerja saling seimbang. Hal ini yang dinamakan suatu proses energi dalam yang konstan, dimana:

Rumus Atau

dQ = d . W dQ = p .dv

(14) (15)

Dimana (p) merupakan tekanan konstan.

Gambar 4.12 Tabung air yang Dipanaskan

Maka dari data diperoleh air yang dipanaskan di dalam sebuah tabung pemanas yang memiliki tekanan (p) maksimum = 700 kPa. Volume air (v1) mula-mula = 0,05 m. Lalu mengalami perubahan energi dalam sebesar 70 kJ yang pada akhirnya volumenya (v2) menjadi 0,1 m.

39

Rumus

Q = (U2-U1) + W

(16)

(U2-U1) diperoleh dari perubahan energi panas dalam sebesar 70 kJ. Rumus W = p (v2-v1) (17)

Dari data diperoleh, maka: W = 700 kN/m ( 0,1-0,05 ) m = 35 kJ Maka dengan rumus persamaan (16 ) menjadi: Q = 70 + 35 kJ = 105 Kj

Dari perhitungan tersebut diatas dalam proses tekanan tetap dan bersifat reversible yaitu turbulensi pada tekanan dan gesekan diabaikan.

4.5.2. Perhitungan kecepatan air pada pipa Dari hasil pengujian diperoleh massa jenis air panas yang mengalir pada pipa didalamnya saat awal ( ?1 ) = 1,2 Kg/m. Setelah mengalir didalam pipa, akhirnya keluar menuju tempat awal, dalam hal ini tabung pemanas, massa jenisnya menurun ( ?2) menjadi = 0,88 Kg/m. Kecepatan awal aliran air panas ini ( V1 ) = 6 m/s.

40

Maka persamaan kontinuitas pada pipa pemanas, menjadi: Rumus (?.V.A)in = (?.V.A)out (18)

Apabila posisi in dilambangkan dengan (1) dan posisi out dilambangkan dengan (2), maka persamaanrumus (18) menjadi: Rumus ?1. V1 .A1 = ?2. V2 .A2 (19)

Dimana luas penampang pipa seragam, maka dianggap bernilai 1.

Maka:

1 V2 = V1 2

(20)

V2 = 6

,1 2 = 8 ,18 m / s ,0 88

IN

OUT

Gambar 4.13 Aliran Air di dalam Pipa

41

Perpindahan panas yang terjadi pada pipa tembaga termasuk aliran laminar dimana mekanisme aliran air panas ini adalah konduksi. Dapat dilihat pada gambar berikut yang menunjukkan konveksi paksa pada pipa tembaga tersebut:

Gambar 4 .14 Aliran di dalam Pipa Posisi Horizontal

42

Dalam pengujian sistem pemanas pada alat pengering padi ini, pengukuran panas yang dihasilkan sebagai berikut:

No.

BAGIAN SISTEM PEMANAS

TEMPERATUR (c)

1. 2. 3.

Tabung Pemanas Rangkaian Pipa I Rangkaian Pipa II

90 84 80

Gambar 4.15 Tabel Pengujian Temperatur pada Sistem Pemanas

43

BAB V PENUTUP

5.1 Analisa
1. Pada pengelasan sambungan temu di pipa tembaga dengan union, kadang mengalami kebocoran yang disebabkan oleh penggunaan borax sebagai perekat yang tidak murni dan nyala busur api yang tidak konstan. 2. Pipa tembaga yang memiliki ketebalan 0,8 mm ternyata dapat beresiko patah saat berisi air, hal ini dapat diatasi dengan penggunaan rangkarangka. c, saat dialirkan pada 3. Pemanasan air pada tabung pemanas mencapai 90 rangkaian pipa berkurang suhunya yang disebabkan perbedaan suhu sekitar.

5.2. Kesimpulan
1. Alat pengering gabah yang didesain pada akhirnya telah berhasil dibuat. Dari hasil-hasil rancangan yang telah dilakukan ternyata pada saat proses pembuatan tidak semuanya dapat berjalan dengan lancar, hal ini terjadi karena ada kendala-kendala yang harus dilewati. Namun dengan demikian dapat diatasi.

44

2. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan rangkaian pipa serta sistem pemanasnya sangat berpengaruh terhadap kondisi desain. Bahan-bahan yang tidak sesuai standar kualitasnya jauh dari yang diharapkan. 3. Alat pengering gabah ini secara mekanik sudah bekerja sesuai dengan desain, karena gabah sudah cukup kering saat keluar dari alat pengering ini, dimana saat masuk gabah dalam keadaan basah.

5.3. Saran
1. Ketika alat dioperasikan sirkulasi air pada rangkaian pipa cukup baik, hal ini peran pompa yang dapat mengatur cepat atau lambat dari sirkulasi air, hanya pompa tidak dapat dinyalakan terus menerus karena cepat panas, oleh sebab itu pompa diaktifkan berkala. 2. Air di dalam tabung saat sistem pemanas yang diaktifkan semakin lama akan berkurang, maka tabung pada bagian atas diberikan tutup yang dapat dibuka untuk mempermudah dalam pengisian air. 3. Sebaiknya digunakan panel box, hal ini untuk mempermudah pengoperasian alat pengering gabah ini. 4. Gunakan plat yang lebih tebal untuk tabung penampung air. 5. Gunakan pipa tembaga yang memiliki ketebalan > 0,8 mm. 6. Permudah proses perakitan.

45

BAB VI LAMPIRAN

01. Tabel Tembaga dan paduannya

02. Diagram Fasa Cu O

03. Diagram Tembaga Ulet

04. Tabel simbol Pengelasan

Ketiga, Jakarta : 199

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

Johnston, Beer, MEKANIKA UNTUK INSINYUR STATIKA, Edisi Keempat, Jakata : Erlangga, 1991. Prof. DR.IR. Harsono Wiryosumarto, TEKNOLOGI PENGELASAN LOGAM, Edisi Ketujuh, Jakarta : 1996. Prof. Ir. Tata Surdia, PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK, Edisi Kedua, Jakarta : 1992 Frank Keith, PRINSIP -PRINSIP PERPINDAHAN PANAS, Edisi

Anda mungkin juga menyukai