Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Ruang angkasa merupakan merupakan wilayah yang terletak di luar atmosfer/ruang udara. Dalam penggunaannya, aktifitas yang dilakukan di ruang angkasa haruslah bermanfaat bagi manusia. Sehingga, terdapat pelarangan ujicoba nuklir dan peralatan militer di ruang angkasa, karena dianggap dapat membahayakan umat manusia yang tinggal di bumi secara keseluruhan. Ruang angkasa ini juga dianggap bebas, dan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi manusia sejauh tidak membahayakan dan mengancam perdamaian dunia. Untuk wilayah ruang angkasa berlaku beberapa dasar hukum, yakni Deklarasi Bogota 1944 mengenai penerbangan internasional, Space Treaty 1967, Rescue Agreement 1968, Convention on Liability 1972, Registration Convention 1975, dan Moon Agreement 1979. Namun, yang akan saya bahas di dalam makalah ini adalah Space Treaty 1967. Perjanjian ruang angkasa (Space Treaty) 1967 yang diprakarsai oleh PBB ini berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB yang berisikan tentang prinsip-prinsip hukum internasional yang mengatur aktivitas negara dan perihal eksplorasi ruang angkasa, termasuk bulan dan benda angkasa lainnya merupakan yang diatur dalam sebuah perjanjian yang kemudian menjadi dasar dari hukum ruang angkasa. Space Treaty ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang muncul sejak adanya Konvensi Chicago 1944. Dalam Konvensi Chicago tidak dijelaskan mengenai teritori suatu negara sampai pada ketinggian berapa diatasnya dan konvensi ini juga membatasi kedaulatan negara didasarkan pada prinsip cujus est solum. Sedangkan dalam Space Treaty ini tidak diakui adanya kedaulatan teritorial di ruang angkasa. Berdasarkan perjanjian ini juga, ruang angkasa merupakan wilayah yang bebas dari klaim kedulatan negara manapun dan tidak dapat dimonopoli.

PERMASALAHAN

Pada tanggal 24 Januari 1978, pesawat COSMOS 954, sebuah satelit pengawasan untuk bertenaga nuklir milik Uni Soviet jatuh di Kawasan Barat Laut Kanada yang membentang dari Great Slave Lake hingga ke utara Alberta dan Saskatchewan. 1 Serpihan pasca terjadinya kecelakaan tersebut tersebar mengandung dalam jumlah besar zat radioaktif. Jatuhnya satelit tersebut diduga karena telah bertabrakan dengan serpihan sampah luar angkasa. Satelit yang diluncurkan pada tanggal 18 September 1977 ini kehilangan kontrol dengan badan ruang angkasa Uni Soviet oleh karena fasilitas lacak yang dimiliki masih belum memadai. Pada tanggal 24 Januari 1978 dilaporkan bahwa satelit tersebut melintas di wilayah barat laut Kanada dan jatuh di wilayah tersebut dalam waktu yang sama. Jatuhnya satelit tersebut menyebabkan adanya radiasi bahan radioaktif seluas 600 km 2. Pecahan satelit tersebut mengandung sekitar 3500 partikel radioaktif dengan tingkat radiasi sekitar 500 rontgen/jam2. Menghadapi kasus tersebut, Kanada pun mengajukan tuntutan ganti rugi, karena Kanada telah mengeluarkan biaya dan tenaga yang sangat besar untuk membersihkan dan memulihkan lingkungan yang telah tercemar. Uni Soviet pun memberikan kompensasi materi sebesar $6.041.174.70 untuk pengeluaran secara nyata dan kompensasi tambahan lainnya sebesar C$3 juta untuk biaya-biaya tak terprediksi di masa depan ditambah pula dengan bantuan berupa tenaga ahli untuk membantu memulihkan lingkungan Kanada dan membersihkan daerah-daerah yang tercemar akibat radiasi satelit yang jatuh. Peristiwa jatuhnya pesawatdengan kendali nuklir ini bukan yang pertama kalinya, pada tahun 1983, pesawat Kosmos 1402 milik Jepang juga mengalami hal yang serupa di wilayah Atlantik Selatan.

www.hc-sc.gc.ca/hc-ps/ed-ud/fedplan/cosmos_954-eng.php diakses pada tanggal 22 Mei 2013, pukul 20.00 wib


2

http://www.jaxa.jp/library/space_law/chapter_3/3-2-2-1_e.html. Settlement of Claim between Canada and the Union of Soviet Socialist Republics for Damage Caused by Cosmos-954 (Released on April 2, 1981), diakses pada pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 20.19 wib.

PEMBAHASAN

Tinjauan Teori Landasan hukum yang mengatur mengenai ruang angkasa dan kemudian menjadi dasar dari hukum ruang angkasa adalah Space Treaty 1967. Terdapat beberapa prinsip utama di dalam Space Treaty ini, yakni: 1. Dalam artikel 1 Space Treaty 1967 dibahas mengenai prinsip-prinsip umum hukum ruang angkasa, a. Prinsip non-diskriminasi. Prinsip ini menyebutkan bahwa ruang angkasa, termasuk bulan dan benda-benda langit lainnya, harus dimanfaatkan untuk kepentingan semua negara tanpa membedakan tingkat ekonomi maupun tingkat teknologinya. b. Prinsip equality. Prinsip ini menyebutkan bahwa ruang angkasa, termasuk bulan dan bendabenda langit lainnya, dinyatakan bebas untuk dimanfaatkan oleh setiap negara atas dasar persamaan. c. Prinsip kooperatif. Prinsip ini menyebutkan bahwa kerjasama antar-negara untuk melakukan penelitian ilmiah mengenai ruang angkasa harus dilandasi oleh rasa kebebasan3.

2. Dalam artikel 2 Space Treaty 1967 dibahas mengenai larangan kepemilikan atas ruang angkasa, termasuk bulan dan benda-benda langit lainnya (national non-appropriation principle). Sehingga tiap-tiap negara tidak dapat melakukan klaim kepemilikan atas ruang angkasa, baik melalui tuntutan kedaulatan, pendudukan, penguasaan, dsb.

http://history.nasa.gov/1967treaty.html, diakses pada 22 Mei 2013, 21:15 wib.

3. Dalam artikel 3 Space Treaty 1967 dibahas bahwa aktifitas negara dalam kaitannya dengan ruang angkasa haruslah berlandaskan hukum internasional ( rule of law). Sehingga wajib bagi tiap-tiap negara untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia serta membina solidaritas antarbangsa.

4. Dalam Space Treaty 1967 dibahas mengenai orbit geostasioner (GSO). GSO merupakan orbit maya di ruang angkasa yang melingkari bumi sejajar khatulistiwa pada ketinggian 35.787 km dari permukaan bumi yang sering dimanfaatkan sebagai acuan dalam penempatan satelit komunikasi. GSO yang berada di atas khatulistiwa mau tidak mau membuat negara yang berada di bawahnya terlibat di dalam pemanfaatan orbit tersebut. Oleh karena itu, negara-negara khatulistiwa (Indonesia, Kolombia, Ekuador, Uganda, Zaire, dan Kongo) memperjuangkan deklarasi, yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Bogota yang menuntut kedaulatan negara ekuatorial atas GSO yang melintas di atas teritorialnya. Melalui deklarasi ini, mereka ingin membatasi prinsip first come first serve dan memprioritaskan wilayah tersebut untuk negara kolong. Space Treaty 1967 sebagai sebuah perjanjian internasional menetapkan beberapa hak dan tanggungjawab bagi negara peserta perjanjian. Hak negara dalam ruang angkasa meliputi, hak untuk mengeksplor dan menggunakan ruang angkasa (pasal 1 alinea 2), hak untuk memperoleh ganti rugi apabila mengalami kerugian akibat benda ruang angkasa (pasal 6), negara yang memiliki dan mendaftarkan benda ruang angkasanya mempunyai wewenang untuk mengawasi termasuk personil di dalamnya, hak untuk menerima pengembalian astronot dan benda ruang angkasanya dan hak untuk mengakses benda langit dan benda ruang angkasa negara lain. Tanggungjawab harus dilakukan jika terjadi kesalahan. Di dalam Space Treaty 1967 terdapat tiga bentuk tanggung jawab, yakni absolute/strict liability dimana tanggungjawab harus langsung dijalankan dan ganti rugi harus diberikan tanpa melihat unsur kesalahan, pressumption liability dimana pengangkut dapat dibebaskan dari ganti rugi apabila sudah melakukan berbagai macam upaya untuk meng-handle barang yang diangkut, dan based on fault liability dimana aktivitas ruang angkasa menyebabkan kerugian terhadap benda angkasa, karena kesalahannya maka harus memberikan ganti rugi.

Analisis Dalam menghadapi kasus Cosmos-954 ini, Kanada dan Uni Soviet menggunakan media negosiasi untuk menyelesaikan masalah, sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam pasal 9 Liability Convention 1972. Menurut Liability Convention 1972, Uni Soviet di sini berperan sebagai negara peluncur. Negara peluncur haruslah bertanggungjawab secara mutlak untuk membayar kompensasi atas kerusakan yang disebabkan olehnya kepada Kanada sebagai negara yang terkena dampak kerusakan langsung. Kanada, sebagai pihak yang dirugikan (negara kolong) telah menggunakan hak yang dimilikinya seperti yang tertera dalam Space Treaty 1967, yakni untuk memperoleh ganti rugi apabila mengalami kerugian akibat benda ruang angkasa. Sedangkan Uni Soviet sebagai pihak yang merugikan juga telah melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik, yakni absolute liability, dengan cara memberikan kompensasi dan bantuan tenaga ahli kepada Kanada. Tindakan yang dilakukan oleh Kanada dan Uni Soviet ini telah sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam Space Treaty 1967 dan Liability Convention 1972. Hal ini berdasarkan pasal 12, bahwa besar ganti rugi dari negara peluncur akan ditentukan sesuai dengan hukum internasional dan prinsip keadilan, serta kesepakatan dari kedua belah pihak.

KESIMPULAN

Ruang angkasa merupakan ruang dimana tidak terdapat kedaulatan suatu negara dan bebas dari klaim manapun. Segala aturan di ruang angkasa telah diatur berdasarkan pada Space Treaty 1967, yang muncul seiring dengan berkembangnya teknologi dimana telah diluncurkan satelit yang pertama kali dan pengiriman manusia pertama ke luar angkasa, ditunjang pula dengan keberadaan tenaga nuklir sebagai bahan penggeraknya. Adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat ini, membuat pengiriman satelit menjadi suatu hal yang lumrah dilakukan oleh suatu negara, asalkan dengan tujuan yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia dan tidak mengancam perdamaian negara-negara di bumi. Namun tak jarang satelit yang dikirimkan ke ruang angkasa memiliki masalah baik akibat kesalahan teknis maupun non-teknis sehingg jatuh ke bumi dan mengalami kecelakaan sebelum mencapai orbitnya. Sehingga, satelit pun menjadi ancaman yang sewaktu-waktu dapat membahayakan suatu negara kolong dan masyarakatnya karena kejatuhannya yang tidak dapat diduga-duga. Untuk itulah terdapat aturan mengenai hak dan tanggungjawab yang harus dipatuhi oleh negara-negaranya. Sehingga segala dampak yang muncul jika sewaktu-waktu terdapat satelit yang jatuh dapat diminimalisir, dipertanggungjawabkan dengan baik, baik dari pihak negara peluncur dengan negara yang dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku: I.H.Ph. Diederiks-Verschoor, 1993. An Introduction to Space Law, Deventer-Boston: Kluwer Law and Taxation Publishers.

Website: www.hc-sc.gc.ca/hc-ps/ed-ud/fedplan/cosmos_954-eng.php http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/JDHvol112011/13.%20Aryuni%20Y.pdf http://history.nasa.gov/1967treaty.html http://untreaty.un.org/cod/avl/ha/tos/tos.html http://untreaty.un.org/cod/avl/pdf/ha/tos/tos_e.pdf http://www.jaxa.jp/library/space_law/chapter_3/3-2-2-1_e.html

Makalah

Space Treaty 1967: Studi Kasus Cosmos-954


Ditujukan untuk memenuhi tugas pengganti UTS

Hukum Internasional 2

Disusun Oleh: Meita Nurmalia Aisyah 170210090115 Tugas Dikumpulkan Pada : 23 Mei 2013

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran 2013

Anda mungkin juga menyukai