pada minimal 2 alat bukti ditambah keyakinan hakim, ada 1000 alat bukti tapi hakim tidak yakin, maka tidak boleh menjatuhkan pidana, sebaliknya jika hakim yakin dan tidak ada alat bukti yang sah, dia juga tidak bisa menjatuhkan pidana. Larangan itu dengan tegas terdapat dalam Pasal 183 KUHAP Ada satu Adagium yang dipegang oleh seluruh Hakim di dunia, yaitu Lebih baik membebaskan 1000 orang yang bersalah daripada menghukum 1 orang yang tidak bersalah Mengapa demikian? Karena kekuasaan hakim ini sangat mutlak, satusatunya kongres yang mendapat kekuasaan langsung dari Tuhan itu hanyalah Hakim, sehingga dalam Tittle Eksekutorial itu berbunyi Demi Keadlian Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam kaitannya dengan teori kemungkinan dalam ilmu fisika, seharusnya dalam suatu putusan pidana, hakim lebih sering menjatuhkan putusan Bebas atau Lepas daripada Pidana, dalam putusan Pidana ada 3 kemungkinan, yaitu menjatuhkan Pidana, Membaskan atau Melepaskan, jadi dalam teori kemungkinan tersebut Kopabilitas untuk Membaskan atau Melepaskan adalah 66,6%, karena erat kaitannya dengan adagium di atas tadi, yaitu Lebih baik membebaskan 1000 orang yang bersalah daripada menghukum 1 orang yang tidak bersalah. Dengan logika yang dapat diambil adalah, jika terdakwa lolos di dunia, dia tidak mungkin lolos di akhirat, ada yang menghukum di akhirat, jadi peran hakim langsung diambil alih oleh Tuhan disitu. Maka sangat Erat kaitannya antara Putusan Hakim dengan Keadilan Tuhan Yang Maha Adil, Karena yang perlu diingat adalah 2 dari 3 orang Hakim tempatnya di neraka. (Prof. Dr. Edward O.S. Hiariej) dan saya yakin Majelis Hakim Yang Mulia ini dengan keadilan dan kearifannya tidak termasuk dalam 3 orang hakim yang tempatnya di neraka tersebut. Dalam elemen pembuktian, yang pertama Relevansi (relevan), yang kedua adalah Dapat Diterima. Bukti yang dapat diterima pasti itu bukti yang relevan, tapi bukti yang relevan belum pasti sebagai bukti yang bisa diterima, dikarenakan ada yang disebut dengan Testimoni de auditu bahwa seorang saksi mendengar dari orang lain tidak mendengar sendiri, itu bukti yang relevan, tapi Tidak Bisa diterima. Dalam perkara ini adalah terkait saksi dalam persidangan seperti (sebutin siapa aja yang keterangannya diberikan tanpa dia melihat atau mendengar sendiri). (Prof. Dr. Edward O.S. Hiariej) Sifat Hukum Acara Pidana merupakan keresmian, artinya hukum acara ini sangat saklek, karena sering kali dalam hukum acara terjadi pengesampingan kebenaran materiil dan itu seringkali terjadi pada hukum acara. (Prof. Dr. Edward O.S. Hiariej) Hukum Acara Pidana adalah peraturan hukum pidana yang mengatur bagaimana cara mempertahankan berlakunya hukum pidana materil. Hukum pidana formil
memproses bagaimana menghukum atau tidak menghukum seseorang yang dituduh melakukan tindak pidana . (Mochtar Kusuma Atmadja) Hukum Acara Pidana adalah mengatur cara pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana material (Prof. Dr. Mr.L.J. Van Apledoorn) Dari beberapa ahli tersebut dapat dengan jelas kita simpulkan bahwa Kebenaran Formil tidak lepas dan saling terkait dengan Kebenaran Materilnya. Dalam perkara ini (masukin yang kesalahan2 materil terkait salah dalam lokasi, salah identitas) Dalam pembuktian terdapat contoh dari Nabi Muhammad sebagai suri tauladan yang baik, disitu beliau mencontohkan bahwa suatu ketika ada seorang Kafir Quraisy dituduh mencuri jubah perangnya Ummar bin Khattab, kemudian setelah ditangkap Kafir Quraisy itu sudah mengaku bahwa dia yang mencuri dan seluruh penduduk Mekah pada saat itu juga mengenal betul bahwa jubah itu milik Ummar bin Khattab, tetapi kemudian ketika sampai di depan Nabi, ditanyakan oleh Nabi kepada Ummar Ummar kamu punya berapa saksi? jawab Ummar Hanya satu saksi ya Rasulullah Kemudian dengan tegas Nabi berkata Ummar, kamu kalah, saya butuh minimal 2 orang saksi. Itulah salah satu contoh pembuktian yang benar, jadi meskipun secara kasat mata ada intensi bersalah tetapi tidak bisa Dibuktikan, maka dia Bebas, biar nanti urusannya dengan Tuhan di akhirat, berbeda dengan Pengadilan di dunia yang membutuhkan bukti. (masukin bukti bukti selama persidangan yang tidak kuat, kaya baju, hape rusak, dll)