Anda di halaman 1dari 75

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapankecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional pada peserta didik kearah pengetahuan sebagai bentuk interaksi dengan alam dan sesama manusia. Sedangkan dalam UndangUndang mengenai sistem pendidikan nasional,

pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Kimia sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah menengah memiliki perbedaan yang nyata dengan mata pelajaran yang lain. Keberadaan ilmu kimia disebut juga sebagai central science karena memiliki peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan lain. Ilmu kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai susunan struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut (Purba, 2008: 3). Salah satu yang unik dan perlu mendapat perhatian khusus bahwa ilmu kimia yang sebagian besar berisi konsep dan prinsip yang bersifat abstrak yang menyebabkan siswa sulit memahami dan tidak menyukai mata pelajaran kimia yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di MAN 2 Mataram, prestasi siswa masih tergolong sangat rendah ini dilihat dari jumlah siswa yang lulus pada saat ujian blok sangat sedikit dan nilai rata-ratanya pun rendah. Dari data yang ada, di dapatkan nilai rata-rata ujian blok

yaitu sebesar 47,62 jauh lebih kecil dari nilai KKM sebesar 62. Sedangakan persentase siswa yang lulus pada ujian blok ini sebesar 21,85 %. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya minat dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, siswa jarang bertanya dalam proses pembelajaraan dikarenakan siswa menganggap pelajaran kimia adalah pelajaran yang sulit sehingga proses pembelajaran menjadi pasif. Kurangnya minat dan aktifitas siswa ini juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain metode yang selama ini digunakan oleh guru. Peningkatan pencapaian prestasi belajar siswa menjadi lebih baik perlu dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, guru dituntut lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan kondisi kelas yang aktif sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal dan memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep kimia yang selama ini masih dianggap sulit oleh siswa. Salah satu cara untuk melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif selama proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat siswa aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Menurut Lie dalam Isjoni (2011 : 16) pembelajaran gotong royong atau cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur. Model pembelajaran yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu. Huda (2011 : 135) menjelaskan bahwa bertukar pasangan merupakan salah satu metode yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Sedangkan Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) merupakan suatu teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh Spancer Kagan. Teknik ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan umur, serta memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan

kelompok kelompok lain. Kelebihan dari kedua metode ini adalah metode ini cocok diterapkan dalam semua mata pelajaran dan mempererat kerja sama antar siswa. Penerapan kedua metode ini memungkinkan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga tidak hanya terpusat pada guru dan berlangsung satu arah saja. Siswa yang menggunakan metode ini diharapkan dapat lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi siswa pun akan meningkat. Peneliti dalam penelitian ini ingin membandingkan prestasi siswa dengan menggunakan kedua metode ini, sehingga penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu. Penelitian penelitian sebelumnya biasanya hanya memanipulasi model pembelajaran untuk mendapatkan efek pada prestasi belajar siswa. Tetapi, biasanya ada beberapa variabel yang berinteraksi dengan model pembelajaran

yang digunakan sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Pada penelitian kali ini peneliti mempertimbangkan kemampuan awal siswa sebagai variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi prestasi belajar selain dari model pembelajaran yang digunakan, kemampuan awal siswa didapat peneliti dari nilai rata-rata ujian semester sebelumnya. Variabel kemampuan awal tidak diletakkan pada judul skripsi karena dengan pertimbangan jumlah kata dalam judul skripsi sehingga kemampuan awal akan dijelaskan pada batasan masalah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012 ? 2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar kimia pada siswa kelompok tinggi yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada siswa kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012 ? 3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar kimia pada siswa kelompok rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada siswa kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas X ? C. Batasan Masalah Agar pelaksanaan penelitian ini lebih terarah dengan baik, maka ruang lingkup dalam penelitian ini perlu ditegaskan. Oleh karena itu batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam aspek kognitif yang diukur menggunakan tes prestasi belajar (tes tertulis). 2. Materi pokok yang diajarkan adalah hidrokarbon meliputi kekhasan atom karbon, pengelompokan senyawa hidrokarbon, alkana, alkena, dan alkuna (tata nama, isomer, dan reaksi kimia), dan hubungan senyawa hidrokarbon dengan titik didhnya. 3. Siswa kelas X yang akan diteliti adalah siswa kelas X 1 dan X2 semester 2 di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. Pada kedua kelas terbagi dalam kelompok tinggi dan kelompok rendah. 4. Kelompok tinggi merupakan kelompok dimana nilai ujian semester ganjil mata pelajaran kimia diatas nilai rata-rata ujian semester ganjil mata pelajaran kimia kelas X1 dan X2 MAN 2 Mataram 2011/2012. 5. Kelompok rendah merupakan kelompok dimana nilai ujian semester ganjil mata pelajaran kimia dibawah nilai rata-rata ujian semester ganjil mata pelajaran kimia kelas X1 dan X2 MAN 2 Mataram 2011/2012. Tahun Ajaran Tahun Ajaran

D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar kimia pada siswa kelompok tinggi yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada siswa kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar kimia pada siswa kelompok rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada siswa kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012. 4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa

a. Siswa diharapkan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih baik dan menyenangkan yang dapat membantu siswa dalam memahami konsepkonsep yang ada pada materi Hidrokarbon. b. Dapat membangun kerjasama dan komunikasi yang lebih baik antar siswa dalam proses pembelajaran. 2. Bagi guru Dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga proses pembelajaran menjadi lebih baik. 3. Bagi sekolah Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan mutu proses pembelajaran dan perbaikan kualitas pendidikan di sekolah, khususnya pada materi pelajaran kimia. 4. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan kreativitas sebagai calon guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih kreatif, menarik dan dapat memotivasi siswa sebagai salah satu upaya peningkatan proses belajar mengajar dan berguna bagi profesi peneliti dimasa yang akan datang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Kimia Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar berupa keadaan alam, bendabenda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Susilo, 2009 : 22). Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan para peserta didiknya. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan (Suhana, 2009 : 7). Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkn ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Sagala, 2011 : 61).

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-

pengalaman. Belajar dapat juga di definisikan sebagai sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya (Baharuddin, 2007 : 12). Menurut Purba (2008 : 3), ilmu kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai susunan struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Setiap zat mempunyai sifat khas yang membedakannya dengan zat lain itu. Ilmu kimia mempelajari sifat zat dan berusaha mencari prinsip yang mengatur sifat-sifat zat tersebut, serta merumuskan teori untuk menerangkan mengapa hal itu terjadi. Misalnya, salah satu sifat kimia alkohol adalah dapat terbakar, ilmu kimia mencoba menjelaskan mengapa alkohol dapat terbakar. Menurut Middlecamp dalam Siregar (2007 : 3), mempelajari Ilmu Kimia tidak hanya bertujuan untuk menemukan zat-zat Kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi juga mengetahui hakikat materi dan perubahannya, mempelajari struktur, susunan, sifat, serta energi yang menyertai perubahan materi. Sebagian Ilmu Kimia bersifat kasat mata (visible), artinya dapat dilihat dari fakta konkretnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat dilihat fakta konkretnya. Fakta dalam Ilmu Kimia sangat banyak. Belajar kimia merupakan aktivitas siswa untuk mendapatkan kepandaian atau ilmu kimia guna memenuhi

10

kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Pembelajaran kimia adalah proses komunikasi dua arah antara guru dengan siswa tentang materi kimia yang sebagian besar berisi konsep dan prinsip yang bersifat abstrak dimana pihak guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pihak yang belajar tentang materi kimia tersebut. 2. Prestasi Belajar Kimia Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran (Arifin, 2009 : 12-13). Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Setiap usaha dan aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa bertujuan untuk mencapai prestasi belajar yang setinggi-tingginya (Djamarah, 1991 : 60). Selain itu, prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar kimia adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kimia dalam selang waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf. Fungsi prestasi belajar kimia tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa dalam dari

11

menyelesaikan aktifitas belajar kimia, tetapi yang lebih penting sebagai motivasi siswa agar lebih giat dalam mempelajari ilmu kimia yang terlihat rumit dan kompleks. Prestasi belajar kimia tidak hanya berguna bagi guru untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran kimia yang telah dilakukan, tetapi juga diperlukan oleh siswa untuk melihat berhasil atau tidaknya ia belajar kimia yang secara langsung dapat menjadi motivasi untuk siswa itu sendiri dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Kimia Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 2). Menurut Suhana (2009 : 9), keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya secara integratif dari setiap faktor pendukungnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain : a. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup tingkat kecerdasan, bakat, sikap, minat, motivasi, keyakinan, kesadaran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. b. Pengajar yang profesional yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi personal, kompetensi profesional,

kualifikasi pendidikan yang memadai, dan kesejahteraan yang memadai. c. Atmosfir pembelajaran partisipatif dan interaktif yang dimanifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah ( multiple

12

communication) secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan, yaitu : Komunikasi antara guru dengan peserta didik. Komunikasi antara peserta didik dengan peserta didik. Komunikasi kontekstual dan integratif antara guru, peserta didik, dan lingkungannya. d. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, sehingga peserta didik merasa betah dan bergairah ( enthuse) untuk belajar, yang mencakup : Lahan tanah, antara lain kebun sekolah, halaman, dan lapangan olah raga. Bangunan, antara lain ruangan kantor, kelas, laboratorium,

perpustakaan, dan ruang aktivitas ekstra kurikuler. Perlengkapan, antara lain alat tulis kantor, media pembelajaran, baik elektronik maupun manual. e. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus mengenai perubahan perilaku (behavior change) peserta didik secara integral, baik yang berkaitan dengan kognitif, afektif, maupun psikomotor. f. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu, dan teknologi, serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan. g. Atmosfir kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipatif, demokratis, dan situsional yang dapat membangun kebahagiaan intelektual (intelectual

13

happiness), kebahagian emosional (emotional happiness), kebahagian dalam merekayasa ancaman menjadi peluang (adversity happiness), dan kebahagian spritual (spritual happiness). h. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget) maupun biaya pembangunan (capital budget) yang datangnya dari pihak pemerintah, orang tua, maupun stakeholder lainnya sehingga sekolah mampu melangkah maju dari sebagai pengguna dana ( cost) menjadi penggali dana (revenue). 4. Tinjauan Kemampuan Awal Menurut Dick yang dikutip oeh Hanun (2008 : 102), kemampuan awal merupakan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia mengikuti mata pelajaran yang akan diberikan. Dengan kemampuan ini siswa dapat mempelajari materi yang akan diajarkan guru dan sebaliknya tanpa kemampuan ini siswa akan mengalami kesulitan mempelajari materi sebelumnya. Menurut Reigeluth yang dikutip oeh Hanun (2008 : 105), kemampuan awal merupakan seluruh kompetensi pada level bawah yang seharusnya telah dikuasai sebelum siswa memulai suatu rangkaian pembelajaran khusus untuk mengerjakan kompetensi diatas kemampuan awal. Kemampuan awal siswa dapat diartikan sebagai kecerdasan awal siswa sehingga kemampuan awal dalam penelitian ini dapat diperoleh dari nilai materi sebelumnya.

14

5. Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson dan Johson dalam Ariffudin (2010 : 12), pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya dappat dirasakan oleh semua anggota kelompok. Menurut Lie (2010 : 16) pembelajaran gotong royong atau cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Setiap anggota dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru, saling bekerja sama dan membantu dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam kelompoknya dapat menjadi tutor bagi anggota kelompoknya yang lain yang memiliki kemampuan yang lebih rendah. Menurut Slavin (2010 : 100) pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah tekhnik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan. Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah memberikan pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang dibutuhkaan. Menurut Isjoni (2010 : 44), karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok

15

yang beranggotakan 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran haus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Oleh sebab itu, penanaman keterampilan kooperatif sangat perlu dilakukan, antara lain menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompokkelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Aktifitas pembelajaran dalam hal ini sebagian besar berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). 6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan Menurut Djamarah (1991 : 71), metode mengajar merupakan strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Suhana (2009 : 49), langkah langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah sebagai berikut : a. Setiap peserta didik mendapat satu pasangan (bisa ditunjuk langsung oleh guru atau siswa sendiri yang mencari pasangannya).

16

b. Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas dengan pasangannya. c. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. e. Temuan baru yang di dapat dari pertukaran pasangan, kemudian dibagikan kepada pasangan semula. Huda (2011 : 135), menjelaskan bahwa bertukar pasangan merupakan salah satu metode yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dengan langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut : a. Setiap siswa membentuk pasangan-pasangan (bisa ditunjuk langsung oleh guru atau siswa sendiri yang mencari pasangannya). b. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh setiap pasangan siswa. c. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling berdiskusi dan menshare jawaban mereka. e. Hasil diskusi yang baru di dapat dari Bertukar Pasangan ini kemudian didiskusikan kembali oleh pasangan semula. 7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)

17

Menurut Lie (2010 : 61), teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dkembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut: a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain. c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Menurut Huda (2011 : 140), Dua Tinggal Dua Tamu merupakan suatu teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh Spancer Kagan. Teknik ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan umur, serta memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan

18

kelompok kelompok lain. Adapun langkah langkah yang harus dilakukan sebagai berikut : a. Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana biasanya. b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. c. Setelah selesai, 2 anggota dari masing - masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain. d. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas men sharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. e. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain. f. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan Dua Tinggal Dua Tamu, disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Metode Bertukar Pasangan dengan Dua Tinggal Dua Tamu No Faktor Pembeda Metode Pembelajaran . Bertukar Pasangan Dua Tinggal Dua Tamu 1. Jumlah anggota kelompok Dua orang Empat orang 2. Monitoring kelompok Banyak kelompok Guru mudah memonitor yang melapor dan perlu dimonitor 3. Pemikiran ide Lebih sedikit ide Lebih banyak ide yang yang muncul muncul 4. Kontribusi individu Lebih banyak Kurang kesempatan untuk kesempatan untuk kontribusi individu

19

5.

Bergabung kelompok lain

kontribusi individu dengan Semua anggota Tidak semua bergabung dengan bergabung kelompok lain kelompok lain

anggota dengan

8. Tinjauan Senyawa Hidrokarbon Sebagian besar senyawa kimia yang terdapat di alam ini merupakan senyawa karbon. Salah satu senyawa karbon yang jumlahnya sangat banyak dan penggunaannya sangat penting adalah senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa yang terbentuk dari atom hidrogen dan karbon. Kekhasan Atom Karbon 1) Sifat khas atom karbon Atom C mempunyai konfigurasi elektron 2, 4, sehingga elektron valensinya adalah 4. Artinya, setiap atom C dapat membentuk 4 ikatan kovalen. Oleh karena itu, atom C memiliki sifat yang khas yaitu mampu berikatan dengan atom C yang lain membentuk rantai karbon yang sangat panjang dan bervariasi. 2) Senyawa yang dapat dibentuk oleh atom karbon Atom karbon mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai macam senyawa, misalnya senyawa karbondioksida dan hidrokarbon. 3) Posisi atom C dalam rantai karbon Berdasarkan jumlah atom C yang diikat oleh setiap atom C, ada 4 kemungkinan posisi atom C dalam rantai karbon, yaitu sebagai berikut: Atom C primer : atom C yang hanya mengikat 1 atom C yang lainnya

20

Atom C sekunder : atom C yang mengikat 2 atom C lainnya Atom C tersier : atom C yang mengikat 3 atom C lainnya

Atom C kuarterner : atom C yang mengikat 4 atom C lainnya Pengelompokan Senyawa Hidrokarbon Senyawa Hidrokarbon yang terbentuk dari atom-atom C dan H berjumlah sangat banyak. Untuk mempermudah dalam mempelajari sifat-sifatnya, para ilmuan mengelompokkan senyawa Hidrokarbon berdasarkan jenis rantai yang terbentuk dan jenis ikatan antar atom-atom C. Tata Nama Senyawa Hidrokarbon 1) Tata Nama Senyawa Alkana - Tata nama senyawa alkana rantai lurus Penamaan senyawa alkana rantai lurus tersusun atas nama awal dan nama akhir. Nama awal ditentukan berdasarkan jumlah atom C, sedangkan nama akhir ditentukan berdasarkan jenis ikatannya. Tabel 2.2 Nama Awal Senyawa Alkana Jumlah Atom C 1 2 3 4 5 Nama Awal metaetapropabutapentaJumlah atom C 6 7 8 9 10 Nama Awal heksaheptaoktanonadeka-

Berikut adalah langkah-langkah penamaan alkana rantai lurus a) Hitung jumlah atom C-nya

21

b) Tuliskan nama awal berdasarkan jumlah atom C-nya, kemudian tambahkan akhiran ana. Jika jumlah atom C lebih dari 3, tambahkan n- di depan nama awal. - Tata nama senyawa alkana rantai bercabang Langkah-langkah penamaan senyawa alkana rantai bercabang a) Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya. Rantai induk adalah rantai karbon yang paling panjang, sedangkan rantai cabang merupakan rantai yang menempel pada satu atau lebih atom C dalam rantai induk. b) Hitung jumlah atom C pada rantai induk dan rantai cabang. c) Beri nomor pada rantai induk sehingga rantai cabang menempel pada atom C yang paling kecil. d) Tuliskan nama rantai induk berdasarkan jumlah atom C-nya e) Tuliskan nama rantai cabang berdasarkan jumlah atom C dan strukturnya. f) Tulis nomor cabang, diikuti tanda (-), gabungkan nama rantai cabang dan nama rantai induk. - Tata nama senyawa alkana rantai cincin Jika struktur senyawa hidrokarbon berbentuk cincin, penamaannya diawali dengan kata siklo, dan diikuti oleh nama alkana sesuai dengan jumlah atom karbonnya. 2) Tata Nama Senyawa Alkena - Langkah-langkah penamaan senyawa alkena rantai lurus.

22

a) Hitung jumlah atom C-nya, kemudian tuliskan nama awal berdasarkan jumlah atom C, dan akhiri dengan akhiran ena. b) Jika jumlah atom C senyawa alkena lebih dari tiga, maka beri nomor setiap atom C sehingga nomor terkecil terletak pada atom C yang terikat pada ikatan rangkap dua. Penamaan senyawa diawali oleh nomor atom C pertama yang terikat ke ikatan rangkap dua, diikuti tanda (-) dan nama rantai induk. - Langkah-langkah penamaan senyawa alkena rantai bercabang a) Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya. b) Hitung jumlah atom C pada rantai induk dan rantai cabang. c) Beri nomor pada rantai induk sehingga nomor terkecil terletak pada atom C yang terikat pada ikatan rangkap dua. d) Tuliskan nama rantai induk berdasarkan jumlah atom C-nya. e) Tuliskan nama rantai cabang berdasarkan jumlah atom C dan strukturnya. f) Tuliskan nomor cabang, diikuti tanda (-), gabungkan nama rantai cabang dan nama rantai induk. 3) Tata Nama Senyawa Alkuna - Langkah-langkah penamaan senyawa alkuna rantai lurus a) Hitung jumlah atom C-nya, kemudian tuliskan nama awal berdasarkan jumlah atom C, dan akhiri dengan akhiran una. b) Jika jumlah atom C senyawa alkuna lebih dari tiga, beri nomor setiap atom C sehingga nomor terkecil terletak pada atom C yang

23

terikat pada ikatan rangkap tiga. Penamaan senyawa diawali oleh nomor atom C pertama yang terikat ke ikatan rangkap tiga, diikuti tanda (-) dan nama rantai induk - Langkah-langkah penamaan senyawa alkuna rantai bercabang a) Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya. b) Hitung jumlah atom C pada rantai induk dan rantai cabang. c) Beri nomor pada rantai induk sehingga nomor terkecil terletak pada atom C yang terikat pada ikatan rangkap tiga. d) Tuliskan nama rantai induk berdasarkan jumlah atom C dan posisi ikatan rangkapnya. e) Tuliskan nama rantai cabang berdasarkan jumlah atom C dan strukturnya. f) Tuliskan nomor cabang, diikuti tanda (-), gabungkan nama rantai cabang dan nama rantai induk. Sifat Fisika Senyawa Hidrokarbon Senyawa hidrokarbon, yaitu alkana, alkena, dan alkuna mempunyai sifat fisika yang mirip, yaitu tidak larut dalam air dan mengapung di atas permukaan air. Akan tetapi, senyawa-senyawa ini mempunyai titik didih dan wujud yang berbeda-beda. a. Titik didih senyawa hidrokarbon dipengaruhi massa molekul relatifnya Semakin besar nilai Mr, semakin tinggi titik didih senyawa alkana. Jadi semakin banyak jumlah atom, semakin tinggi titik didihnya seperti yang terlihat pada Tabel 2.3.

24

Tabel 2.3 Tabel Titik Didih Senyawa Hidrokarbon Senyawa alkena Etena Propena 1-butena 1-pentena 1-heksena 1-heptena Rumus molekul C2H4 C3H6 C4H8 C5H10 C6H12 C7H14 Mr 28 42 56 70 84 98 Sifat fisika Titik didih Wujud -103 Gas -48 Gas -6 Gas 30 Cair 64 Cair 93 Cair

b. Titik didih senyawa hidrokarbon dipengaruhi bentuk strukturnya Senyawa-senyawa yang memilki Mr yang sama, tetapi mempunyai struktur yang berbeda, ternyata memiliki titik didih yang berbeda pula. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Hubungan antara Struktur dengan Titik Didih Struktur H H H H H H H C C C H C5H12 72 1 28 H H H H H H H C C H C5H12 72 2 10 Rumus Molekul C5H12 Mr 72 Jumlah Rantai Cabang 0 Titik Didih 36

H C C

H C C

H CH3 H H CH3 CH3 C CH3 CH3

c. Hubungan antara Wujud Senyawa HIdrokarbon dan Jumlah Atom C Senyawa metana, etana, propana, dan n-butana berwujud gas pada suhu kamar. Adapun senyawa n-pentana hingga n-nonana berwujud cair. Bukan hanya

25

alkana, kelompok senyawa hidrokarbon lainnya (alkena dan alkuna) juga menunjukkan fenomena yang sama. Alkena dan alkuna dengan massa molekul rendah berwujud gas pada suhu kamar, sedangkan alkena dan alkuna lainnya ada yang cair serta padat. Isomer Senyawa Hidrokarbon 1. Isomer pada Alkana Alkana hanya mempunyai isomer kerangka. Isomer kerangka adalah kelompok senyawa yang memiliki Mr sama, tetapi berbeda kerangka karbonnya. 2. Isomer Pada Alkena a) Isomer Kerangka Isomer kerangka pada alkena disebabkan oleh kerangka karbon yang berbeda. b) Isomer Posisi Isomer posisi adalah kelompok isomer yang disebabkan oleh perbedaaan posisi ikatan rangkap pada rantai karbon. c) Isomer Geometris Isomer geometris pada alkena adalah kelompok senyawa isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak geometris dari gugus yang terikat pada atom C berikatan rangkap. 3. Isomer Pada Alkuna Pada alkuna, terdapat tiga jenis isomer, yaitu isomer kerangka, isomer posisi, dan isomer fungsi.

26

Reaksi Kimia pada Senyawa Hidrokarbon Jenis reaksi yang terjadi pada senyawa hidrokarbon adalah reaksi substitusi, reaksi adisi, reaksi eliminasi, dan reaksi pembakaran. Perhatikan Tabel 2.5 berikut. Tabel 2.5 Jenis Reaksi Pada Senyawa Hidrokarbon Jenis reaksi Reaksi substitusi Reaksi adisi Keterangan Contoh Reaksi penggantian C2H6(g) + Br2(g) C2H5Br(g) + HBr satu atom oleh atom lainnya. Reaksi pemutusan ikatan rangkap atau CH CH(g) + HCl(g) CH2 = CHCl(g) penggabungan molekul.

Reaksi eliminasi

Reaksi pembakaran

Reaksi penguraian senyawa atau reaksi CH3CH3(g) CH2 = CH2(g) + H2 pembentukan ikatan rangkap kebalikan dari raksi adisi. Reaksi suatu zat CxHy + (x + y) O2 xCO2 + y H2O dengan oksigen. Pada senyawa hidrokarbon, rekasi pembakaran akan menghasilkan karbondioksida dan air

1. Reaksi Kimia Pada Alkana Senyawa alkana dapat mengalami reaksi : Reaksi pembakaran. Reaksi substtitusi. Reaksi eliminasi.

2. Reaksi Kimia Pada Alkena

27

Senyawa alkena dapat mengalami reaksi pembakaran dan reaksi adisi. 3. Reaksi Kimia Pada Alkuna Senyawa alkuna dapat mengalami reaksi pembakaran dan reaksi adisi.

B. Kerangka Berpikir 1. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X. Prestasi belajar memiliki hubungan yang erat dengan model pembelajaran yang digunakan, dengan adanya model pembelajaran akan membuat siswa lebih aktif. Keaktifan siswa ini akan mempengaruhi prestasi belajar kimia, salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif yang mengaktifkan siswa dan kerja sama siswa dengan siswa yang lain. Kompleksitas materi kimia yang bersifat abstrak mengakibatkan siswa cenderung menganggap mata pelajaran kimia sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal tersebut berakibat pada penurunan motifasi belajar yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Dalam upaya meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar siswa, banyak strategi yang dapat diterapakan oleh guru selaku fasilitator pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan variasi dalam mengajar yakni melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu ini pada proses pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar kimia yang menyenangkan. Kerja sama kelompok untuk mendapatkan

28

nilai yang baik akan memicu motivasi siswa. Kedua metode ini mengajarkan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas kelompok, dan masing-masing siswa memiliki beban yang sama dalam kelompoknya sehingga akan memicu sikap tanggung jawab dan kerja sama siswa untuk memberikan yang terbaik terhadap kelompoknya. Menurut peneliti, terdapat perbedaan pengaruh penggunaan kedua tipe model pembelajaran kooperatif ini terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan jumlah siswa yang melakukan diskusi pada kedua tipe model pembelajaran kooperatif ini, pemikiran 2 orang dengan 4 orang akan berbeda, dan keefektifan suatu diskusi juga akan berbeda. Faktor-faktor dari diskusi inilah yang nantinya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. 2. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu Pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X. Siswa dalam proses pembelajaran, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan kemampuan awalnya yakni siswa yang berkemampuan awal tinggi dan siswa yang berkemampuan awal rendah. Pengelompokkan ini berdasarkan dari nilai rata-rata kelas, karena model pembelajaran ini berhubungan erat dengan prestasi belajar kimia sehingga model pembelajaran juga akan mempengaruhi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah. Siswa dalam proses pembelajaran, tidak terlepas dari faktor internal yakni kemampuan masing-masing siswa dalam menerima pelajaran atau sering disebut sebagai kemampuan awal siswa. Kemampuan awal pada penelitian ini diperoleh dari nilai ujian semester ganjil mata pelajaran kimia, kemudian siswa dapat

29

dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni kelompok tinggi dan kelompok rendah. Siswa dengan kemampuan awal tinggi cenderung akan menerima pelajaran lebih baik sehingga prestasi yang dicapai cenderung tinggi, selain karena faktor internal metode pembelajaran juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa sehingga siswa dengan kemampuan awal tinggi dan diajarkan dengan metode pembelajaran yang baik akan menghasilkan prestasi yang baik. Penelitian ini akan membandingkan prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan dua tipe model pembelajaran kooperatif yakni Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu. Pembelajaran dengan dua metode yang berbeda akan menghasilkan prestasi yang berbeda, sehingga dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui mana yang lebih tinggi prestasinya siswa yang berkemampuan awal tinggi yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan atau siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Menurut peneliti, berdiskusi dengan dua orang anggota akan lebih efektif dibandingkan diskusi dengan empat orang anggota. Sehingga metode Bertukar Pasangan akan lebih efektif dilakukan dari pada metode Dua Tinggal Dua Tamu kepada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi karena lebih banyak kesempatan untuk memberikan kontribusi individu dan lebih mudah untuk dimonitoring dalam berdiskusi. 3. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu Pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X.

30

Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah biasanya dikarenakan motivasi belajar yang kurang. Penurunan motivasi belajar ini akan berdampak pada rendahnya pestasi belajar siswa. Dalam upaya meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar siswa, banyak strategi yang dapat diterapkan oleh seorang guru selaku fasilitator pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan variasi dalam mengajar yakni melalui pengunaan model pembelajaran kooperatif. Penerapan kedua tipe model pembelajaran kooperatif ini pada proses pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar kimia yang menyenangkan. Kerja sama kelompok untuk mendapatkan nilai yang baik akan memicu motivasi siswa, dengan meningkatnya motivasi siswa maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat sehingga prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat meningkat. Penelitian yang dilakukan ini, bertujuan membandingkan peningkatan prestasi belajar siswa yang berkemampuan awal rendah yang di ajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu. Sama halnya dengan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, siswa yang memiliki kemampuan awal rendah juga membutuhkan meode pembelajaran yang efektif sehingga prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat meningkat. Peneliti masih berpendapat bahwa metode Bertukar Pasangan akan lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dibandngkan dengan metode Dua Tinggal Dua Tamu.

31

4. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dengan Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X. Siswa dalam penelitian ini, dikategorikan menjadi 2 kategori yakni kategori siswa yang memiliki kemampun awal rendah dan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. Model pembelajaran yang digunakan akan dilihat pengaruhnya terhadap kedua kategori siswa ini, interaksi terjadi jika terdapat pengaruh variabel independen terhadap salah satu kategori sampel dalam variabel dependen. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kimia dalam penelitian ini dapat terjadi jika pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar bagi kedua tingkat kemampuan awal tersebut akan berlainan. Jika tidak terdapat interaksi, maka pengaruh perlakuan itu akan sama bagi kedua tingkat kemampuan awal. Perlakuan yang dimaksud peneliti adalah penerapan kedua tipe model pembelajaran kooperatif yang akan diteliti yakni Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu. Artinya, akan terjadi interaksi jika salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan mengakibatkan prestasi belajar yang lebih tinggi pada salah satu tingkat kemampuan awal dan tipe model pembelajaran kooperatif yang lain memberikan pengaruh yang lebih tiggi kepada tingkat kemampuan awal yang lain. Jika salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan tipe model pembelajaran kooperatif yang lain pada kedua tingkat kemampuan awal baik siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun siswa dengan kemampuan awal rendah maka dapat dikatakan tidak terjadi interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa.

32

C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu memiliki perbedaan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas X di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Prestasi belajar kimia siswa kelas X dengan kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar kimia siswa kelas X dengan kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. 3. Prestasi belajar kimia siswa kelas X dengan kemampuan awal rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar kimia siswa kelas X dengan kemampuan awal rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. 4. Ada interaksi antara penerapan model pembelajaran koperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa kelas X di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.

33

34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai bulan Mei 2012 bertempat di MAN 2 Mataram. B. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian faktorial 2x2, dalam disain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi secara simultan untuk menyelidiki pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat, disamping itu juga pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa variabel itu (Furchan, 2011 : 388). Penelitian dilakukan pada dua kelas eksperimen, yaitu kelas eksperimen I menggunakan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan dan kelas eksperimen II menggunakan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu. Kelas eksperimen I adalah kelas X 1 dan kelas eksperimen II adalah kelas X2. Pada penelitian ini mencari rata-rata nilai ujian semester ganjil kedua kelas, kemudian mengelompokkan siswa ke dalam kelompok siswa berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah berdasarkan rata-rata nilai ujian semester tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan nilai ujian semester sebagai nilai prasyarat dalam melakukan penelitian, artinya tidak dilakukan pretest sebagai nilai awal tetapi nilai awal diambil dari nilai ujian semester yang ada. Hal ini dikarenakan pertimbangan dari peneliti terhadap waktu dalam melakukan penelitian. Dari nilai

35

ujian semester

yang ada dapat diperoleh nilai rata-rata semua siswa kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II sebesar 67.39, dan siswa dikelompokkan berdasarkan nilai tersebut. Diakhir penelitian, untuk mendapatkan data akhir, dilakukan post-test terhadap kedua kelas, dengan demikian rancangan penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Kemampuan Awal (B)
TINGGI (1)

Kelas/Model Pembelajaran(A)
X1/Bertukar Pasangan(1)
X2/Dua Tingal Dua Tamu (2)

11

12

RENDAH (2)

21 A1B

22 A2B

Keterangan : 11 : Prestasi belajar siswa kelompok tinggi pada kelas Bertukar Pasangan. 21 : Prestasi belajar siswa kelompok rendah pada kelas Bertukar Pasangan. 12 : Prestasi belajar siswa kelompok tinggi pada kelas Dua Tinggal Dua Tamu. 22 : Prestasi belajar siswa kelompok rendah pada kelas Dua Tinggal Dua Tamu. C. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini berupa variabel bebas, variabel terikat dan variabel atribut. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab, sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan pada penelitian yaitu model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan dan tipe dua tinggal dua

36

tamu sebagai variabel bebas. Sedangkan prestasi belajar sebagai variabel terikat. Prestasi belajar yang dimaksud adalah tes hasil belajar siswa kelas eksperimen I dan siswa kelas eksperimen II. Variabel atribut dalam penelitian ini adalah kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata ujian semester ganjil mata pelajaran kimia Tahun Ajaran 2011/2012. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 6 kelas yaitu kelas X.1, X.2, X.3, X.4, X.5, dan X.6. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling. Pada penelitian ini sampel diambil secara acak, yang diacak adalah kelas sampel dan diperoleh kelas X.1 dan X.2. Sampel yang diambil kemudian dihitung homogenitasnya dilihat dari data nilai rata-rata ujian semester ganjil untuk menguji homogenitas sampel. Nilai ratarata ujian semester siswa kelas X.1 yaitu 67,81 dan nilai rata-rata untuk kelas X.2 yaitu 66,59. Setelah dihitung homogenitas sampel dengan uji-varians diperoleh Fhitung = 1,27 , berdasarkan tabel nilai Ftabel = 1,68 . Hal ini berarti F hitung < Ftabel yang artinya kedua kelas tersebut vaiansinya homogen, uji homogenitas sampel

37

dilanjutkan dengan uji-t dengan rumus polled varians. Didapatkan nilai dari thitung sebesar 0,60 dengan t-tabel = 0,679 . Hal ini berarti t hitung < ttabel yang artinya kedua kelas tersebut homogen sehingga kelas X.1 dijadikan sebagai kelas eksperimen I dan kelas X.2 menjadi kelas eksperimen II. D. Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini ada 3 tahap yang ditempuh yaitu tahap perencanaan dan pengembangan instrumen, tahap pengembangan perlakuan, dan tahap evaluasi. 1. Tahap Perencanaan dan Pengembangan Instrumen a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan terdiri dari dua tahap yaitu tahap analisis silabus dan tahap membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). a. Menganalisis silabus Analisis silabus dimulai dengan menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Kemudian dari SK dan KD tersebut dikembangkan indikator-indikator pencapaian dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilengkapi dengan materi pembelajaran, uraian kegiatan belajar, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat berdasarkan silabus yang telah dikembangkan. RPP yang dibuat ada dua yaitu RPP untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajarannya disesuaikan dengan metode yang digunakan yaitu untuk kelas

38

eksperimen I digunakan metode bertukar pasangan dan untuk kelas eksperimen II digunakan metode dua tinggal dua tamu. Langkah-langkah pembelajaran untuk kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.2. c. Pembuatan Kisi-Kisi Instrumen Aktivitas Siswa Aktivitas belajar siswa diperoleh melalui lembar aktivitas siswa yang berisikan deskriptor dalam indikator perilaku siswa yang sudah dimodifikasi yang diamati selama proses belajar mengajar berlangsung. Setiap deskriptor pada masing-masing indikator yang tampak selama observasi, dicatat pada lembar observasi dengan memberi tanda rumput (). b. Tahap Pengembangan Instrumen Tahap pengembangan instrumen meliputi tiga tahap yaitu kisi-kisi instrumen, validitas instrumen, dan reliabilitas instrumen. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini, merupakan tes prestasi belajar siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi hidrokarbon yang diajarkan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan dan dua tinggal dua tamu. Untuk mengetahui tingkat pencapaian indikatorindikator pada pembelajaran yang dilakukan maka terlebih dahulu dibuat rancangan instrumen yang terdiri atas kisikisi instrument.

39

Tabel 3.2 Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Kelas Eksperimen I A. Kegiatan Awal Memberikan salam pada siswa. Mengecek absensi siwa . Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kelas Eksperimen II A. Kegiatan Awal Memberikan salam kepada siswa Mengabsen siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti

Menjelaskan materi pembelajaran. Menjelaskan materi pembelajaran. Meminta siswa duduk berpasangan Meminta siswa duduk bersama
sesuai dengan pasangan yang telah dibagikan sebelumnya. Memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok untuk didiskusikan. Meminta kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan yang telah diberikan. Meminta anggota bertukar pasangan dengan kelompok lain dan saling mendiskusikan pertanyaan yang ada. Siswa kembali pada kelompok semula dan mendiskusikan kembali jawaban yang di dapat dari kelompok lainnya.

B. Kegiatan inti

Memberikan pertanyaan kepada setiap


kelompok untuk didiskusikan. meminta kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan yang telah diberikan. Dua orang dari masing-masing kelompok untuk mengunjungi kelompok lain dengan tujuan ingin mendapatkan informasi baru, sedangkan dua orang yang lain tetap berada di kelompoknya untuk

kelompoknya yang terdiri dari 4 orang.

Guru

Guru melakukan evaluasi dengan menyajikan informasi kepada anggota


memberika latihan soal kepada siswa. kelompok lain yang datang. Siswa kembali pada kelompok semula dan mendiskusikan kembali jawaban yang di dapat dari kelompok yang lain. Guru melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal kepada siswa.

C. Kegiatan Penutup Guru menutup pertemuan


menghimbau siswa mempelajari materi selanjutnya.

D. Kegiatan Penutup dan Guru memberikan informasi untuk untuk mempelajari materi selanjutnya.

a). Kisi-Kisi Butir Soal Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini

40

disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2010 : 312). Instrumen penelitian pada prinsipnya digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk essay/uraian. Tes ini bertujuan agar indikator yang ada dapat tercapai, untuk memvalidasi tes ini dapat menggunakan product moment dan realibilitasnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus Alfa. Berikut ini adalah tabel kisi-kisi butir soal untuk post-test : N o. 1. 2. Indikator Menjelaskan kekhasan atom Nomor butir soal 2 1, 6 Jumlah 1 2

karbon. Membedakan atom C primer, atom C sekunder, atom C tersier dan atom C kuartener.

3.

Menuliskan alkuna.

tata nama senyawa

3, 5, 8, 10

hidrokarbon alkana, alkena dan 4. 5. Menuliskan isomer dari senyawa alkana, alkena dan alkuna. Menjelaskan hubungan senyawa
6.

4, 9 11, 7

2 2

sifat dengan sifat dengan

hidrokarbon

masa molekul relatif. Menjelaskan hubungan senyawa hidrokarbon

12

struktur dari senyawa alkana, alkena dan alkuna. Jumlah


12

41

b). Validitas Butir Soal Validitas merupakan ukuran kevalidan atau keabsahan suatu instrument. Sebuah tes dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang menjadi tujuan pemberian tes. Pada penelitian ini digunakan validitas butir soal atau validitas item. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengukur validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yakni dengan rumus sebagai berikut:

rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2

( X )

}{N Y

(Y )

Keterangan: rxy = validitas butir soal instrumen N = jumlah sampel (responden) X = skor item Y = skor total X = jumlah variabel X Y = jumlah variabel Y Harga rxy yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel pada taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan valid apabila harga r xy lebih besar dari harga rtabel c). Reliabilitas Butir Soal Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan atau keterandalan. Menurut Arikunto (2009 : 86 ), suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi (reliabel) jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas

42

instrumen, salah satu cara menguji reabilitas soal essay/uraian adalah menggunakan Cronbach Alfa dengan rumus sebagai berikut:

r11 =
Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen secara keseluruhan. = jumlah varians skor tiap-tiap item. = varians total. n = banyaknya item Dengan kriteria jika rhitung > r tabel maka soal tersebut reliabel, sedangkan jika rhitung < r tabel maka soal tersebut tidak reliabel. d). Lembar Aktivitas Siswa Data aktivitas siswa ini memuat kegiatan pembelajaran untuk setiap sub konsep yang dikaji dari aktivitas guru dan siswa. Indikator yang digunakan untuk lembar observasi siswa yaitu kesiapan siswa mengikuti pelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa dalam diskusi, dan partisipasi siswa dalam berdiskusi menggunakan metode bertukar pasangan dan dua tinggal dua tamu. 2. Tahap Pengembangan Perlakuan Tahap pengembangan perlakuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menyiapkan instrumen penelitian. 2. Melakukan uji coba instrumen dan melakukan validitas instrumen. 3. Memeriksa dan menganalisis hasil validitas instrumen. 4. Membagi sampel menjadi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. 5. Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. 6. Memberikan post-test kepada kedua kelas.

43

7. Menganalisis hasil pembelajaran.

3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini diberikan evaluasi pada kedua kelas perlakuan. Alat evaluasi yang digunakan adalah soal (test) objektif yang sudah diuji validitas dan

reliabilitasnya. Evaluasi ini dilakukan setelah pemberian materi ajar secara keseluruhan yang telah selesai diberikan. E. Pengumpulan data 1. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan adalah dokumentasi berupa nilai semester ganjil mata pelajaran kimia Tahun Ajaran 2011/2012. Nilai tersebut digunakan untuk menentukan kelompok tinggi dan rendah dalam sampel pada penelitian ini i. Data Aktivitas siswa Data hasil aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung berupa catatan lapangan yang mengacu pada lembar observasi. Baik catatan berupa aktivitas yang dilakukan pada proses pembelajaran maupun catatan aktivitas yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. ii. Data Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil belajar siswa, diperoleh dengan post-test. post-test dilaksanakan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah selesai menggunakan metode bertukar pasangan dan dua tinggal dua tamu.

44

2. Tes Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Metode tes ini dilakukan setelah perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan mendapatkan data akhir. Tes diberikan kepada kedua kelas dengan alat tes yang sama dan hasil pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. 3. Analisis Data Data awal yang diperoleh yaitu, jumlah siswa pada kelas eksperimen I adalah 44 orang dengan nilai rata-rata pada ujian blok sebesar 51,61 sedangkan jumlah siswa pada kelas eksperimen II sebanyak 44 orang dengan nilai rata-rata ujian blok sebesar 43,63 . Data ini digunakan sebagai data awal dalam penelitian, dan untuk uji homogenitas dari kedua kelas menggunakan nilai rapot siswa semester ganjil. Analisis data diawali dengan menganalisis homogenitas sampel menggunakan uji-varians, lalu dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus uji Anava dua jalan. a) Analisis Data Aktivitas Siswa a. Menentukan skor yang diperoleh siswa dengan ketentuan sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4. Tabel 3.5 Skor Aktivitas Siswa % Siswa yang memenuhi deskriptor Skor yang diberikan 75 4 51-75 3 26-50 2 <25 1

45

b. Menentukan skor aktivitas maksimal dan minimal Banyaknya indikator = 4 Banyaknya deskriptor = 23 Skor rata-rata maksimal setiap indikator = 4 Skor rata-rata minimal setiap indikator = 1 c. Menghitung total skor rata-rata tiap indikator (T) T = Skor rata-rata indikator 1 + skor rata-rata indikator 2+ skor rata-rata indikator 3 + skor rata-rata indikator 4 d. Menentukan nilai aktivitas siswa (A) (A) = e. Menentukan kriteria aktivitas siswa Nilai A kemudian dikonsultasikan untuk mengetahui kriteria aktivitas siswa dikelas. Berikut ini tabel Pedoman Kriteria Aktivitas siswa: Tabel 3.6 Pedoman Kriteria Aktivitas Siswa Interval 34 2 - 2,99 1 - 1,99 0 0,99 b) Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data prestasi belajar dalam penelitian ini terdistribusi normal, maka dilakukan uji normalitas data. Normalitas data dapat dihitung dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (Sugiyono, 2008 : ). Kriteria Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif

2hitung =

46

Keterangan : 2 = Chi-kuadrat fo = Frekuensi/ jumlah data observasi fh = Frekuensi/ jumlah yang diharapkan fo-fh = selisih data fo dengan fh Kaidah keputusan : 1) Jika 2hitung 2tabel , maka distribusi data tidak normal 2) Jika 2hitung 2tabel , maka distribusi data normal c) Uji Homogenitas Sampel Sebelum melakukan analisis data lebih lanjut, hal yang harus diperhatikan adalah homogen atau tidaknya data yang diperoleh. Untuk mengetahui keseragaman dari kedua sampel perlu dilakukan uji homogenitas dengan uji-F kemudian dilanjutkan dengan uji-t . Adapun langkah-langkah dalam menghitung uji-F yaitu: (Sugiyono, 2010 : 140)
F= var ian terbesar var ian terkecil

Data dikatakan homogen jika Fhitung < Ftabel. Begitu pula sebaliknya, data tidak homogen jika Fhitung > Ftabel. Untuk kelompok tinggi dan rendah dalam penelitian ini juga di adakan uji homogenitas dengan melakukan uji Bartlet. Uji homogenitas varians antar kelompok digunakan uji Bartlett dilakukan terhadap empat kelompok data. Adapun keempat kelompok data tersebut adalah:

47

1) Kelompok pertama, data prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan. 2) Kelompok kedua, data prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan. 3) Kelompok ketiga, data prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. 4) Kelompok keempat, data prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Kriteria pengujian varians homogen jika 2hitung 2tabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (k-1). Ringkasan uji Bartlett disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.7 Ringkasan Uji Bartlett
Kelompok 1 2 3 4 Jumlah dk n1 - 1 n2 - 1 n3 - 1 n4 - 1 1/dk 1/( n1 1) 1/( n2 1) 1/( n3 1) 1/(n4 1) Si2 S12 S22 S32 S42 log Si2 log S12 log S22 log S32 log S42 (dk) log Si2 ( n1 1) (dk) log S12 ( n2 1) (dk) log S22 ( n3 1) (dk) log S32 ( n4 1) (dk) log S42

d) Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji Anava Dua jalan karena dalam rumusan masalah terdapat interaksi antara dua variabel. dasar pemikiran teknik Anava adalah variansi total semua subjek dalam suatu eksperimen dapat

48

dianalisis menjadi dua sumber yaitu varians antar kelompok dan varians dalam kelompok. Anava dua jalur dapat digunakan untuk menguji perbedaan dua mean atau lebih. Adapun hipotesis statistik dari penelitian ini adalah : 1) Hipotesis Pertama Ho: A = B (tidak terdapat perbedaan pengaruh) Ha : A B (terdapat perbedaan pengaruh) 2) Hipotesis Kedua Ho : A1 B1 Ha : A1 > B1 3) Hipotesis Ketiga Ho : A2 B2 Ha : A2 > B2 4) Hipotesis Keempat Ho : ()A1 x B1 = ()A2 x B2 (tidak terdapat interaksi) Ha : ()A1 x B1 ()A2 x B2 (terdapat interaksi) Keterangan : A = Prestasi belajar kelas eksperimen I B = Prestasi belajar kelas eksperimen II ()A1 x B1 = Pengaruh metode Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu pada kelompok tinggi ()A2 x B2= Pengaruh metode Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu pada kelompok rendah

49

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian hipotesis dengan jalur Anava dua jalan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010 : 187).

1. Menghitung JK Total JK Tot = 2. Menghitung Jumlah Kuadrat Kolom (kolom arah ke bawah), dengan rumus : JKkol = 3. Menghitung Jumlah Kuadrat Baris (baris arah ke kanan), dengan rumus: JKbar = 4. Menghitung Jumlah Kuadrat Interaksi, dengan rumus : JKint = JKbar (JKkol + JKbar) 5. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam : JKdal = JK Tot (JKkol + JKbar + JKint) 6. Menghitung dk untuk : a. dk kolom = k 1 b. dk baris = k 1 c. dk interaksi = dkk x dkb atau (k 1) (b 1) d. dk dalam = (N k.b) e. dk total = (N 1)

50

7. Menghitung Mean Kuadrat (MK) : masing-masing JK dibagi dengan dk-nya. 8. Menghitung harga Fhkol, Fhbar, Fhint dengan cara membagi dengan MKdal . MKdal = 5,03. 9. Harga F hasil perhitungan tersebut selanjutnya disebut F hitung (Fh), yang berdistribusi pembilang (m-1) dan dk penyebut (N-1) tertentu. Ketentuan pengujian hipotesis : Bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan harga Ftabel ( Fh Ft ) maka H0 diterima, dan Ha ditolak. Sebaliknya, bila Fh > Ft maka H0 ditolak dan Ha diterima.

51

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Data Aktivitas Belajar Siswa Data peningkatan aktivitas siswa ini diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran 5). Lembar observasi aktivitas ini diisi berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa yang nampak saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan pada kelas eksperimen I dan eksperimen II. Perhitungan skor rata-rata tiap indikator yang diperoleh dari tiap pertemuan, ringkasan data aktivitas belajar siswa baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II pada Tabel 4.1. (Lampiran 11) Tabel 4.1 Data Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Pertemua n 1 2 3 4 Kelas Eksperimen I 1,96 2,61 2,60 3.33 Kategori Cukup Aktif Aktif Aktif Sangat Aktif Kelas Eksperime n II 1,91 2,71 2,89 2,71 Kategori Cukup Aktif Aktif Aktif Aktif

2. Data Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa diperoleh melalui post test yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran, yakni pada tanggal 19 Mei 2012 untuk kelas Eksperimen I (X1) dan 16 Mei 2012 untuk kelas Eksperimen II (X 2). Post test dilaksanakan pada pertemuan ke lima.

52

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Pengujian soal instrumen dilakukan pada satu kelas diluar kelas sampel yang telah mendapatkan materi hidrokarbon yaitu kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 36 orang. Untuk menentukan tingkat kevalidan butir soal digunakan rumus Product Moment karena bentuk soal post-test yang digunakan adalah soal bentuk essay dengan bentuk data interval nilai. Dari 12 butir soal yang diuji validitasnya, diperoleh 10 butir soal yang valid (Lampiran 8). Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan Cronbach Alfa, hasil perhitungan menunjukkan harga r
hitung

0.846859. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tes instrumen mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi (Lampiran 9). b. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Untuk mendapatkan nilai masing-masing siswa berdasarkan tes, skor

mentah yang diperoleh harus dikonversikan kedalam skor berstandar 100. Pengubahan skor hasil ujian kedalam skala 100 dapat dilihat pada Lampiran 16. Ringkasan data prestasi belajar siswa baik secara keseluruhan maupun berdasarkan kelompok kemampuan awal dapat dilihat pada Tabel 4.2.

53

Tabel 4.2. Ringkasan Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Kemampuan Awal Siswa (NSmester) Tinggi Penerapan Pembelajaran Bertukar Pasangan Dua Tinggal Dua Tamu Xt = 100 Xt = 97 Xr = 81 Xr = 72 n = 24 n = 23 Mean = 94 Mean = 86.47 s = 5.116 s = 7.721 Xt Xr n Mean s Xt Xr n Mean s = 98 = 74 = 19 = 85.84 = 5.984 = 100 = 74 = 43 = 90,39 = 6,81 Xt Xr n Mean s Xt Xr n Mean s = 97 = 67 = 19 = 79.68 = 8.09 = 97 = 67 = 42 = 83,4 = 8,56

Rendah

Secara Keseluruhan

Keterangan: Xt = Nilai tertinggi Xr = Nilai terendah n = Jumlah siswa s = Standar deviasi Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan pembelajaran materi pokok hidrokarbon dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan diterapkan pada kelas X1 (kelas eksperimen I) dan deskripsi data prestasi belajar siswa berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa nilai tertinggi yaitu 100 dan nilai terendah yaitu 74 dengan rata-rata sebesar 90,39 dan standar deviasi 6,81. 2) Penerapan pembelajaran materi pokok hidrokarbon dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu diterapkan pada kelas X2 (kelas eksperimen II) dan deskripsi data prestasi belajar siswa

54

berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa nilai tertinggi yaitu 97 dan nilai terendah yaitu 67 dengan rata-rata sebesar 83.4 dan standar deviasi 8,56. 3) Kelompok kelas tinggi yang memiliki kemampuan awal tinggi pada kelas eksperimenI terdiri dari 24 siswa. Deskripsi data prestasi belajar siswa pada kelompok kelas tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan menunjukkan bahwa nilai tertinggi yaitu 100 sedangkan nilai terendah yaitu 81 dengan rata-rata sebesar 94 dan standar deviasi 5,116. 4) Kelompok kelas rendah yang memiliki kemampuan awal rendah pada kelas eksperimen I terdiri dari 19 siswa. Deskripsi data prestasi belajar siswa pada kelompok kelas tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan menunjukkan bahwa nilai tertinggi yaitu 98 sedangkan nilai terendah yaitu 74 dengan rata-rata sebesar 85,84 dan standar deviasi 5,984. 5) Kelompok kelas tinggi yang memiliki kemampuan awal tinggi pada kelas eksperimen II terdiri dari 23 siswa. Deskripsi data prestasi belajar siswa pada kelompok kelas tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu menunjukkan bahwa nilai tertinggi yaitu 97 sedangkan nilai terendah yaitu 72 dengan rata-rata sebesar 86,47 dan standar deviasi 7,821. 6) Kelompok kelas rendah yang memiliki kemampuan awal rendah pada kelas eksperimen II terdiri dari 19 siswa. Deskripsi data prestasi belajar siswa pada kelompok kelas rendah yang diajarkan menggunakan model pembelajaran

55

kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu menunjukkan bahwa nilai tertinggi yaitu 97 sedangkan nilai terendah yaitu 67 dengan rata-rata sebesar 79,68 dan standar deviasi 8,09. B. Persyaratan Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan terhadap data prestasi belajar siswa kelas eksperimen I dan data prestasi belajar siswa kelas eksperimen II. Uji normalitas data menggunakan uji Chi Kuadrat. Hasil perhitungan menunjukkan 2
hitung

untuk data prestasi belajar siswa kelas eksperimen I sebesar 8.75 ternyata

lebih kecil dari 2 tabel = 11.070 pada = 5%, dk = 5, artinya data prestasi belajar siswa kelas eksperimen I terdistribusi normal. Adapun hasil perhitungan uji normalitas data prestasi belajar siswa kelas eksperimen II menunjukkan bahwa 2 hitung sebesar 2.909 ternyata lebih kecil dari 2 tabel = 11.070 pada = 5%, dk = 5. Dengan demikian data prestasi belajar siswa kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II terdistribusi normal, sehingga bisa dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan statistik parametrik (Lampiran 14). 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas varians dilakukan terhadap empat kelompok data prestasi belajar siswa melalui uji Bartlett. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 2 hitung sebesar 6.721 ternyata lebih kecil dari 2 tabel = 7.815 pada = 5%, dk = 3. Hasil ini menujukkan bahwa keempat kelompok data homogen (Lampiran 15).

56

C.

Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan

Analysis of Varians (Anava) Two Tail. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Ringkasan Anava Dua Jalur Data Hasil Penelitian
Sumber Variasi Antar kolom Antar baris pertama (kemampuan awal tinggi) Antar baris kedua (kemampuan awal rendah) Interaksi (kolom x baris) Dalam Total Dk 1 1 1 1 81 84 JK 1038.308 664.474 360.237 161.316 3770.371 5994.706 MK 1038.308 664.474 360.237 161.316 46.548 Fh 22.306 14.275 7.739 3.466 F tabel 5 % 3.94 3.94 3.94 3.94

Catatan : Perhitungan lengkap disajikan pada lampiran 16 1. Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis statistik: Ho : A1 = A2 (tidak berpengaruh) Ha : A1 A2 (berpengaruh) Keterangan : A = Prestasi belajar kelas eksperimen I B = Prestasi belajar kelas eksperimen II Kriteria pengujian hipotesis : a. b. Bila harga F hitung > F tabel, maka Ho ditolak Bila harga F hitung < F tabel, maka Ho diterima

Berdasarkan hasil perhitungan Anova yang tercantum dalam Tabel 4.3 diperoleh F
hitung

= 22.306 > F

tabel

= 3.94 dengan taraf signifikan 5% dengan dk

57

pembilang 1 dan dk penyebut 84. Dengan demikian Ho ditolak, artinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu memiliki perbedaan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas X di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil analisis anava dua jalur menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh secara signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar siswa. Karena terdapat perbedaan, maka salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif ini lebih baik dari tipe model pembelajaran kooperatif yang lainnya. Dari data diperoleh nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan Bertukar Pasangan sebesar 90.39 sedangkan nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan Dua Tinggal Dua Tamu sebesar 83.4. Berdasarkan dari data tersebut dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Berukar Pasangan lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. 2. Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis statistik: Ho : 11 12 Ha : 11 > 12 Keterangan : A1 = Prestasi belajar kelompok tinggi pada kelas eksperimen I B1 = Prestasi belajar kelompok tinggi pada kelas eksperimen II Pada uji Anava dua jalur diperoleh bahwa F hitung = 14.275 ternyata lebih besar dari pada Ftabel = 3.94 untuk taraf signifikansi 5% sehingga dapat terlihat

58

bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar siswa kelompok tinggi. Dari hasil ini, maka dapat diketahui bahwa salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif ini lebih baik dari tipe model pembelajaran kooperatif yang lainnya terhadap prestasi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. Dilihat dari data, diperoleh nilai rata-rata siswa kelompok tinggi yang diajarkan dengan tipe Bertukar Pasangan sebesar 94 sedangkan nilai rata-rata siswa kelompok tinggi yang diajarkan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu sebesar 86.47. Berdasarkan dari data tersebut dapat dilihat bahwa prestasi belajar kimia siswa dengan kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar kimia siswa dengan kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Artinya, Ho penelitian ditolak dan Ha diterima. 3. Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis statistik: Ho : 21 22 Ha : 21 > 22 Keterangan : A2 = Prestasi belajar kelompok rendah pada kelas eksperimen I B2 = Prestasi belajar kelompok rendah pada kelas eksperimen II Pada uji Anava dua jalur diperoleh bahwa Fhitung = 7.739 ternyata lebih besar dari pada Ftabel = 3.94 untuk taraf signifikansi 5% sehingga dapat terlihat bahwa

59

terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar siswa kelompok rendah. Dari hasil ini, maka dapat diketahui bahwa salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif ini lebih baik dari tipe model pembelajaran kooperatif yang lainnya terhadap prestasi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Dari data diperoleh nilai rata-rata siswa kelompok rendah yang diajarkan dengan tipe Bertukar Pasangan sebesar 85.84 sedangkan nilai rata-rata siswa kelompok tinggi yang diajarkan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu sebesar 79.68. Berdasarkan dari data tersebut dapat dilihat bahwa prestasi belajar kimia siswa dengan kemampuan awal rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar kimia siswa dengan kemampuan awal rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Artinya, Ho penelitian ditolak dan Ha diterima. 4. Pengujian Hipotesis Keempat Hipotesis statistik: Ho : ()A1 x B1 = ()A2 x B2 Ha : ()A1 x B1 ()A2 x B2 Keterangan : ()A1
x B1

= Pengaruh metode Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu

pada kelompok tinggi ()A2 x B2= Pengaruh metode Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu pada kelompok rendah

60

Kriteria pengujian hipotesis : a. b. Bila harga F hitung > F tabel, maka Ho ditolak Bila harga F hitung < F tabel, maka Ho diterima Berdasarkan hasil perhitungan anava dua jalur diperoleh bahwa F hitung = 3.466 ternyata lebih kecil dari pada Ftabel = 3.94 untuk taraf signifikansi 5%, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat interaksi antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu dalam pembelajaran kimia dengan kemampuan awal dalam pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa materi pokok hidrokarbon.

61

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan secara umum untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar kimia siswa Kelas X MAN 2 Mataram Tahun Ajaran 2011/2012 pada materi pokok Hidrokarbon. Penelitian ini menggunakan desain fakorial 2x2 dengan dua variabel bebas. Variabel bebas yang kedua adalah kemampuan awal siswa yang dikategorikan menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Penelitian ini akan melihat perbedaan pengaruh prestasi belajar siswa yang di ajar dengan metode Bertukar Pasanan dan Dua Tinggal Dua Tamu dengan melihat dari kemampuan awal siswa tersebut. Perbedaan siswa dalam hal kemampuan awal tersebut dapat digunakan untuk memberikan kesimpulan yang mendalam atau lebih terperinci dalam suatu penelitian. Sehingga disamping membandingkan prestasi belajar antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, dalam penelitian ini dilakukan juga perbandingan prestasi belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II berdasarkan perbedaan tingkat kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai ujian semester ganjil mata pelajaran kimia Tahun Ajaran 2011/2012. Oleh karena itu yang menjadi fokus pengamatan dalam penelitian ini terdiri dari empat aspek, yaitu:

62

1. Perbedaan Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan dengan Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Hidrokarbon Setelah dilakukan analisis terhadap hipotesis pertama ini, maka hipotesis alternatif pertama dapat diterima. Hal ini didukung dengan perhitungan Anava dimana Fhitung sebesar 22.306 ternyata lebih besar dari nilai F tabel sebesar 3.94 pada taraf kepercayaan 95 % dengan db = 1/81. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh secara signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas X tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil prestasi belajar yang telah dianalisis dengan anava dua jalur terlihat bahwa kedua tipe model pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang berbeda kepada siswa kelas X pada materi pokok hidrokarbon di MAN 2 Mataram tahun pelajaran 2011/2012 dan dari hasil rata-rata kelas diperoleh rata-rata siswa yang diajarkan dengan tipe Bertukar Pasangan sebesar 90.39 sedangkan rata-rata siswa yang diajarkan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu diperoleh sebesar 83.4. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe Bertukar Pasangan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar kimia siswa. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti tentang jalannya diskusi dan keefektifan diskusi. Secara umum, melalui kedua model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu siswa dilatih bekerja sama dalam kelompok, sehingga memberikan implikasi tumbuhnya sikap tenggang rasa, saling berbagi,

63

dan tanggung jawab kolektif dalam diri siswa. Dengan cara bekerja sama, mereka memiliki pemahaman yang sama terhadap materi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan siswa memperoleh ketuntasan dalam belajar yang selanjutnya mempengaruhi peningkatan prestasi belajar kimia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Isjoni (2011 : 21), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolongmenolong dalam beberapa perilaku sosial. Tetapi, perbedaan keefektifan dalam diskusi akan memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam pelaksanaan kedua tipe model pembelajaran kooperatif ini, para siswa diberikan peluang untuk mengungkapkan pendapatnya baik kepada kelompoknya maupun ke kelompok lainnya. Hal ini menyebabkan bertambahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pada penerapannya, konsep baru ini mereka dapatkan pada setiap pertemuan, sehingga siswa menjadi terbiasa dan dapat langsung melaksanakan metode pada pertemuan berikutnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan memberikan pengaruh prestasi belajar yang lebih baik, kemungkinan hal ini terjadi karena dalam diskusi yang beranggotakan 2 orang, siswa memberikan kontribusi individual secara maksimal sehingga diskusi berjalan dengan baik dan optimal. Hasilnya, anggota kelompok menjadi lebih mengerti atau faham dengan hasil kerja kelompok dan membutuhkan waktu yang lebih singkat karena hanya berdiskusi dengan dua orang sehingga diskusi dapat dikatakan efektif. Hal ini juga dapat terlihat pada pelaksanaan diskusi di lapangan, kelas eksperimen I yang menggunakan tipe Bertukar Pasangan lebih tenang pada saat berdiskusi dibandingkan dengan kelas

64

eksperimen II dan diskusi pada kelas eksperimen I semua anggota kelompok dapat memberikan dan menerima informasi secara maksimal. Hal ini diperkuat dengan hasil post test yang menunjukkan rata-rata kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen II. 2. Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Pada Kelompok Tinggi yang Diajarkan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan Dibandingkan dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Kelompok Tinggi yang Diajarkan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Untuk lebih memperinci kesimpulan dan memperkuat hipotesis keempat, maka dimunculkan hipotesis kedua dan ketiga. Dengan adanya pembagian dan pengelompokkan kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai ujian semester ganjil mata pelajaran kimia tahun pelajaran 2011/2012, ternyata ada perbedaan prestasi belajar yang dicapai. Pebedaan pengaruh prestasi belajar dapat dibuktikan dengan analisis anava dua jalur didapatkan harga Fhitung=14.275 lebih besar dari Ftabel = 3.94 dengan taraf kesalahan 5% , artinya terdapat perbedan pengaruh prestasi belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperaif tipe Bertukar Pasangan dengan prestasi belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. Analisis dilanjutkan dengan melihat nilai ratarata kelas eksperimen I dan II siswa kelompok tinggi untuk mengetahui metode mana yang memiliki pengaruh lebih tinggi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. Untuk kelas eksperimen I (X1) pada kelompok tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan nilai rataratanya adalah 94, lebih tinggi dari pada kelas eksperimen II (X2) kelompok tinggi

65

yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu yakni sebesar 86.47. Artinya prestasi belajar kimia siswa kelompok tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan prestasi belajar siswa kelompok tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran siswa kelompok tinggi yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan berdiskusi dengan lebih efektif dan guru dapat memonitoring siswa dengan baik sehingga diskusi berjalan lancar dan masing-masing siswa dapat mengemukakan pendapat dan memberikan lebih banyak kontribusi individu terhadap kelompok sehingga siswa lebih termotivasi dan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berdampak pada semakin meningkatnya prestasi belajar siswa pada kelompok tinggi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Huda (2011 : 171), yang menyatakan bahwa kelebihan berdiskusi dengan dua orang anggota dibandingkan berdiskusi dengan beranggotakan empat orang antara lain adalah masing-masing anggota memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkontribusi pada kelompoknya dan interaksi lebih mudah. Keaktifan siswa pada kedua kelas sampel dapat dilihat dan diukur dengan lembar observasi. Hasilnya, siswa pada kelas eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran Bertukar Pasangan lebih aktif dibandingkan siswa pada kelas eksperimen II yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Hal ini diperkuat dengan hasil post test yang menunjukkan

66

rata-rata siswa kelompok tinggi kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen II. 3. Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Pada Kelompok Rendah yang Diajarkan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan Dibandingkan dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Kelompok Rendah yang Diajarkan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Berdasarkan hasil analisis anava dua jalur diperoleh Fhitung sebesar 7.739 lebih besar dari Ftabel = 3.94 dengan taraf kesalahan 5 % , artinya terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar kimia siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Artinya, salah satu tipe model pembelajaran kooperatif akan memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe model pembelajaran kooperatif lainnya terhadap siswa kelompok rendah. Berdasarkan nilai rata-rata kelompok rendah menunjukkan bahwa prestasi belajar kimia siswa kelompok rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar kimia siswa kelompok rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran pada kelas eksperimen I yang diberikan perlakuan metode Bertukar Pasangan, siswa kelompok rendah berinteraksi secara maksimal dengan teman diskusinya, siswa leluasa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada teman dalam kelompoknya maupun teman kelompok lainnya sedangkan pada kelas eksperimen II, siswa dengan kemampuan awal rendah cenderung lebih pasif dan kurang memberikan

67

kontribusi individu secara maksimal kepada kelompoknya. Hal ini merupakan salah satu penyebab adanya perbedaaan pengaruh kedua tipe model pembelajaran kooperaif yang dilaksanakan terhadap prestasi belajar kimia siswa. Dilihat dari keefektifan diskusi serta keaktifan siswa, dapat dinyatakan bahwa siswa-siswa kelompok rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih termotivasi untuk belajar dengan adanya model pembelajaran kooperatif. Siswa kelompok rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dapat lebih maksimal dalam menyumbangkan pikiran maupun pendapat dalam diskusi, sehingga pemahaman siswa tentang materi menjadi lebih tingi dibanding siswa kelompok rendah yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Dua Tingak Dua Tamu. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab nilai prestasi belajar siswa yang diajar dengan Bertukar Pasangan lebih tinggi dengan siswa yang diajar dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Hal ini juga terlihat dalam proses pembelajaran, siswa yang berdiskusi dengan tipe Bertukar Pasangan lebih tenang dan lebih banyak terlihat berinteraksi dengan teman kelompoknya dibanding siswa yang berdiskusi dengan tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Pada saat kedua model pembelajaran kooperatif ini dimulai, guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap-sikap yang positif terhadap pelajaran, dan memberitahukan apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh siswa. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan

68

oleh siswa pada saat pembelajaran kooperatif dilakukan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama dan mengemukakan pendapat terhadap suatu masalah. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dilakukan dalam empat kali pertemuan. Pada awalnya, pemberian perlakuan pada kedua kelas eksperimen kelompok rendah mengalami hambatan, banyak siswa yang bingung dengan pembagian tugas, tanggung jawab, dan model pembelajaran yang diterapkan yang mengakibatkan kegaduhan. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi obeservasi pada pertemuan pertama menunjukkan keaktifan siswa pada kedua kelas eksperimen masih dikategorikan cukup aktif. Kegaduhan yang terjadi pada pembelajaran berikutnya semakin lama semakin berkurang. Siswa mulai terbiasa dengan pola pembagian tugas dalam pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu, rasa tanggung jawab dan aktivitas siswa dalam bertanya, menjelaskan, bekerjasama dan berdiskusi juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa diikuti dengan meningkatnya rasa percaya diri, kemampuan siswa menemukan ide-ide atau gagasan dalam menyelesaikan masalah (soal) yang menjadi tugas setiap siswa. Meskipun secara umum siswa kelompok rendah kedua kelas ekspeimen mengalami peningkatan keaktifan dan prestasi belajar, tetapi kedua tipe model pembelajaran tetap memiliki perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar kimia siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.

69

4. Interaksi Antara Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu dengan Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Hidrokarbon Penelitian ini selain bertujuan untuk mengetahui prbedaan pengaruh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar tetapi juga bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan tipe Dua Tinggal Dua Tamu dengan kemampuan awal dalam kaitannya terhadap prestasi belajar siswa. Interaksi terjadi akibat adanya kategori dalam setiap sampel dalam hal ini kelompok tinggi dan kelompok rendah. Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa nilai rata-rata untuk kelompok; (1) siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan adalah 94; (2) siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan adalah 85,84; (3) siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu adalah 86,47; (4) siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu adalah 79,68. Hasil perhitungan untuk nilai rata-rata setiap kelompok diatas menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan tipe Dua Tinggal Dua Tamu dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. Hasil perhitungan Anava dua jalur mengukuhkan

70

indikasi tersebut karena dari perhitungan diperoleh nilai Fhitung sebesar 3.466 ternyata lebih kecil dari pada Ftabel sebesar 3.94 untuk taraf signifikansi 5%, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat interaksi yang signifikan antara penerapan model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran kimia dengan kemampuan awal dalam kaitannya terhadap prestasi belajar siswa materi pokok hidrokarbon. Hal ini juga didukung oleh pendapat Furchan (2011 : 391) yang menyatakan bahwa jika interaksi tersebut ada, maka pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar bagi kedua tingkat kemampuan awal akan berlainan. Apabila interaksi itu tidak ada, maka pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar bagi kedua tingkat kemampuan awal akan sama. Artinya, jika interaksi tersebut ada, maka pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu terhadap siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah akan berbeda. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tipe model pembelajaran kooperatif memberikan hasil yang sama terhadap siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah yakni model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan tetap memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibanding tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun rendah.

71

Gambar 5.1 Grafik Interaksi berikut:

Gambar 5.1. Grafik Interaksi Antara Penerapan BP dan DTDT dengan Kemampuan Awal. Dari Gambar 5.1 di atas tampak bahwa pola perubahan nilai rata-rata keamampuan awal rendah menunju kemampuan awal tinggi antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II sama yang dibuktikan dengan 2 garis yang sejajar. Hasil data nilai rata-rata post-test, uji anava, dan grafik interaksi menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara penerapan model

pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, metode Bertukar Pasangan tampaknya lebih efektif dari pada metode Dua Tinggal Dua Tamu baik pada siswa berkemampuan awal tinggi maupun siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Data di atas menunjukkan bahwa apapun perlakuan yang diterima kelompok yang memiliki kemampuan awal tinggi akan melakukan tugasnya lebih baik dari

72

pada kelompok yang berkemampuan awal rendah. Dengan kata lain, perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal itu berdiri sendiri-sendiri.

73

BAB VI PENUTUP

A.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan tipe Dua Tinggal Dua Tamu memiliki perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada siswa kelas X materi pokok hidrokarbon di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas X materi pokok hidrokarbon di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Prestasi belajar siswa pada kelompok tinggi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada kelompok tinggi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada siswa kelas X materi pokok Hidrokarbon di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. 4. Prestasi belajar siswa pada kelompok rendah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada kelompok rendah yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif

74

tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada siswa kelas X materi pokok Hidrokarbon di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. 5. Tidak terdapat interaksi antara penerapan model pembelajara koperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada materi pokok hidrokarbon di MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012. B. Saran 1. Model pembelajaran koperatif tipe Bertukar Pasangan dan Dua Tinggal Dua Tamu dapat menjadi alternatif model pembelajaran bagi guru dalam menciptakan suasana kelas yang tidak kaku yang dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar mengajar sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. 2. Guru dapat menggunakan salah satu dari tipe model pembelajaraan kooperatif ini dengan mempertimbangkan karakter dari peserta didik dan karakteristik dari materi kimia yang diajarkan agar penerapan model pembelajaran kooperatif dapat memberikan hasil yang maksimal sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan dan tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada materi pelajaran kimia yang lain.

75

Anda mungkin juga menyukai