Anda di halaman 1dari 3

ASFIKSIA Definisi Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967). Asfiksia neonatorum ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterine (Grabiel Duc, 1971). Asidosis, gangguan kardiovaskular serta

komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir (James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari pertama setelah lahir. Etiologi Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penting penilaian janin semasa kehamilan, persalinan memegang peranan yang penting untuk keselamatan bayi. Beberapa penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi : 1. Faktor ibu Cacat bawaan Hipoventilasi selama anastesi Penyakit jantung sianosis Gagal bernafas Keracunan CO Tekanan darah rendah Gangguan kontraksi uterus Usia ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun Sosial ekonomi rendah

Hipertensi pada penyakit eklampsia

2. Faktor janin / neonatorum Kompresi umbilicus Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir Prematur Gemeli Kelainan congential Pemakaian obat anestesi Trauma yang terjadi akibat persalinan

3. Faktor plasenta Plasenta tipis Plasenta kecil Plasenta tidak menempel Solusio plasenta

4. Faktor persalinan Klasifikasi Atas dasar pengalaman klinis, asfiksia neonatorum dibagi dalam : 1. Vigorous baby : skor APGAR 7-10. dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. Mild moderate asfixia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 3. a) Asfiksia berat, skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadangkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada. b) Asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung adalah keadaan : 1. bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, 2. bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam Partus lama Partus tindakan

hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan dengan asfiksia berat. Patofisiologi Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan asfiksia mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode apnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik berlanjut terjadi metabolisme anaerob berupa glikolisis glikogen tubuh pada hati dan jantung. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Gejala Klinik Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Anda mungkin juga menyukai