BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Teori tentang otak manusia yang terbagi atas tiga bagian yaitu (1) Otak reptilian yang berfungsi untuk menghidupkan organ fisik dan menumbuhkan perkembangan jasmani. Otak itu berfungsi untuk mengatur pencernaan, mereproduksi sel-sel tubuh, mensirkulasikan peredaran darah, menyelaraskan sistem pernapasan serta merespon stress. (2) Otak mammalian atau sistem limbik berfungsi untuk menghubungkan diri pada unsur emosi dan ingatan. (3) Otak neomamalian mengandung lima sampai enam otak manusia yang berfungsi untuk memproses data-data penginderaan, logika, cara-cara berpikir, membuat rancangan, memecahkan masalah, melihat ke depan, menyatakan pendapat, bercakap-cakap, menulis, mengarang, bermain musik, menalar, menganalisis, berpikir abstrak, menggunakan symbol-simbol, memahami dan mengembangkan kebudayaan. Teori lain mengungkapkan bahwa otak manusia itu terbagi dua bagian, yaitu (1) belahan otak kiri, (2) belahan otak kanan. Penerapan fungsi dua otak itu dalam belajar disebut strategi. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan bentuk-bentuk belajar logis, yaitu bentuk-bentuk belajar yang langkah-langkahnya mengikuti urutan-urutan tertentu seperti dalam mempelajari ruang di bidang ilmu pengetahuan geometri, awalnya dipelajari konsep titik, kemudian berangsurangsur dipelajari garis, bidang, dan ruang. Scenario belajarnya berbentuk linier
dan sewuential, mengarah ke dalam sebuah pola. Cara belajar seperti itu sangat efektif dan efisien dalam pola berpikir dan berbuat. Hasil lainnya dari penerapan kemampuan belahan otak kiri adalah kemampuan mensintesis data menjadi terpadu berdasarkan hubunghan ruang dan waktu. Belahan otak kiri dan kanan dapat berfungsi sebagai komplementer, artinya dapat saling memperkuat secara fleksibel terutama dalam memahami informasi dari luar. Semua data diolahnya setelah informasi masuk. Implikasi dua teori di atas menekankan bahwa fungsi kemampuan belahan otak kiri dan kanan itu harus dipertimbangkan dalam sistem pendidikan dan pengajaran. Dalam
mempertimbangkan dua teori di atas maka sistem pendidikan dan pengajaran itu akan menjadi serasi dan cocok dengan tingkat perkembangan anak dalam belajar. Pelajaran akan disampaikan secara logis dan sistematis serta dipelajari sesuai dengan minat, perhatian dan kebutuhan siswa. Dua fungsi belahan otak kiri dan kanan yang diterapkan menjadi satu perbuatan belajar akan membantu dalam mencapai keterampilan memecahkan masalah, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif dan dapat menanamkan kemampuan menguasai pengetahuan dalam waktu lama (retensi). Berdasarkan hasil penelitian (eksperiment) yang dilakukan di beberapa Negara (Inggris dan Amerika) disimpulkan bahwa pemanfaatan fungsi
kemampuan belahan otak kanan (di samping pemanfaatan kemampuan belahan otak kiri), dapat memberI kesanggupan kepada siswa dalam mempelajari pengetahuan. Mereka menunjukkan lebih berhasil dalam pelajarannya di sekolah jika pelajaran itu disajikan melalui kemampuan belahan otak kiri dan kanan. Hasil
belajar dapat dicapai dengan baik terutama bagi siswa yang lamban belajar dan berprestasi rendah. Harapan di atas memberi dorongan kepada guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk melaksanakan sistem belajar yang bersifat intuitif, yaitu sistem belajar yang melibatkan berbagai cara logis dan psikologis, serta keterlibatan maksimal dari semua alat penginderaan dalam menerima informasi dari luar. Dengan cara-cara seperti itu, penyajian materi pelajaran tidak terbatas pada penggunaan metode ceramah saja akan tetapi juga metode-metode lainnya seperti dialog, diskusi, tanya jawab, inkuiri, diskoveri, dan lain-lain. Penyajian materi pelajaran seperti itu sangat sesuai dengan perbedaan individu, siswa yang satu akan lebih senang belajar dalam bentuk konkret, sedangkan yang lainnya dalam bentuk abstrak. Kebenaran teori kemampuan belahan otak kiri dan kanan ditentang oleh teori umum yang berpendapat bahwa otak manusia itu adalah sesuatu yang unik dan tidak ada dua hal yang serupa. Dengan kata lain dua fungsi belahan otak kiri dan kanan tidak bersifat sama, dan berfungsi saling mengontrol satu sama lain. Informasi yang datang melalui tangan, kaki dan telinga kanan akan diproses oleh belahan otak kiri, dan sebaliknya informasi dating melalui, tangan, kaki dan telinga kiri akan diproses oleh belahan otak kanan. Dalam beberapa hal, penginderaan itu dikontrol dalam bentuk perbuatan yang kompleks, artinya apa yang dilihat secara visual sebagai potongan-potongan informasi akan dikirimkan kepada dua belahan otak di atas. Porsi visual belahan otak kiri akan dikaji oleh belahan otak kanan dan demikian pula sebaliknya. Jadi, keduanya saling mengontrol.
Selain penelitian yang pernah dilakukan itu, terdapat pula penelitian lainnya yang dilakukan oleh beberapa pakar psikologi antara lain oleh Paul Broca (1865). Mereka berasumsi bahwa otak manusia itu terbagi dua bagian yang sama, yaitu otak kiri dan kanan. Menurut Paul Borca dalam keterampilan berbicara, lain halnya dengan belahan otak kanan, walau luka tidak akan mempengaruhinya. Selain itu Carl Wernicke berpendapat bahwa keterampilan berbahasa itu adalah fungsi belahan otak kiri dan jika belahan otak itu luka maka akan mempengaruhi pada keterampilan berbahasa. Kesimpulannya fungsi dua belahan otak di atas tidak sama,. Namun dapat dikatakan kemampuan belahan otak kiri lebih tinggi daripada kemampuan belahan otak kanan. Riset lainnya menyangkut penelitian kemampuan belahan otak kanan dalam merespons objek yang pernah dan tidak pernah dikenalinya. Mereka berteori bahwa yang pernah dikenalinya dapat diberi nama dengan sebutan-sebutan tertentu. Pemberian nama itu adalah hasil pekerjaan belahan otak kiri. Akan tetapi, bagi objek tertentu yang tak pernah dikenalinya, seperti dalam pola berbuat dan bertindak (yang tak mudah untuk diberi nama padanya), maka semuanya itu akan diproses oleh belahan otak kanan. Para peneliti menemukan keunggulan kemampuan belahan otak kanan dalam menerka figure keseluruhan dengan cara melihat bagian-bagian yang tampil di hadapannya. Kemampuan belahan otak kanan memiliki peranan yang paling dominan dalam membedakan warna dan pola, mampu memahami fungsi ruang dan waktu, memahami pola persepsi, memahami perbedaan pola penginderaan secara tajam dan halus.
Teori belahan otak kiri dan kanan di atas member petunjuk pada kita tentang pola belajar yang harus dikembangkan di sekolah. Teori itu dapat mengarahkan dan mengidentifikasi segala faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses belajar. Selain itu perlu diperhatikan upaya pengujian kembali teknik yang sekarang dipergunakan di sekolah, terutama teori yang dating dari daratan Eropa. Dibidang pendidikan dan pengajaran remedial, penemuan itu dapat mengarahkan kepada persiapan paket materi dan strategi belajar mengajar, mencakup media dan sistem evaluasinya. Paket strategi itu dapat terdiri atas dua bagian, yaitu paket strategi belahan otak kiri dan paket strategi belahan otak kanan. Apabila salah satu paket tidak berjalan maka paket yang lainya akan berfungsi, bila semuanya disediakan secara lengkap. Strategi itu akan selalu berlindung pada strategi lainnya, keduanya akan saling melengkapi untuk tujuan yang lebih baik. Paket strategi di atas dapat memperkaya dan memperluas pemakaian metode belajar mengajar yang berpusat pada perbedaan individu dan materi pelajaran, dan dalam prosesnya akan menemukan keseimbangan, keserasian dan keterpaduan antara dua fungsi belahan otak kiri dan kanan. Dari beberapa uraian tersebut maka penulis menganggap perlu mengadakan suatu penilaian untuk mengetahui bagaimana Strategi Kemampuan Belahan Otak Kanan dalam Pendidikan Remedial di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Samarinda Ilir. B. Fokus Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dibuat fokus masalah yakni Bagaimana guru Agama Islam mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran pada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; tentang Bagaiana kemampuan guru Agama Islam dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran paada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda?
D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang kemampuan guru Agama Islam dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda.
E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat terungkap sejumlah informasi yang bermanfaat. Untuk itu, peneliti akan menguaraikan beberapa manfaat dari hasil penelitian ini:
1. Memberikan informasi tentang evaluasi pembelajaran pada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran di sekolah.
2.
Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Remedial Pendidikan pada masa lampau diartikan sebagai proses individual bukan proses kelompok. Pengajaran yang dilakukan guru untuk muridmuridnya diselenggarakan secara perseorangan. Oleh karena itu, siswa yang mendapat kesulitan belajar di sekolah dan di rumah tidak terlalu menonjol sebab semuanya telah dapat dipecahkan oleh gurunya pada saat berlangsungnya pengajaran di sekolah. Berlainan dengan realita, saat itu pada satu segi pengajaran di kelas dilakukan secara individual, pada segi lain kurikulum masih dibuat secara umum, artinya, kurikulum yang disediakan itu tidak memuat program khusus yang diarahkan untuk kepentingan pengembangan potensi perseorangan, sedangkan kenyataan di kelas sebaliknya. Keberadaan kasus pada saat itu hanya dapat dirasakan kesenjangan oleh adanya laku perbedaan-perbedaan yang muncul dan kesenjanganUntuk
tingkah
sewaktu-waktu.
menjembatani perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-kesenjangan itu diciptakan pelayanan sistematis dan terarah untuk kepentingan
penanggulangan kasus. Pelayanan itu bersifat mendadak dengan kurikulumnya juga dibuat secara mendadak, diberi nama kurikulum muatan kecelakaan (accident prone curriculum). Bantuan yang diberikan berupa pelayanan ambulan untuk kepentingan individu yang mendapat kecelakaan. Pada tahun 1930-an, pakar psikologi berpendapat bahwa
dilakukan
sehingga
pengajaran
klasikal
dapat
diselenggarakan.
Kurikulum sebagai sarana untuk mencapai tujuan dibuat sesuai dengan kebutuhan individu dan kelompok. Konsekuensinya, pada tahun 1940, program pendidikan dan pengajaran remedial mulai terorganisasi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah dan butir-butir aspirasinya dimasukkan ke dalam UU Pendidikan. Alat ukur pendidikan dibuat sedemikian rupa dengan maksud untuk mengembangkan cita-cita di atas. Gerakan pendidikan dan pengajaran remedial memberi harapan baik terhadap murid-murid yang mengalami kesulitan belajar. Apabila kesulitan belajar itu tidak ditangani secara serius, maka kegagalan akan dialami selamalamanya. Gerakan itu pula memberi kejelasan terhadap perbedaan antara anak lemah piker dan lamban belajar yang membutuhkan latihan tertentu dalam bidang mata pelajaran dasar. Perbedaan-perbedaan itu
membuahkan keyakinan para pakar pendidikan untuk berpendapat sebagai berikut. 1. Abilitas manusia dapat diukur melalui alat ukur tertentu yang dibuat dengan cermat dan memenuhi kriteria validitas, relibilitas, dan relevansi. 2. Pengelompokkan siswa dapat dilakukan sehingga pengajaran klasikal dapat diselenggarakan.
10
3.
Pelayanan pendidikan dan pengajaran remedial dapat dilakukan sesuai dengan tipe belajar siswa, kemampuan, umur, mental, dan bakat individu.
4.
Pendidikan dan pengajaran remedial diselenggarakan di sekolah dan dilakukan secara individual dengan program yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum sekolah. Pada tahun 1978 Warnock melaporkan hasil penemuannya tentang
ketiadaan perbedaan antara pendidikan remedial dan pendidikan khusus. Pada tahun 1981, UndangUndang Pendidikan di Amerika menghendaki pengkajian yang mendalam terhadap pendidikan khusus dan kebutuhankebutuhan belajar siswa, sehingga jenis dan hakikat bantuan tambahan yang diberikan itu dapat diidentifikasi secara cermat. Sumber-sumber belajar yang diperlukannya dapat diperoleh dengan mudah serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Antusiasme yang disampaikan bangsa-bangsa di dunia terhadap konsepsi pendidikan dan pengajaran remedial mengundang keinginan untuk mendirikan organisasi dalam bidang pendidikan remedial. Usaha mereka berfokus pada upaya pengintegrasian siswa yang lemah mental dan fisik, di samping memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dapat disimpulkan bahwa (1) gerakan pendidikan dan pengajaran remedial melejit maju dari konsepsi lama mengenai pelayanan ambulan ke konsepsi baru mengenai pengintegrasian kembali siswa yang
11
mendapat kesulitan belajar ke dalam kelas biasa ( ordinary class), (2) pergeseran upaya bimbingan kuratif ke preventif, (3) pengitegrasian kembali siswa lamban belajar ke dalam kelas biasa mengundang perhatian khusus di bidang organisasi sekolah, sistem pengelolaan kelas, pengkajian tentnag kebutuhan siswa dan kurikulum yang relevan. 3. Perubahan Konsep Pendidikan dan Pengajaran Remedial Latar belakang historis di atas berpengaruh terhadap perubahan konsep pendidikan dan pengajaran remedial. Berkaitan dengan hal itum terdapat dua aliran pemikiran yang berpengaruh. 1. Pendapat mengenai kemampuan intelektual rendah dalam diri seseorang merupakan kondisi permanen yang tak dapat diubah. Usaha remediasi sudah tidak mungkin dilakukan, karena itu usaha membina siswa untuk bisa kembali menempati kedudukan yang sejajar dengan teman sebayanya sudah tidak bisa lagi diharapkan. 2. Siswa yang lamban belajar pada umumnya sebagai akibat dari kegagalan dalam proses belajar. Kesimpulannya terdapat salah satu fungsi organ jasmani dan rohani yang sedang mengalami kelainan dan dianggap sebagai sesuatu yang patologis. Menurut pendapat ini siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar dapat di diagnosis dan kemudian dapat diberikan latihan-latihan khusus secara temporer. Siswa penderita yang sedang berada di kelas dapat segera ditarik ke kelas remedial untuk diberikan penyembuhan-
12
penyembuhan (therapy), dan bila telah sembuh dia segera dikembalikan ke kelas biasa (ordinary class). Menurut konsep diatas, guru dipandang sebagai therapist dan untuk itu mereka harus dilengkapi dengan pengetahuan dalam bidang psikologi dan neurologi. Mereka yang terlibat langsung menangani proses remediasi harus mempunyai kemampuan membaca dengan cermat terhadap pelajaran-pelajaran tertentu yang akan disembuhkannya. Dalam kontek kedua teori di atas, pendidikan dan pengajaran remedial berfungsi untuk membantu tugas-tugas sekolah di bidang pengajaran. Kemungkinan besar dalam pelaksanaannya akan
memerlukan waktu yang relating lama untuk kepentingan-kepentingan di atas. Untuk itu dalam beberapa hal kurikulum yang dibuat harus diarahkan kepada dua keperluan, pertama untuk kepentingan bersama (comunal) dan kedua untuk kepentingan kasus, agar beban tanggung jawabnya lebih jelas dan terarah. 4. Perubahan Kurikulum Pendidikan dan Pengajaran Remedial Perubahan kurikulum pendidikan dan pengajaran remedial
bersumber dari dua substansi di atas, yaitu (1) latar belakang historis, (2) perubahan konsep pendidikan dan pengajaran remedial. Berdasarkan fakta historis, bentuk kurikulum pertama, kurikulum khusus untuk murid-murid yang berkemampuan intelektual rendah. Kedua, untuk kurikulum muatan ambulan untuk murid-murid yang gagal mengahadapi kurikulum sekolah. Menurut kurikulum seperti itu keterampilan
13
membaca dan berhitung merupakan keterampilan dasar untuk bekal mempelajari pengetahuan lainnya. Siswa yang sedang menghadapi kesulitan belajar dikelompokkan pada kelompok-kelompok tertentu dan jenis remediasi yang diberikannya bergantung pada macam materi pelajaran yang mau disembuhkannya. Setelah materi pelajaran itu sikuasainya dengan baik maka kematangan (readiness) untuk menguasai materi pelajaran lainnya menjadi tolok ukur dikembalikannya siswa ke dalam kelas biasa (ordinary class) Dewasa ini, konsep yang berpegang teguh pada prinsip pemerataan kesempatan, maka kurikulum pendidikan remedial dibuat berdasarkan kelompok-kelompok homogeny menurut abilitas, kelas-kelas khusus, dan bahkan pengelompokkan murid-murid dari kelas-kelas lainnya. Efek psikologis dan pedagogisnya dari kurikulum baru seperti itu adalah tiada batas antara mata pelajaran-mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya (integrated). Kurikulum itu bercirikan pada beban belajar untuk berbicara ketimbang beban belajar untuk membaca buku teks di sekolah. Kegiatan berdiskusi dalam kelompok kecil diuatamakan, demikian pula kegiatan membaca materi pelajaran dari buku teks dilakukan secara teratur sesuai dengan minat, perhatian dan kemampuan membaca. Media sumber-sumber belajar dipersiapkan dengan lengkap, bervariasi dan cocok dengan pilihan mereka. Selain itu kurikulum umum disediakan, siswa diharapkan dapat mencapai standar minimal pengetahuan dan pemahamannya pada setiap
14
tahapan pelajaran yang disampaikan. Kurikulum mempunyai program inti atau program minimum yang wajib dikuasai oleh semua siswa. Di samping itu, terdapat program wajib yangharus diikutinya dan porsinya disesuaikan dengan tuntutan kurikulum standar. Untuk memperkaya pengetahuan dalam bidang lapang kerja, kreasi seni, dan budaya, disediakan program pilihan (option). Dalam kurikulum umum seperti itu juga, kemungkinan siswa membutuhkan remediasi pendidikan tertutama di bidang peningkatan karier di kelas. Karena itu semua guru perlu dipersiapkan denganbaik agar mampu melaksanakan tugas-tugas pendidikan remedial. 5. Peranan Guru Pendidikan Remedial Sebagaimana dikemukakan sebelum ini, bahwa d guru bidang studi harus dipersiapkan dengan baik agar kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran remedial. Untuk keperluan itu diharapkan setidak-tidaknya semua guru bidang studi dapat menjadi guru pendidikan remedial. Mereka harus mempunyai pandangan yang sama dengan guru pendidikan remedial lainnya dan memahami dengan baik tentang perubahan konsep pendidikan remedial serta perubahanperubahan tuntutan kurikulum yang cocok dengan hakikat pendidikan remedial. Peranan yang dipikul guru pendidikan remedial itu adalah. 1) Manusia Pelayan Dengan terkuasainya pemahaman kesulitan-kesulitan belajar siswa dan keterampilan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan itu,
15
guru pendidikan remedial diharapkan mampu menempatkan dirinya sebagai pelayan ambulan untuk membantu siswa dalam memecahkan kesulitan menyesuaikan daripada tuntutan
kurikulum sekolah. Manusia pelayan adalah manusia sabar, ikhlas, dan bertanggung jawab dengan mengemban tugasnya sebagai guru pendidikan remedial, dan memiliki keterampilan dalam melayani setiap kebutuhan siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar. Manusia pelayan selalu hanya sehingga bersedia untuk tugas
diselesaikan
dengan
sempurna.
Keberhasilan siswa kembali ke kelas biasa, sangat bergantung kepada keterampilan gurunya, selain lingkungan keluarga dan masyarakatnya. 2) Agen Perubahan Guru pendidikan remedial berperan sebagai pengembang dan pengubah kurikulum sekolah, ia bertugas pula melakukan tugas reformasi kelembagaan, selain menghubungkan tugasnya
dengan tugas guru bidang studi lainnya, terutama merumuskan tujuan yang realistik. Sebagai agen perubahan, guru harus berani memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya kepada aparat kelembagaan yang terkait dengan tugas pembimbingan terhadap siswa yang sedang dihadapinya terutama menyangkut
16
perubahan-perubahan kurikulum dan kelembagaan yang harus dilakukannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya tertentu di lapangan. Diharapkan juga guru pendidikan remedial dapat menyuguhkan makalahnya dihadapan guru pendidikan remedial dapat menyuguhkan makalahnya dihadapan guru bidang studi dan tenaga kependidikan lainnya di forum seminar mengenai perlunya dilakukan pembaharuan dalam bidang kurikulum dan kelembagaan. Cara itu dapat dipandang sebagai media pendorong untuk melahirkan kebijakan-kebijakan di bidang reformasi kurikulum dan kelembagaan. 3) Motivator Guru pendidikan remedial berperan pula sebagai pendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian-penelitian yang dapat membantu memudahkan mencari dan menemukan sebab-sebab kesulitan belajar siswa, pengetahuan memprediksinya, dan latihan-latihan yang relevan dengan kebutuhan siswa. Makalah yang disuguhkan dalam forum seminar dapat menjadi bahan masukan bagi para ilmuwan dalam melakukan penelitian. 4) Pencegah Guru pendidikan remedial dapat berperan pula sebagai pencegah terjadinya kesulitan belajar siswa. Pengetahuannya di bidang psikometri guru harus sanggup menyampaikan pengalamanpengalamannya kepada guru dan anggota staf lainnya mengenai
17
langkah-langkah
yang
harus
dilakukannya
dalam
menyembuhkan kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran di sekolah, paling tidak pengetahuan tentang cara-cara mencegah kemungkinan terjadinya kegagalan. 5) Konsultan Menurut konsep baru pendidikan bahwa setiap guru di sekolah berperan sebagai guru pendidikan remedial. Sebagai ahli dalam bidang pendidikan anak-anak, guru harus siap menyampaikan nasihat kepada guru lainnya yang membutuhkan pengetahuan pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Para konsultasi guru pendidikan remedial di sekolah menjadi fokus perhatian guru bidang studi dan tenaga kependidikan lainnya. 6) Pemberi Resep Guru pendidikan remedial berperan juga sebagai pemberi resep untuk meyembuhkan siswa lamban belajar. Dengan
pengalaman-pengalaman guru harus bersedia memberi catatan penting tentang cara-cara penyembuhan siswa lamban belajar. Catatan itu menjadi pegangan guru bidang studi lainnya dalam menghadapi siswa yang sama di sekolah lain. 7) Ekspert Guru pendidikan remedial berperan pula sebagai seorang ekspert, artinya ia berfungsi sebagai peneliti, pengumpul, pengolah dan penyimpul data hasil penelitian. Laporannya
18
dibukukan dalam bentuk tertentu dan disuguhkan pada seminar untuk ditanggapi dan dipedomani dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran remedial di kemudian hari.
B. Ciri-ciri Siswa Lamban Belajar dan Berprestasi Rendah 1. Ciri-Ciri Umum Siswa Lamban Belajar Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup hal-hal sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses belajar yang dilakukannya. (1) Fisik Pengamatan pertama yang dapat kita lakukan untuk menemukan sebab-sebab kesulitan belajar siswa adalah dengan pengamatan yang cermat terhadap keadaan fisiknya, meliputi intensitas
pendengarannya, penglihatannya, pembicaraan, vitamin dan gizi makanan pada waktu kecil. Kerusakan fungsi pendengaran dan penglihatan akan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara dan kelambanan menguasai pengetahuan dalam pelajaran. Pendengaran dan penglihatan adalah dua fungsi alat indera yang banyak berperan
19
dalam meraih pengetahuan empiris. Jika dua-duanya rusak maka pengetahuan empiris itu tidak dapat diterima secara utuh dan tidak dapat diolah dengan baik. Kadang-kadang terjadi penyimpanan kata dan makna sehingga apa yang disampaikan dan yang diterimanya jauh berbeda. Kerusakan mata dan telinga bisa diakibatkan oleh penyakit yang dideritanya sejak kecil, kekurangan vitamin dan makanan bergizi. Kelemahan fungsi pendengaran dan penglihatan dapat pula disebabkan oleh kekurangan latihan yang diberikan oleh ibu dan keluarganya di rumah pada saat suburnya menerima keterampilan tertentu dalam mendengar dan melihat (development task). Untuk memperoleh data awal tentang sebab-sebab siswa lamban belajar dapat dilakukan dengan kegiatan wawancara guru dan orang tua, serta usaha pemeriksaan intensif tentang kesehatan mereka di poliklinik. Di bawah ini dikemukakan ciri-ciri fisik siswa lamban belajar dalam urutan terpisah, sebagai berikut. a. Dari umur ke umur, tingg dan berat badan siswa lamban belajar kurang berkembang, demikian pula perbandingan dan berat badan itu tidak seimbang. b. Siswa lamban belajar mengalami kelainan pada telinga, mata, mulut dan gizi. c. Siswa lamban belajar disebabkan kekurangan makanan pada waktu kecil.
20
d. Siswa lamban belajar pernah menderita penyakit gawat pada waktu kecil. e. Siswa lamban belajar pada umumnya kekurangan makanan yang cocok dengan tuntutan fisiknya pada waktu kecil, akibatnya mereka kekurangan tidur. f. Siswa yang tidak mampu belajar pada umunya cenderung bertingkah laku berlebihan. (2) Perkembangan Mental Kemampuan mental adalah kemampuan individu dalam berpikir dan berbuat. Perkembangan mental dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik, peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi dalam kehidupannya dan asuhan intensif yang diberikan lingkungannya. Cacat fisik sebelum atau setelah kelahiran dapat berpengaruh pula terhadap perkembangan mental seseorang. Kelemahan mental sebagai akibat cacat fisik, akan mudah dilihat pada penampilannya, terutama dalam reaksi terhadap lingkungannya. Selain itu, peristiwa gawat yang menekam dirinya berpengaruh pula terhadap perkembangan mental seseorang. Akibatnya ia menjadi gugup menghadapi lingkungan, dan kadang-kadang bertingkah tidak normal dalam pergaulannya. Selain itu, kelemahan mental disebabkan pula oleh kekeliruan ibu dan keluarganya di rumah dalam mengasuh. Akibatnya, anak akan mengalami perpanjangan waktu masa bayinya, sehingga
21
kemungkinan disebabkan oleh kelemahan mental yang diderita selama hidupnya. Guru yang bermaksud mencari dan menemukan sebab-sebab keuslitan belajar dapat dimulai dari pengamatan fisiknya, peristiwa-peristiwa gawat yang mempengaruhinya, dan kelemahan-kelemahan asuhan ibunya pada waktu kecil. Di bawah ini kemukakan sebab-sebab kelemahan perkembangan mental siswa lamban belajar dalam urutan terpisah, sebagai berikut. a. Ia pernah menderita luka sebelum dan setelah kelahiran, sehingga mempengaruhi perkembangan mental. b. Ibu pernah menderita pendarahan pada saat siswa lamban belajar masih dalam kandungan. Pendarahan itu sangat mengganggu perkembangan mental bayi. c. Luka di bagian otak karena pengaruh oksigen pada saat kelahiran. Luka itu dapat mempengaruhi perkembangan mental. d. Hilangnya kesempatan menerima tugas-tugas perkembangan tertentu dalam hidupnya. e. (3) Tertundanya perkembangan motorik dalam berbicara.
Perkembangan intelek Intelek adalah kekuatan pikiran dalam menyampaikan pemikiran (reasoning) dan pemahaman pengetahuan yang dikuasainya. Manusia intelektual adalah manusia yang berkemampuan
menganalisis pengetahuan, menyatakannya kembali dalam bentuk kata dan kalimat yang baik dan benar yang disampaikan secara
22
sistematis dan logis sehingga dapat diterima oleh lingkungannya. Perkembangan intelek dapat dipengaruhi oleh kedaan mental. Sesorang yang memiliki IQ berkisar antara 50 sampai 69 sulit diharapkan memiliki perkembangan intelek yang baik. Demikian pula bagi anak yang memiliki IQ antara 70 samapai 89. Anak yang dilahirkan lebih awal dari waktu seharusnya (prematur), rata-rata kurang berkembang inteleknya. Siswa lamban belajar pada umumnya kurang mampu untuk memulai belajar membaca, menulis dan berhitung pada usia 6 tahun. Jika dipaksakan pada usia 7 sampai 8 tahun, mereka masih membutuhkan bimbingan khusus yang intensif dari gurunya. Cara penyajiannya harus sesuai dengan kemampuan anak. Dalam hal-hal tertentu siswa lamban belajar karena faktor intelegensi pada umumnya disesbabkan oleh faktor keturunan. Guru yang bermaksud mencari sebab-sebab kesulitan belajar, dapat melakukan tes inteelgensi, sebagai alat ukur. Tes itu disediakan oleh lembaga pendidikan tertentu. Jika diketahui intelegensinya normal, maka kegiatan itu dilanjutkan kepada wawancara masalah kelahiran, usia dan keadaan orang tuanya. Di bawah ini dikemukakan ciri-ciri perkembangan intelektual siswa lamban belajar dalam urutan terpisah sebagai berikut: a. Siswa lemah mental pada umumnya memiliki IQ antara 50 sampai 69. Mereka adalah siswa yang lamban belajar
23
b.
Siswa yang memiliki IQ antara 70 sampai 89 adalah siswa yang mungkin bisa dididik dengan cara pengajaran yang cocok dengan kemampuannya. Mereka memperoleh kemajuan-
kemajuan belajar di sekolah sesuai dengan keadaan umur mentalnya. c. Siswa yang mengalami kelahiran premature berkecenderungan tinggi menjadi siswa yang lamban belajar. d. Siswa lamban belajar berkembang lebih lambat daripada siswa rata-rata atau cepat dan tidak bisa diharapkan memiliki kematangan membaca pada usia 6 tahun. e. Pada umumnya kelemahan intelegensi siswa lamban belajar disebabkan oleh faktor keturunan. (4) Sosial Keadaan sosial ekonomi manusia berpengaruh terhadap kemajuan belajar siswa dis ekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kirk pada tahun 1962, terdapat lima kali lipat jumlah siswa lamban belajar yang berasal dari keluarga ekonomi lemah dibandingkan dengan siswa yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi. Penelitian ini menerminkan betapa besarnya pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap kemajuan-kemajuan belajar anak-anaknya di sekolah. Kesimpulan yang dapat kita petik dari hasil penelitian Kirk itu bahwa penemuan itu dapat mendorong motivasii masyarakat dalam membantu program pemerintah mengentaskan kemiskinan.
24
Selain itu, anak yang berasal dari keluarga besar (beranak banyak) berkecenderungan memiliki intelegensi rendah dibandingkan dengan anak yang dating dari keluarga kecil. Penelitian itu mencerminkan pula betapa tingginya pengaruh keluarga besar terhadap kemajuankemajuan belajar anak-anaknya di sekolah. Hasil penelitian itu dapat mendorong motivasi masyarakat melaksanakan gagasan pemerintah tentang Keluarga Kecil Bahagia. Hasil penelitian lainnya
mengemukakan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung bertingkah brutal dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang berkecukupan. Berkaitan dengan ini, perubahan masyarakat pengetahuan pertumubuhan dalam dan bidang teknologi sosial, ekonomi, budaya, besar ilmu
berpengaruh
terhadap terutama
kehidupan
masyarakat
sekelilingnya,
terhadap ekonomi yang tidak seimbang yang membuat penduduk terjerembab ke dalam jurang perbedaan status kekuatan ekonominya, menjadi tiga golongan yaitu penduduk golongan ekonomi lemah, menengah, dan tinggi. Sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan itu muncullah konflik psikologis di kalangan mereka. Aksi
kekesalannya itu kadang-kadang disalurkan melalui pertengkaran, perkelahian, dan pembunuhan. Siswa lamban belajar, dalam arti luas, dapat saja diakibatkan faktor-faktor seperti di atas dan jika demikian kenyatannya maka upaya pendidikan dan pengajaran remedial itu tidak hanya diartikan sebatas upaya melatih siswa untuk menguasai
25
pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu dalam pelajaran. Akan tetapi, juga upaya menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang mengalami konflik psikologis. Selain faktor diatas terdapat pula faktor lain yang dapat menjadi siswa lamban belajar, antara lain latar belakang pendidikan ibu di rumah. Ibu adalah tangan pertama yang membentuk masa depan pendidikan anak-anaknya. Jika latar belakang pendidikan ibu rendah, apalagi tuna baca dan tuna tulis, maka akan berpengaruh besar terhadap masa depan pendidikan anak-anaknya. Ibu di rumah tidak akan mampu membimbing anaknya dalam mengerjakan tugas-tugas rumah yang diberikan gurunya di sekolah. Akhirnya anak itu tidak mempunyai tempat bertanya dalam menyelesaikan pelajaran, kecuali ayah yang selalu sibuk dengan pekerjannya. Hasil belajarnya menjadi jelek. Keadaan seperti ini akan semakin parah apabila pendidikan kedua orangtuanya kurang. (5) Perkembangan Kepribadian Di atas telah dikemukakan bahwa ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah dapat diamati dari keadaan fisiknya,
perkembangan mental dan intelektualnya, status sosial ekonomi orang tuanya, perkembangan kepribadiannya, dan proses-proses belajar yang dilakukannya. Sekarang akan dibahas ciri-ciri siswa lamban belajar dilihat dari sudut perkembangan kepribadiannya.
26
Berdasarkan hasil penelitian siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah disebabkan pula oleh masalah-masalah emosional. Emosi adalah gocangan pikiran dan perasaan sebagai akibat dari peris tertentu yang ialaminya. Seperti curahan air mata dan ratap tangis seorang anak yang ditinggalkan mati oleh orang tuanya, tertawa terbahak-bahak sambil berangkul-rangkulan karena
mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka, suara bersoraksorai saat menyaksikan serunya suatu pertandingan. Wujud emosi bisa berbentuk gembira dan sedih. Yang berkaitan dengan cir-ciri siswa lamban belajar, yang penting untuk dibahas adalah wujud emosi dalam bentuk sedih. Emosi sedih berpengaruh terhadap intensitas kegiatan seseourang dalam lingkungan, bahkan kadangkadang bisa mematikan motivasi berkarya, jika keadaan emosinya sangat mendalam (frustasi dalam kehidupannya). Siswa lamban belajar dapat disebabkan oleh keadaan emosi seperti itu sehingga menjadi gangguan psikologis dalam hidupnya. Gangguan psikologis itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, seperti dalam hal kecemasan, ketakutan, kegirisan, keraguan-keraguan, dan nervous. Konflik psikologis yang terjadi di kalangan siswa di sekolah, atau antara anak dan orang tuanya bisa menyebabkan lamban belajar. Gejala-gejala kecemasan, ketakutan, gangguan jaringan syaraf, agresif, malu-malu, giris, raguragu adalah sebagaian dari ciri-ciri siswa lamban belajar.
27
Selain itu, kadang-kadang kesulitan belajar itu merupakan gla emosional, ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Demikian pula bertambahnya kegagalan siswa belajar di sekolah karena ketidak berhasilan meraih prestasi belajar yang baik, membuat dirinya tidak mampu berkonsentrasi menghadapi pelajaran. Akibatnya siswa itu cenderung memiliki kepribadian gugup dalam pergaulannya. Dibawah ini dikemukakan ciri-ciri perkembangan kepribadian siswa lamban belajar dalam urutan terpisah sebagai berikut. a. Siswa yang mengalami kesulitan belajar pada umunya berkaitan erat dengan masalah-masalah emosional, agresif, takut, malumalu dan nakal. b. Kadang-kadang siswa mengalami kesulitan belajar itu
menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu bisa disebabkan oleh kegagalan belajar di sekolah. c. Jika kegagalan itu bertambah banyak maka akan mengakibatkan kelesuan konsentrasi dalam belajar. d. Telah diteliti oleh tenaga paramedik bahwa siswa lamban belajar cenderung bertingkah laku gugup, takut tanpa alas an, suka kencing di tempat tidur. Jika usianya bertambah tua, cenderung menderita penyakit kejiwaan, penolakan lingkungan, sampai akhirnya tingkah lakunya itu agresif.
28
(6)
Proses Belajar yang Dilakukannya Ciri-ciri siswa lamban belajar dilihat dari sisi proses belajar yang dilakukannya adalah sebagai berikut. a. Lamban mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi dalam lingkungan. Strategi belajar-mengajar yang dianjurkan untuk melatih keterampilan itu adalah stratefi belajar-mengajar keterampilan proses. Pelaksanaan strategi ini dimulai dari kegiatan mengamati lingkungan sekitar dan kemudian diikuti oleh kegiatan menyusun hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variable, menginterpretasi data, menarik
kesimpulan, meramalkan, menerapkan dan memanjangkan hasil belajar. Siswa lamban belajar sangat sulit mengikuti urutan-urutan belajar di atas. Ia sangar lamban mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi dalam lingkungan, apalagi sampai kepada pembuatan hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data yang didapatnya dari lingkungan. Data-data pengamatan yang dikumpulkan dari lapangan bisa bersumber dari kebun sekolah, perpustakaan, laboratorium, rumah sakit, kebun binatang, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa yang sedang mempelajarinya. b. Kurang bernafsu untuk melakukan penelitian terhadap hal-hal yang baru dalam lingkungan. Berdasarkan kodrat manusia yang
29
diturunkan Tuhan Yang Maha Esa, kelahiran anak senantiasa dilengkapi dengan nafsu untuk mengamati lingkungan
sekitarnya. Anak yang lahir normal pada umumnya lincah dan bereaksi terhadap benda-benda yang ada disekitarnya. Kadangkadang mudah beralih perhatian terhadap benda-benda yang ada di hadapannya. Mainan yang dibeli orang tua dari took, dimainkannya sepuas-puasnya sampai rusak. Ia senang bermain dengan alat itu dan kalau rusak segera ia meminta lagi kepada orang tuanya. Nafsunya melakukan penelitian besar sekali, ia tidak merasa takut jika ada ulat merayap di hadapannya, ditatap dan dilihatnya kemurian dirabanya untuk mengetahui dan meyakini benda apa yang ada di hadapannya itu. Anak yang tergolong lamban belajar kurang berkembang di dalam melakukan penelitian, ia lebih senang menerima apa adanya dari pada menemukan sesuatu yang baru. Cirri siswa lamban belajar dilihat dari segi aktivitasnya dalam melakukan penelitian, ternyata siswa itu lebih banyak bertingkah diam dari pada bertingkah lincah. Ia kurang bernafsu untuk menemukan sesuatu yang baru yang terdapat dalam lingkungan. Ia tidak menyadari bahwa sesuatu yang aru itu penting bagi dirinya untuk perkembangan kehidupan selanjutnya. c. Siswa lamban belajar tidak banyak mengajukan pertanyaanpertanyaan. Ia kurang berkeinginan untuk mengikuti
30
jawabannya. Ia juga kurang berinisiatif untuk mengajukan pertanyaan tentang pelajaran yang belum dipahaminya, apalagi pertanyaan yang mengandung masalah. Kelihatannya ia sangat sulit mengikuti pelajaran yang disamapaikan gurunya, apalagi mencerna dan mengkajinya seperti yang diharapkan kurikulum sekolah. Jika didorong oleh keberaniannya untuk mengajukan suatu pertanyaan, ia sangat gugup untuk menyampaikannya. d. Siswa lamban belajar kurang memperlihatkan perhatiannya terhadap apa dan bagaimana tugas itu dapat diselesaikan dengan baik. Untuk memperdalam pengetahuan yang diberikan di sekolah, guru memberi latihan kepada murid-muridnya untuk dikerjakan di sekolah dan di rumah. Bagi siswa cepat dan ratarata tugas seperti itu bukan merupakan beban berat, namun sebaliknya bagi siswa lamban belajar tugas itu merupakan momok yang mencekam dirinya. Dalam menyelesaikan tugas ia kurang memahami betul tentang isi tugas yang harus dikerjakannya, apalagi memikirkan tentang cara-cara
penyelesaiannya. Dalam hal ini, pikiran yang muncul adalah bagaimana menyalin hasil pelerjaan teman-temannya. e. Siswa lamban belajar, dalam belajarnya banyak menggunakan ingatan (hapalan) dari pada logika (reasoning). Penguasaan pengetahuan dilakukan dengan cara menghapal dan mengingatingat kembali pelajaran yang dibacanya terutama pelajaran
31
fakta. Fungsi recall dalam mempelajari pengetahuan itu digunakan semaksimal mungkin, sehingga pada akhirnya yang dipelajarinya itu adalah pengetahuan yang bersifat lepas-lepas. Dampak yang terjadi pada diri siswa adalah kurang pandainya menghubung-hubungkan pengetahuan ke dalam fungsi
pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi, sehingga mereka tidak mampu lagi membuat reasoning menurut logika tertentu. Siswa lamban belajar mengerjakan tugas-tugas belajarnya sebatas kemampuan dirinya dalam ukuran waktu yang telah ditentukan. Waktu belajar itu disediakan lebih lama dari pada seharusnya. Latihan yang dilakukannya tidak cukup sekali. Target waktu yadigunakannya adalah sampai
pengetahuan itu terkuasai dengan tuntas. Hal itu mungkin terjadi karena kebiasaan menguasai pengetahuan dengan ingatan atau hapalan, bukan dengan reasoning. f. Siswa lamban belajar tidak mampu menggunakan cara-cara tertentu dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Mereka tidak bisa mengendalikan bagian-bagian pengetahuan dengan
pengetahuan lainnya dalam berpikir, sehingga cara-cara belajar terpadu itu tidak terkuasai dengan baik. Mereka menguasai pengetahuan itu bersifat lepas-lepas, tidak mampu
menghubungkannya satu sama lain. Cara-cara mempelajari pengetahuan itu berlainan satu sama lain di samping ada pula
32
persamaan-persamannya. Cara-cara mempelajari pengetahuan dakta berbeda dengan cara-cara mempelajari pengetahuan problematic, demikian pula metode dan strategi belajar yang digunakannya. Siswa lamban belajar hanya mengenal satu dua cara saja mempelajari pengetahuan, yaitu menghapal dan mengingat-ingat, selain dari itu kurang dikuasainya. g. Siswa lamban belajar kurang lancer berbicara, tidak jelas, dan gagap. Ketidaklancaran berbicara itu kemungkinan disebabkan oleh kekurangan penguasaan pengetahuan tertentu dalam pelajaran sehingga curahan pembicaraannya tidak sempurna dan tidak jelas. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kerusakan pendengaran, penglihatan, dan organ tenggorokan. Seorang ibu yang kurang melatih anak-anaknya berbicara, dapat
menyebabkan ketidaklancaran berbicara dalam pergaulan. h. Siswa lamvban belajar sangat tergantung kepada guru dan orang tuanya, terutama dalam membuktikan kebenaran pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Kurikulum baru menghendaki proses pembelajaran di sekolah dilakukan melalui strategi belajarmengajar keterampilan proses, artinya pembelajaran itu
diselenggarakan secara berurutan, dimulai dari pengamatan lingkungan, pembuatan hipotesis, pengumpulan data,
pengolahan data, penarikan kesimpulan, dan memajangkan hasil belajar. Dalam melaksanakan urutan0urutan belajar di atas,
33
siswa diharapkan dapat berbuat aktif mengolah bahan pelajaran dengan baik tanpa bimbingan maksimal dari gurunya. Siswa lamban belajar sangat sulit mengikuti urutran-urutan belajar di atas, mereka membutuhkan bimbingan maksimal dari gurunya meskipun demikian kadang-kadang hasilnya tidak memuaskan. Hasil belajar yang dipajangkan pada umumnya bukan buatan siswa sendiri, melainkan hasil buatan siswa lainnya. Ia hanya pendengar dan pencatat saja. Akibatnya pada sat barang-barang hasil belajar itu dipamerkan, siswa lamban belajar tidak mampu memberikan penjelasan di hadapan para pengunjung, ia hanya mendengarkan penjelasan yang
disampaikan teman-temanya. i. Siswa lamban belajar sulit memahami konsep abstrak. Semua pelajaran yang disampaikan akan mudah diterima jika pelajaran itu divisualisasikan dalam bentuk konkret. Siswa lamban belajar dapat memahami konsep abstark jika pelajaran disampaikan secara bertahap dari yamg konkret ke yang abstrak. Siswa lamban belajar tidak mungkin mampu memahami pengertian titik, jika tidak lebih dulu memahami ruang, bidang, dan garis. Karena itu urutan-urutan belajarnya harus dilakukan secara psikologis. j. Siswa lamban belajar sulit memindahkan kecakapan tertentu yang telah dikuasainya ke dalam kecakapan lainnya (transfer)
34
sekalipun dalam mata pelajaran yang sama, seperti kecakapan mengali dan membagi. Menurut ukuran normal, seseorang yang telah menguasai keterampulan mengali akan dengan mudah menguasai keterampilan membagi, sebab dua keterampilan di atas dikembangkan bersama-sama dalam waktu yang berurutan dan saling mendukung. Siswa lamban belajar mengalami kesulitan dalam mentransfer kecakapan yang satu ke kecakapan lainnya walaupun dua pengetahuan iru berada dalam urutan yang beriringan. Ketidakmampuannya mentransfer pengetahuan yang satu ke dalam pengetahuan yang lain, siswa lamban
belajar akan mengalami kesulitan dalam menguasai pengetahuan baru dalam pelajaran, dan akibatnya memerlukan latihan lama dan berulang-ulang. k. Siswa lamban belajar lebih sering berbuat salah. Jika siswa lamban belajar dihadapkan kepada tugas membuka pintu-pintu di sebuah hotel, dia cenderung mencobakan sejumlah kunci yang ada di tangannya, daripada mencocokkan kuncinya. Demikian pula dalam hal pelajaran menggambar, siswa lamban belajar lebih cenderung menentukan warna tertentu dengan mencampur dua warna yang berlainan secara berulang-ulang daripada menggunakan resep. l. Siswa lamban belajar mengalami kesulitan membuat
35
menarik kesimpulan. Kurikulum 1994 menuntut siswa untuk melakukan proses belajar menggeneralisasi pengetahuan hasil pengamatan lingkungan, dikelompokannya menurut bentuk, jenis dan sifatnya, ditafsirkannya ke dalam konsep dan prinsip, dipraktikan, kemudian ditarik kesimpulannya dengan baik dan hasil belajarnya dikomunikasikan pada orang tua dan
masyarakat sekelilingnya. Siswa lamban belajar sangat sulit mengikuti urutan-urutan belajar seperti itu, apalagi juka sudah dihadapkan kepada keterampilan menguraiakan dan menarik keismpulan-kesimpulan. m. Siswa lamaban belajar daya ingatnya lemah (retensi), mudah lupa dan gampang menghilang. Pengetahuan yang masuk ke dalam pikiran dan perasaan melalui alat indera pendengaran, penglihatan, perabaan dan lain-lain. Diharapkan dapat tersimpan dengan baik dalam ingatannya. Siswa lamban belajar yang karena kegiatan belajarnya melalui proses menghapal dan mengingat-ingat, maka daya lekat pengetahuan dalam
ingatannya menjadi lemah, mudah lupa dan gampang hilang. Akibatnya mereka mendapat kesulitan mencurahkan
pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam bentuk kata dan kalimat. n. Siswa lamban belajar, mengalami kesulitan saat menuliskan pengetahuan dalam bentuk karangan-karangan lainnya,
36
sekalipun menggunakan kata dan kalimat sederhana. Sedangkan kurikulum baru menuntut siswa untuk mampu menuslikan pengetahuan dan mengarang sebuah cerita hasil pengalamnnya dalam bentuk kata dan kalimat sederhana. Menulis dan mengarang itu penting dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menucrahkan pikirannya secara logis dan sistematis. Tulisan dan karangan itu dikomunikasikan kepada guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya dalam pameran. Guru, orang tua, dan masyarakat itu akan merasa senang terhadap hasil karya siswa dan putra-putranya yang dipajangkan itu. Siswa lamban belajar pada umumnya sulit diharapkan mampu mencapai prestasi belajar seperti itu karena keterampilan menulis dan mengarang sangat rendah. Paling tidak ia sebagai pendengar dan penglihat saja. o. Siswa lamban belajar lemah dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dis ekolah dan di rumah. Tugas yang diberikan guru pada umumnya sama bagi semuanya. Siswa ada yang senang menerima tugas dan ada pula yang tidak senang. Siswa lamban belajar pada umumnya tidak senang menerima tugas, sebab kemampuannya lemah dalam mengerjakannya, kadang-kadang mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Sehingga tugas itu dirasakan sebagai beban yang membuat lebih malas untuk mengerjakannya.
37
2.
3. C. Teori Otak Kanan dan Orak Kiri Manusia Setiap manusia pasti memiliki otak. Meski kecil ukurannya, peranannya sangat vital. Ukurannya yang jauh lebih kecil dari sebuah kol ini bersemayam di kepala. Dengan munculnya mikroskop electron yang sangat peka, ditemukan bahwa otak terdiri atas sel-sel kecil yang disebut neuron. Berapa jumlah sel dalam otak manusia? Ada yang memperkirakan 10-15 miliar, dan ada pula yang memperkirakan seratus miliar. Ajaibnya, menurut berita terakhir, disebutkan bahwa sel-sel dalam otak berjumlah saatu triliun, termasuk seratus miliar sel saraf aktif atau neuron, dan Sembilan ratus miliar sel lain yang merekatkan, memelihara, dan menyelebungi sel-sel aktif. Setiap satu dari seratus miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga sebanyak dua ratus ribu. Miliaran sel otak aktif yang ada semenjak lahir merupakan kunci kekuatan otak. Jumlah sel otak aktif ini jauh lebih banyak dibandingkan jumlah sel otak aktif yang ada pada binatang. Sel otak berbentuk seperti gurita mini. Sel terletak di tengah dan memiliki cabang-cabang berupa benang-benang kecil yang disebut dendrit. Masing-masing inti sel serta dendrite memiliki struktur yang rumit. Sel-sel otak ini saling berhubungan satu dengan lainnya. Para ahli menyebutkan bahwa sel otak manusia beroperasi dengan membentuk kaitan
38
yang sangat kompleks dengan puluhan ribu sel otak. Setiap kali sesuatu mencapai indra manusia, maka sel otak menciptakan kesan yang keluar dari sel otak dan menelusuri salah satu dendrit. Sel tersebut akan menyeberang ke sel otak lainnya melalui dendritnya pula. Proses ini berlanjut dengan melibatkan jutaan sel otak yang terhubung berurutan. Reaksi berantai ini berlangsung secepat kilat dengan dihantarkan oleh aktivitas listrik. Ingatan manusia dicatat dalam bentuk pola-pola sel yang dibentuk oleh sel-sel otak. Setiap sel otak mampu berhubungan dengan sekitar sepuluh ribu sel otak yang ada di dekatnya. Para ahli menyatakan bahwa kemungkinan jalinan ini lebih banyak jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah atom yang terdapat di dalam semesta ini. Semenjak hari-hari pertama bayi dilahirkan, sel-sel otaknya membentuk koneksi belajar dengan kecepatan yang luar biasa, tiga miliar per detik. Koneksi ini merupakan kunci kekuatan otak. Dan ternyata, kehebatan otak ini jauh lebih hebat daripada computer yang canggih sekalipun. Sebagai pembanding kehebatan otak dengan computer adalah bahwa pada tiga hari pertama dalam perjalanan angkasa di atas permukaan planet Mars pada 1997, jutaan pemakai internet membentuk dua ratus juta hit untuk mengikuti perkembangannya. Namun, otak mampu membuat koneksi lima belas kali lebih banyak dalam satu detik dibandingkan dengan yang dibuat oleh pemakai internet di seluruh dunia dalam tiga hari. Namun, orang hanya menggunakan bagian yang sangat kecil dari kemampuan yang sangat mengagumkan itu.
39
Untuk itu, para ahli berusaha terus mempelajari cara memperbaiki proses tersebut. Secara garis besar, otak manusia mempunyai tiga bagian dasar yang seluruhnya biasa dikenal dengan sebutan three in one. Tiga bagian dasar otak tersebut meliputi batang atau otak reptil, sistem limbic atau otak manusia, dan neokorteks atau otak berpikir. Masing-masing bagian ini memiliki struktur saraf tertentu dan mengatur tuas-tugas yang harus dilakukan. Dari ketiga bagian dasar otak ini, neokorteks merupakan tempat bersemayamnya kecerdasan manusia. Neokorteks yang membungkus di sekitar bagian atas dan sisi sistem limbic yang membentuk sekitar delapan puluh persen materi dalam otak ini berfungsi mengatur pesan-pesan yang diterima melalui pancaindera. Proses yang berasal dari pengaturan ini meliputi perilaku sehat, bahasa, penalaran, berpikir intelektual, penciptaan gagasan nonverbal, dan kendali motorik sadar 1. Otak Kanan dan Otak Kiri Ada seitar tahun 1960 dan 1970, teori tentang fungsi otak dibagi menjadi otak kiri dan otak kanan. Otak belahan bagian kanan biasa disebut otak kanan, dan otak belahan bagian kiri disebut otak kiri. Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berpikir. Otak kanan maupun otak kiri masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara kedua sisi.
40
Penelitian mengenai perbedaan antara otak kanan dan otak kiri berkembang pesat semenjak Roger Sperry menemukan bahwa otak manusia terdiri dari dua bagian, yakni otak kanan dan otak kiri, yang memiliki fungsi berbeda. Roger Sperry juga menemukan bahwa ketika otak kanan sedang aktif, maka otak kiri cenderung tenang. Demikian pula sebaliknya. Atas penemuannya ini, maka Roger Sperry mendapatkan hadiah Nobel pada 1981. Berikut ini gambaran dari masing-masing belahan otak manusia. Daya ingat pada otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory), sedangkan daya ingat pada otak kanan bersifat jangka panjang (long term memory). Cara berpikir otak kanan bersifat holistik, acak, tidak teratur, dan intuituf. Cara berpikir otak kiri bersifat rasional, linier, logis dan sekuensial. Cara berpikir otak kanan sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat nonverbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkaitan dengan perasaan, kesadaran spasial,
pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kreativitas, visualisasi dan kepekaan warna. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, membaca dan menulis serta simbolisme. Kedua belahan otak ini berperan sama pentingnya. Orang yang dapat memanfaatkan kedua belahan otaknya menjadi seimbang dalam setiap aspek kehidupannya. Orang yang mempunyai kecenderungan berpikir dengan otak kiri hendaknya mengimbanginya dengan aktivitas berpikir
41
menggunakan otak kanan agar tidak mudah stress dan kesehatan mental serta fisiknya tidak memburuk. Sebaliknya, orang cenderung
menggunakan otak kanannya, hendaknya berusaha mengimbanginya dengan menggunakan aktivitas berpikir dengan menggunakan otak kirinya. Bagian otak yang lebih banyak digunakan dapat diketahui dari dominasi kemampuan yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jelas lagi bahaimana mengetahui seseorang menggunakan sisi otak yang mana, hal ini di antaranya dapat dilihat dari dominasi telinga, mata, kaki dan tangan. Mereka yang lebih banyak menggunakan otak kiri, telinga kanannya cenderung lebih tajam, kaki dan tangan kanannya cenderung lebih kuat dibanding tangan dan kaki kirinya. Demikian sebaliknya. Dalam bentuk yang lain bisa juga ditandai dengan penampilan meja kerja seseorang. Kalau yang dominan adalah otak kanan , maka ciri meja kerjanya cenderung berantakan. Meski demikian, orang tersebut mengetahui dengan pasti di mana letak barang-barang yang akan dicari serta apa yang saat itu sedang dikerjakan. Proses berpikir pengguna otak biasanya paralel, sedangkan otak kiri biasanya serial. Kalau ditanya mana yang lebih baik, menggunakan otak kanan atau kiri jawabannya semuanya sama baiknya. Mengapa? Sebab masing-masing belahan mempunyai ciri khas dan fungsi yang berbedabeda. Namun, yang paling baik adalah orang yang mampu menggunakan kedua belah otaknya, baik otak kanan maupun otak kiri, secara seimbang.
42
Menggunakan otak kanan dan otak kiri secara seimbang tidak begitu saja dapat dilakukan tanpa adanya usaha. Sekitar 80% dari masyarakat dunia hanya menggunakan otak kirinya saja. Sebagian diantaranya memang tidak didominasi otak kiri saja, tetapi campuran antara keduanya. Sisanya, 15-20%, adalah para pengguna otak kanan. 2. Mengenal Dominasi Otak Anak Mengapa kebanyakan orang hanya menggunakan kemampuan otak kirinya saja? Salah satu jawabannya adalah karena cara mengajar tradisional di sekolah cenderung menekankan pada kegiatan-kegiatan yang didominasi oleh otak kiri yang lebih kaku. Kalau kita perhatikan, semenjak kecil hingga duduk di perkuliahan kita diajari untuk cenderung menekankan otak kiri kita. Bidang akademis diutamakan, sementara bidang-bidang lain yang menekankan perkembangan belahan otak kanan kurang atau tidak mendapatkan perhatian. Ujian sekolah dan tes IQ pun dirancang lebih banyak bagi otak kiri daripada otak kanan. Banyak kalangan yang mengkhawatirkan kondisi tersebut. Sebagian psikolog mempercayai bahwa jika kegiatan otak kanan tidak dilatih secara teratur, maka otak kanan tidak akan berkembang semestinya karena prestasi kreatif membutuhkan kedua belah otak. Sedangkan pendidikan yang terlalu akademis dapat mengurangi potensi kreatif anak (Freeman dan Munandar, 2001:114). Kurang adanya perhatian terhadap otak kanan tentu saja sangat merugikan perkembangan otak kanan. Padahal, jika kita mampu memberdayakan otak kanan yang sarat akan
43
hal-hal yang bersifat eksperimental, divergen, bukan penilaian, metaforikal, ontuitif, difusi, holistic, reseptif, dan nonverbal ini, maka ada kecenderungan bahwa kita mampu menyelesaikan berbagai permasalahn yang ada. Perlu diingat bahwa ketika anak masih bayi, pemikiran mereka biasanya belum didominasi oleh salah satu belahan otak. Oleh karenanya bayi belum memiliki tanda-tanda spesialisasi, dan spesialisasi akan meningkat dengan bertambahnya umur anak. Ini berarti kesempatan untuk merangsang otak anak agar otak kanan maupun otak kirinya dapat berkembang secara optimal. Berikut adalah ciri-ciri anak yang didominasi oleh salah satu belahan otak menurut Joan Freeman dan Utami Munandar: a. Otak Kanan 1) Senang belajar berkelompok 2) Tidak senang duduk dan kurang giat belajar 3) Senang bergerak, memegang, menyentuh, dan mengerjakan sesuatu 4) Prestasi di sekolah tidak cemerlang 5) Menyenangi cahaya yang temaram dan kehangatan b. Otak Kiri 1) Senang belajar sendiri 2) Mandiri 3) Gigih, keras hati 4) Duduk tenang ketika belajar
44
5) Prestasi di sekolah baik 6) Senang pengajaran formal Apabila anak didominasi leh otak kirinya, maka hal yang dilakukan adalah merangsang belahan otak kanannya. Berikan mainan seperti tekateki, misalnya. Apabila merasa bahwa anak didominasi oleh otak kanannya, maka tugas yang lain adalah merangsang belahan otak kirinya agar belahan ini dapat berkembang secara optimal. 3. Masa Berkembangnya Kecerdasan Sejak lahir ke dunia di dalam otak manusia sudah terdapat semua kecerdasan yang tinggi. Dengan perawatan yang baik, selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan manusia dapat mengungkap kecerdasan tersebut. Beberapa hal yang harus dipenuhi agar kecerdasan tersebut dapat dikembangkan dengan baik meliputi: 1. Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energy dapat mengalir ke tingkatan yang lebih tinggi. 2. Anak harus merasa aman dan tidak tertekan, baik secara fisik maupun emosional. 3. Harus ada model yang dapat memberikan rangsangan yang wajar. Pada bayi yang tengah mengalami kehidupannya dalam tahun-tahun pertama kehidupannya, fungsi sensomotoriknya sudah bekerja. Bayi sudah dapat melakukan kontak langsung dengan lingkungannya. Seorang bayi sudah dapat memukul-mukulkan benda pada benda yang lain. Selanjutnya, pada saat anak berusia satu sampai dua tahun, fungsi senso-
45
motorik tersebut terus berkembang, dan terjadilah peningkatan yang sungguh luar biasa dalam jalinan-jalinan neuron. Selain berkembang secara emosional, anak sedang bersiap kea rah kecerdasan intelektual yang lebih tinggi melalui bermain. Pada saat anak berusia empat tahun, struktur neuro motor sensorik dan kognitif emosionalnya berkembang pesat hingga mencapau delapan puluh persen. Setelah itu, alam berpengaruh mengalirkan energi untuk bergerak ke cara berpikir yang lebih tinggi. Inilah saat-saat ketika kecerdasan yang lain terbuka untuk perkembangan yang lebih tinggi. Apabila kecerdasan ini dirawat dengan baik, maka semua kecerdasan akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, apabila anak tidak memiliki rasa aman dan tidak ada orang yang dijadikan teladan baginya, maka kecerdasannya akan berhenti pada usia sekitar tujuh tahun. 4. Tahap-tahap Penting Perkembangan Otak Anak a. Usia 0 2 tahun Otal selalu berkembang. Perkembangan otak anak, khususnya pada tahun-tahun awal kehidupannya, sangat pesat dan besar pengaruhnya bagi kehidupannya kelak. Secara garis besar, perkembangan otak anak yang perlu orang tua ketahui adalah bahwa otak anak berkembang secara luar biasa pada enam bulan pertama kehidupannya. Jendela paling penting pada tahap ini adalah penglihatan, kosakata, dan perkembangan emosi. Karena jendela penglihatan dan emosi tertutup begitu cepat, maka sangat penting
46
untuk memerhatikan hal itu selama tahap ini. Enam hingga dua belas bulan adalah terjadinya koneksi yang terutama terjadi pada penglihatan, sebagai jendela yang penting pada tahap ini untuk perkembangan bicara dan perkembangan emosi. Kemampuan berbahasa tuimbuh dengan pesat selama periode ini, dan inilah saat yang baik untuk memperkenalkan suara-suara yang alami dari bahasa lain. Pada 12 hingga 18 bulan, hampir semua jendela penting otak manusia berkembang secara terbuka. Pada waktu selanjutnya, otak tidak begitu reseptif dan responsive. Pada umur inilah terjadi koneksi saraf yang menentukan potensi dan keterampilan dalam hidupnya. Pada 18 hingga 24 bulan, anak-anak lebih mampu mengendalikan tubuhnya dan kemampuan motoriknya mulai berkembang. Mereka mulai lebih memahami perasaan orang lain dan mulai belajar berbagi. Pada umur ini, pengembangan bahasa dan kosakata tetap penting. Perhatian hendaknya juga diberikan terhadap matematika dan logika. b. 2 3 tahun Pada usia 2 hingga 3 tahun, yakni sebelum berusia 3 tahun, kebanyakan perkembangan otak anak sudah sempurna. Pola otak yang akan membimbing perkembangan seorang anak sudah diletakkan dengan baik. Jendela penting bagi beberapa keterampilan seperti berbicara mulai tertutup, sehingga membangun kosakata
47
sangatlah penting. Pola otak bagi musik berkembang pada akhir tahap ini. c. 3 5 tahun Antara umur 3 5 tahun, hampir semua jendela penting dalam perkembangan otak anak mulai tertutup. Kemudian muncullah koneksi antara pola otak yang distimulasi oleh musik dan bagian otak mulai memahami konsep spasial dalam matematika. Pola otak tercipta ketika mendengarkan instrument music antara umur 3 10 tahun. Hal-hal yang perlu diajarkan pada usia penting bagi
perkembangan otak anak usia 3 5 tahun meliputi: 1) Bahasa Mengenal bunyi konsonan (awal, tengah, akhir). Mulai mengenal suara vocal (panjang dan pendek). Menggabungkan bunyi tersebut untuk membentuk kata sederhana. Mengenali bahwa kalimat itu tersusun atas beberapa kata. Memahami aturan dasar fonik. Mulai menulis huruf dan kata-kata. Mengingat apa yang telah didengar atau dilihat. Menyusun peristiwa dalam cerita. Memulai proses membaca.
48
Mengenali bahwa angka itu memiliki bentuk dasar dan mewakili kelompok benda.
Menghitung dari 2, 5, 10 hingga 100. Menghubungkan angka dengan benda. Mengenali angka ordinal dari kesatu hingga kesepuluh. Mengenali symbol (+), minus (-), persamaan (=). Memahami konsep >,<,=. Melakukan perhitungan dengan menggunakan campuran tambahan dan pengurangan.
Meningkatkan perkembangan matematika dan logika melalui keterampilan mengingat dan berpikir.
Merangkai
peristiwa:
sebelum,
sesudah,
mula-mula,
selanjutnya, dan sebagainya. 3) Spasial/Seni Visual Mengenali warna merah, kuning, biru sebagai warna primer. Menggunakan warna putih untuk mencampur warna lain agar lebih muda. Membedakan antara berbagai tingkatan warna. Mengenali bahwa garis itu dapat menciptakan bentuk. Mengenali dan memilih bentuk-bentuk dasar; segiempat, segitiga, lingkaran.
49
4) Musik Mengembangkan ritme, tangga, nada, dan mengapresiasi melodi. Mengenali ketukan. Dapat membedakan antara irama cepat dan irama lambat. Dapat membedakan antara tangga nada yang tinggi dan rendah. Mulai mengenal not musik.
5) Keterampilan Motorik Mengembangkan koordinasi tangan-mata. Mengembangkan kemampuan menarik dan menjatuhkan.
6) Emosional/Sosial Meningkatkan konsentrasi dan perhatian. Menaati petunjuk. Mengembangkan kepercayaan diri. Melakukan tugas sesuai dengan urutannya. Berbagi dengan orang lain.
50
D. Strategi Kemampuan Belahan Otak Kanan dalam Pendidikan Remedial Berikut ini dibahas secara tersendiri tentang strategi belajar belahan otak kanan dengan maksud mengarahkan diri pada setiap usaha penanganan siswa lamban belajar dan berprestasi rendah. Pembahasan tidak dimaksudkan untuk menempatkan strategi belajar belahan otak kanan berada lebih atas dari strategi belajar belahan otak kiri, namun perannya sangat penting bagi pelaksanaan strategi belajar yang variatif dan cocok dengan perkembangan jiwa anak-anak di sekolah. Strategi belajar belahan otak kanan lebih cenderung bersifat psikologis daripada strategi belajar belahan otak kiri. Dengan kata lain penyampaian materi pelajaran bagi siswa lamban belajar akan lebih mudah melalui cara-cara psikologis daripada melalui cara-cara logis. Strategi belajar belahan otak kanan itu mencakup: 1. Strategi Berpikir Visual Strategi itu dapat memudahkan siswa dalam mengetahui dan memahami serta menyerapi pengetahuan yang disampaikan gurunya melalui gambar, peta, diagram, charts, dan model. Strategi visual itu menyediakan bayangan yang konkret yang dapat mengintegrasikan informasi dalam cara yang mudah dimengerti. Strategi itu dapat membantu siswa dan guru dalam meneliti dan menyatakan informasi. Strategi itu dapat membantu
51
siswa dan guru dalam meneliti dan menyatakan informasi. Strategi itu mencakup kegiatan menggambar, membuat chart, membuat peta, membuat kartun, membuat sket, dan lain-lain. Peran berpikir visual dalam kelas dimulai dari kegiatan melihat dan mengobservasi. Keterampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan itu adalah keterampilan mengidentifikasi objek yang dilihat, dicari, dan diketahui, mencakup keterampilan menginterpretasi terhadap apa yang pernah dilihatnya. Pada akhirnya siswa harus dibantu dalam mengembangkan penglihatan batinnya atau kemampuan memanipulasi bayangan visual dengan mengingat-ingat informasi, tulisan, hitungan, dan memecahkan masalahmasalah praktis sehari-hari menurut hubungan tempat dan ruang. Menggambar Menggambar adalah satu cara untuk mengembangkan keterampilan mengamati. Perbuatannya terpusat pada figur atau fakta. Pekerjaan menggambar itu merupakan alat untuk melihat keseluruhan. Sebagai strategi visual, gambar dapat membantu menguasai pemahaman terhadap apa yang dilihatnya dan yang sedang digambarnya. Sebagai alat berpikir, pekerjaan menggambar menuntut koordinasi yang baik dengan guru kesenia dan tenaga kependidikan lainnya. Yang menjadi pusat perhatian dalam menggambar bukan pada produknya akan tetapi pada prosesnya, yaitu pada proses melihat dan mengamati dan kemudian
52
Kegiatan
itu
dapat
membantu
memperbaiki
dan
mempertajam
keterampilan mengamati. Selain itu lukisan verbal dapat memperluas perngetahuan dan mencermatkan pengamatan. Menurut parameter, terdapat tiga fungsi lukisan verbal. Pertama, dapat memperkuat pengetahuan yang melekat lama di otak manusia. Kekuatan itu berkat adanya hubungan erat antara bayangan visual dengan pengetahuan verbal yang telah ada. Kedua, dapat memperkuat disiplin pengamatan dengan cara menggabungkan kata-kata verbal dengan pengamatan visual. Ketiga, dapat membina ketangkasan berpikir Strategi diatas dapat melatih siswa menjadi seorang pengamat yang tangkas dan seorang yang pandai membaca selain keterampilan mengelompokkan, menjabarkan, dan mengabstraksi objek. 2. Strategi Penyampaian Grafis Strategi ini merupakan alat yang sangat berguna dalam keterampilan menerima dan mencatat informasi. Di dalamnya terselubung dua cara penyampaian informasi yang akurat, yaitu penyajian lisan dan grapis. Cara-cara itu sangat bermanfaat dalam: (1) penyerapan pengetahuan yang disampaikan gurunya, (2) penguasaan pemahaman yang baik karena meteri pelajaran disajikan melalui gambar grafis di depan kelas, sehingga pelajaran menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Ada sejumlah cara dalam strategi itu, ialah (1) kata-kata kunci, (2) diagram, (3) charts, (4) grafik, (5) peta, (6) peta timbul atau peta kelompok, (7) sketsa, (8) kartun, (9) gambar ekspresi, (10) wujud bangun atau kontruksi.
53
Kata-Kata Kunci Kata-kata kunci adalah kata inti yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi. Penggunaan akta-kata kunci dapat membantu siswa mengorganisasi keterampilan mendengar dan memusatkan perhatiannya pada informasi. Kata-kata yang ditulis di papan tulis dapat memperkuat penyajian lisan, sehingga siswa memperoleh kejelasan informasi dengan sempurna. Selain itu penggunaan kata-kata kunci dapat mempertajam keterampilan mengorganisasi dan menganalisis sesuatu, memberi kesanggupan kepada siswa dalam melihat ide atau informasi dalam bentuk non-llinier serta dapat mengembangkan pemahaman tentang arti keseluruhan. Charts, Diagram, dan Grafik Penyuguhan pelajaran melalui charts, diagram dan grafik dapat membantu siswa dalam membayangkan imajinasi bermacam-macam bentuk, disampaikan mulai dari grafik matematis ke grafik bentuk. Isi lukisannya mencakup curahan hubungan sebab-akibat, seperti ddiagram dapat membantu memperjelas konsep yang rumit. Penggunaan charts, diagram, dan grafik sangat tepat untuk pelajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. Gambar Ekspresi, Konstruksi dan Bermacam-macam Aktivitas Seni Pada umumnya pemyampaian pelajaran melalui gambar ekspresi, konstruksi, dan aktivitas seni dapat dilakukan di berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah. Maksud penyuguhan pelajaran melalui tiga
54
alat peraga di atas adalah untuk memperkuat dan memperkaya pengetahuan. Kita berkeyakinan bahwa siswa memiliki kapasitas dalm mencurahkan ide sendiri melalui berbagai kegiatan seni di sekolah. Apabila kapasitas itu dapat diwujudkan secara optimal dalam setiap pelajaran di sekolah maka hal itu dapat membantu mengembangkan perasaan dihargai oleh orang lain. Penggunaan Warna Warna adalah sarana yang sangat penting dalam kegiatan berpikir visual. Warna dapat mengundang perhatian orang dalam mengamati informasi atau ide. Selain itu warna dapat menumbuhakan kreativitas dalam pelajaran. Oleh karena itu, idealnya charts, gambar, diagram, grafik, konstruksi, dan alat-alat peraga lainnya diberi warna agar dapat menarik perhatian bagi setiap orang yang melihatnya. 3.
55
A. Metode Penelitian Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang peneliti gunakan. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan menggunakan segenap fungsi indrawinya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN No. 033 Sungai Kapih Kec. Sambutan Samarinda Tahun Ajaran 2012/2013 pada bulan Juni sampai penelitian selesai dilakukan.
C. Instrumen Penelitian Instrurnen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Yang menjadi instrument dalam melakukan penelitian adalah peneliti itu sendiri.
56
D. Sumber Data Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Yang akan peneliti jadikan sumber data adalah siswa kelas V A di SDN No. 033 yang berjumlah 3 orang dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah serta wali kelas V A yang bernama ibu Rinduwati, S.Pd.
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi dan sebaliknya. Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut: studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejalagejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Observasi dilakukan setiap pertemuan selama 2 jam pelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran Agama Islam yang berlangsung di kelas VA SDN No. 033 Sungai Kapih Kec. Sambutan Samarinda. 2. Wawancara Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informasi atau subjek
57
penelitian. Agar wawancara efektif efektif, maka terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yakni : a. Mengenalkan diri b. Menjelaskan maksud kedatangan c. Menjelaskan materi wawancara d. Mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010) Jadi, teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengungkap kejadian-kejadian yang mungkin tidak didapat ketika observasi dilakukan. Wawancara diberikan kepada siswa SDN No. 033 Sungai Kapih Kec. Sambutan Samarinda Kelas V A sebanyak 3 orang yang memiliki prestasi tinggi, sedang, dan rendah serta wali kelas V A. 3. Dokumen Selain melalui wawancara dan observasi, peneliti juga memperoleh data lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cendramata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini dapat dipakai untuk menggali informasi yang terjadi dimasa silam. Peneliti perlu memiliki kepakaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut.
F. Teknik Analisis Data Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian
58
berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data meliputi: 1. Meringkas data 2. Mengkode 3. Menelusur tema 4. Membuat gugus-gugus Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data: 1. seleksi ketat atas data 2. ringkasan atau uraian singkat 3. menggolongkannya dalam pola yang lebih luas Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif: 1. teks naratif: berbentuk catatan lapangan 2. matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
59
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatid mulai mencari arti benda- benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan- kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan cara: 1. memikir ulang selama penulisan. 2. tinjauan ulang catatan lapangan 3. tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubyektif. 4. upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
G. Pengujian Keabsahan Data Dalam hal ini pemeriksaan keabsahan data ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Menambah waktu pengamatan yang akan membuat derajat kepercayaan data yang dikumpulkan meningkat, mampu mempelajari informasi yang berasal dari responden-responden terhadap peneliti dan membangun kepercayaan diri peneliti sendiri.
60
2. Melakukan pengamatan terus menerus untuk mengetahui ciri-ciri serta unsurunsur dalam keadaan yang relevan sekali dengan masalah atau isu yang diteliti. Selain itu, juga untuk memusatkan diri terhadap hal-hal tadi secara detail. 3. Triangulasi. Pengecekan keabsahan data penelitian kualitatif dengan memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk kepentingan pemeriksaan ataupun sebagai pembanding data tersebut. 4. Peer debriefing (membicarakannya bersama orang lain). Artinya,
menginformasikan hail sementara atau hasil akhir penelitian kualitatif yang didapat dengan cara diskusi analitik bersama rekan-rekan lainnya. 5. Melakukan member check. Artinya, menguji kemungkinan prasangkaprasangka yang tidak sama dan mengembangkan beberapa pengujian untuk mengecek analisis. Dengan cara mengaplikasikannya terhadap data dan dengan membuat pertanyaan-pertanyaan terkait data tersebut.
61
JADWAL PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 Uraian Kegiatan 1 Pembuatan Proposal Seminar Proposal Penyempurnaan Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengolahan data dan analisis data Penysunan dan Revisi Laporan Pertanggung Jawaban Laporan Mei 2 3 x x 4 x x x x x x x x x x x x x x x x x x 1 2 Juni 3 4 5 1 2 Juli 3 4 1 2 Agustus 3 4 5 1 September 2 3 4
62
DAFTAR PUSTAKA Daryanto, M. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.. Thoha, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustakan Pelajar. Kartawidjaja, Eddy Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar . Bandung: CV. Sinar Baru Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja Rosadakarya Offset. Imron Arifin. 1996. Penelitian Kualitatif dalam ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada Moleong, LJ. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.