Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ni Wayan Purnawati

Kelas : XI IA 4

HAKIKAT ILMU EROPA

Untuk mendapatkan hakikat ilmu Eropa maka pembicaraan harus terlebih dahulu

diarahkan untuk memahami karakter khusus ilmu Eropa yang telah di bentuk oleh fase

berturut-turut , yaitu inovasi teknik pada abad ke-16 dan revolusi filsafat pada abad ke-

17. Dua fase inilah yang memberikan bahan pemikiran ilmiah di Eropa dan secara

langsung membentuk ciri atau karakter khusus ilmu Eropa itu sendiri.

Fase pertama ditandai dengan kebangkitan ilmu pada masa renaisance sebagai

bentuk proses terhadap kematian ilmu di Abad pertengahan. Meskipun pada Ilmu dan

Teknologi awal berasal dari kebudayaan yang lebih tua, yaitu pada tradisi Yunani Kuno,

namun dasar Kebudayaan dan Sosial Eropa memungkinkan tercapainya kemajuan yang

pesat dalam ilmu dan teknologi. Perkembangan ilmu di masa ini di tandai dengan

lahirnya ilmu-ilmu Eropa dan teknologi yang di tandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu

matematika, fisika , biologi, astronomi, dan ilmu alam lainnya yang sangat mendukung

adanya teknis di Eropa.

Kendatipun masyarakat Eropa masih agraris, tidak demokratis dan terstratifikasi

oleh posisi sosial yang diwariskan secara turun – temurun, juga akibat tradisi gereja yang

telah berkembang di masa sebelumnya, tapi ada beberapa wilayah di mana gaya

kehidupan sosialnya lebih luwes dan lebih iundividualis daripada di temapt lain manapun.

Di wilayah –wilayah inilah ada kebebasan bagi setiap individu untuk melakukan

penelitian-penelitian, bahkan mengeksploitasi penemuan orang lain tanpa dihalangi oleh

ketakutan akan penindasan dari negara sebagimana terjadi dalam peradaban lain misalnya
di Timur Jauh dan Eropa Tengah yang akan mengawasi dan menindas setiap inovasi

teknis jika dianggap mengancam stabilitas politik atau sosial. Dalam masyarakat Eropa

yang berubah-ubah, setiap individu terdorong untuk melakukan inovasi-inovasi sebab

dengannya mereka dapat menemukan jati dirinya.

Longgarnya sekat-sekat antara aktivitas yang berbeda-beda dan penyesuaiannya

dengan kelas-kelas sosial yang ada menjajikan setiap individu bebas melakukan apapun

dalam dunia penemuan dan penelitian. Orang dapat dengan bebas melakukan penelitian

terhadap objek dan berpindah ke objek yang lain, menyusun sebuah thesis dan

menciptakan antithesis bagi ilmu-ilmu sebelumnya sehingga menemukan ilmu baru,

demikian berlaku seterusnya sehingga Eropa mencapai kemajuan pesat dan menguasai

dunia. Dalam masa inilah Eropa telah mencapai Kapitalisme awal dan meskipun

negaranya masih cenderung absolut, namun jauh lebih liberal daripada negara totalitarian

pada masa kuno. Dan hal ini menjadi titik tolak dan titik fokus perkembangan komersial

dan perindustrian (manufacture).

Fase kedua adlaah berkembangnya kembali pemikiran-pemikiran radikal terhadap

objek-objek, metode-metode dan fungsi-fungsi pengetahuan ilmiah. Fungsi pengetahuan

ilmiah mulai dipergunakan untk menciptakan harmoni antara pengetahuan indrawi

dengan agama wahyu yang dianut sebgian besar orang Eropa, yaitu Katolik. Pada masa

ini antara keyakinan dan pemikiran Ilmiah bersatu padu untuk menghasilkan revolusi

besar di dunia filsafat, khususnya Filsafat Alam yang pada akhirnya digunakan dalam

ilmu-ilmu sosial. Hal ini merupakan gerakan besar dalam dunia keilmuan dimana

aksiologis, atau aspek bermanfaat dan nilai dari suatu ilmu mulai di perhitungkan agar

tidak bertentang dengan kemanusiaan.


Pada fase ini, kemajuan ilmu dan teknologi yang ditanamkan oleh fase

sebelumnya mulai dimasuki dengan pemikiran-pemikiran filsafat yang mana membuat

ilmu Eropa menjadi Khas dan Unik. Cara kerja sintesis menjadi pemercepat langkah

lahirnya suatu jenis ilmu baru. Penemuan paling penting adalah gaya baru aktivitas

penelitian, kerahasiaan dan persaingan individu yang pada mulanya menjadi ciri Eropa

perlahan ditertibkan oleh tekat untuk berkerja secara bersama-sama demi kebaikan

umum. Penyebabnya adalah mulai hilangnya kepercayaan akan magis sehingga tumbuh

kesadaran bahwa tak seorangpun dapat menyingkap rahasia alam dengan usaha sendiri.

Di samping itu juga kesadaran etika kerja sama yang ditanamkan oleh para filsuf baru di

Eropa. Walaupun akhirnya kesadaran ini melemah, bukan berarti hilang melainkan

pengaruhnya dipertahankan oleh penyesuaian kode kehormatan para sarjana. Dengan

demikian rangsangan bersama antara teri dan praktik yang dipertahankan sebelumnya,

dipusatkan dalam proses komulatif dan swakoreksi terhadap fakta-fakta yang tahan uji

tentang dunia alamiah.

Keberhasilan filsafat di Eropa baru tampak nyata di penghujung abad ke-17 dan

walaupun langkah keoilmuan mulai mengalami kemunduran namun prestasi-prestasi

yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan metode tidak pernah hilang. Bahkan,

filsafat mengenai benda mati ternyata akan membawa kemajuan ilmiah yang cukup

signifikan. Gabungan ilmu-ilmu kimiawi da ilmu sosial pada akhirnya membuat

kemajuan di abad ke-19 dengan hanya berdasarkan reduksionis atas dunia ilmiah.

Ringkasnya, hakikat ilmu Eropa adalah kelanjutan dari perkembangan filsafat dan

ilmu sebelumnya dengan pendekatan Sintesis dan Reduksionis. Karakter khususnya

yang mempunyai andil terhadap metafisika dan metode-metodenya yang mana ciri orang
Eropa yang indiviadual agresif mampu ditempa oleh suatu prinsip filsafat kerjasama demi

kesejahteraan dan kemaslahatan bersama.

Referensi : Jurnal Widya ghosa STHD Klaten, Jawa Tengah Vol. 6 (Dhanu Pitoyo

M.Si)

Anda mungkin juga menyukai