Kuda yang dilepaskan itu melanjutkan pengembaraannya ke wilayah kerajaan Pragjyotia. Di kerajaan itu, putra Bhagadatta yang terkenal gemar berperang dan memiliki kekuatan hebat itu maju ke lapangan untuk mencoba menghalangi tugas Arjuna. Raja Wajradatta hendak menangkap kuda itu dan berniat bertanding dengan Arjuna. Putra Bhagadatta itu berhasil menangkap kuda kurban itu, namun pada saat ia akan kembali ke istana Arjuna yang mementang Gandhiwa langsung menerjang menghadapi musuhnya. Karena sambaran panah yang mendesing nyaring itu, putra Bhagadatta melepaskan kuda itu kembali dan melesat berkelit mengelakkan terjangan Prtha. Ia melarikan diri ke istana dan tak lama kemudian iapun kembali dengan mengenakan pakaian perang dan mengendarai gajah kerajaan
yang sudah terlatih. Raja itu bertudung payung putih dan berkipas ekor Yak yang putih pula warnanya. Dengan jiwa kekanak-kanakan dan kesombongan ia menghadapi Arjuna, menantang-nantang bertanding. Bahkan, raja muda yang sombong itu tidak menunggu lagi jawaban Arjuna, tetapi langsung menerjang dengan gajahnya yang besar bagaikan gunung itu. Gajah itu sendiri memang sangat bersemangat, mulutnya berliur menetes-netes tanda kegarangannya. Lebih-lebih, binatang itu sudah dilatih dalam perkelahian untuk menghadapi musuh-musuh, khususnya
menghadapi sesama jenisnya. Dan di atas punggungnya telah dipasang senjata-senjata baik untuk menyerang maupun untuk menangkis. Gajah itu liar tak terkendalikan, maunya menerjang saja. Lebih-lebih, iapun dipacu semangatnya oleh pengendaranya dengan kaitan
besi. Gajah itu benar-benar ganas, melaju menerjang bagaikan hendak membelah angkasa! Melihat gajah itu menyerang dengan dahsyatnya, Dhanajaya yang hanya berdiri di atas tanah menjadi sangat marah. Ia balas menyerang raja yang duduk dengan gila congkaknya itu. Dengan di atas penuh punggung gajah
kebencian Wajradatta menghujankan panahpanah berujung lebar dan tajam. Panah-panah itu memancarkan hawa panas seperti api, jumlahnyapun ratusan susul-menyusul bagaikan segerombolan belalang. Akan tetapi Arjuna sudah siap, dengan sigapnya panah-panah lawannya itu ditangkis dengan panah-panah pula, hingga semuanya berjatuhan di atas tanah, terpotong mengarahkan Bhagadatta berkeping-keping. panahnya menjadi ke sangat atas. marah. Arjuna Putra Ia menghantam panah-panah itu di udara. Ia selalu
membidikkan panahnya langsung menuju arah Arjuna, melepaskan panah beruntun hingga semua panahnya membentuk satu garis lurus seperti tombak yang sangat panjang. Menyadari adanya serangan yang dahsyat dan sukar dielakkan ini, Arjuna sangat marah. Ia berkelebat menghindar dan dari posisi yang baik ia menghantam putra Bhagadatta itu dengan panah bersayap keemasan. Wajradatta yang memang perkasa itu terkena sambaran batang panah Arjuna, terjungkal jatuh dan rebah di tanah. Ia mengeluh, tetapi tidak pingsan, dan segera melompat kembali ke atas punggung gajahnya yang besar dan ganas itu dan segera panah-panahnya telah berterbangan kembali ke arah Arjuna. Ia bertempur dengan penuh nafsu Ingin segera memenangkan pertarungan itu. Arjuna kini tidak memikirkan pengampunan lagi. Dengan Cepat ia mengirim sejumlah anak
panah yang melesat hebat sekali, cemerlang bagaikan api berkobar, namun yang diserang adalah gajah tunggangan Wajradatta itu. Gajah itu mengeluarkan pekikan nyaring, darah menyembur ke luar dari luka-luka yang banyak jumlahnya. Dari jauh kelihatan seperti air mancur yang menyemburkan air berwarna merah!